2.4. Organisasi dan Manajemen
2.4.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam menciptakan sistem kerja yang terkoordinasi dengan baik sehingga jelas arah dan tujuannnya, maka suatu perusahaan harus memiliki struktur
organisasi yang jelas. Hal ini bermanfaat untuk memanajemen semua fungsi dalam perusahaan sehingga setiap personel dapat mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya. Struktur ini dapat menentukan kelancaran aktivitas perusahaan sehari- hari dalam mencapai keuntungan yang maksimal, dapat berproduksi secara
kontinu dan berkembang pesat. PT. Sumatera Timberindo Industry menggunakan struktur organisasi lini
fungsional. Struktur organisasi yang berbentuk lini dapat dilihat pada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit
organisasi yang berada di bawahnya secara langsung vertikal ke bawah. Sedangkan untuk yang berbentuk fungsional terjadi pada hubungan antara kepala
bagian, dimana kepala bagian yang satu tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi dalam melakukan pekerjaannya saling terhubung, artinya
bahwa pekerjaan yang satu akan mempengaruhi pekerjaan yang lain. Struktur organisasi dari PT. Sumatera Timberindo Industry dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Direktur
Manaer Keuangan
Manajer Pemasaran
Manajer Pabrik
Kabag RD Kabag
Maintenance Kabag QC
Kabag Teknis Kabag PPIC
Kabag Pembelian
Kabag Humas Kabag Produksi
Seksi Mesin Produksi
Seksi Mesin Umum
Seksi Bubutan Seksi Listrik
Seksi Personalia Seksi
Infrastruktur Security
Seksi Akomodasi
Seksi Proses Bahan
Seksi Milling Assembly
Seksi Painting Seksi Final QC
Seksi Laboratorium
Seksi Pintu Eksport Lokal
Seksi Finishing CatPacking
Seksi Ekspedisi Seksi Claim
Seksi Drafter Seksi Perkakas
Seksi SPK Seksi Persediaan
Seksi Gudang Bahan Baku
Seksi Gudang Sub Material
Seksi Administrasi
Seksi Finansial Seksi Pajak
Seksi Akuntansi
Keterangan: = hubungan lini
= hubungan fungsional Seksi Ekspor
Seksi Lokal
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Sumatera Timberindo Industry
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Perawatan