Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut ”Apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi aktiva tetap pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi banyak pihak antara lain : 1. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang akuntansi aktiva tetap dan juga sebagai bahan untuk studi perbandingan antara teori yang diperoleh diperkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. 2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai perbedaan penghasilan yang diakibatkan oleh perbedaan penerapan metode penyusutan aktiva tetap. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1.

Pengertian Akuntansi Ada banyak pengertian akuntansi yang diartikan oleh para ahli akuntansi, sehingga memberikan pengetian yang berbeda sesuai pandangan mereka masing- masing. Sebagaimana menurut Grady 2000 : 12 Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan yang berhubungan dengan penciptaan, pengolahan, penyimpulan, penganalisaan, penafsiran, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya terhadap sistematika mengenai transaksi-transaksi yang bersifat keuangan dan diperlukan oleh pimpinan untuk operasi suatu badan dan untuk laporan yang harus diajukan guna mengenai hal tadi dan guna untuk memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya. Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan dan peringkaskan transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang kemudian membuat interpretasinya. Akuntansi sebagai teknologiperekayasaan dapat diartikan sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan atau accounting is a technology, a modified statistical technology. Pengertian diatas memberi makna yang cakupannya lebih luas dan terlihat bahwa akuntansi itu tidak berbeda dari tata buku book keeping dimana tata buku hanyalan suatu teknik pencatatan. Selain itu defenisi melihat semua transaksi yang bersifat keuangan, transaksi keuangan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kejadian atau keadaan yang mempunyai nilai uang dan harus tercatat sesuai dengan transaksi. 5 Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa. Standar Akuntansi Keuangan 2007 : 16-1 memberi definisi sebagai berikut “Aset tetap adalah aset berwujud yang : a dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan b diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”. Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntasi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan di bawah ini yaitu menurut Mulyadi 2002 : 179 aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Menurut Soemarso 2005 : 20 aktiva tetap adalah “aktiva berwujud tangible asset yang 1 Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; 2 Digunakan dalam kegiatan perusahaan; 3 Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; 4 Nilainya cukup besar”. Warren, Reeve, Fess 2005 : 492 “aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, yang dapat disebut juga dengan aktiva berwujud tangible assets”. Pendapat Muhammad Fakhri 2004 : 23-2 “aktiva tetap perusahaan adalah aktiva Universitas Sumatera Utara tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak“. Dari ketiga defenisi yang dikemukakan di atas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Mempunyai bentuk fisik 2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan 3. Dimiliki tidak sebagai investasi 4. Tidak untuk dimiliki 5. Memiliki masa manfaat relatif permanen lebih dari satu periode akuntansilebih dari satu tahun 6. Memberi manfaat di masa yang akan datang Menurut pendapat Harahap 2002 : 22 “aktiva tetap dapat dikelompokkan ataupun digolongkan berdasarkan substansi aktiva tetap dan dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan”. 1 Dari sudut pandang substansinya

a. Aktiva Berwujud Tangible Assets

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik, dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal perusahaan sepanjang masih baik. Universitas Sumatera Utara Aktiva tetap berwujud dibagi beberapa bagian, antara lain : • Tanah • Bangunan • Kendaraan • Mesin • Peralatan • Inventaris

b. Aktiva Tidak Berwujud Intangible Assets

Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : • Patent • Copyright • Goodwill • Trademark • Hak cipta, dan lain-lain 2 Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan

a. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti

bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain

b. Undepreciated Plant Assets, yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti

tanah yang bukan lokasi tambang Universitas Sumatera Utara

3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya- biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Smith dan Skousen 2003 : 443 ”Biaya atau harga perolehan aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilai setaranya tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan”. Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain : membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran, pertukaran, sewa guna usahaleasing, penerbitan surat-surat berharga, dibangun sendiri, dan pemberian atau hibah. a Membeli dengan tunai Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa “aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”. Namun tidak demikian dengan ketentuan pajak, perolehan aktiva tetap diakui tergantung dari status hubungan antara pembeli dan penjual sebagaimana dinyatakan Gunadi 2002 : 49 “dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari status hubungan antara penjual dan pembeli, sehubungan dengan pihak yang Universitas Sumatera Utara terlibat dalam transaksi pembelian aktiva dipisahkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak”. Selanjutnya dijelaskan “harga beli aktiva antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa misalnya penjual memiliki paling sedikit 25 saham badan pembeli dapat dihitung kembali sesuai dengan nilai pasar wajar”. Maksud dari kutipan diatas adalah hubungan pembeli dan penjual dikaitkan adanya hubungan istimewa dan ini ada terkait kepemilikan saham pada perusahaan yang bersangkutan. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur. b Pertukaran Pertukaran adalah peroleh aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk ditukarkan dengan aktiva tetap yang baru baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai. Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain : • Harga peroleh aktiva yang dilepas • Harga aktiva yang diperoleh • Nilai buku aktiva tetap yang dilepas • Akumulasi penyusutan aktiva yang dilepas Universitas Sumatera Utara • Harga pasar yang wajar • Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah Dalam hal pertukaran aktiva ini Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 16.6 memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut : Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Berdasarkan ketentuan di atas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar aktiva yang diperoleh atau disebarkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru diakui apabila aktiva tetap tersebut dijual, sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian. c Sewa Guna UsahaLeasing Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk mempergunakan aktiva yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap. Menurut Harahap 2002 : 170 defenisi leasing sebagai berikut “Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentuu dalam jangka waktu tertentu”. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 30.1 dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut : Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha. d Penerbitan Surat-Surat Berharga Memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau harga lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio. e Membuat Sendiri Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil perusahaan untuk pembangunan sendiri antara lain : Universitas Sumatera Utara • Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di dalam perusahaan • Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan perusahaan tersebut • Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada • Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperi yang diungkapkan oleh Smith dan Skousen yaitu 2003 : 447 “untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi”. Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biaya pembuatannya yaitu mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tida langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Jika harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih tinggi dari harga perolehannya dicatat menurut harga pasar maka selisihnya sebagai kerugian dan sebaliknya bukan dihitung laba. f Pemberian atau Hibah Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu Universitas Sumatera Utara mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh : Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 16.7 mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.

4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan di dalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Menurut Warren 2005 : 496 penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, faktor fisik dan faktor fungsional.

a. Faktor Fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut.

b. Faktor Fungsional

Faktor fungsional terjadi karena : 1 Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan 2 Perubahan modal, mutu dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan 3 Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing Universitas Sumatera Utara Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2007 : 16.2 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusumo 2001 : 509 yaitu : “Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”. Masa manfaat menurut PSAK No. 17 2004 : 17.2 adalah : 1. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu, penyusutan, deplesi, dan amortisasi. 1 Penyusutan Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung, pabrik, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 2 Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber- sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh : lokasi tambang. 3 Amortisasi Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh : paten, goodwill, dan copyright. Melihat semua keterangan di atas dapat disimpulkan ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu, nilai perolehan, nilai residual, dan masa manfaat.

1. Harga Perolehan Historical Cost

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai.

2. Nilai Residual atau Nilai Sisa

Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

3. Masa Manfaat

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 17.2 dalam PSAK No. 17 masa manfaat adalah “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Universitas Sumatera Utara Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 2004 : 5 penyusutan adalah “alokasi secara sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”. Sesuai dengan aktiva yang akan di susutkan, maka istilah yang digunakan berbeda-beda, berikut ini penjelasannya : 1 Depresiasi Menurut Zaki Baridwan 2004 : 305 bahwa : “Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode tertentu”. Sedangkan depresiasi menurut Haryono Yusuf 2001 : 162 bahwa : “Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis”. Dari keterangan di atas jelas bahwa depresiasi bukanlah suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tetapi suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi. 2 Deplesi Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diganti seperti sumber-sumber alam. Menurut Zaki Baridwan 1999 : 324 bahwa deplesi adalah : “Berkurangnya harga perolehan cost atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan Universitas Sumatera Utara hutan kayu yang di sebabkan oleh perubahan-perubahan pengelolan sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan”. Sedangkan menurut Haryono Yusuf 2001 : 205 dikatakan bahwa : “Deplesi adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis”. 3 Amortisasi Menurut Henry Simamora 2002 ; 323 bahwa : “Alokasi sistematis biaya perolehan aktiva tak berwujud selam masa manfaatnya”. Amortisasi adalah istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berwujud. Berbeda dengan aktiva lancer amortisasi aktiva tak berwujud hanya mengenal satu metode yaitu metode garis lurus. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria PSAK No. 17 : paragraf 9 :

1. Berdasarkan waktu

a Metode garis lurus straight line method Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode kecuali ada penyesuaian-penyesuaian. Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu peiode ke Universitas Sumatera Utara periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Menurut Zaki Baridwan 2001 : 309 depresiasi yang konstan setiap periode seolah-olah menunjukan bahwa kemampuan aktiva relatif sama dalam suatu periode padahal aktiva tetap semakin lama mempunyai kemampuan semakin menurun dan karenanya sangat tidak logis kalau beban penyusutan diperlakukan sama dengan peiode sebelumnya. Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan dengan rumus berikut : Dimana : D = depreciation beban penyusutan C = cost harga perolehan S = salvage value nilai residu n = useful life taksiran masa manfaat Contoh : Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,- Dari data tersebut maka penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut: Penyusutan = Rp 10.000.000 – 500.000 5 = Rp 1.900.000 D = C - S n Universitas Sumatera Utara Besarnya penyusutan aktiva tersebut sampai dengan akhir masa manfaatnya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp 10.000.000 2000 1.900.000 1.900.000 8.100.000 2001 1.900.000 3.800.000 6.200.000 2002 1.900.000 5.700.000 4.300.000 2003 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2004 1.900.000 9.500.000 500.000 Sumber : Penulis, 2011 Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena pengahapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana produksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah. b Metode pembebanan menurun decreasing charge depreciation • Metode jumlah angka tahun sum of the year digit method Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangannya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, Universitas Sumatera Utara sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : n n + 1 2 Contoh : Dari contoh sebelumnya, maka penyebut pecahannya adalah : 5 5 + 1 = 15 2 Besarnya penyusutan aktiva tersebut dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 10.000.000 2000 515 x 9.500.000 = 3.166.667 3.166.667 6.833.333 2001 415 x 9.500.000 = 2.533.333 5.700.000 4.300.000 2002 315 x 9.500.000 = 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2003 215 x 9.500.000 = 1.266.667 8.866.667 1.133.333 2004 115 x 9.500.000 = 633.333 9.500.000 500.000 Sumber : Penulis, 2011 • Metode saldo menurun saldo menurun ganda declining double declining balance method Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap. Universitas Sumatera Utara Penetapan tarif penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n S Dimana : r = 1 - C r = rate tarif penyusutan Contoh : Berdasarkan contoh sebelumnya, maka tarif penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode ini adalah : n S r = 1 - C 5 Rp 500.000 = 1 - 10.000.000 = 1 - 0.55 = 0,45 = 45 Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 10.000.000 2000 45 x 10.000.000 = 4.500.000 4.500.000 5.500.000 2001 45 x 5.500.000 = 2.475.000 6.975.000 3.025.000 2002 45 x 3.025.000 = 1.361.250 8.336.250 1.663.750 2003 45 x 1.663.750 = 748.688 9.084.938 915.062 2004 45 x 915.062 = 411.778 9.496.716 503.284 Sumber : Penulis, 2011 Universitas Sumatera Utara Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif tetap dengan nilai buku. Perbedaannya adalah pada penentuan tarif penyusutan. Tarif penyusutan pada metode ini adalah dua kali dari tarif metode garis lurus dengan tidak memperhitungkan nilai sisa. Keuntungan dari metode ini adalah apabila aktiva tersebut rusak atau dihentikan pemakaiannya sebelum masa manfaatnya habis, jumlah penyusutan yang telah dibebankan sudah cukup besar, sehingga kerugian yang diderita tidak terlalu besar dibandingkan dengan metode garis lurus. Contoh : Dari contoh sebelumnya, diketahui masa manfaat aktiva adalah 5 tahun, maka tarif penyusutan menurut metode garis lurus adalah : 100 x 5 = 20 . Untuk memperoleh tarif penyusutan saldo menurun ganda, tarif tersebut dikalikan dua. Maka, tarif penyusutannya adalah 20 x 2 = 40 Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 10.000.000 2000 40 x 10.000.000 = 4.000.000 4.000.000 6.000.000 2001 40 x 6.000.000 = 2.400.000 6.400.000 3.600.000 2002 40 x 3.600.000 = 1.440.000 7.840.000 2.160.000 2003 40 x 2.160.000 = 864.000 8.704.000 1.296.000 2004 40 x 1.296.000 = 518.400 9.222.400 777.600 Sumber : Penulis, 2011 Universitas Sumatera Utara

1. Berdasarkan penggunaan

a Metode jam jasa service hour method Metode di atas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode di atas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besar beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa Jumlah Jam Jasa Contoh : PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp. 200.000.000, - nilai sisa 10. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam. Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan = Rp. 200.000.000 – Rp. 20.000.000 1000 jam = 180.000jam Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,- b Metode jumlah unit produksi productive output method Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaannya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa Output Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun dikali besarnya penyusutan per unit.

2. Berdasarkan kriteria lainnya

a Metode kelompok dan gabungan combine and group method Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan dihubungkan dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan per unit. Dari sudut pandang praktis, dimungkinkan untu menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva solah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva- aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan. b Metode Anuitas annuity method Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Angka yang Universitas Sumatera Utara dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih biaya perusahaan yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunakan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing c Sistem persediaan inventory system Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, namun tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.

5. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan 2002 : 1.3 laporan keuangan yang lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini : 1 Neraca 2 Laporan laba rugi 3 Laporan perubahan ekuitas 4 Laporan arus kas 5 Catatan atas laporan keuangan Universitas Sumatera Utara Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap 2002 : 123, bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh perusahaan adalah : 1. Di neraca hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global. 2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. Disini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing. 3. Informasi lebih lanjut dan lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. MAJU Neraca 31 Desember 200A Rp ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS Aset Lancar : Kas dan setara kas Rp. xxx Surat berharga Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Piutang dagang Rp. xxx Persediaan Rp. xxx Perlengkapan Rp. xxx Asuransi dibayar dimuka Rp. xxx Jumlah Aset Lancar Rp. xxx Aset Tidak Lancar : Tanah Rp. xxx Gedung Rp. xxx Peralatan Rp. xxx Akumulasi penyusutan Rp. xxx Jumlah Aset Tidak Lancar Rp. xxx Jumlah Aset Rp. xxx Kewajiban Lancar : Hutang wesel Rp. xxx Hutang usaha Rp. xxx Hutang bank jangka pendek Rp. xxx Hutang gaji Rp. xxx Hutang bunga Rp. xxx Jumlah Kewajiban Lancar Rp. xxx Kewajiban Tidak Lancar : Hutang obligasi Rp. xxx Jumlah Kewajiban Tidak Lancar Rp. xxx Ekuitas : Modal disetor Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx Ekuitas - Bersih Rp. xxx Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Rp. xxx Sumber : Soemarso S.R. 2004 : 228 Universitas Sumatera Utara

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Nurlela A. 2004 Judul penelitian “Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Provinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi. 2. Tampubolon 2005 Judul penelitian “Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sdh cukup baik. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Perumusan Masalah Hasil Penelitian Ramot Nurlela A. 2004 Erni M. Tampubolon 2005 Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Provinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan Bagaimana perlakuan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat antar kota antar provinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan- Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia? Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No. 16? Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi. Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sdh cukup baik. Universitas Sumatera Utara

C. Kerangka Konseptual