Analisis Interpretasi Makna Kanji Berbushu (Berkarakter Dasar) Take Kanmuri

(1)

ANALISIS INTERPRETASI MAKNA KANJI BERBUSHU (BERKARAKTER DASAR) TAKE KANMURI

TAKE KANMURI NO KANJI NO BUSHU NO IMI NO KAISHAKU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

TEDDY SUMBARI JAYANTO 060708006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN


(2)

ANALISIS INTERPRETASI MAKNA KANJI BERBUSHU (BERKARAKTER DASAR) TAKE KANMURI

TAKE KANMURI NO KANJI NO BUSHU NO IMI NO KAISHAKU SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh:

TEDDY SUMBARI JAYANTO 060708006

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Nandi. S Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S. Ph.D NIP: 19600822 198803 1 002 NIP : 19580704 198412 1 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh: Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ketua

Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D

NIP 19580704 198412 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Shalawat beriring salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi sebaik-baiknya suri tauladan bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan, maka penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu dengan ketulusan hati, penulis menghargai dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi. S selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dari semester pertama hingga berakhirnya studi ini.


(5)

6. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta Ayahanda Parno dan Ibunda Netra Dewi atas segala doa, cinta, dan nasehat yang tidak ternilai hingga berakhirnya studi ini.

7. Adik-adik penulis Rice Silvanora (cece), Sintya Tranova (ochin), dan Bagas Prasetya (bagas), kalianlah motivasi terbesar saya karena saya adalah anak pertama. Semoga saya bisa menjadi abang yang baik bagi kalian semua. Beban itu telah hilang.

8. Seluruh keluarga besar penulis di Padang yang telah memberikan dukungan dalam segala hal sampai berakhirnya studi ini.

9. Sahabat-sahabat kecil penulis Angga Putra, Eko Kristianto, Jendri Dedi Harvey Silalahi, Oki Sapto, dan Yolanda Zurya (Nanda), kita bukan hanya sekedar teman. 10. Seluruh teman-teman jurusan Sastra Jepang Stambuk ’06, khususnya : Andar Beny

Prayogi, Anggu Irwan Stepandia, Hary Eka Pratama, Ivana Widya Sari, Muhammad Iqbal Siregar, Okky Khaireni, Rizaldi Restu Pratama, Suci Rizki Amelia, dan Zulvianita atas kebersamaan selama ini yang membuat proses perkuliahan menjadi lebih berwarna dan tidak biasa. Semoga kita tetap dapat saling bersilaturrahmi walaupun proses studi ini telah berakhir.

11. Seluruh anggota tim Sepak Bola dan Futsal AOTAKE Sastra Jepang, khususnya : Ferdian Pardede, Fredy Walis Sembiring, Hyantes T.B. Pasaribu, Randy K. Simanjuntak, dan Victor Julianto Simanullang. Akhirnya kita bisa mencapai Final Liga Sastra dan berada di peringkat ke-2 di tahun terakhir kita. Saatnya memberikan kepercayaan kepada adik-adik kelas di tahun berikutnya.

Medan, Desember 2010 Penulis Teddy Sumbari Jayanto


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan... 8

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Metode Penelitian ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KANJI... 16

2.1 Sejarah Singkat Kanji ... 16

2.2 Cara Baca Kanji dan Cara Penulisan Kanji ... 20

2.2.1 Cara Baca Kanji ... 20

2.2.2 Cara Penulisan Kanji ... 22

2.2.2.1 Kakusuu ... 22

2.2.2.2 Hitsujun... 23

2.2.2.3 Okurigana... 24

2.2.2.4 Furigana ... 26

2.3 Asal-usul Huruf Kanji ... 26

2.3.1 Berdasarkan Cara Pembentukan Kanji ... 28

2.3.1.1 Shokei Moji ... 28


(7)

2.3.1.3 Kaii Moji ... 29

2.3.1.4 Keisei Moji... 30

2.3.2 Berdasarkan Cara Pemakaian Kanji ... 30

2.3.2.1 Tenchuu Moji ... 30

2.3.2.2 Kasha Moji ... 31

2.4 Pembagian Bushu ... 31

2.4.1 Hen ... 32

2.4.2 Tsukuri ... 34

2.4.3 Kanmuri ... 35

2.4.4 Ashi ... 26

2.4.5 Tare ... 37

2.4.6 Nyou ... 38

2.4.7 Kamae ... 39

2.5 Karakteristik Bambu... 40

2.5.1 Asal Usul Bambu ... 40

2.5.2 Klasifikasi Bambu ... 41

2.5.3 Morfologi Tanaman Bambu ... 41

2.5.3.1 Deskripsi Tanaman ... 41

2.5.3.2 Tipe Tanaman ... 42

2.5.4 Manfaat Bambu ... 43

2.6 Kanji-kanji Berbushu Take Kanmuri ... 46

2.6.1 Kanji Berbushu Take Kanmuri pada Kata Benda ... 48

2.6.2 Kanji Berbushu Take Kanmuri pada Kata Sifat... 50


(8)

BAB III ANALISIS MAKNA KANJI BERBUSHU

(BERKARAKTER DASAR) TAKE KANMURI ... 52

3.1 Take Kanmuri pada Huruf Kata Kerja ... 52

3.2 Take Kanmuri pada Huruf Kata Benda ... 55

3.3 Take Kanmuri pada Huruf Kata Sifat... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

4.1 Kesimpulan ... 70

4.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

よ うし

,

要旨

にんげん

,人間はコミュニケーションをするとき、

たにん

,他人に きぼう

,希望、 いし

,意志、 かんが

,考え、 いけん

,意見を でんたつ

,伝達するために、

か ,書き

ことば

,言葉 と

はな ,話し

ことば

,言葉を しよう

,使用するはずである。

はな ,話し

ことば

,言葉では、ある

きぼう

,希望、 かんが

,考え、または

いけん

,意見が ちょくせつ

,直接に い

,言うことによって

でんたつ

,伝達されている。それに対して、

か ,書き

ことば

,言葉では、

,書くシステムによって

,書かれている。

にほんじん

,日本人は

ひじょう

,非常に ふくざつ

,複雑な か

,書くシステムを

,持っている。

ひょういもじ

,表意文字のほかに、(

いみ

,意味を あらわ

,表す もじ

,文字または

はつおん

,発音を あらわ

,表す もじ

,文字)、

たんおんもじ

,単音文字(

おんそ

,音素を あらわ

,表すローマ

,字)と

おんせつもじ

,音節文字

( げんご

,言語の おんせつ

,音節を あらわ

,表すひらがなとかたかな)と

せいりつ

,成立された

ひょうおんもじ

,表音文字も

しよう

,使用されている。それだけでなく、

すうじもじ

,数字文字

( すうじ

,数字を あらわ

,表す もじ

,文字)も

しよう

,使用されている。

すうじもじ

,数字文字は

ふた

,二つに わ

,分かれ,すなわち,

さんようすうじ

,算用数字またはアラビア

すうじ

,数字と かんすうじ

,漢数字

である。

さんようすうじ

,算用数字は

けいさんほう

,計算法を か

,書くのに

しよう

,使用されるが、

かんすうじ

,漢数字は

かんじ

,漢字で か

,書かれている

すうじ

,数字である。

そのような ふくざつ

,複雑な にほん

,日本の か

,書くシステムの

げんいん

,原因で、

にほんご

,日本語

を べんきょう

,勉強するのが

むずか

,難しいという

ひと

,一つの りゆう

,理由になってきた。

かんじ

,漢字は ひょういもじ

,表意文字であり、

ひと

,一つの かんじ

,漢字からある

いみ

,意味を あらわ


(10)

すことができる。この りゆう

,理由で、

せかい

,世界にあるすべてのものは

かんじ

,漢字で か

,書

かれることができるということがわかった。したがって、 そうすう

,総数の かんじ

,漢字は せかい

,世界にある

そうすう

,総数のものが

おな

,同じぐらいと

そうぞう

,想像できる。

にほん

,日本で あらわ

,著される

さいだいじてん

,最大辞典または

だいかわじてん

,大川辞典に

もと

,基づいて、

かんじ

,漢字は ぜんぶ

,全部で5

まん

,万ぐらいもある。だが、1990

ねん

,年には、

もんぶしょう

,文部省は

しょうがっこう

,小学校で1200

かんじ

,漢字が べんきょう

,勉強するべきだと

けってい ,決定

した。1981 ねん

,年には、

じょうようかんじひょう

,常用漢字表に1945

かんじ

,漢字が か

,書

いてあることが けってい

,決定された。

かんじ

,漢字は1500

ぜんせいれき

,前西暦ごろ

ちゅうごく

,中国で かん

,漢という

ぞく ,族の

なか ,中で で

,出てきた。

かんじ

,漢字とは もの

,物の かたち

,形を まね

,真似て けいせい

,形成された

いみ

,意味を あらわ

,表

す もじ

,文字である。または、ある

もの ,物、

せいかく

,性格、 しごと

,仕事などの

いみ

,意味を あらわ

,表

して付けられた記号である。

かんじ

,漢字は4

せいき

,世紀または5

せいき

,世紀の はじ

,初めごろ、

かんご

,漢語の はつおん

,発音

とともに、 にほん

,日本に も

,持ってきた。

にほん

,日本では、「

おんよ

,音読み」(

ちゅうごく

,中国の はつおん

,発音)といわれた。だが、その文字の意味はオリジナルの

にほんご

,日本語に ほんやく

,翻訳すると、オリジナルの

にほんご

,日本語で よ

,読

むこともできる。それは「 くんよ

,訓読み」(

にほん

,日本の はつおん

,発音)といわれた。

かんじ

,漢字の いみ

,意味を りかい

,理解するために、

けいせい

,形成のキャラクターを

りかい

,理解しなければならない。

かんじ

,漢字の けいせい


(11)

のキャラクターの一つは「 ぶしゅ

,部首」である。

もじ

,文字から み

,見

ると、「部」は”bagian”、「首」は”kepala”という意味である。つまり、

ぶしゅ ,部首

とは かんじ

,漢字にある

きほんてき

,基本的なキャラクターである。

いち

,位置によって、

ぶしゅ ,部首

は しちしゅ

,七種に わ

,分かれている。その

ひと

,一つは「

かんむり

,冠」である。

かんむり

,冠とは かんじ

,漢字の うえがわ

,上側にある

ぶしゅ

,部首である。「

たけ ,竹

」のキャラクターは かんむり

,冠の ぶしゅ

,部首に はい

,入って、

いっぱんてき

,一般的に「

たけかんむり ,竹冠 」といわれる。

日本―インドネシア

さいしんかんじじてん

,最新漢字辞典に

もと

,基づいて、[

たけかんむり

,竹冠]の ぶしゅ

,部首の かんじ

,漢字の そうすう

,総数は ぜんぶ

,全部で105ある。また、その105の

たけかんむり

,竹冠の ぶしゅ

,部首の かんじ

,漢字から

みっ

,三つのグループに

わ ,分

かれた。それは、[

たけかんむり

,竹冠の どうし

,動詞]、[

たけかんむり

,竹冠の けいようし

,形容詞 ]、[

たけかんむり

,竹冠の めいし

,名詞]である。 ひっしゃ

,筆者が ぶんせき

,分析した

いみ

,意味は ぜんぶ

,全部

で35ある。それは、 どうし

,動詞には7つ、

めいし

,名詞には23つ、

けいようし

,形容詞

には5つある。

いみ

,意味を ぶんせき

,分析してから、だいたい

たけかんむり

,竹冠の かんじ

,漢字には

どうし

,動詞の けいこう

,傾向が おお

,多いことがわかった。なぜなら、

いっぱんてき

,一般的に、

たけ

,竹はよく

にちじょうせいかつ

,日常生活にものに

へんけい

,変形されて

つか

,使われるからである。

たけかんむり

,竹冠は きほんてき

,基本的なキャラクターとして

たんどく ,単独

になるとき、またはほかのキャラクターと ひと

,一つにするとき、すべてはいつも

たけ ,竹

に かん

,関する いみ

,意味を あらわ


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa (langue) adalah sistem simbol yang mengungkapkan maksud pikiran. Sistem simbol ini ada yang merupakan simbol lisan dan ada yang merupakan simbol tertulis. Bahasa dan tulisan merupakan dua sistem simbol yang jelas berbeda. Sistem simbol tulisan baru bisa dikatakan ada untuk mengkortografikan (menulis) bahasa (Saussure dalam Sheddy, 2004:64).

Bloomfield dalam Sheddy (2004:65) menyebut huruf kanji bahasa Cina sebagai ‘logographic writing’ yang merupakan ‘symbol of linguistic form’ atas dasar huruf tersebut melambangkan sesuatu acuan bahasa. Jenis huruf lain yang merupakan ‘symbol of phonetic form’ disebutnya sebagai phonogram atas dasar huruf tersebut melambangkan ucapan. Phonogram diidentifikasikan olehnya menjadi dua jenis yaitu, syllabic writing (huruf suku kata) seperti huruf hiragana dan huruf katana dalam bahasa Jepang dan phonemic / alphabetic writing (huruf bunyi tunggal) seperti huruf Yunani dan Latin.

Berikut ini adalah 3 jenis huruf yang digunakan masyarakat di dunia ini (Hamzon, 2007:3) :

1. Tanonmoji, yaitu huruf yang mengutarakan potongan bunyi terkecil, huruf ini dapat menuliskan muatan sebuah bunyi vokal maupun konsonan secara berdiri sendiri. Atau sebuah huruf adalah sebagai gambaran sebuah konsonan atau vokal tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf romawi.

2. Onsensetsumoji, yaitu huruf yang menggambarkan potongan bunyi suara, huruf itu dapat menuliskan muatan bunyi vokal, tetapi untuk bunyi konsonan biasanya diucapkan bersamaan dengan bunyi vokal. Huruf ini tidak menggambarkan bunyi


(13)

konsonan berdiri sendiri. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf hiragana dan katakana.

3. Hyoimoji, yaitu huruf yang menggambarkan sebuah arti, dalam huruf ini lebih

dipentingkan mengutarakan muatan arti atau makna dari pada bunyi bacaannya. Dalam jenis huruf ini sebuah huruf mempunyai satu arti atau makna. Tetapi kadang-kadang sebuah huruf mempunyai cara baca yang lebih dari satu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf kanji.

Dari pendapat tokoh-tokoh itu dapat disimpulkan bahwa tulisan adalah simbol-simbol yang dapat ditangkap dengan indra mata dengan bentuk baku yang sudah mengalami proses ketetapan secara konvensional di masyarakat; melambangkan bunyi bahasa atau ide bahasa (buah pikiran yang hendak disampaikan kepada lawan bicara) secara langsung maupun tidak langsung.

Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaannya. Setiap grafem dapat memiliki satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan kedudukan fonem dan alofon dalam fonologi. Begitu pula hubungan grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Pada umumnya setiap grafem mewakili sebagian struktur bahasa lisan.

Tulisan pada awalnya terdapat pada batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awal lambang tulisan berupa gambar atau diagram. Lambang-lambang tulisan tersebut apabila menunjukkan arti khusus secara taat asas, disebut pictogram. Misalnya, lambang ☼ yang digunakan untuk memberikan pesan ‘matahari’. Kemudian lama-kelamaan, lambang

tersebut menjadi lambang yang lebih mapan, misalnya lambang О, yang digunakan untuk

makna ‘panas’, ‘siang hari’, dan juga ‘matahari’. Jenis lambang itu dipandang sebagai bagian dari suatu sistem tulisan ide yang disebut ideogram.


(14)

Tahap-tahap perkembangan tulisan ada tiga (Bambang, 1995 : 21), yaitu: 1. Logogram atau tulisan kata

2. Tulisan silabis atau persukuan 3. Tulisan bunyi

Logogram atau tulisan kata merupakan tulisan dimana setiap lambang mewakili sebuah kata. Sistem tulisan yang didasarkan pada pengguanaan logogram adalah sistem tulisan bahasa Cina.

Tahap perkembanagan tulisan yang kedua yaitu, tulisan silabis atau tulisan persukuan. Misalnya, bahasa Jepang modern yang memiliki sejumlah besar lambang yang menunjukkan suku kata bahasa lisan. Silabogram atau kelompok bunyi bahasa Jepang pada hakekatnya merupakan pungutan aksara sistem tulisan bahasa Cina (Gleason dalam Bambang, 1995:29). Dalam perkembangan bahasa Jepang, aksara-aksara bahasa Cina dipungut untuk menuliskan kata-kata pungutan dari bahasa Cina. Namun, proses penyesuaian itu tidaklah sederhana, karena struktur gramatika bahasa Jepang sangat berbeda dengan bahasa Cina. Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang mengalami infleksi dan afiksasi yang kompleks. Sebaliknya, kebanyakan morfem bahasa Cina ialah kata dasar dengan tidak banyak afiksasi, sehingga ditemukan banyak morfem yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Cina.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibuatlah penyesuaian-penyesuaian dalam menuliskan aksara Cina ke dalam bahasa Jepang. Pertama, diciptakan lambang-lambang morfemik untuk afiks yang tidak ada padanannya dalam sistem tulisan bahasa Cina. Kedua, ditambahkan tanda-tanda yang beracuan fonemik. Ternyata alternatif yang kedualah yang dilakukan dan hasilnya ialah silabogram bahasa Jepang yang memiliki pola yang berbeda dengan sistem tulisan bahasa Cina. Silabogram bahasa Jepang pada dasarnya merupakan perkembangan aksara bahasa Cina dalam struktur bahasa Jepang.


(15)

Dalam struktur bahasa Jepang, kata dasar pada umumnya ditulis dalam aksara Cina yang disebut Kanji, sedangkan afiks-afiksnya ditulis dalam hiragana atau katakana (Bambang, 1995:21).

Tahap perkembangan tulisan yang ketiga yaitu, tulisan bunyi. Yang termasuk ke dalam tulisan bunyi adalah tulisan alfabetis dan tulisan fonemik. Alphabet adalah seperangkat lambang tertulis yang tiap lambang mewakili bunyi tertentu. Tulisan fonemik merupakan kesesuaian sempurna antara abjad dan bunyi fonemik yang menunjukkan satu lambang huruf mewakili satu dan hanya satu bunyi fonemik.

Tentang relasi antara bunyi bahasa dan tulisan, Jimbo dalam Sheddy (2004:69-70) mengemukakan bunyi yang digunakan pada bahasa baik yang di dengar oleh pendengar maupun yang diujarkan oleh penutur kedua-duanya berdasarkan bunyi yang abstrak. Bagian abstrak yang ditemukan dalam bunyi kongkrit yang dihasilkan tiap-tiap orang pada tiap-tiap kasus akan disebut sebagai ‘unsur baku’ dari bunyi itu. Jenis bunyi kongkrit boleh dikatakan tak terbatas jumlahnya dan jumlah itu tidak mungkin bisa dihitung. Tetapi, bunyi yang abstrak jenis maupun jumlahnya bisa diungkapkan. Berbicara tentang bahasa, sekaligus perlu juga memikirkan tulisan. Hakekat dari tulisan terletak pada fungsinya untuk mengekspresikan bahasa lisan. Di bagian bunyi bahasa, telah dibicarakan bahwa bunyi bahasa ada yang kongkrit dan ada yang abstrak. Hal yang sama juga ditemukan dalam tulisan. Tulisan yang ditulis oleh seseorang pada suatu waktu dan di suatu tempat adalah huruf kongkrit. Huruf kongkrit bila diamati, bagian yang mirip diambil dan bagian yang berlainan dibuang, maka dalam benak kita akan timbul bayangan atau ide tentang huruf yang abstrak. Misalnya seorang ahli bahasa yang membahas huruf 山 (yama) (gunung), dia bukan membicarakan hasil penulisan dari seorang kaligrafi, melainkan mempersoalkan sifat permanen yang merupakan ciri bersama dari sejumlah huruf 山 (yama) yang ditulis oleh orang banyak dalam bermacam-macam kondisi.


(16)

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan tulisan di atas, memungkinkan manusia memakai lebih dari satu jenis tulisan. Salah satu jenis tulisan tersebut adalah tulisan kanji Jepang yang berbeda dengan huruf asalnya yaitu kanji Cina, walaupun sebenarnya kanji Jepang diadopsi dari kanji Cina. Sebab dalam bahasa Cina, satu kanji mempunyai satu ucapan (perkataan), sedangkan dalam bahasa Jepang dapat diucapkan beraneka ragam (Sayidiman dalam Yusuf 2008:3). Misalnya kanji 大きい. Kanji tersebut bisa dibaca tai atau dai (secara on-yomi) dan dibaca ookii (secara kun-yomi). Orang Jepang sendiri bisa saja salah membaca satu kalimat bahasa Jepang bila Ia belum hafal betul. Karena itu, seringkali satu kanji yang memungkinkan salah baca, dibubuhi hiragana (furigana).

Dengan demikian, bangsa Jepang memiliki sistem tulisan yang sangat kompleks. Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004:55), selain hyou-i moji atau huruf yang melambangkan makna sekaligus melambangkan bunyi pengucapannya (kanji), juga digunakan hyou-on moji yang terdiri dari onsetsu moji (hiragana dan katakana yang melambangkan bunyi silabel) dan tan-on moji (romaji / huruf Latin, yang melambangkan sebuah fonem). Selain itu, dipakai juga suuji moji (numeralia, yang melambangkan bilangan). Suuji moji yang dipakai ada dua, yaitu san-you suuji atau Arabia suuji yang merupakan lambang bilangan yang bisa dipakai untuk menuliskan sistem peghitungan dan kansuuji, yaitu lambang bilangan yang ditulis dengan kanji.

Karena sistem tulisan Jepang yang sangat kompleks ini, menjadi salah satu alasan sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Kanji merupakan hyou-i moji dan sebuah kanji bisa menyatakan arti tertentu. Hal ini dapat memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada di dunia dapat ditulis dengan kanji. Sehingga dapat dibayangkan kalau jumlah kanji hampir sama dengan jumlah benda yang ada di dunia. Dalam Daikawa Jiten atau kamus terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 kanji (Ishida dalam Sudjianto, 2004:57). Namun pada tahun 1990, Monbusho (Departemen Kependidikan Jepang) menetapkan 1200


(17)

kanji yang harus dipelajari di Sekolah Dasar. Pada tahun 1981 ditetapkan daftar Jouyou Kanji yang memuat 1945 kanji.

Seperti kita ketahui bahwa huruf kanji terbentuk dari beberapa garis atau coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut membentuk bagian-bagian kanji, lalu bagian-bagian tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Dengan adanya bagian-bagian pada sebuah kanji ini maka timbul istilah yang disebut bushu. Bushu merupakan bagian yang terpenting dari suatu huruf kanji yang dapat menyatakan arti kanji secara umum. Bushu ini biasa disebut juga dengan karakter dasar kanji (Nandi, 2000:7). Sedangkan menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:59), bushu merupakan istilah yang berhubungan dengan bagian-bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar pengklasifikasian huruf kanji. Dengan kata lain, bushu ialah sebuah istilah yang berkenaan dengan bagian-bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Manfaat lain dengan adanya ketentuan bushu ini ialah dapat diperoleh kemudahan-kemudahan ketika mencari (arti) suatu kanji pada sebuah kamus baik kamus kanji, Kokugo jiten, atau kamus-kamus lainnya. Oleh karena itu, dalam kamus-kamus tersebut, terutama yang diterbitkan di Jepang, selalu dilengkapi dengan daftar bushu untuk mempermudah cara pemakainnya.

Terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya pada suatu kanji yakni : a. Hen, yaitu bushu yang berada pada bagian kiri sebuah kanji.

b. Tskuri, yaitu bushu yang berada pada bagian kanan pada sebuah kanji. c. Kanmuri, yaitu bushu yang berada pada bagian atas sebuah kanji. d. Ashi, yaitu bushu yang berada pada bagian bawah sebuah kanji.

e. Tare, yaitu bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas ke bagian kiri. f. Nyoo, yaitu bushu yang membentuk siku-siku dari bagian kiri ke bagian bawah


(18)

g. Kamae, yaitu bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian kanji lainnya. Misalnya, karakter dasar Take Kanmuri (karakter dasar bambu yang terletak di bagian atas sebuah kanji), yaitu kanji yang memiliki kaitan makna dengan suatu hal yang berhubungan dengan bambu. Contohnya kanji 簇 (zoku / muragaru) yang berarti kumpulan atau kelompok.

Karakter dasar take atau bambu jika digabungkan dengan karakter dasar lainnya dapat membentuk makna yang baru. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang karakter dasar take kanmuri, maka penulis akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Interpretasi Makna Kanji Berbushu (Bekarakter Dasar) Take Kanmuri”.

1.2 Perumusan Masalah

Bushu merupakan salah satu unsur pembentuk kanji. Bushu sebagai salah satu unsur pembentuk kanji terbagi menjadi tujuh jenis, diantaranya adalah kanmuri. Kanmuri merupakan karakter dasar yang berada di bagian atas sebuah kanji. Salah satunya adalah take kanmuri. Kanji take menunjukkan makna yang berkaitan dengan bambu, kanji ini baik sebagai karakter dasar maupun ketika digabungkan dengan karakter dasar lainnya, maknanya tetap sesuatu yang berhubungan dengan bambu. Tetapi, untuk memahami kanji berkarakter dasar take (take kanmuri) terdapat bermacam-macam interpretasi yang berbeda, di antaranya dapat dilihat dari hubungan makna unsur-unsur pembentuknya.

Contohnya kanji 算 (kazoeru). Kanji ini terdiri dari tiga karakter yaitu, karakter dasar

(take kanmuri) yang menunjukkan makna bambu, karakter (me) yang berarti mata, dan karakter dasar 廾 (nijū-ashi) yang menunjukkan makna kaki dua puluh. Apabila ketiga karakter ini digabungkan, akan memiliki pengertian melihat dua puluh bambu. Hubungan makna ketiga karakter ini jika dianalisis, akan memiliki pengertian bahwa, pada saat kita melihat dua puluh bambu (banyak bambu), maka secara otomatis kita akan menghitung


(19)

bambu tersebut untuk mengetahui dan memastikan berapa jumlahnya. Jadi, kanji 算 (kazoeru) memiliki makna menghitung.

Sehubungan dengan masalah tersebut, untuk meminimalisasi kesulitan dalam mempelajari kanji, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik bambu ?

2. Bagaimanakah makna simbolik kanji yang memiliki karakter dasar take kanmuri berdasarkan hubungan makna dengan karakter pembentuk kanji lainnya ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini ruang lingkup pembahasannya meliputi analisis makna kanji berkarakter dasar take kanmuri yang dihubungkan dengan karakter-karakter kanji pembentuknya yang lain berdasarkan pada hubungan makna. Kanji-kanji yang akan dianalisis diambil dari kamus kanji modern Jepang Indonesia. Di dalam kamus kanji modern Jepang Indonesia, terdapat 105 huruf kanji yang memiliki karakter dasar take-kanmuri. Dari jumlah tersebut, penulis akan mengkategorikannya menjadi tiga kelompok yaitu : kanji take kanmuri pada kata benda, kanji take kanmuri pada kata kerja, dan kanji take kanmuri pada kata sifat. Dimana dari tiap kelompok tersebut akan dianalisis minimal satu huruf kanji. Jumlah keseluruhan kanji yang akan dianalisis adalah 35 huruf kanji. Untuk mendukung pembahasannya, terlebih dahulu akan dijelaskan gambaran umum tentang kanji yang meliputi: sejarah kanji, cara baca kanji, asal-usul huruf kanji, jenis-jenis karakter dasar atau bushu, karakteristik bambu, dan kanji-kanji yang berkarakter dasar take kanmuri.


(20)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Bahasa memiliki suatu tanda / lambang (kigou) dan tanda / lambang tersebut memiliki makna (Dedi, 2003:4). Demikian halnya dengan kanji yang merupakan lambang bahasa yang berupa tulisan. Kanji merupakan tulisan yang berasal dari Cina. Secara harfiah, ‘Kan’ merupakan nama dinasti Tiongkok Kuno, yaitu dinasti Han (dalam bahasa Jepang dilafalkan Kan) dan ‘Ji’ yang berarti tulisan huruf (Yuddi dalam Yusuf, 2008:7). Jadi, kanji adalah tulisan atau huruf yang berasal dari Cina.

Menurut Takebe Yoshiaki dalam Nandi (2003:4) kanji bukanlah huruf, tetapi kanji adalah gambar.

Pendapat ini juga ditegaskan oleh Todo Akiyasu dalam Nandi (2003:4) yang menyatakan kanji adalah gambar atau lambang tulisan yang mempunyai arti. Tetapi, kemudian Takebe dalam Nandi (2003:4) mengemukakan,

“文字を分類して表音文字と表意文字とし、ローマ字や仮名文字は表音文字だ

とする。そして、漢字は表意文字だとするから、漢字も文字の一種になる。

“Kalau mengelompokkan huruf menjadi hyou-on moji dan hyou-i moji, maka huruf romaji dan huruf kana merupakan hyou-on moji. Kemudian, karena kanji merupakan hyou-i moji, maka kanjipun menjadi salah satu huruf “.

Karena kanji merupakan lambang tulisan yang mempunyai makna. Maka kanjipun merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam bahasa Jepang untuk menyampaiakan maksud tertentu dari pembicara terhadap lawan bicara terutama dalam bentuk tulisan.

Dalam mempelajari kanji terdapat tiga unsur penting yang dikenal dengan istilah kei-on-gi, yaitu : bentuk, cara baca, dan arti (Takebe dalam Nandi, 2003:5). Sehingga dalam mempelajari kanji maka pembelajar akan belajar tentang bentuk (cara menulis), cara baca, dan juga arti dari kanji kanji tersebut.


(21)

Untuk memahami makna kanji, salah satu caranya adalah dengan mengenal unsur-unsur atau karakter pembentuknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tae Moriyama dalam Nandi (2000:3) yang menyatakan bahwa kanji pada umumnya berupa kombinasi dari bermacam-macam unsur. Salah satu cara agar mendapat semangat dalam proses mempelajarinya ialah dengan mengenal unsur-unsurnya.

Salah satu unsur pembentuk kanji adalah bushu. Menurut arti katanya, ‘Bu’ artinya bagian dan ‘shu’ artinya kepala. Jadi, bushu adalah unsur atau karakter dasar yang terdapat dalam suatu huruf kanji (Yuddi dalam Yusuf, 2008:8). Sebutan bushu untuk pertama kalinya muncul tiga abad yang lalu di Cina yang dikembangkan melalui sistem penggabungan karakter-karakter sehingga mencapai jumlah 214 unsur / karakter dasar. Sistem ini masih digunakan sampai sekarang, baik dalam kamus-kamus Cina maupun dalam kamus Jepang (Nandi, 2000:7). Sesuai dengan letaknya, bushu dikelompokkan menjadi tujuh macam, salah satu diantaranya adalah bushu kanmuri.

Bushu kamnuri yaitu bushu yang terletak di bagian atas sebuah kanji. Take kanmuri merupakan salah satu contoh dari bushu kanmuri. Bushu ini menyatakan bambu dan bagian susunan kanji ini memiliki arti yang berhubungan dengan bambu, (Nandi, 2000:25).

1.4.2 Kerangka Teori

Untuk menganalisis makna simbolik kanji berkarakter dasar take kanmuri dibutuhkan teori semantik dan semiotik. Semantik merupakan studi tentang makna. Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (Grice dan Bolinger dalam Aminuddin, 2001:53). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok yaitu :

a. Makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar.


(22)

c. Perwujudan makna dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti.

Semiotik merupakan studi tentang tanda. Menurut Paul Cobley dan Litza Janz dalam Nyoman (2004:97) semiotik berasal dari kata seme, bahasa Yunani, yang berarti penafsir tanda. Sedangkan menurut beberapa literatur lain menyebutkan bahwa semiotik berasal dari kata semeion, yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan intrepetasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda proses kehidupan menjadi lebih efisien, manusia dapat saling berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo semioticus.

Semiotik dilihat dari segi cara kerjanya maka terdapat :

a. Sintaksis semiotik, yaitu studi dengan memberikan intensitas hubungan tanda dengan tanda-tanda yang lain.

b. Semantik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan tanda dengan acuannya.

c. Pragmatik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan antara pengirim dan penerima.

Dilihat dari faktor yang menentukan adanya tanda, maka tanda dibedakan :

a. Representamen, tanda itu sendiri sebagai perwujudan gejala umum. Tanda sebagai gejala umum dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kualitas, keberadaan aktual atau realitas fisik, dan tanda sebagai hukum.

b. Object, yaitu apa yang diacu atau tanda dalam hubungannya dengan objeknya yang berdasarkan pada karakter tanda yang dimilikinya. Objek dapat dibedakan menjadi icon, indeks, dan symbol.


(23)

c. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima atau tanda dipandang dari interpretan yang mewakilinya sebagai sebuah tanda pikiran. Tanda tersebut dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kemungkinan, tanda sebagai fakta, dan tanda sebagai nalar.

Di antara representamen, object, dan interpretant, teori yang penulis gunakan adalah teori yang kedua, yaitu object. Object memiliki istilah-istilah yaitu, icon, indeks, dan symbol. Menurut Pierce dalam Rini (2006:11), ikon merupakan tanda yang mengacu kepada suatu objek, dimana hubungan tanda dan objeknya didasarkan atas kesamaan ciri dan sifatnya. Sehingga tanda disebut ikon apabila ada hubungan kemiripan tanda dengan objeknya. Misalnya kanji 山 (yama) merupakan lambang yang ditiru dari bentuk tiga buah gunung. Begitu juga halnya dengan kanji 川 (kawa) yang merupakan lambang yang ditiru dari bentuk aliran air.

Istilah kedua yaitu indeks. Indeks merupakan tanda yang mengacu kepada objek, dimana tanda dipengaruhi oleh objek tersebut. Jadi, tanda dikatakan indeks karena adanya kedekatan eksistensinya dengan objek. Misalnya kanji 森 (mori). Kanji in merupakan kanji gabungan dari tiga buah kanji 木 (ki). Dimana kanji (ki) ini memiliki makna pohon, sedangkan kanji 森 (mori) memiliki makna hutan lebat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kanji hutan lebat merupakan gabungan dari tiga buah kanji pohon.

Istilah ketiga yaitu symbol. Symbol merupakan tanda yang mengacu kepada objek dimana hubungan antar tanda dan objeknya didasarkan pada suatu aturan, hukum, atau konvensi. Misalnya kanji 仏教 (bukkyou), sebagai aksara yang berdiri sendiri, unsur pertama dalam bukkyou diucapkan butsu atau hotoke, “sang budha”. Bagian kiri kanji ini adalah akar kata nin “orang”. Sebelah kanan kelihatannya melambangkan air yang mengalir dan riak yang mempunyai arti “menghilang”. Kesepakatan ini bersesuaian dengan konsep budha yaitu


(24)

bahwa untuk mencapai pencerahan jiwa seseorang harus membersihkan dirinya dari pikiran yang mementingkan diri sendiri sehingga dirinya akan lenyap menyatu.

Penulis menggunakan teori yang kedua karena kanji merupakan tanda, lambang, atau gambar yang mengacu pada objeknya dan segala sesuatu baik tanda, lambang, ataupun gambar dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain sehingga tanda, lambang, maupun gambar dapat dijadikan sebagai bagian dari proses komunikasi.

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui karakteristik bambu

b. Untuk mengetahui makna kanji berkarakter dasar take kanmuri dengan karakter pembentuk kanji lainnya berdasarkan hubungan makna.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

a. Menjadi sumber informasi dalam mempelajari kanji

b. Mempermudah pelajar bahasa Jepang dalam mengingat dan memahami huruf-huruf kanji berkarakter dasar take kanmuri.

1.6 Metode Penelitian

Untuk pembahasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan (library research). Metode deskriptif merupakan metode pemecahan masalah denga cara menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Saifuddin, 2004:6). Metode


(25)

kepustakaan merupakan metode yang mengutamakan pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan untuk mencapai tujuan penelitian (Mulyadi dalam Rini, 2006:13). Data yang dikumpulkan mengacu pada data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut (Tatang dalam Yusuf, 2008:12). Seperti buku, majalah, jurnal, kamus, ensiklopedia, maupun situs internet sebagai alat utama untuk mencapai tujuan penelitian.

Data yang diperoleh dari kamus kanji modern Jepang Indonesia sebagai salah satu sumber data yang utama, dipilih secara acak dari keseluruhan data yang ada di dalam kamus tersebut, sebagai data yang setelah diinterpretasikan akan dianalisis maknanya pada penelitian ini.

Menurut Kaelan (2005:76) interpretasi adalah memperantarai pesan secara eksplisit dan implisit yang termuat dalam realitas. Dalam memperantarai pesan agar dapat dipahami mecakup tiga pengertian, yaitu :

a. Interpretasi sebagai metode pengunkapan

Interpretasi dalam pengertian suatu proses menunjukkan arti, yaitu mengungkapkan, menuturkan, mengatakan sesuatu yang merupakan esensi raelitas.

b. Interpretasi sebagai metode menerangkan

Interpretasi dalam pengertian suatu upaya untuk mengungkapkan makna objek dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang berada di luar objek.

c. Interpretasi sebagai menerjemahkan

Interpretasi dalam pengertian memindahkan arti (menerjemahkan), yaitu mampu menangkap menangkap esensi atau makna yang terkandung dalam objek.

Setelah menganalisis data-data tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mencari, mengumpulkan dan mengklasifikasikan kanji-kanji yang berbushu take kanmuri. Tahap berikutnya adalah proses merangkum dan menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk


(26)

dikelompokkan dalam setiap bab dan anak bab. Dan yang terakhir berupa penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang telah diteliti, lalu dari kesimpulan yang ada dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang.

Penelitian kepustakaan dilakukan pada Perpustakaan USU, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang USU, pencarian di beberapa situs internet, serta koleksi pribadi penulis.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KANJI

2.1 Sejarah Singkat Kanji

Huruf kanji lahir kira-kira pada 1500 tahun SM di kalangan suku Kan di Cina (Hamzon, 2007:82). Huruf kanji merupakan huruf yang mengutarakan arti yang dibentuk meniru bentuk bendanya atau tanda-tanda yang diberikan dalam menunjukkan arti sesuatu benda atau sifat atau pekerjaan atau tanda-tanda lainnya. Huruf kanji adalah sistem aksara dengan aksara piktografis sebagai dasarnya. Jumlahnya tercatat 10.000 lebih, diantaranya 3000 huruf yang sering dipakai. Dengan 3000 huruf itu, terbentuklah kata-kata dan kalimat bahasa Kan.

Menurut para sarjana, huruf kanji terbentuk pada Dinasti Shang abad ke XVI SM. Menurut hasil survei arkeologis, jauh pada masa awal Dinasti Shang, peradaban Tiongkok telah berkembang sampai taraf yang cukup tinggi dengan salah satu lambangnya ialah munculnya Jiaguwen atau aksara di batok kura-kura dan tulang binatang, yang merupakan huruf zaman kuno Tiongkok (http//ms.wikipedia.org/Wiki/Tulisan kanji).

Menurut catatan sejarah, pada Dinasti Shang, raja mengadakan upacara tenung sebelum melakukan sesuatu hal yang penting. Batok kura-kura dan tulang binatang adalah alat yang digunakan dalam upacara penenungan. Sebelum dipakai sebagai alat untuk ditulisi, batok kura-kura harus diproses terlebih dahulu, yaitu pertama dibersihkan dan kemudian dipepat halus. Setelah itu, di atas permukaan batok itu akan dipahat tanda huruf yang diatur rapi. Biasanya, penenung memahat namanya serta tanggal penenungan, dan hal yang hendak diramalkan semuanya dipahat di atas batok. Seusai pemahatan, batok itu akan dipanggang dimana pahatan akan memunculkan celah-celah.


(28)

Berdasarkan arah dan bentuk celah-celah itulah, si penenung akan mendapatkan hasil ramalan. Benar atau tidaknya ramalan itu kemudian juga akan dipahat di atas batok. Apabila ramalan yang dipahat dalam batok itu terbukti benar, maka batok kura-kura itu akan disimpan sebagai arsip.

Dewasa ini, arkeolog seluruhnya menemukan 160 ribu keping batok kura-kura. Diantaranya ada beberapa batok yang utuh. Namun, ada juga keping-keping tanpa aksara. Menurut statistik, jumlah huruf yang terdapat di atas batok kura-kura dan tulang bintang itu melebihi 4000, tetapi hanya 3000 yang pernah dipelajari. Di antara 3000 aksara itu, hanya 1000 lebih yang dapat dibaca oleh sarjana. Adapun huruf yang lain tak bisa dimengerti atau terdapat perselisihan serius mengenai artinya. Walaupun demikian, melalui 1000 lebih aksara itu dapat kita ketahui secara kasar keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan Dinasti Shang. Huruf yang tertulis di batok kura-kura dan tulang binatang merupakan huruf yang sistematis dan merupakan dasar huruf kanji kemudian.

Menurut Indra (2002:15), bahwa sampai abad ke-3 SM bangsa Jepang tidak mempunyai bahasa tulisan sama sekali. Namun, bangsa Jepang telah memiliki bahasa lisan dan ketika mereka menemukan bahwa bangsa Cina yang menjadi tetangga mereka sudah memiliki bahasa lisan dan tulisan, mereka lalu meminjam sistem penulisan bangsa Cina. Huruf kanji didatangkan ke Jepang pada abad ke-4 atau awal abad ke-5 yang juga disertai pengucapannya dalam bahasa Kan, yang kemudian di Jepang disebut dengan on-yomi (cara baca on). Tetapi, arti huruf tersebut juga bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang asli, sehingga huruf kanji tersebut juga dibaca dengan bahasa Jepang asli yang disebut kun-yomi (cara baca kun). Walaupun, bangsa Jepang dapat menggunakan huruf-huruf kanji Cina yang dipinjamnya itu untuk menuliskan akar kata bahasa mereka, namun huruf-huruf tersebut tidak bisa dipakai untuk menuliskan akhiran gramatikal, karena tata bahasa dan morfologi bahasa


(29)

Cina tidak ada akhiran gramatikal yang memperlihatkan kedudukan kata dalam kalimat seperti halnya dalam bahasa Jepang.

Pada mulanya, bangsa Jepang mencoba menggunakan huruf-huruf Cina untuk menuliskan baik akar kata maupun akhiran gramatikalnya. Tetapi, setelah beberapa ratus tahun kemudian, mereka menemukan bahwa cara ini tidak berhasil dengan baik, sehingga mereka mencoba meringkas beberapa huruf menjadi sistem fonetik, yang menyerupai sistem abjad latin dan dengan demikian mereka bisa menggunakannya untuk menuliskan akhiran gramatikal dalam bahasa mereka. Mereka berhasil dengan cara ini dan menanamkan huruf-huruf fonetik tersebut dengan nama Kana.

Huruf kanji Jepang keseluruhannya berjumlah berkisar sekitar 50.000 huruf dan dipergunakan berjumlah sekitar 10.000 huruf. Tetapi yang dipergunakan sehari-sehari yang telah ditetapkan oleh kementerian pendidikan Jepang sebanyak 1850 huruf yang disebut jouyou kanji (Hamzon, 2007:82).

Berikut sejarah singkat terbentuknya huruf kanji di Cina

1. Kanji kōkotsu (甲骨)

Kanji kōkotsu adalah huruf kanji yang paling kuno yang pernah ditemukan di Cina. Huruf ini digunakan pada zaman In (殷) sekitar abad ke-14 SM sampai abad ke-11 SM. Di dalam tempat penyembahan terdapat kulit kura-kura dan tulang-tulang binatang yang dimasukkan ke dalam lubang, kemudian dibakar. Dan arang tersebut dipakai untuk menulis huruf-huruf yang mereka ciptakan pada saat itu. Huruf ini ditemukan di Cina 3500 tahun yang lalu.


(30)

Huruf kanji kinbun digunakan pada zaman dinasti Chou (周) sekitar abad ke-11 SM sampai abad ke-7 SM. Huruf ini ditemukan terukir di peralatan perunggu yang telah dibuatnya.

3. Kanji Tenbun (篆文)

Huruf kanji tenbun digunakan pada awal kekaisaran dinasti Chin (秦) pada waktu negeri Cina bersatu, sekitar abad ke-3 SM. Pada saat itu setiap tempat di dalam negeri Cina kesulitan menggunakan huruf kanji yang bermacam-macam. Karena kesulitan dalam menggunakan huruf kanji kinbun, akhirnya pemerintah menetapkan huruf kanji tenbun.

4. Kanji Kaisho (楷書)

Huruf kanji kaisho yaitu huruf kanji yang digunakan secara umum sampai sekarang. Setelah dinasti Chin (秦) kemudian berganti menjadi dinasti Han (漢) sekitar abad ke-3 SM sampai abad ke-3 M. Pada masa ini huruf kanji berubah menjadi berbentuk garis lurus, huruf ini biasa disebut reisho (隷書) atau karakter persegi.


(31)

2.2 Cara Baca Kanji dan Cara Penulisan Kanji 2.2.1 Cara Baca Kanji

Kanji merupakan tulisan yang diadopsi dari negeri Cina. Oleh karena itu, pengadopsian tulisan ini tidak hanya dalam bentuk hurufnya saja, tetapi juga cara pengucapan dan maknanya. Dikarenakan Jepang pada waktu itu telah mempunyai bahasa sendiri, maka dengan masuknya tulisan kanji yang memiliki perbedaan pengucapan dengan bahasa Jepang, menimbulkan dualisme cara baca huruf dalam bahasa Jepang (Nandi, 2003:10). Karena itu, hampir semua kanji yang dipinjam dari Cina memiliki dua cara pengucapan, yaitu on-yomi (cara baca Cina) dan kun-yomi (cara baca Jepang).

On-yomi merupakan cara baca kanji sesuai dengan lafal pengucapan dalam bahasa Cina pada zaman dahulu. Dalam setiap kanji terkadang memiliki lebih dari satu cara baca on, sebagai contoh kanji 反, kanji ini dapat dibaca hon, han, maupun tan. On-yomi biasanya

sering dijumpai pada kanji majemuk atau jukugo, yang pada umumnya merupakan penerapan perkataan bahasa Cina sebagai konsep yang sebelumnya tidak pernah ada dalam bahasa Jepang. Tetapi, terdapat pengecualian terhadap nama keluarga. Biasanya untuk nama keluarga, kun-yomilah yan sering digunakan. Misalnya, 田中 (Tanaka).

Kun-yomi merupakan cara baca kanji dengan menetapkan bahasa Jepang sebagai cara membaca kanji yang berkenaan dengan arti kanji tersebut. Sama halnya dengan cara baca on, cara baca kun juga terkadang lebih dari satu pada setiap kanji. Hal ini disebabkan karena kanji di Jepang digunakan secara meluas dan juga karena penggunaannya dibagi menjadi bermacam-macam arti sebagai kosakata bahasa Jepang, sehingga jumlah cara baca kun menjadi bertambah. Misalnya kanji 生. Kanji tersebut secara kun-yomi dapat dibaca ikiru,


(32)

hayasu, haeru, umareru, umu, ikeru, ikasu, ou, nama, dan ki. Begitu juga halnya dengan kanji 交. Kanji ini secara kun-yomi dapat dibaca majiru, mazaru, mazeru, kau, dan kawasu.

Tetapi, tidak semua kanji memiliki on-yomi dan kun-yomi. Terkadang ada kanji yang memiliki on-yomi saja seperti, kanji (e atau kai). Sebaliknya, ada juga kanji yang hanya

memiliki kun-yomi saja seperti, kanji (hatake). Selain itu, terdapat pengecualian terhadap

cara baca kun dimana hal tersebut berlaku pada bahasa atau kosa kata bahasa Jepang yang telah ada sejak zaman dahulu. Bahasa atau kosa kata tersebut tidak dibaca dari masing-masing cara baca kanji tersebut, tetapi dibaca dengan cara baca yang khusus. Karena cara bacanya khusus disebut dengan istilah jukujikun atau kosa kata baku. Contohnya, kanji 今日.

Kanji ini dibaca kyou, tidak dibaca ima nichi (secara kun-yomi) atau konhi / konjitsu (secara on-yomi).

Munculnya cara baca on-yomi yang lebih dari satu disebabkan karena kanji tersebut dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan zaman di Cina (Nandi, 2003:12). Dalam cara baca on, karena periode masuknya kanji Cina berasal dari beberapa periode dan berasal dari tempat-tempat yang berbeda, terdapat tiga jenis kelompok pelafalan. Tiga kelompok pelafalan tersebut dikenal dengan istilah go-on, kan-on, dan tou-on.

1. Go-on

Go-on merupakan bunyi huruf kanji yang paling awal dibawa ke Jepang. Bunyi huruf ini berasal dari Cina bagian selatan yang merupakan lafal yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di hilir sungai Yengse. Go-on juga disebut sebagai lafal Wu (abad ke-5 dan ke-6) dan merupakan lafal ketika zaman Dinasti Selatan dan Utara. 2. Kan-on


(33)

Kan-on merupakan bunyi huruf kanji yang dibawa ke Jepang oleh Kentoushi dan Kenzuishi yang dikirim oleh pemerintah Jepang untuk belajar keluar negeri. Bunyi huruf ini merupakan lafal yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di bagian utara Cina. Kan-on disebut juga lafal Han dan merupakan lafal ketika zaman Dinasti Tang (abad ke-7 hingga ke-9).

3. Tou-on

Tou-on merupakan bunyi huruf kanji yang masuk ke Jepang pada zaman feodal (zaman Heian hingga zaman Edo) yang dibawa oleh para pedagang Cina dari Ouchou. Tou-on disebut juga lafal Tang dan merupakan lafal yang digunakan pada dinasti-dinasti selanjutnya seperti Dinasti Song dan Dinasti Ming (Hamzon, 2007:101).

Contoh :

Go-on Kan-on Tou-on

行 Gyou Kou An

外 Ge Gai Ui

東 Tou Tou Ton

看 Kan Kan Kan

2.2.2 Cara Penulisan Kanji 2.2.2.1 Kakusuu

Kanji terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan. Garis-garis atau coretan-coretan yang membentuk kanji ini biasanya dihitung. Jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji inilah yang dimaksud dengan kakusuu. Jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji sangat beragam. Ada kanji sederhana yang terbentuk dari garis atau


(34)

coretan yang sedikit, namun ada juga kanji rumit yang memiliki jumlah garis atau coretan yang cukup banyak.

Sama seperti bushu, kakusuu pun dapat dipakai sebagai cara untuk mencari (arti) kanji yang ada pada sebuah kamus seperti kamus kanji, Kokugo Jiten, dan sebagainya. Oleh sebab itu biasanya kamus-kamus seperti yang disebutkan tadi, selain dilengkapi dengan daftar bushu, dilengkapi pula dengan daftar kakusuu untuk mempermudah cara pemakaiannya.

2.2.2.2 Hitsujun

Hitsujun ialah urutan penulisan garis-garis atau coretan-coretan pada saat menulis sebuah kanji. Istilah hitsujun tidak hanya berlaku bagi penulisan kanji, tetapi berlaku juga bagi penulisan hiragana dan katakana.

Nama-nama garis atau coretan yang biasa dipakai untuk penulisan kanji dapat kita lihat sebagai berikut (katoo, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:65) :

1. Ten (丶)

2. Yokokaku atau Ookaku (一)

3. Tatekaku atau Juukaku (丨)

4. Hidariharai ( / )

5. Migiharai (丶)

6. Ore ( ¯ l )

7. Hane (儿)

8. Tome ( l--)


(35)

Sebagai salah satu upaya dalam bidang pengajaran huruf kanji pada pendidikan sekolah di Jepang terutama untuk menyeragamkan hitsujun (urutan penulisan kanji) untuk penulisan kyouiku kanji, maka pada tahun 1958 Monbusho menyusun Hitsujun Shidoo no Tebiki. Prinsip-prinsip penulisan urutan kanji yang dikemukakan pada Hitsujun Shidoo no Tebiki tersebut adalah sebagai berikut (Iwabuchi, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:66) :

1. Kanji ditulis dengan urutan dari atas ke bawah 三. 2. Kanji ditulis dari urutan kiri ke kanan 川.

3. Yokokaku pada kanji yang memiliki tulisan berbentuk silang ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji, 大 ). Tetapi yokokaku pada bentuk silang pada kanji-kanji , 田, 王, dan sebagainya ditulis belakangan.

4. Garis atau coretan yang merupakan bagian tengah kanji ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 小, 水 ) kecuali coretan-coretan pada huruf kanji 火 dan 性.

5. Garis atau coretan yang merupakan bagian luar kanji ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 国, 何 ).

6. Coretan hidariharai ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 人 , 文 ).

7. Coretan tatekaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji yang lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 中, 車). Huruf-huruf seperti

里, 重, dan lain-lainnya (yang memiliki tatekaku yang memotong bagian kanji yang lainnya tidak sampai keluar menembus bagian atas ataupun bagian bawah) ditulis dengan urutan ; pertama-tama bagian atas kanji, lalu tatekaku, dan terakhir bagian bawah kanji tersebut.

8. Coretan yokokaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya 女 , 子 , 母 ).


(36)

2.2.2.3 Okurigana

Okurigana ialah huruf kana yang ditulis langsung setelah huruf kanji untuk menentukan cara baca pada waktu menulis wago menggunakan huruf kanji. Misalnya huruf む pada kata

読む, huruf-huruf み dan き pada kata 読み dan 書き, dan sebagainya (Kindaichi, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:89).

Untuk menuliskan okurigana tersebut telah dibuat aturan-aturannya dalam bentuk Okurigana no Tsukekata ‘Cara-Cara Penulisan Okurigana’ yang ditetapkan sebagai maklumat kabinet tahun 1973 yang dijadikan dasar untuk penulisan okurigana dalam surat kabar, majalah, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Iwabuchi Tadasu, dalam Sudjianto dan Ahmad dahidi (2007:90) menyimpulkan intisari aturan-aturan tersebut sebagai berikut :

a. Okurigana dipakai untuk menuliskan katsuyoo gobi pada kata-kata yang dapat

berubah, misalnya : 読む, 食べる, 高い.

b. Keiyooshi yang berakhir dengan gokan shi, okurigana-nya ditulis dimulai silabel し, misalnya : 美しい, 珍しい.

c. Keiyoodooshi yang mengandung か, やか, らか, okurigananya ditulis dimulai dari silabel-silabel tersebut, misalnya : 静かだ, 明らかだ, 穏やかだ.

d. Meishi dan daimeishi tidak memakai okurigana, misalnya : 月, 男, 彼.

e. Fukushi dan setsuzokushi memakai satu silabel okurigana pada bagian akhir

katanya, misalnya : 必ず, 但し.

f. Bagian kata yang ada kemungkinan susah atau terjadi salah baca, banyak memakai okurigana, misalnya : 後ろ, 少ない.

g. Kata-kata yang berasal dari kata lain memakai okurigana kata asalnya, misalnya : 重たい, 大きさ, 必ずも.


(37)

h. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan kata yang dapat berubah, memakai

okurigana pada masing-masing asal katanya, misalnya : 聞き苦しい, 移る変わる.

i. Fukugoo meishi ‘nomina majemuk’ yang mengandung bagian kata yang dapat

berubah, pada masing-masing bagian kata yang dapat berubah tersebut memakai

okurigana, misalnya : 教え子, 大写し, 山登り.

j. Nomina yang sudah tetap sebagai kata yang biasa dipakai sehari-hari tidak memakai okurigana, misalnya : 話, 光, 場合.

Penjelasan di atas adalah cara pemakaian okurigana berdasarkan honsoku dan reigai dari Okurigana no Tsukekata. Honsoku adalah aturan-aturan dasar pemakaian okurigana, sedangkan reigai adalah cara pemakaian okurigana yang dilakukan sebagai kebiasaan yang tidak berdasarkan atau tidak sesuai dengan honsoku. Namun, selain itu ada juga yang disebut kyoyoo yaitu cara pemakaian okurigana yang dilakukan sebagai kebiasaan bersamaan dengan bentuk yang berdasarkan pada honsoku. Contoh bentuk kyoyoo dapat kita lihat pada kata-kata yang berada diluar tanda kurung seperti : 表わす ( 表す), 起る ( 起こす ), 当り(当たり),

申込む ( 申し込む ).

2.2.2.4 Furigana

Furigana ialah huruf kana yang dipakai di atas atau di sebelah huruf untuk menunjukkan cara baca huruf kanji. Furigana disebut juga yomigana dan disebut juga rubi yang ada pada huruf cetak (Kindaichi dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2007:92). Hampir sama dengan pengertian itu, furigana dikatakan juga sebagai huruf kana kecil yang dipakai di sebelah kanji untuk menunjukkan cara baca kanji. Furigana yang dipakai dipakai di semua kanji dalam suatu tulisan disebut soorubi, sedangkan yang dipakai pada kanji-kanji tertentu pada suatu tulisan disebut pararubi. Untuk menulis furigana sekarang ini biasa memakai


(38)

hiragana, tetapi dulu katakana juga pernah dipakai untuk menulis furigana (Nomura dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2007:92).

Contoh :

にほん

,日本は

ぶっか

,物価が

たか

,高い。

2.3. Asal-Usul Huruf Kanji

Bangsa Jepang menuliskan bahasanya dengan ideogram yang mereka pinjam dari bangsa Cina hampir dua ribu tahun yang lalu. Dua ribu tahun sebelumnya, bangsa Cina purba sudah membentuk ideogram dari gambar-gambar yang mereka kenal (Indra, 2002:8). Misalnya gambar lentera duduk dari batu yang ditemukan pada kota-kota kuno di Cina, , digambarkan lebih sederhana menjadi bentuk yang lebih abstrak 京 yang merupakan tulisan

untuk kata ibu kota.

Untuk menuliskan kata-kata yang menyatakan gagasan, perbuatan, atau perasaan, yaitu kata-kata yang maknanya terlampau dalam untuk dapat dilukiskan, bangsa Cina lalu menggambarkan beberapa gambar untuk melukiskan peristiwa yang menunjukkan makna kata tersebut. Misalnya, gabungan tulisan yang bermakna matahari 日 dan pohon 木, untuk

menyatakan kata timur 東, yang merupakan arah dimana kita harus menghadap jika kita

hendak melihat matahari yang sedang terbit di balik pohon. Pada mulanya, gambar tersebut tampak seperti ini, kemudian disederhanakan menjadi seperti ini 東.

Huruf-huruf yang dihasilkan oleh bangsa Cina tersebut, banyak diantaranya yang merupakan bentuk gambaran dari manusia dalam berbagai bentuk dan sikap ataupun dari bagian-bagian tubuh manusia. Selain itu, dihasilkan dari bentuk benda-benda alami, seperti : matahari, burung, tanaman, dan sebagainya dan juga dari bentuk rumah, persenjataan, kendaraan, dan perlengkapan busana.


(39)

Setelah huruf-huruf tersebut ditemukan, tahap selanjutnya adalah pembakuan penulisannya. Setelah sekitar dua ribu tahun, mereka dapat menyederhanakan dan menyelaraskan gambar-gambar tersebut sehingga mempunyai ukuran yang sama dan pas dengan bentuk persegi. Pada hakekatnya, penyederhanaan tersebut berupa pengubahan bentuk-bentuk lingkaran menjadi bentuk persegi, pelurusan sebagian bentuk garis serta penghilangan bentuk garis-garis lainnya, dan penyederhaan bagian gambar yang lebih rumit. Dengan demikian, dapat ditulis dengan lebih cepat dan lebih mudah, atau memberikan gambaran yang lebih memenuhi citarasa.

Tentang asal mula terjadinya huruf kanji dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu berdasarkan cara pembentukan kanji dan berdasarkan cara pemakaian.

2.3.1 Berdasarkan Cara Pembentukan Kanji 2.3.1.1 Shokei Moji

Shokei artinya mencontoh atau meniru dan moji artinya huruf. Jadi, shokei moji merupakan huruf yang dibentuk dengan cara mencontoh atau meniru bentuk benda sesungguhnya atau merupakan huruf hasil penyederhanaan dari benda-benda yang terlihat mata.

Contoh : 日 (nichi) : matahari

(tsuki) : bulan

Huruf-huruf tersebut berasal dari gambar


(40)

Huruf shokei moji jumlahnya sedikit, tetapi merupakan dasar pembentukan huruf kanji lainnya.

2.3.1.2 Shiji Moji

Shiji artinya menunjuk atau menyatakan sesuatu yang tidak mempunyai bentuk. Jadi, shiji moji adalah huruf yang menunjukkan hal-hal yang bersifat abstrak yang digambarkan dengan tanda-tanda tertentu seperti garis atau titik.

Contoh: 上 (ue) : atas

(naka) : tengah

(shita) : bawah

Huruf-huruf tersebut berasal dari gambar


(41)

2.3.1.3 Kaii Moji

Kaii artinya penggabungan arti. Jadi, kaii moji adalah huruf yang dibuat dengan cara menggabungkan beberapa huruf, baik shiji moji ataupun shokei moji yang dapat menimbulkan pengucapan dan arti kata yang baru.

Contoh : 男 (otoko) : laki-laki

(mei, akarui) : terang

Kanji 男 (otoko: laki-laki) di atas dibentuk dari gabungan kanji (ta: sawah) dan

(chikara: tenaga). Pengertiaannya adalah bahwa ‘laki-laki’ adalah orang yang mempunyai tenaga untuk mengolah sawah atau tanah pertanian. Kanji 明るい (akarui: terang) di atas

dibentuk dari gabungan kanji 日(nichi: matahari) dan (tsuki: bulan). Pengertiaannya adalah

bahwa ‘terang’ terjadi karena adanya matahari dan bulan yang memiliki sifat terang. Apabila ada matahari dan bulan maka, akan menjadi terang.

2.3.1.4 Keisei Moji

Keisei artinya menunjukkan suara atau bunyi. Jadi, keisei moji adalah huruf yang dibuat dari gabungan bentuk dan bunyi. Artinya, salah satu bagian mengutarakan bunyi bacaan dan bagian lain mengutarakan jenis artinya atau karakter dasar.


(42)

Contoh : 清 (sei, kiyomeru) : jernih, bersih

Kanji di atas dibaca sesuai dengan bagian yang di kanan, yaitu 清 ( sei, aoi). Tetapi,

artinya sesuai dengan bagian huruf yang di kiri yang memiliki makna yang berhubungan dengan air. Sehingga arti kanji tersebut adalah air yang biru yang berarti jernih atau bersih. Kanji yang diambil dari suara atau bunyi biasanya digunakan untuk memudahkan dalam membaca on-yomi. Apabila ada huruf yang bagiaannya memiliki kesamaan, maka umumnya memiliki cara baca yang juga sama. Misalnya, jika ada huruf yang mempunyai unsur 清 (sei),

maka umumnya akan dibaca sei juga walaupun artinya berbeda. Contoh : 静 (sei) : tenang

(sei) : murni

2.3.2 Berdasarkan Cara Pemakaian Kanji 2.3.2.1 Tenchuu Moji

Tenchuu Moji adalah peminjaman huruf yang sudah ada, tetapi artinya berubah atau dibelokkan, namun masih berdasarkan atau tidak terlepas dari arti aslinya.

Contoh : 薬 (kusuri) : obat

Kanji di atas dibentuk dari gabungan karakter dasar kusa kanmuri yang menunjukkan makna rumput atau tanaman dan kanji 楽しい yang artinya senang. Hubungannya adalah

bahwa tanaman dahulu sering dijadikan obat. Kalau kita sakit dan meminum obat yang tebuat dari tanaman tersebut maka akan sembuh dan menjadi senang. Sehingga obat-obatan tersebut merupakan tanaman yang membuat kita senang.


(43)

2.3.2.2 Kasha Moji

Kasha moji adalah peminjaman bunyi, dimana artinya tidak ada hubungannya sama sekali dengan huruf yang dipinjamnya. Biasanya kasha moji dingunakan untuk nama-nama tempat, negara, dan lain-lain.

Contoh : 亜米利加 : Amerika

印度 : India

2.4 Pembagian Bushu

Berdasarkan cara pembentukan kanji, terdapat istilah yang disebut keisei moji. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa keisei moji merupakan huruf yang dibuat dari gabungan bentuk dan bunyi. Artinya, salah satu bagiannya merupakan karakter dasar atau bushu yang menunjukkan makna dan bagian yang lainnya menunjukkan suara. Dalam jenis kanji yang termasuk ke dalam keisei moji, dikatakan bahwa lebih kurang 85% huruf kanji adalah termasuk ke dalam keisei moji (Hamzon, 2007:87). Oleh karena itu, berarti 85% huruf kanji mempunyai bushu.

Bushu merupakan karakter dasar yang menyatakan makna tertentu, selain berguna untuk memahami arti berdasarkan hubungan makna dengan pembentuk kanji lainnya, bushu juga berguna untuk membuka kamus kanji (Nandi, 2003:i). Ditinjau dari letaknya, bushu terdiri dari tujuh jenis. Jenis-jenis tersebut yaitu, hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyou, dan kamae.

2.4.1. Hen

Hen adalah bushu yang terletak di bagian kiri sebuah kanji. Yang termasuk bushu jenis hen antara lain :


(44)

a. Ninben 「イ」

Bushu ini menunjukkan orang. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan sifat, perbuatan, kebiasaan, dan keadaan orang.

Contoh : 休 (kyū) : istirahat

(tai) : badan

b. Onna hen 「女」

Bushu ini menyatakan wanita. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan wanita, baik itu sifat, kebiasaan, atau pekerjaan wanita.

Contoh : 妹 (imōto) : adik perempuan

(yome) : pengantin perempuan

c. Kuchi hen 「口」

Bushu ini menyatakan mulut. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan mulut atau bibir.

Contoh : 咬 (kō) : menggigit

(jū) : kutukan, sihir

d. Te hen 「手」

Bushu ini menyatakan tangan. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan tangan atau kegiatan tangan.


(45)

(tei) : menyentuh

e. Kome hen 「米」

Bushu ini menyatakan beras. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan beras.

Contoh : 粒 (tsubu) : biji-bijian

(kona) : tepung

f. Sanzui 「氵」

Bushu ini menyatakan air. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan air atau zat cair.

Contoh : 池 (ike) : kolam

(mizuumi) : telaga, danau

g. Hihen 「日」

Bushu ini menyatakan hari atau matahari. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan waktu, hari dan matahari.

Contoh: 時 (toki) : waktu

(ha-re) : cerah

h. Tsuchi hen 「土」

Bushu ini menyatakan tanah. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan tanah, daerah / wilayah.


(46)

Contoh: (chi) : tanah / daerah

(sakai) : batas (wilayah)

i. Gonben 「言」

Bushu ini menyatakan kata atau bahasa. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan perkataan atau pembicaraan.

Contoh: 語 (go) : bahasa

(setsu) : menjelaskan

2.4.2 Tsukuri

Tsukuri adalah bushu yang terletak di bagian kanan sebuah kanji. Yang termasuk bushu jenis tsukuri antara lain :

a. Torizukuri 「鳥」

Bushu ini menyatakan burung. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan burung.

Contoh: 鳩 (hato) : merpati

(tsuru) : bangau

b. Furutori 「隹」

Bushu ini menyatakan burung. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan unggas.


(47)

(mesu) : betina

c. Tsukizukuri 「月」

Bushu ini menyatakan bulan. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan bulan.

Contoh: 朝 (asa) : pagi

(ki) : waktu

d. Chikazukuri 「力」

Bushu ini menyatakan tenaga. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan tenaga atau kekuatan.

Contoh: 勤 (kin) : bekerja

(dou) : bergerak

e. Ougaizukuri 「頁」

Bushu ini menyatakan kepala. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan kepala atau wajah.

Contoh: 頂 (chou) : bagian atas kepala

(gan) : keras kepala

2.4.3. Kanmuri

Kanmuri adalah bushu yang terletak di bagian atas sebuah kanji. Yang termasuk bushu jenis kanmuri antara lain :


(48)

a. Kusa kanmuri 「サ」

Bushu ini menyatakan rumput. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan rumput, tanaman atau tumbuhan.

Contoh: 茶 (cha) : teh

(kusa) : rumput

b. Take kanmuri 「竹」

Bushu ini menyatakan bambu. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan bambu.

Contoh: (zaru) : keranjang bambu

( kasa) : topi bambu

c. Hitogashira 「十」

Bushu ini menyatakan orang. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan orang atau manusia.

Contoh: 老 (kai) : pertemuan

(nen) : kenangan

d. Ame kanmuri 「雨」

Bushu ini menyatakan hujan. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan hujan.


(49)

(kaminari) : petir

e. Ukanmuri 「ウ」

Bushu ini menyatakan atap. Bagian susunan kanji ini artinya ada hubungan dengan keadaan di dalam bangunan (rumah, kantor, toko) dan sebagainya.

Contoh: 宿 (shuku) : penginapan

(guu) : tempat tinggal sementara

2.4.4 Ashi

Ashi adalah bushu yang terletak di bagian bawah sebuah kanji. Yang termasuk bushu jenis ashi antara lain :

a. Nichi ashi 「日」

Bushu ini menyatakan hari atau matahari. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan waktu, hari, matahari.

Contoh: (mukashi) : masa lalu

暑い (atsui) : panas

b. Hito ashi 「ル」

Contoh: 先 (sen) : yang didahulukan

(men) : pembebasan


(50)

Bushu ini menyatakan hati. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan hati atau perasaan / emosi.

Contoh: (chuu) : kesetiaan

(on) : cemburu

d. Nijū ashi 「廾」

Contoh: 弊 (hei) : kejahatan

弄 (rou) : mempermainkan

e. Renga, rekka 「灬」

Bushu ini menyatakan api. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan api atau sifat api.

Contoh: 熱 (netsu) : panas

煮る (niru) : mendidih

2.4.5. Tare

Tare adalah bushu yang terletak di bagian atas membentuk siku-siku ke kiri bawah. Yang termasuk bushu jenis tare antara lain :

a. Shikabane, kabane 「尸」

Contoh: 尼 (ama) : biarawati

(kutsu) : menekuk b. Gandare 「厂」


(51)

(atsu) : tekanan c. Yamaidare 「疒」

Bushu ini menyatakan penyakit. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan sakit atau penyakit.

Contoh: (tou) : penyakit cacar

(you) : bisul d. Madare atau ten ichidare 「广」

Bushu ini menyatakan atap. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan atap, rumah, dan sebagainya.

Contoh: 庭 (niwa) : halaman

(shou) : lantai

2.4.6 Nyou

Nyou adalah bushu yang terletak di bagian kiri membentuk siku-siku ke kanan bawah. Yang termasuk bushu jenis nyou anatar lain :

a. Fuunyou 「風」

Bushu ini menyatakan angin. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan angin.

Contoh: 颱 (tai) : topan

(guu) : badai b. nezuminyou 「鼠」

Bushu ini menyatakan tikus. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan tikus atau hewan pengerat.


(52)

(en) : tikus mondok c. Bokunyou 「麦」

Bushu ini menyatakan gandum. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan gandum.

Contoh: (men) : tepung gandum

(hou) : bola nasi yang lengket d. Sonnyou 「走」

Bushu ini menyatakan lari. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan lari atau bergerak.

Contoh: 赴 (fu) : menuju ke

(ki) : bangun

e. Shinyou 「之」

Bushu ini menyatakan jalan. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan jalan.

Contoh: 辿 (ten) : mencari jalan

(jun) : berkeliling

f. Ennyou 「廴」

Bushu ini menyatakan jalan. Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan jalan dan panjang.

Contoh: (en) : rentangan


(53)

2.4.7 Kamae

Kamae adalah bushu yang mengelilingi atau memagari bagian dalam sebuah kanji. Yang termasuk bushu jenis kamae antara lain :

a. Shinigamae 「歹」

Contoh: 死 (shi) : meninggal

b. Yukigamae / gyou gamae 「行」

Contoh: 街 (kai) : jalan

(jutsu) : seni, teknik

c. Monogamae 「門」

Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan pintu atau gerbang.

Contoh: 開 (kai) : membuka

(kei) : pintu gerbang

d. Dogamae, keigamae 「冂」

Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan tutup.

Contoh: 肉 (niku) : daging


(54)

e. Kunigamae 「口」

Kanji yang bagiannya memiliki bushu ini mempunyai arti yang berhubungan dengan keliling, lingkaran, dan tempat di sekitarnya.

Contoh: 国 (kuni) : negara

(kai) : berputar

2.5 Karakteristik Bambu 2.5.1 Asal Usul Bambu

Tanaman bambu banyak ditemui di daerah tropik di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di benua Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi wilayah Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah Indoburma dianggap sebagai daerah asal tanaman ini. Selain di daerah tropis, bambu juga menyebar ke daerah subtropis dan daerah iklim sedang di dataran rendah sampai dataran tinggi.

2.5.2 Klasifikasi Bambu

Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput raksasa. Penghasil rebung ini memang termasuk dalam family rumput-rumputan (gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu dimasukkan kedalam subfamily bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai beberapa spesies atau jenis.

Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa,


(55)

Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrostachys (Nur Berlian dan Estu Rahayu, 1995:8).

2.5.3 Morfologi Tanaman Bambu 2.5.3.1 Deskripsi Tanaman

Tanaman bambu yang kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat, dan batangya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunnya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga.

Batang-batang bambu muncul dari buku-buku rimpang yang menjalar di bawah tanah. Batang-batang yang sudah tua keras dan umumnya berongga, berbentuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Antara ruas yang satu dengan ruas yang lain dihubungkan oleh buku cabang. Pada buku-buku batang biasanya terdapat mata tunas, demikian juga pada cabang-cabang rimpangnya. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m. Diameter batangnya 0,25 – 25 cm dan ketebalan dindingnya sampai 25 mm.

Pada bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut pelepah batang. Biasanya pada batang yang telah tua pelepah batangnya mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang berbentuk segitiga dan disebut subang yang biasanya gugur lebih dahulu. Bentuk seperti pelepah ini terdapat juga pada cabang-cabang tetapi ukurannya agak besar dan panjang serta selalu hijau. Inilah yang dikenal sebagai daun bambu. Pelepahnya disebut pelepah daun. Daun bambu berbentuk pita dengan tulang daun yang sejajar. Pelepah daun ditutupi bulu-bulu halus berwarna cokelat atau hitam yang disebut miang. Bulu-bulu pada pelepah daun ini gatal sekali bila tersentuh.


(56)

2.5.3.2 Tipe Pertumbuhan

Tanaman bambu mempunyai 2 tipe pertumbuhan rumpun, yaitu simpodial (clump type) dan monopodial (running type). Pada tipe simpodial tunas baru keluar dari ujung rimpang. Sistem percabagan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul dan tumbuh membentuk rumpun. Bambu tipe simpodial tersebar di daerah tropis, seperti yang terdapat di Indonesia dan Malaysia.

Pada bambu tipe monopodial tunas baru keluar dari buku-buku rimpang dan tidak membentuk rumpun. Batang dalam satu rumpun menyebar sehingga tampak seperti tegakan pohon yang terpisah-pisah. Jenis bambu ini biasanya ditemukan di daerah subtropis seperti Jepang, Cina, dan Korea.

Bambu Simpodial Bambu Monopodial Habitat Rumpun Batangnya tumbuh dalam

satu kumpulan atau rumpun yang rapat.

Batangnya tumbuh terpencar satu sama lain dengan jarak tertentu.

Rhizome Pendek, lebih besar dari

batang dengan bonggol dan internode pendek.

Panjang, lebih ramping dari batang. Batang tumbuh dari ruas.

Daun Tidak terdapat urat-urat daun melintang

Selalu terdapat urat daun melintang dan biasanya nyata. Contoh Jenis Bambu Bambusa sp,

Dendrocalamus sp.

Arundaria sp, Phllyostachys sp.


(1)

memiliki pengertian bahwa, tulang rusuk (batang) bambu bersifat berserabut, pada saat batang bambu dipotong akan terlihat jelas jika tekstur batang bambu sifatnya berserabut. Selain itu, batang bambu juga memiliki daya tahan yang sangat kuat. Pada manusia, orang yang kuat digambarkan sebagai orang yang memiliki tubuh kekar dan berotot. Jadi, kanji 筋 (suji atau da-rake) memiliki makna berotot atau berserabut.

3.

= sama, mirip

Kanji ini secara onyomi dibaca トウ (tō) dan secara kunyomi dibaca ひとしい (hitoshii).

Kanji ini terdiri dari dua karakter yaitu, karakter dasar 竹 (take kanmuri) yang menunjukkan makna bambu dan karakter 寺 (tera) yang berarti kuil. Apabila kedua karakter ini digabungkan, akan memiliki pengertian kuil bambu. Hubungan makna kedua karakter ini jika dianalisis, akan memiliki pengertian bahwa, bentuk atau arsitektur dari kuil bambu yang satu dengan bentuk kuil bambu yang lainnya di Jepang, pada umumnya memiliki banyak kesamaan atau sangat mirip satu sama lainnya. Jadi, kanji 等しい (hitoshii) memiliki makna sama atau mirip.


(2)

makna kedua karakter ini jika dianalisis, akan memiliki pengertian bahwa, kuda yang sudah dikandangkan dan dipelihara (jinak) memiliki sifat yang ramah kepada manusia terutama pada pemiliknya. Selain itu, pada saat bekerja atau dimanfaatkan tenaganya, dia akan membantu tuannya dengan sungguh-sungguh. Jadi, kanji 篤い (atsui) memiliki makna ramah atau bersungguh-sungguh.

5.

= kasar (tidak halus)

Kanji ini secara onyomi dibaca ホン (hon).

Kanji ini terdiri dari dua karakter yaitu, karakter dasar 竹 (take kanmuri) yang menunjukkan makna bambu dan karakter 本 (hon) yang berarti asli atau nyata. Apabila kedua karakter ini digabungkan, akan memiliki pengertian bambu yang asli. Hubungan makna kedua karakter ini jika dianalisis, akan memiliki pengertian bahwa, bambu yang asli dan belum mengalami perubahan memiliki tekstur yang kasar (tidak halus). Jadi, kanji 笨 (hon) memiliki makna kasar (tidak halus).


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah membahas mengenai karakter dasar take kanmuri melalui skripsi yang berjudul “Analisis Interpretasi Makna Kanji Berbushu (Berkarakter Dasar) Take Kanmuri”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Huruf kanji adalah gambar atau lambang tulisan yang memiliki makna atau arti. Huruf kanji termasuk kedalam kelompok hyou-i moji atau huruf yang mengungkapkan arti. 2. Sebagian besar kanji memiliki dua cara pengucapan yaitu, onyomi dan kunyomi.

On-yomi merupakan cara baca kanji sesuai dengan lafal / pengucapan Cina pada zaman

dahulu. Sedangkan kun-yomi merupakan cara baca kanji dengan lafal / pengucapan Jepang.

3. Bushu atau karakter dasar merupakan bagian yang terpenting dari suatu kanji yang

dapat menyatakan arti secara umum. Dengan mengetahui arti dari masing-masing

bushu tersebut, maka dapat mempermudah dalam memahami makna sebuah kanji, baik

ketika berdiri sendiri sebagai karakter dasar maupun ketika digabungkan dengan karakter pembentuk kanji lainnya. Selain itu, bushu juga dapat mempermudah ketika mencari (arti) suatu kanji pada sebuah kamus.


(4)

take kanmuri pada huruf kata kerja, 23 buah kanji berbushu take kanmuri pada kata

benda, dan 5 buah kanji berbushu take kanmuri pada kata sifat.

5. Bushu take kanmuri, baik saat berdiri sendiri sebagai karakter dasar maupun saat

bergabung dengan karakter pembentuk kanji lainnya akan selalu menunjukkan makna segala sesuatu yang berhubungan dengan bambu, baik sebagai hasil dari pengolahan bambu atau benda berbahan dasar bambu maupun sebagai fungsi atau sifat dari bambu tersebut.

6. Sebagian besar kanji yang berbushu take kanmuri tergolong ke dalam huruf kata benda. Hal ini disebabkan karena, pada dasarnya bambu banyak dimanfaatkan atau diolah menjadi barang atau benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Saran

Untuk mempermudah dalam mempelajari kanji sebaiknya melakukan hal-hal seperti berikut :

1. Karena jumlah kanji yang begitu banyak, maka dalam proses mempelajari kanji salah satu cara untuk mempermudah dan mempercepat dalam memahami makna dari sebuah kanji adalah dengan mengetahui makna dari karakter dasar kanji tersebut.

2. Dalam mencari arti sebuah kanji, sebaiknya menebak-nebak terlebih dahulu makna dari kanji tersebut dengan cara memenggalnya menjadi beberapa bagian berdasarkan karakter dasar pembentuknya, sebelum mencari maknanya di dalam kamus.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2001. Semantik. Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gunawan, Indra. J. 2002. Trik Membaca Tulisan Jepang dengan Mudah. Yogyakarta : Sahabat Setia

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Sahabat Setia. Moriyama, Tae. 2001. Petunjuk Praktis Memahami Tanda Berhuruf Kanji. Bagian 1.

Jakarta: Kesaint Blanc.

Nelson, Andrew. N. 2003. Kamus Kanji Moderen Jepang Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc. Nur Berlian dan Estu Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta : PT. Penebar

Swadaya

S, Nandi. 2000. Pemahaman Makna Kanji Secara Praktis Berdasarkan Karakter Dasar

(Bushu). (Laporan Penelitian). Medan: Lembaga Penelitian USU.

---. 2003. Strategi Belajar dan Mengingat Kanji. (Laporan Penenlitian). Medan: Fakultas Sastra USU.

Pattinasarani, Sally. 1996. Dasar-Dasar Semiotik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Syahwani, Rini. 2006. Intrepretasi Makna Simbolik pada Kanji Berbushu Kusakanmuri. (Skripsi). Medan: Fakultsa Sastra USU.

Tjandra, Sheddy. N. 2004. Ucapan Bahasa Jepang dalam Kajian Intradisipliner. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Yudi Cahyono, Bambang. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga Press. Yusuf, Muhammad.2008. Interpretasi Makna Kanji Berbushu (Bekarakter Dasar) Kuchi hen.

(skripsi). Medan: Fakultas sastra USU.

http://belajar-kanji.blogspot.com/2009/03/pengelompokan-bushu.html http//ms.wikipedia.org/Wiki/Tulisan kanji