Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR KUNCI PEREKONOMIAN
WILAYAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

REZKA FARAH WALIDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penentuan
Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Rezka Farah Walida
NIM H14090042

ABSTRAK
REZKA FARAH WALIDA. Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian
Wilayah Kabupaten Belitung Timur. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO.
Pembangunan wilayah merupakan integrasi dari pembangunan nasional. Tujuan
utama pembangunan wilayah sejak era otonomi daerah dimulai adalah
megembangkan perekonomian wilayah dengan konsep local spesific dan inward
looking. Suatu daerah dapat meningkatkan perekonomian wilayahnya dengan
memanfaatkan keunggulan dari sektor perekonomian yang ada didaerah tersebut.
Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis penentuan sektor kunci atau sektor
pemimpin pada daerah tersebut sehingga sumber daya yang digunakan menjadi
efisien dan kebijakan pembangunan menjadi tepat sasaran. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Tabel Input Output Kabupaten
Belitung Timur tahun 2010, klasifikasi 60 sektor yang di agregasi menjadi 9
sektor. Analisis tersebut terdiri atas analisis keterkaitan, analisis penyebaran dan

analisis pengganda. Berdasarkan hasil analisis input-output, sektor kunci pada
daerah Kabupaten Belitung Timur adalah sektor pertambangan serta sektor
konstruksi dengan nilai total multiplier output dan total multiplier income yang
signifikan.
Kata kunci: Analisis Input Output, Kabupaten Belitung Timur, Sektor Kunci

ABSTRACT
REZKA FARAH WALIDA. Identification Analysis of Regional Economic Key
Sector of East Belitung District . Supervised by ARIEF DARYANTO
Regional development is the integration of national development. The main
objectives of regional development is developing regional economic with local
spesific and inward looking concept since the regional autonomy era. A region
can improve its economic by taking advantages of economic sector in that area.
Therefore it is necessary to analyze the determination of key sectors or leading
sectors in the region, so resources in that area can be used effeciently and
development policies be well targeted. The method of this research is input-output
table analysis of East Belitung district in 2010, the classifiaction of 60 sectors
aggregated into 9 sectors. The analysis consist of linkage analysis (forward and
backward linkages), dispersions analysis (coefficient and sensitivity of
dispersions), and multiplier analysis (output multiplier and income multiplier).

Based on input-output analysis, key sectors in East Belitung District are mining
and construction sector with significant total output multiplier output and total
income multiplier .
Keywords: East Belitung District, Input-Output Analysis, Key sector

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR KUNCI PEREKONOMIAN
WILAYAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

REZKA FARAH WALIDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah
Kabupaten Belitung Timur
Nama
: Rezka Farah Walida
NIM
: H14090042

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung
Timur”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan
penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis struktur perekonomian Kabupaten
Belitung Timur, keterkaitan, efek penyebaran, dan angka multiplier output serta
income sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur serta
mengidentifikasi sektor kunci pada daerah ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Fifi Fathoelbaary
Sitepu dan Ibu Yati Haryati atas segala kasih sayang, dukungan moril, materil,
semangat juang dan doa yang tidak pernah putus, semoga ini bisa menjadi kado
bahagia yang dapat meringankan sakit Mama. Terima kasih untuk kedua adik
penulis, M. Rubby Ramadhan Sitepu dan Rahmi Putri Salisa Sitepu atas semangat
dan doanya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak
Salahuddin El Ayyubi, M.A, Lc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Seluruh staff BPS Pusat dan BPS Kabupaten Belitung Timur yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini
5. Teman-teman sebimbingan, Rissa Fandi Febrina, Assrianti, Galuh Raga
Pramana yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan
dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
6. Sahabat penulis, Pandiwi, Friska, Farhana, Maria, Astrid, Nina, Kak Okty dan
Kak Fitri atas dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripisi ini.
7. Ihsan Adly atas semangat, motivasi dan perjuangan bersama selama tiga tahun
di departemen Ilmu Ekonomi IPB
8. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48, terimakasih atas doa dan
dukungannya. Fitria Nugrahaeni dan Prayoga Nur Imam serta kakak Ilmu
Ekonomi 45 yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
9. Adik-adik Praktikan Sosiologi Umum: Hanjin, Navia, Dhani, Intan, Vivi, Iin,
Imam, Mela dan Sidik, dan lain-lain atas semangat dan doanya dalam

penyelesaian skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Rezka Farah Walida

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Konsep Pembangunan Ekonomi


5

Tabel Input Output (IO)

8

Sektor Kunci

11

Penelitian Terdahulu

12

Kerangka Pemikiran

13

METODE PENELITIAN


15

Jenis dan Sumber Data

15

Metode Analisis

15

Definisi Operasional Data

19

GAMBARAN UMUM

21

Letak Astronomis, Luas Wilayah, Topografi dan Iklim


21

Kependudukan dan Tenaga Kerja

23

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belitung Timur

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Struktur Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

25

Analisis Keterkaitan

32

Analisis Dampak Penyebaran

34

Analisis Angka Pengganda (Multiplier)

35

Penentuan Sektor Kunci

37

Perbandingan Hasil Penelitian dengan RPJMD Kabupaten Belitung Timur
2010-2015

39

SIMPULAN DAN SARAN

41

Simpulan

41

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

43

DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Belitung Timur
Atas Dasar Harga Konstan 2000
2 Ilustrasi Tabel Input-Output Sederhana
3 Rumus Perhitungan Multiplier Effect Menurut Tipe Dampak
4 Klasifikasi Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Belitung Timur
5 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
6 Struktur Angkatan Kerja Kabupaten Belitung Timur
7 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010
8 Struktur Output Sektoral Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010
9 Struktur Permintaan Sektoral Kabupaten Belitung Timur
10 Konsumsi Rumah Tangga terhadap Sektor-sektor Perekonomian
Kabupaten Belitung Timur 2010
11 Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten
Belitung Timur
12 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur
13 Net Ekspor Sektor-Sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur
14 Struktur Nilai Tambah Bruto Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010
15 Keterkaitan ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung
Timur
16 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian
Kabupaten Belitung Timur
17 Tabel Daya Penyebaran antar Sektor di Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2010
18 Nilai Multiplier Output Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung
Timur
19 Nilai Multiplier Income Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung
Timur Tahun 2010
20 Total Multiplier Output dan Total Multiplier Income Seluruh Sektor
Ekonomi di Kabupaten Belitung Timur
21 Perbandingan Hasil penelitian dengan RPJMD Kabupaten Belitung
Timur

3
10
18
22
23
24
24
25
26
27
28
29
30
30
33
33
34
36
37
37
40

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Kurva Lorenz
Comparative to Competitive Advantage Poter
Kerangka Pemikiran
Peta Administrativ Kabupaten Belitung Timur
Penentuan Sektor Kunci dengan Analisis Indeks Angka Multiplier

7
7
14
22
38

DAFTAR LAMPIRAN
1. Klasifikasi Sektor-sektor Kabupaten Belitung Timur berdasarkan tabel
2.
3.
4.
5.
6.

Input-Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010
Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Klasifikasi 9 Sektor
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor
Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 9 Sektor
Multiplier Output Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2010
Multiplier Income Sektor Perekonomian Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2010

46
49
52
53
54
55

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan bentuk integrasi dari pembangunan
nasional suatu negara yang diarahkan pada peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi setiap daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah sewajarnya
dilaksanakan secara terpadu, selaras, seimbang dan sesuai dengan karakteristik
dan prioritas pada daerah tersebut.
Pemberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
merupakan salah satu langkah konkrit pemerintah untuk mengakomodasikan
pembangunan ekonomi dalam bentuk otonomi daerah. Otonomi daerah
menciptakan pelimpahan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Oleh sebab itu pemerintah daerah dituntut kreatif dalam
menciptakan kebijakan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya, sehingga
diharapkan pembangunan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien.
Konsep pembangunan pada suatu wilayah perlu memperhatikan
karakteristik lokal (local specific) wilayah yang dapat meningkatkan potensi
wilayah tersebut dan harus mengacu pada kondisi wilayah itu sendiri (inward
looking). Pemilihan prioritas pembangunan yang mengacu pada kebutuhan
masyarakat setempat pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat
wilayah tersebut.
Masalah utama dalam pembanguanan adalah adanya keterbatasan sumber
daya. Menurut Anwar dan Rustiadi (2000), akibat keterbatasan sumberdaya yang
tersedia, perlu ada skala prioritas pembangunan. Skala prioritas dipandang dari
sudut dimensi sektor pembangunan dan didasarkan atas suatu pemahaman bahwa:
1.
Setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang
berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan (penyerapan
tenaga kerja, pendapatan regional, dan lain-lain);
2.
Setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan
karakteristik yang berbeda-beda;
3.
Aktivitas sektoral menyebar secara tidak merata dan spesifik; beberapa
sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan
sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), dan
sumberdaya sosial yang ada.
Oleh sebab itu menurut Anwar dan Rustiadi (2000), setiap daerah
mempunyai sektor-sektor unggulan yang memberikan dampak signifikan terhadap
pengembangan ekonomi wilayah. Dampak yang diberikan oleh sektor-sektor
tersebut bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung maupun
tidak langsung dari pengembangan sektor-sektor unggulan akan mendorong
pengembangan sektor-sektor lainnya yang berkaitan dalam suatu wilayah tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan wilayah perlu memperhatikan sektorsektor unggulan yang ada dalam rangka penentuan prioritas sehingga arah
kebijakan pembangunan wilayah menjadi lebih fokus dan terjadi penghematan
sumber daya.

2
Pengembangan wilayah sudah sewajarnya menjadi isu yang sangat penting
dalam era otonomi daerah saat ini, khususnya menyangkut otonomi kabupaten dan
kota. Oleh sebab itu daerah kabupaten dan kota yang ada perlu mewujudkan
strategi pengembangan wilayah yang tepat bagi wilayah dan masyarakat dalam
rangka pencapaian kemandirian wilayah agar tujuan awal otonomi daerah
terwujud. Salah satu daerah otonomi baru yang belum lama ini mengalami
pemekaran adalah Kabupaten Belitung Timur. Awalnya Kabupaten Belitung
Timur berada dalam wilayah administratif Kabupaten Belitung, kemudian dengan
pertimbangan luas wilayah, persebaran dan pertumbuhan penduduk serta
dinamika kehidupan masyarakat sebuah provinsi baru, perlu diatasi dengan
mengurangi rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom
baru. Pada tanggal 25 Februari 2003 terbentuklah daerah administratif baru
Kabupaten Belitung Timur.
Daerah otonomi baru seperti Kabupaten Belitung Timur memerlukan
kebijakan pembangunan yang terarah dan efisien. Kebijakan pembangunan
Belitung Timur merupakan derivasi dari Kebijakan Pembangunan Nasional yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang
disesuaikan dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Kebijakan
pembangunan Kabupaten Belitung Timur yang terdapat pada RPJM Daerah
(RPJMD) tahun 2011-2015 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan fokus tiga sektor utama yaitu pariwisata, industri pengolahan dan usaha
mikro kecil menengahranca. Hal ini dikarenakan tiga sektor tersebut merupakan
sektor tersier dengan pertumbuhan terhadap kontribusi PDRB sebesar rata-rata
0,688%. Sektor tersier dapat diprioritaskan dengan bantuan dari sektor
pertambangan dan pertanian, sementara itu sektor primer dan sekunder mengalami
penurunan rata-rata kontribusi masing-masing 0.445% dan 0.091% Oleh sebab itu
Kabupaten Belitung Timur memerlukan kajian mengenai kebijakan pembangunan
berbasis kewilayahan yang memprioritaskan keterkaitan fungsional antar sektor.
Tujuan utamanya adalah agar konsep otonomi daerah dapat dimaknai dengan
benar dan tepat.

Perumusan Masalah
Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu produsen utama bahan
galian tambang. Jenis bahan tambang, galian dan mineral yang ada antara lain:
timah, pasir kwarsa, kaolin, granit, batu gunung, tanah liat dan besi. Pada tahun
2010, terjadi kenaikan produksi timah di Kabupaten Belitung Timur bila
dibandingkan tahun 2009 dari 2 105.643 ton menjadi 3 050,626 ton atau
meningkat 30.98 %. Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS)
tahun 2008, cadangan timah Indonesia sebesar 900.000 ton akan habis pada tahun
2020 jika produksi timah rata-rata 60.000 ton per tahun. Hal ini perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah daerah dan para stake holder, karena sebagian
besar penduduk Kabupaten Belitung Timur masih mengandalkan timah sebagai
mata pencaharian.

3
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Belitung Timur
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2009 Tahun 2010* Tahun 2011**
Lapangan Usaha
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(Rp Juta)
(Rp Juta)
(Rp Juta)
Pertanian
249 146
263 739
274 918
Pertambangan dan Penggalian
119 357
119 983
122 869
Industri Pengolahan
116 916
124 043
31 739
Listrik Gas dan Air Bersih
7 771
9 306
10 223
Konstruksi
57 682
60 029
66 418
Perdagangan, Hotel dan Restoran
134 494
139 937
148 595
Pengangkutan dan komunikasi
28 823
31 097
32 759
Keuangan, real estate dan jasa
perusahaan
36 740
40 315
43 974
Jasa
86 306
97 464
106 773
Sumber: BPS Kabupaten Belitung Timur 2011

Struktur perekonomian daerah ini di dominasi oleh sektor pertanian dengan
kontribusi terhadap PDRB dari tahun ke tahun konstan mengalami peningkatan
(Tabel 1). Sub sektor perikanan berperan penting dalam dominasi sektor pertanian.
Kondisi geografis Belitung Timur yang dikelilingi oleh lautan menjadi salah satu
alasan sektor perikanan daerah ini berpotensi.
Daryanto dan Harfizrianda (2010) menyatakan bahwa dalam perekonomian
regional kontribusi suatu sektor dalam menciptakan PDRB belum cukup untuk
menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat
pada efek langsung saja, padahal dampak pembangunan suatu sektor ekonomi
tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuannya menciptakan PDRB semata.
Namun yang lebih penting adalah bagaimana sektor tersebut mampu
menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah dengan mengkaji keterkaitan
serta efek sebar yang dapat diberikan oleh suatu sektor ekonomi yang dapat
memberi efek lanjut kepada aktivitas pembangunan sektor lain. Hal inilah yang
mengakibatkan selama ini sering terjadi kesalahan penempatan anggaran
pembangunan dengan potensi sektor yang ada. Oleh sebab itu perlu direncanakan
program kegiatan pembangunan daerah yang memprioritaskan sektor kunci
sebagai penggerak roda perekonomian wilayah yang berbasis penyerasian
kegiatan antar sektor di Kabupaten Belitung Timur. Identifikasi sektor kunci di
Kabupaten Belitung Timur dilakukan dengan analisis Input-Output untuk dapat
mengkaji keterkaitan, peranan dan efek sebar antar sektor perekonomian sehingga
dapat membantu pihak pemerintah daerah dalam membuat kebijakan
pembangunan ekonomi dan perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten
Belitung Timur, sehingga permasalahan regional daerah ini dapat diatasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur ditinjau
berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, surplus perdagangan, dan nilai tambah bruto?

4
2.
3.
4.

5.

Bagaimanakah keterkaitan dan daya penyebaran sektor-sektor
perekonomian Kabupaten Belitung Timur?
Bagaimana efek pengganda (multiplier ) output dan pendapatan sektorsektor dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur?
Sektor manakah yang dapat menjadi sektor kunci bagi perekonomian
Kabupaten Belitung Timur, ditinjau dari indeks aktual multiplier output dan
pengganda income yang dihasilkan?
Apa sajakah kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung
Timur?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1.
Menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur ditinjau
berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, surplus perdagangan, dan nilai tambah bruto.
2.
Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang serta daya penyebaran
sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung Timur.
3.
Menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh sektor-sektor perekonomian
Kabupaten Belitung Timur terhadap kondisi ekonomi daerah berdasarkan
efek pengganda (multiplier ) output dan pendapatan.
4.
Menentukan sektor kunci dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur
dilihat dari indeks aktual multiplier output dan pengganda income yang
dihasilkan.
5.
Menentukan kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung
Timur.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah (pusat dan daerah), khususnya
pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur, sebagai sumbangan pemikiran
dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan secara
terintegrasi
2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan
serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya
3. Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis sektor kunci dalam
perekonomian Kabupaten Belitung Timur.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup analisis struktur perekonomian Kabupaten Belitung
Timur pada setiap sektor ekonomi, kemudian mengidentifikasi sektor-sektor apa
saja yang dapat menjadi sektor kunci sebagai roda penggerak sektor

5
perekonomian lainnya. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis data pada tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur tahun 2010,
klasifikasi 60 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor. Agregasi
menjadi 9 sektor dilakukan dengan tujuan untuk melihat dampak penyebaran dan
keterkaitan sektor-sektor dalam perekonomian Kabupaten Belitung Timur.
Agregasi sangat menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya yang bertujuan
untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam ke dalam
satuan-satuan sektor yang memiliki persamaan
Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi
domestrik atas harga produsen. Pengolahan data menggunakan aplikasi Input
Output Analysis for Practitioners (IOAP)dan Microsoft Excell 2007. Penelitian ini
tidak dapat melihat efek pengganda (multiplier) tenaga kerja dari masing-masing
sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi pada Tabel
Input-Ouput tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan secara tradisional memiliki makna kapasitas dari
perekonomian nasional suatu negara yang kondisi ekonomi awalnya bersifat statis
dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan
kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national income). Indeks
ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah
tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per
kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur
berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per
kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan
pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan
menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasilhasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Kondisi seperti ini
dikatakan sebagai prinsip „efek penetasan ke bawah‟ (trickle down effect) (Todaro
dan Smith 2006).
Todaro dan Smith (2006) juga mengatakan bahwa keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara ditujukan pada tiga nilai pokok, yaitu: (1)
berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom
for servitude). Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas
dari pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang baik adalah yang
memperhatikan pemerataan kesempatan, bukan hanya mementingkan peningkatan
output dan pendapatan yang tinggi.

6
Teori Pertumbuhan dan Pemerataan (Inclusive Growth)
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan secara
keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
(added value) yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Persentase pertambahan
output harus lebih besar dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan dalam
jangka panjang pertumbuhan ini cenderung akan berlanjut (Priyarsono et al. 2007).
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan teori pertumbuhan yang langsung terkait
dengan kebijakan pemerintah daerah.
Smith dalam Priyarsono et al. (2007) mengemukakan mengenai kebijakan
pasar bebas atau laissez-faire, yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberikan
kebebasan maksimal kepada pelaku perekonomian untuk melakukan kegiatan
yang disukainya dan meminimalkan campur tangan pemerintah dalam
perekonomian. Smith menjelaskan terdapat invisible hands atau kekuatan yang
tidak terlihat dalam pasar persaingan sempurna, dimana kekuatan ini dapat
mendorong efisiensi dan membawa ekonomi pada keadaan full employment.
Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah antara lain:
1.
Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia.
2.
Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja.
3.
Kemajuan teknologi.
Teori Smith banyak mendapatkan kritikan karena asumsi yang tidal realistis
tentang pasar bebas, karena pada kenyataannya pasar persaingan sempurna yang
seratus persen bebas dari campur tangan pemerintah tidak ditemukan dalam
perekonomian manapun. Smith juga tidak menyadari adanya hukum tambahan
hasil yang makin berkurang (the law of diminishing return) dalam produksi.
Teori Harrod-Domar dalam Priyarsono et al. (2007) menjelaskan bahwa
mekanisme perekonomoian adalah mengandalkan investasi demi mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Harrod-domar juga berpandangan bahwa tabungan dan
investasi merupakan faktor penentu terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Asumsi yang mendasari Harrord Domar adalah sebagai berikut:
1.
Perekonomian tertutup
2.
Hasrat menabung (MPS =s) konstan
3.
Produksi memiliki koefisien konstan atau bersifat constant return to scale
(CRS)
4.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan
tingkat pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, Harrord-Domar membuat analisis dan
menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dicapai jika memenuhi syarat
keseimbangan berikut
g=k=n
Keterangan:
g= tingkat pertumbuhan
k= tingkat pertumbuhan modal (capital)

7
Kurva Lorenz merupakan metode yang lazim digunakan untuk
menganalisis statistik pendapatan perorangan. Kurva ini memperlihatkan
hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerima pendapatan dengan
persentase pendapatan total yang diterima selama satu tahun

Sumber: Todaro dan Smith (2006)

Gambar 1 Kurva Lorenz
.
Terlihat pada Gambar 1, sumbu X adalah % kumulatif penduduk sedangkan
sumbu Y adalah % kumulatif pendapatan. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari
garis diagonal 0E (yang merupakan garis pemerataan sempurna), semakin
timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya.
Teori pertumbuhan inklusif (growth with equity) merupakan konsep
pertumbuhan yang tidak hanya menghasilkan peluang ekonomi tetapi juga
menjamin akses yang sama kepada semua anggota masyarakat. Asian
Development Bank (ADB) mencanangkan pentingnya kemajuan ekonomi yang
dirasakan oleh semua komponen dalam masyarakat, dan melibatkan mereka juga
dalam proses pencapaiannya. Oleh sebab itu ADB menganggap pentingnya
pertumbuhan inklusif dengan berpegang pada dimensi: (i) mencapai pertumbuhan
berkelanjutan yang akan menciptakan dan memerluas peluang ekonomi, dan
(ii) menjamin akses yang lebih luas terhadap kesempatan ini sehingga anggota
masyarakat dapat memeroleh manfaat dari pertumbuhan (ADB, 2010).
Tahapan Pembangunan Ekonomi
Porter (1990) mendefinisikan dayasaing sesuai dengan tahapan perkembangan
negara tersebut.

Sumber: World Economic Forum 2009

Gambar 2 Comparative to Competitive Advantage Poter

8
Berdasarkan Gambar 3, mereka membagi perkembangan daya saing negara
menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Factor Driven Economy/Agriculture Based Economy
 Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam, lokasi
geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif dominan
 Teknologi diasimilasi melalui impor, FDI, dan imitasi
 Perusahaan bersaing dalam harga dan kurang akses langsung
kepada konsumen
 Perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus
pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya
alam
 Perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia,
harga komoditi dan nilai tukar.
2. Investment Driven Economy/Industrial Based Economy
 Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah
sumber dominan keunggulan kompetitif
 Teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi
 Negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi
mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya
 Diamond nasional mendukung investasi besar dalam infrastruktur
yang efisien dan proses produksi modern
 Perusahaan meningkatkan kapabilitas dalam rantai nilai
 Perekonomian terkonsentrasi pada pabrikasi dan ekspor dengan
pelayanan yang dioutsource
3. Innovation Driven Economy/Innovation Based Economy
 Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia
mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif
 Diamond nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area
bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik
 Perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang
seringkali global
 Perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan
terhadap external shocks

Tabel Input Output (IO)
Tabel Input-Output pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontif pada
tahun 1930-an. Model kuantitatif Input-Output dapat menunjukkan keterkaitan
antar sektor dalam satu daerah. Dalam model Input-Output, pengaruh interaksi
ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu: pengaruh langsung,
pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total.
Model I-O dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam
merencanakan pembangunan sektoral. Dari hasil analisis I-O dapat diputuskan
sektor-sektor mana saya yang dapat dijadikan sektor kunci (key sector) atau sektor
pemimpin (leading sector) dalam pembangunan ekonomi. Dengan memfokuskan

9
pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin maka target
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih baik.
Sritua Arif (1993) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) menjelaskan
bahwa sektor kunci perekonomian suatu wilayah dapat dideteksi dengan empat
cara, yaitu :
1.
Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mempunyai kaitan ke
belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang
relatif tinggi.
2.
Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan
output bruto yang relatif lebih tinggi, sehingga mampu mempertahankan
final demand yang relatif tinggi pula.
3.
Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan
penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.
4.
Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan
lapangan kerja yang relatif tinggi.
Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan tabel Input-Output bagi
perencanaan pembangunan daerah:
1.
Dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional
ataupun
perekonomian
regional
dengan
mengkuantifikasikan
ketergantungan antarsektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor.
2.
Untuk suatu perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output
dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya
3.
Dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian baik yang
disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dapat ditelusuri dan
diramalkan secara terperinci
4.
Perubahan-perubahan terknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke
dalam model melalui perubahan koefisien teknik.
Data dalam Tabel Input-Output memiliki informasi lengkap tentang input
dan output yang mampu menjelaskan keterkaitan sektoral antarsektor dalam
kegiatan ekonomi. Asumsi dasar Model Input-Output:
1.
Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara
tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada
substitusi output diantara berbagai sektor
2.
Linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan
homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh
perubahan pemakaian input yang proporsional, dan
3.
Aditivitas ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi
diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.
Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output
diabaikan
Kelemahan Tabel Input-Output
Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni bahwa
koefisien inputt ataupun koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama
periode analaisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka
teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun

10
dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu
sebanding dengan perubahan kualitas dan harga output
Struktur Tabel Input Output
Tabel Input-Output menyediakan informasi mengenai transaksi barang dan
jasa menurut sektor produksi dalam perekonomian dalam matriks yang berbentuk
persen. Untuk transaksi antar sektor, tabel Input-Output mencatat keseimbangan
konsumsi, upah tenaga kerja, nilai tambah bruto dan transaksi impor.
Dalam tabel 2 terdapat tiga matriks (Z, Y dan V). Tiga matriks tersebut
dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan struktur output, struktur permintaan,
nilai tambah bruto, ekspor dan impor ekonomi regional. Perhitungan tabel tersebut
juga mencakup total keterkaitan nilai produksi; penyebaran dan multiplier untuk
menentukan sektor mana saja yang memberikan kontribusi paling besar dalam
produksi, atau yang disebut dengan sektor kunci dalam perekonomian.
Tabel 2 Ilustrasi Tabel Input-Output Sederhana
Sektor Produksi
Output
Input
Sektor Produksi
(Input Antara)

Input Primer
(Value added)
Impor
Total Input

1
2
.....
n
V

1
z11
z21
.....
zn1
V1

2
z12
z22
.....
zn2
V2

.....
......
.....
.....
.....
....

n
z1n
z2n
....
znn
Vn

m
X

m1
X1

m2
X2

.....
.....

mn
Xn

Final
Demand
Y1
Y2
....
Yn

Total
Output
X1
X2
....
Xn

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2010)

Jika dibaca menurut baris maka secara umum persamaannya adalah
i



zij + Yi = Xi ;

untuk i= 1,2,3 dan seterusnya

j 1

Jika dibaca menurut kolom maka secara umum persamaannya adalah
j



zij + Vj = Xj ;

untuk j=1,2,3 dan seterusnya

i 1

Pemahaman dasar mengenai tabel I-O terdiri dari:
1.
Output
Pada tabel IO, output harus dinilai atas dasar harga produsen, yaitu harga
yang sesungguhnya diterima oleh produsen. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya perhitungan ganda, karena penilaian output berdasarkan harga
konsumen kurang tepat. Dalam harga konsumen terdapat margin perdagangan dan
biaya transportasi yang seharusnya masuk ke sektor perdagangan dan
pengangkutan.
2.
Input antara
Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu
sektor dalam kegiatan produksi. Barang yang digunakan sebagai input antara

11
biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan
sejenisnya. Dalam model I-O, penggunaan input antara diterjemahkan sebagai
keterkaitan antarsektor dan dinotasikan dengan zij yang dapat dibaca untuk
menghasilkan produksi sektor j dibutuuhkan input antara yang berasal dari sektor
i sebanyak zij.
3.
Input Primer
Pada tabel Input-Output, Input primer mencakup upah dan gaji, surplus
usaha, penyusutan dan pajak tak langsung.
4.
Permintaan Akhir
Dalam Tabel Input-Output, permintaan akhir mencakup pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap, perubahan stok, ekspor dan impor.
5.
Ekspor dan impor
Dalam Tabel Input-Output, ekspor dan impor meupakan transaksi barang
dan jasa antara penduduk di dalam daerah dengan populasi di luar daerah, baik
provinsi atau luar negeri.
Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel IO
diberi nama kuadran yaitu kuadran I, II, III, IV. Pengertian dari masing-masing
kuadran sebagai berikut:
1.
Kuadran I
Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang
digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai
saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian.
2.
Kuadran II
Kuadran II menunjukkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor
perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output
suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan akhir
merupakan penjumlahan total dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.
3.
Kuadran III
Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem
produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari
pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak
langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk
domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
4.
Kuadran IV
Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan
transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
melalui sistem produksi atau kuadran antara.
Sektor Kunci
Syafaat (2002) dalam Tambunan (2003), menyatakan bahwa sektor
andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan
tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung (backbone) dan mesin
penggerak perekonomian (engine of growth) sehingga dapat pula disebut sebagai

12
sektor kunci atau sektor pemimpin (leading sector). Menurut mereka, ada lima
syarat yang harus dilihat sebagai kriteria sektor kunci dalam perekonomian, yaitu:
1. Strategis, dalam artian esensial dan besar konstribusinya dalam mewujudkan
sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan ekonomi (PDRB) dan kesempatan
kerja, peningkatan devisa negara, pembangunan ekonomi daerah, dan
sebagainya.
2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di
pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik maupun alam.
3. Artikulatif, yang berarti bahwa sektor unggulan harus memiliki kemampuan
besar sebagai dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan output disektorsektor ekonomi lainnya dalam suatu spektrum yang luas.
4. Progresif, yang berarti sektor unggulan arus mampu memberi respon cepat dan
besar terhadap kebijaksanaan pemerintah.
5. Responsif, dalam arti sektor unggulan harus mampu memberi respon cepat
dan besar terhadap
Penelitian Terdahulu
Penelitian Tounsi et al. (2013) mengenai sektor kunci perekonomian
Maroko dengan analisis input output menunjukkan bahwa sektor industri
makanan dan tembakau merupakan sektor kunci perekonomian Maroko . Tounsi
dkk menggunakan ukuran keterkaitan model Rasmussen dengan melihat nilai
keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang setiap sektor ekonomi Maroko.
Model ini dipilih untuk merefleksikan pengaruh dari kenaikan permintaan akhir
pada sektor j terhadap output perekonomian secara keseluruhan.. Hal ini terlihat
dari nilai keterkaitan ke belakang sektor industri makanan dan tembakau sangat
besar selama tahun 2007, yaitu 1,389. Sektor ini tetap bertahan sebagai sektor
prioritas sejak tahun 1998 hingga tahun 2007. Nilai tersebut mengindikasikan
bahwa sektor industri makanan dan tembakau berperan sebagai sektor yang
menggunakan input dari output sektor lainnya untuk proses produksi. Tetapi input
yang digunakan masih berasal dari daerah itu sendiri
Penelitian Anwar (2008) mengenai penentuan sektor kunci dan dampaknya
terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja di kota Bandung tahun 2003
dengan analisis input output menunjukkan terdapat dua sektor yang menjadi
sektor kunci yaitu sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor
komunikasi. Penelitian ini membandingkan kondisi perekonomian kota Bandung
sebelum (tahun 2000) dan sesudah (2003) diberlakukan otonomi daerah.
Penentuan sektor kunci ini dilihat dari besarnya nilai multiplier output,
pendapatan dan kesempatan kerja sektor perekonomian Kota Bandung. Nilai
multiplier output kedua sektor tersebut berada pada posisi atas. Sektor
penginapan memiliki nilai multiplier output tipe I sebesar 1.778 dan nilai
multiplier output tipe II sebesar 2.329, Sektor komunikasi memiliki nilai
multiplier output tipe I sebesar 1.738 dan nilai multiplier output tipe II sebesar
2.030.
Penelitian Syahara (2012) mengenai analisis multisektoral perekonomian
regional Provinsi Jambi dengan analisis input-output menunjukkan bahwa sektor
prioritas Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan,

13
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Penelitian ini menggunakan indeks pengganda
aktual untuk melihat pengaruh perubahan variabel suatu sektor terhadap seluruh
sektor perekonomian di Jambi. Berdasarkan nilai total multliplier output dan
multiplier income, sektor industri pengolahan berada pada prioritas satu dengan
total output multiplier 2,894 dan total income multiplier 3,711. Nilai ini
mengindikasikan setiap perubahan satu satuan permintaan akhir pada sektor
industri pengolahan akan mempengaruhi output seluruh sektor pada
perekonomian Provinsi Jambi. Nilai total input multiplier mengindikasikan setiap
perubahan pada satuan permintaan akhir akan mempengaruhi pendapatan seluruh
sektor perekonomian di Provinsi Jambi.
Penelitian Wahyuni (2013) mengenai analisis identifikasi sektor unggulan di
Provinsi Jawa Timur tahun 2010 dengan analasis tabel input output dan model
daya penyebaran Rasmussen menunjukkan terdapat tujuh belas sektor unggulan
yaitu barang-barang-barang dari kertas dan karton; kimia dasar kecuali pupuk;
barang-barang kimia lainnya; karet remah dan barang dari karet; logam dasar besi
dan baja; kereta api dan perbaikannya; barang barang lainnya; listrik dan gas; air
bersih; angkutan truk; angkutan laut; angkutan penyebrangan; bank; lembaga
keuangan lainnya; jasa perusahaan; Jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan; serta
jasa perbengkelan. Ketujuh belas sektor ini dapat dikatakan unggul karena
memiliki kemampuan yang besar untuk menggerakan roda perekonomian lainnya
baik itu dari segi sektor yang menjadi input maupun sektor yang memanfaatkan
output dari sektor tersebut Penelitian ini menggunakan indeks daya penyebaran
Rasmussen. Berdasarkan nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan setiap sektor
dipetakan kedalam empat kuadran dimana kuadran pertama memiliki karakteristik
sektornaya memiliki nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan > 1;
kuadran dua dengan karakteristik sektornya memiliki indeks daya penyebaran < 1
sedangkan indeks derajat kepekaan >1 ; kuadran ketiga merupakan sektor-sektor
yang memiliki nilai indeks daya penyebaran >1 sedangkan nilai indeks derajat
kepekaan < 1; dan kuadran 4 dengan ciri sektornya memiliki nilai indeks daya
penyebaran dan derajat kepekaan < 1.
Kerangka Pemikiran
Pembentukan otonomi daerah baru Kabupaten Belitung Timur yang belum
mapan, masih membutuhkan banyak pembenahan dalam pembangunan daerahnya.
Pemberlakuan otonomi daerah memberikan ruang kreatif bagi Pemerintah
Kabupaten Belitung Timur dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
daerahnya. Kondisi ini sudah seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, syaratnya adalah adanya dukungan untuk
mengembangkan sektor-sektor yang dapat menggerakkan roda perekonomian
Kabupaten Belitung Timur.
Alternatif kebijakan dalam konteks pembangunan regional adalah melalui
penentuan sektor-sektor kunci yang diharapkan dapat memiliki dampak terhadap
peningkatan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Kesalahan dalam
penentuan prioritas sektor kunci hanya akan menghasilkan pemborosan dalam

14
distribusi anggaran pembangunan (missalocation) dan kegagalan dalam
penanganan permasalahan pembangunan Kabupaten tersebut.
Identifikasi terhadap sektor-sektor kunci Kabupaten Belitung Timur dan
dampaknya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja, penulis
menggunakan model input output Kabupaten Belitung Timur. Berdasarkan
konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinjauan pustaka
dan mengacu pada tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran penelitian ini
dapat disimplifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4

Perekonomian Kabupaten Belitung Timur

Sektor Kunci dalam Pembangunan Kewilayahan

Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2010

Analisis Deskriptif

Analisis Input-Output

Analisis
Keterkaitan

Analisis
Dampak
Penyebaran

Analisis
Multiplier

Sektor
Kunci

-

Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Kabupaten
Belitung Timur

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Struktur Output
Struktur
Permintaan
Nilai Tambah
Bruto
Investasi
Ekspor - Impor

15

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, antara lain
berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur transaksi domestik
atas dasar harga produsen tahun 2010 klasifikasi 60 sektor dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor dan beberapa data
sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait. Penggunaan Tabel Input-Output
Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 tersebut dikarenakan tabel tersebut
merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung. Analisis ini dilakukan
dengan bantuan software Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP)
Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis Input-Output yang dapat
menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu wilayah
berdasarkan pada analisis keterkaitan antar sektor ekonomi, efek sebar dan efek
pengganda (multiplier ). Metode ini digunakan untuk menentukan sektor kunci
pada perekonomian Kabupaten Belitung Timur.
Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antarsektor
dalam perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi
keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/
sektor dalam alokasi pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan
untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan hubungan
keterkaitan antar industry atau sektor dalam alokasi penjualan terhadap total
penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan
langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.
1.
Keterkaitan Langusung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan dampak suatu sektor tertentu
terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan
sebagai berikut:
n

F(d)i

=

a
j 1

ij

Keterangan:
F(d)i = forward linkage
aij
= unsur matriks koefisien teknis
n
= jumlah sektor

16
2.

Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor
tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut
secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
n

B(d)i

=

a
j 1

ij

Keterangan:
BL
= backward linkage
aij
= unsur matriks koefisien teknis
n
= jumlah sektor
3.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari
suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor
tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan
total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini
dirumuskan sebagai berikut:
n

F(d+i)i =

a
j 1

ij

Keterangan:
F(d+i)i = forward direct and indirect linkages
aij
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
n
= jumlah sektor
4.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat
dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara
bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit
kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007).
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:
n

B(d+i)i =

a
j 1

ij

Keterangan:
B(d+i)i = backward direct and indirect linkages
aij
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
n
= jumlah sektor
Analisis Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung
ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila
digunakan sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikatorindikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan
permintaan setiap sektor tidak sama. Oleh sebab itu kedua indeks tersebut
haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang

17
ditimbulkan seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang
terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.
1.

Koefisien Penyebaran
Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) digunakan
untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap
perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input.
Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai
koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) yang tinggi apabila nilai Pdj
besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu maka koefisien
penyebaran (daya penyebaran ke belakang) sektor tersebut rendah atau lemah.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:
n

n aij
Pdj

=

n

i 1
n

 a
i 1 j 1

ij

Keterangan:
Pdj
= koefisien penyebaran sektor j
αij
= unsur matr