TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Gizi 1.1 Pengertian Gizi Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan Soekirman, 2000. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi Supariasa, 2003. Pemasukan makanan yang adekuat terdiri dari suatu keseimbangan dari zat-zat gizi esensial yakni : air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineal. Makanan begitu berbeda dalam nilai-nilai gizinya, dan tidak satupun makanan yang menyediakan semua zat gizi esensial. Zat-zat gizi mempunyai 3 fungsi utama yaitu : menyediakan energi untuk proses - proses dan pergerakan tubuh, menyediakan material-material pembangun jaringan tubuh dan proses regulasi tubuh. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

1.2 Fungsi Gizi

Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh adalah : • Memberi Energi Zat-zat gizi dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, Lemak dan Protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktifitas. Dalam fungsi sebagai zat memberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar. • Pertumbuhan Dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh Protein, Mineral, Air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak. • Mengatur Proses Tubuh Protein, Mineral, Air dan Vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Dalam fungsinya keempat zat gizi tersebut dinamakan zat pengatur Almatsier, 2005. Dalam kehidupannnya manusia tidak terlepas dari makan. Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk : 1. Pemelihara proses tubuh dalam petumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak. 2. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari. 3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. 4. Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit Notoatmojo,1997. 2. Status Gizi 2.1 Pengertian status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat komsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Almatsier, 2005. Status gizi digunakan untuk mengetahui kesehatan anak. Secara umum status gizi lebih dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu : status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status gizi kurang, status gizi buruk. Status gizi optimal menurut Dorice M 1992 adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi Supariasa, 2003.

2.2. Makanan sehat untuk balita

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan pisik dan mental anak. Oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Adapun makanan sehat untuk balita meliputi pengaturan pemberian makanan, jenis makanan dan manfaat makanan.

2.2.1. Pegaturan pemberian makanan

Menurut Sulistijani 2001, pemberian makanan adalah cara pemberian makanan kepada balita, dimana pemberian makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan dilakukan secara bertahap, karena kerja saluran cerna balita belum sempurna. Pengaturan makanan dimulai dari pemberian ASI, makanan lumatLunak, makanan lembek, sampai akhirnya makanan padat, seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Pengaturan Pemberian Makanan Pada Balita Menurut Umur Umur Anak Pemberian makanan 0-6 bulan ASI saja Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. 6-9 bulan 9-12 bulan 1-5 tahun Makanan LumatLunak Makanan Lembek Makanan Padat

2.2.2. Jenis Makanan

Adapun jenis makanan yang diberikan pada balita meliputi ASI, PASI, serta makanan pendamping ASI, yang terdiri dari makanan Lunak, Makanan Lembek, Makanan padat. 1. Air Susu Ibu ASI Air susu ibu merupakan makanan Pokok yang terbaik bagi bayi, ASI adalah emolsi lemak yang disekresi oleh kedua kelenjar payu dara ibu sebagai makanan utama bagi bayi dan balita. ASI mengandung berbagai komposisi zat gizi, yaitu protein karbohidrat glukosa, galaktosa, dan glukosamin, lemak, mineral, vitamin dan air. Selain mengandung zat-zat yang terdapat didalam ASI, pemberian ASI juga memiliki beberapa keuntungan, yaitu steril, aman dari pencemaran kuman, selalu tersedia dengan suhu optimal, produksi disesuakan dengan kebutuhan bayi, mengandung anti bodi dan tidak ada bahaya alergi. Menurut Departemen Kesehatan RI 1999, manfaat pemberian ASI bagi ibu adalah penting, untuk kesehatan ibu, membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi, menumbuhkan percaya diri bagi ibu dan merasa di butuhkan. ASI diberikan segera setelah lahir, bayi usia lahir sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI tampa makanan dan minuman tambahan Sulistijani, 2001. Sebaiknya bayi di susui tanpa dijadwal on demand , karena kebutuhan makanan ditentukan sendiri oleh bayi. Pada awalnya bayi akan menyusu pada jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian Soetjiningsi, 1997 Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. 2. Penganti Air Susu Ibu PASI Menurut Sulistijani 2001, PASI hanya diberikan jika ASI hanya di berikan jika ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama merupakan hal yang biasa. Tetaplah merangsang pembentukan ASI dengan menyusui bayi sesering mungkin. Pemberian PASI dapat dilakukan, jika alasannya sebagai berikut : bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut dan inpeksi paru-paru, bayi lahir premetur, bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi lahir sumbing bawaan. Pemberiaan PASI juga dapat di sebabkan oleh masalah pada pihak ibu contohnya : ibu menderita sakit dan karena sakitnya dilarang untuk menyusui oleh dokter baik untuk kepentingan ibu dan bayinya seperti ginjal atau penyakit menular, ibu menderita infeksi, luka putting mastitis. 3. Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah Makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam- macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Contoh buah-buahan yang dapat diberikan adalah jeruk, tomat, papaya advokat, pisang dan lain-lain yang diberikan dalam bentuk sari buah. Buahan ini harus di haluskan terlebih dahulu kemudian di saring buah yang asam dapat di tambah dengan gula pasir. Jenis makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. a. Makanan Lunak Makanan lunak adalah makanan yang berbentuk halus atau setengah cair Sulitijani, 2001. Makanan ini diberikan pada bayi usia diatas 6 bulan dengan frekuensi 2-3 kali sehari Aritonang, 2001. Salah satu contoh makanan lunak adalah bubur susu yang dibuat dari bahan tepung dan susu cair yang dicampur dan diaduk kemudian dimasak sampai menjadi bubur. b. Makanan Lembek Makanan lembek adalah bubur saring yang diberikan pada bayi usia diatas 7-9 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari Aritonang, 2001. Contoh makanan lembek adalah nasi tim saring, atau bubur campur saring Sulistijani, 2001. c. Makanan Padat Makanan padat adalah makanan pendamping berbentuk padat yang tidak dianjurkan terlalu cepat pada bayi mengingat usus bayi belum dapat mencerna dengan baik sehingga dapat menggannggu fungsi usus. Contoh makanan padat adalah, telur dan buah yang tidak dilumatkan Sulistijani, 2001. Makin bertambahnya usia anak makin bertambah pula kebutuhan makanannya, secara kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi kebutuhannya tidak cukup dari susu saja. Saat berumur 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makam dewasa secara bertahap. Disamping itu anak usia 1-2 tahun sudah menjalani masa penyapihan Sulistijani, 2001

2.2.3. Kandungan Zat Gizi Yang Diperlukan Balita

Jumlah makanan yang diberikan pada balita harus berangsur bertambah sesuai dengan bertambahnya kebutuhan balita akan berbagai zat gizi. Berikut ini adalah Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. perkiraan kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk mempertahankan kesehatan yang baik bagi orang Indonesia. Tabel 2. Angka Kecukupan Zat Rata-rata Yang Dianjurkan per orang per hari Golongan Umur Berat Badan Kg Tinggi Badan cm Energi Kkal Protein g Vit. A RE Besi mg Iodiu m µg 0-6 bln 5.5 60 560 12 350 3 50 7-12 bln 8.5 71 800 15 350 5 70 1-3 thn 12 90 1250 23 350 8 70 4-6 thn 18 110 1750 32 460 9 100 Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998, hlm. 877. Almatsier, 2005

2.2.4. Manfaat Makanan bagi balita.

Menurut Sulistijani, 2001, pada balita diperkenalkan pola makanan orang dewasa yang merupakan pola hidangan sehari-hari dengan menu seimbang, meliputi fungsi sebagai berikut : 1. Sumber zat tenaga : nasi, roti, mi, atau tepung-tepungan. 2. Sumber zat pembangun : susu, danging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang- kacangan. 3. Sumber zat pengatur : sayur dan buah-buahan Menurut Notoatmojo 1997, agar makanan berfungsi baik, makan makanan yang kita makan sehari-hai tidak hanya sekedar makanan.Makanan harus mengandung zat- zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, makanan harus memiliki zat yang Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. tinggi yang dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

3. Penilaian Status Gizi

Penilaian stataus gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Di Indonesia cara yang paling umum dan sering digunakan adalah penilaian secara antrometri, karena lebih praktis dan mudah dilakukan Supariasa, 2003. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini akan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indikator antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU, berat badan menurut tinggi badan BBTB, lingkar lengan atas menurut umur LLAU Supariasa, 2003. Dalam pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah BBU karena mempunyai kelebihan yaitu : lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dapat mendeteksi kegemukan over weight Supariasa, 2003. Buku tentang Antropometri ada beberapa macam, yaitu : baku Bastom dan Standard Harvard, baku Tunner, dan baku NCHS. Tabel 3. Standar Antropometri Berat Badan Menurut Umur 0-60 bulan Jenis kelamin tidak dipisah Berat Badan Status Gizi 80 Baik 60-80 Kurang ≤60 Buruk Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

4. Masalah Gizi Pada Balita

Masalah gizi adalah masalah pada berbagai segi kesejahteraan perorangan dan atau masyasarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan Soekirman, 2000. Indonesia pada saat ini sedang menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persedian pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan sanitasi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi iodium. Sebaiknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan Almatsier, 2005. WHO 1963 menyatakan bahwa dari segi kesehatan masyarakat, gizi kurang merupakan masalah terbesar dunianya. Kurang pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan umum dijumpai di setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kurangnya persedian pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari Suhardjo 1996. Secara nasional ada 4 empat masalah gizi utama di Indonsia, yaitu : kurang kalori dan protein KKP, kekurangan vitamin A, kekurangan zat besi dan anemia gizi, gondok endemic gangguan akibat kekurangan yodium. 1. Penyakit Defisiensi Kurang Kalori Protein KKP Nama internasional KKP adalah Calori Protein Malnutrition CPM, yang kemudian diganti dengan Protein Enegy Malnutrition PEM. Salah satu gejala dari Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. penderita KKP adalah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat oleh ibu-ibu sebagai pembucitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu kwarshiokor, marasmur, dan marimiskwarshiokor, kwashiorkor adalah penyakit dengan kekurangan protein sebagai dominan. Gejala klinisnya ditandai dengan edem, kulit yang keriput, rambut yang kusam dan kemerahan, heptaomegali, anoreksia dan kelesuan yang sangat. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrim. Anak pada penderita marasmus ini tampak sangat kurus, BB 60 dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang, bewarna kemerahan. Marasmiskwashiokor merupakan kombinasi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab secara langsung KKP KKP primer adalah kombinasi kurang dan sebab tidak langsungnya KKP sekunder adalah hambatan absorsi penyerapan dan hambatan utilisasi penggunaan zat-zat gizi dalam berbagai hal, misalnya karena penyakit Santoso, 1999. Tabel 4. Penggolongan KKP menurut Gomez Kategori BBU Baku KEP 1ringan KEP 11sedang KEP 111 berat 90-76 75-61 60 2. Defesiensi Vitamin A Penyakit ini disebabkan karena kekurangan komsumsi vitamin A dalam tubuh. Gangguan kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut xeropthalmia. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang disebut orang awam sebagai buta senja, tidak Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut mata mengering karena sel-selnya menjadi lunak, yang disebut keratomalacia dan menimbulkan kebutaan. Notoatmojo, 1997. 3. Penyakit Defesiensi Zat Yodium Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada banyak funsi tubuh dan merupakan hormone pertumbuhan growth hormon. Kekurangan zat yodium mengkibatkan komdisi hipotiroidisme kekurangan B12 dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hipertropi membesarnya kelenjar tiroid yang kemudian disebut penyakit gondok oleh orang awam. Nama ilmiahnya disebut struma simplex pembesaran kelenjar gondok dan karena terjadi di daerah tertentu secara endemik maka disebut juga gondok endemic endemic goiter. Defesiensi B12 juga mengakibtkan gambaran klinis lain yang disebut dengan Iodine Defeciency Diseases IDD. Ada 4 jenis IDD, yaitu : gondok endemic, hambatan pertumbuhan mental dan fisik, yang disebut kreatinisme, hambatan neomotor, kondisi tuli disebut disetai bisu deaf mitism. Notoatmojo, 1997. 4.Defesiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi fe pada tubuh tidak seimbang atau kurang kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikroelemem yang esensial bagi tubuh, sangat diperlukan dalam penbentukan darah merah hemopoiesis yakni dalam hemoglobin. Notoatmojo, 1997. Defesiensi fe dapat didiagnosis berdasarkan data klinik dan data laboratorium yang ditunjang oleh data konsumsi pangan. Ganbaran klinik memperlihatkan kondisi Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku. Penderita terlihat badannya lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak nafas. Santoso, 1999.

4.1 Upaya menanggulangi masalah gizi

Upaya menanggulangi masalah gizi seimbang, yakni : gizi kurang dan gizi lebih adalah dengan membiasakan mengkomsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi yang seimbang, yaitu : 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam beryodium 6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan air susu ibu ASI saja pada bayi sampai umur empat bulan 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Keadaan gizi masyarakat Indonesia saat ini masih memprihatinkan, walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya. Banyak faktor yang Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. mempengaruhi masalah gizi, baik itu langsung maupaun tidak langsung, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan kerjasama dari berbagai sektor. Penanggulangan masalah, gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekarangaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat, serta penigkatan teknolgi hasil pertanian dan teknologi pangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beranekaragam dan seimbang dalam mutu gizi Almatsier, 2005. Upaya penanggulangan maslah gizi kurang yang dilakukan pemerintah secara terpadu antara lain: 1. Upaya pemenuhan persedian pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beranekaragam pangan. 2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga UPGK yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. 3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari Pos Pelayanan Terpadu Posyandu. 4. Penigkatan upaya keamanan pangan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG. 5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat. 6. Penigkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. 7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan PMT, distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul minyak yodium. 8. Peningkatan kesehatan lingkungan. 9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi. 10. Upaya pengawasan makanan dan minuman. 11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. Almatsier, 2005. Sedangkan untuk masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olah raga serta menghindari tekanan hidupstress. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi komsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Disamping itu juga, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan makanan Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat.

5. Balita

Pada semua kelompok usia, umumnya berlaku prinsip-prinsip dasar perihal gizi, namun pada kelompok khusus ada penekanan antara prioritas mengenai hal-hal tertentu yang bersifat spesipik, pada usia balita 1-5 tahun bahkan meningkat hingga remaja, secara umum terdapat kesamaan hal mendasar mengenai gizi yang besifat khusus. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

5.1 Manfaat gizi pada balita

Zat gizi memiliki peranan dalam pertumbuhan, menurut Supariasi, 2001 status gizi mempengaruhi pertumbuhan. Menurut Heryati dkk manfaat gizi pada balita adalah : memberikan nutrient yang cukup untuk memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas serta pertumbuhan, mendidik kebiasaan tentang makan, menyukai makanan yang baik yang diperlukan oleh tubuh, kualitas makanan yang diberikan pada balita harus bergizi karena dapat mempengaruhi kesehatan.

5.2 Kecukupan gizi rata-rata pada balita

Pemberian makanan pada balita, sebagaiman halnya kelompok usia lain yang lebih tua, harus memenuhi kebutuhn balita yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi 5 komponen dasar yaitu : hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin termasuk air dalam yang cukup. Berikut ini diuraikan gizi pada balita. a. Energi Zat gizi mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan krbohidrat. Tiap garam protein maupun karbohidrat memberi energi sebanyak 4 kilokalori, sedangkan tiap gram lemak 9 kilokalori. Dianjurkan supaya jumlah setiap yang diperlukan didapatkan dari 50-60 karbohidrat, 25-5 lemak selebihnya 10-15 protein. b. protein Disarankan untuk memberi 2,5-3 gram tiap kilogram berat badan balita. Protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap tubuh, serta harus berkualitas tinggi seperti protein hewani. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. c. Mineral dan vitamin Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600 ml susu mengandung kurang lebih 0,7-0,8 gram kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan tulang dan gigi. Menu yang setiap harinya mengandung susu, daging, ayam, ikan, telur, sayur, buah dan serealia nasi, roti, kentang, mie akan mengandung cukup vitamin dan mineral. d. Cairan Pada umumnya anak sehat memerlukan 1000 sampai 1500 ml air setiap harinya. Pada keadaan sakit seperti sakit infeksi dengn suhu tubuh tinggi, atau muntah masukan cairan harus ditingkatkan untuk menghindari kekurangan cairan.

6. Posyandu

Posyandu adalah forum diskusi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan. Masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Effendy, 1998. Pos pelayanan terpadu Posyandu merupakan suatu bentuk peran serta masyarakat dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Diharapkan dengan adanya posyandu akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehimgga masyarakat bisa mengubah sikap dan perilaku dari yang kurang sehat menjadi sikap dan perilaku yang sehat Gani, 2002. Menurut Effendi 1998 kehadiran posyandu merupakan salah satu bentuk penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabitatif. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

6.1 Tujuan Posyandu

Sesuai dengan defenisi posyandu diatas, sudah jelas bahwa tujuan dari posyandu adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini dari tujuan dapat dilihat dari tujuan pokok posyandu yaitu : mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian bayi, mempercepat penerimaan penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera NKKBS, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan–kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat Effendy, 1998.

6.2 Sasaran dan Kegiatan Posyandu

Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyndu adalah : Bayi berusia kurang dari 1tahun, Anak balita usia 1 sampai 5 tahun, Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas, Wanita usia subur.

6.2. 1 Kegiatan di Posyandu

a Lima kegiatan posyandu Panca Krida Posyandu . 1. KIA Kesehatan ibu dan anak 2. KB Keluarga Berencana 3. Imunisasi 4. Peningkatan gizi 5. Penanggulangan diare b Tujuh kegiatan Posyandu Sapta Krida Posyandu 1. KIA Kesehatan ibu dan anak Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010. 2. KB Keluarga Berencana 3. Imunisasi 4. Peningkatan gizi 5. Penanggulangan diare 6. Sanitasi dasar 7. Penyedian obat essensial

6.3. Sistem Kerja Posyandu

a. Meja I Pendaftaran dan pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur b. Meja II Penimbangan balita, ibu hamil c. Meja III Pengisian KMS d. Meja IV Diketahui berat badab anak yang naikturun naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS, yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan, pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom e. Meja V Pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pelayanan konyrasepsi, IUD, suntikan. Untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantranya dokter, bidan perawat dan sebagainya. Idah Fitri Khoiri : Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, 2010.

BAB III KERANGKA ENELITIAN