Hukum Nikah Tujuan Nikah Rukun Nikah Akad Nikah

2.1.1. Hukum Nikah

Hukum nikah ada 4, yaitu: 1. Jaiz adalah boleh merupakan dasar dari hukum nikah. 2. Sunnah adalah bagi orang yang berkehendak dan cukup belanjanya nafkah dan lain- lain. Sabda Nabi Muhammad saw. yang artinya “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menggantikan kependetaan itu dengan agama yang lurus dan lapang.“ Abu Abbas berkata, “Tidak tercapai kesempurnaan orang beribadah sebelum ia kawin terlebih dahulu.“ 3. Wajib adalah bagi orang yang cukup mempunyai nafkah dan khawatir akan terjerumus maksiat. 4. Makruh adalah bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah, namun sudah punya hasrat menikah yang kuat.

2.1.2. Tujuan Nikah

Tujuan menikah adalah : 1. Mengikuti Sunnah Rosul Sabda Nabi saw. yang artinya “Ada empat macam di antara sunnah pada Rosul yakni : berinai, memakai wangi-wangian, menggosok gigi dan menikah.“ 2. Membentuk keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah bahagia lahir dan batin yang dapat terbina apabila masing-masing anggota keluarga melaksanakan fungsinya. Sebagaimana tersebut dalam Surat Ar Rum ayat 21 dan dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974. 3. Untuk memenuhi kebutuhan biologis yang diridhoi Allah swt. 4. Untuk memperoleh keturunan yang sah.

2.1.3. Rukun Nikah

Pengertian rukun yaitu sesuatu yang hakikat syariat tidak terwujud kecuali dengannya. Rukun nikah ada 5, yaitu : 1. Calon Suami 2. Calon Istri 3. Sighat akad ijab qabul 4. Wali mempelai perempuan Sabda Nabi saw yang artinya “Perempuan mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka pernikahan itu batal tidak sah.“ HR. Empat orang ahli hadist kecuali Nasa’i. 5. Dua orang saksi Sabda Rosulullah saw. yang artinya “Tidak sah menikah melainkan dengan walinya dan dua orang saksi yang adil.“

2.1.4. Akad Nikah

Ketika taaruf antara ikhwan dan akhwat sudah semua disepakati, maka disunahkan untuk segera mengkhitbahnya, dan segera dilangsungkan akad nikah untuk menghindari fitnah. Perlu kita ketahui bahwa dalam akad nikah hal-hal yang disyariatkan dan wajib ada adalah : 1. Adanya suka sama suka antara kedua calon mempelai 2. Adanya Wali 3. Adanya Saksi 4. Adanya Mahar 5. Adanya Ijab Qabul Dan menurut sunnah, sebelum akad nikah dimulai, terlebih dahulu diadakan khutbah yang dinamakan ”khutbatun nikah”. Suka sama suka antara kedua calon mempelai adalah sebuah keharusan, karena mereka berdua yang akan menjalani hidup berumah tangga maka dibutuhkan keikhlasan diantara keduanya. Maka taaruf sebelum pernikahan dan melihat calon sebelum pernikahan sangat dianjurkan Wali sebagaimana kita tahu adalah ayah dari calon mempelai wanita yang seagama, jika tidak ada maka bisa digantikan oleh kakak tertua yang laki-laki, atau jika memang sudah tidak ada sama sekali orang yang bisa dijadikan wali, maka diambilah wali hakim Wali hakim adalah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai wali nikah dengan syarat sudah tidak ada lagi yang bisa mewakili atau menjadi wali bagi calon mempelai wanita. Saksi berfungsi sebagai alat bukti apabila ada pihak ketiga yang meragukan perkawinan tersebut. Juga mencegah pengingkaran oleh salah satu pihak. Syarat sebagai saksi nikah adalah laki-laki, muslim, adil, balig, tidak terganggu ingatan dan tidak tuna rungu. Saksi nikah minimal harus dua dan hadir serta menyaksikan secara langsung akad nikah, menandatangani akta nikah pada waktu dan tempat akad nikah dilangsungkan. Mahar merupakan pemberian seorang laki-laki kepada perempuan yang dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi hak milik istri secara penuh. Dalam masalah mahar, wajib hukumnya seorang lelaki memuliakan wanita dan memberikan sesuatu yang paling bagus menurut kemampuannya, dan bagi wanita boleh meminta mahar kepada calon yang akan menikahinya, namun lebih baik kalau mahar yang diminta itu yang mudah di dapat dan tidak memberatkan calon suaminya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya” HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih. Namun jika calon suami ingin memberi lebih kepada calon istrinya, itu tidak menjadi masalah, asal dia rela dan ikhlas dengan pemberian tersebut, seperti yang tertulis dalam Al Qur’an. “Berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan …” QS An-Nissaa :4. Ijab adalah ungkapan pertama kali yang diucapkan wali wanita dan Qobul adalah ungkapan penerimaan yang diucapkan oleh calon suami. Ijab qobul boleh dilakukan dengan bahasa, ucapan dan ungkapan apa saja yang tujuannya diketahui untuk menikah. Hasil dari akad nikah ini kemudian dicatat oleh penghulu KUA untuk dicatatkan dalam berita acara pernikahan dan masing-masing akan diberikan buku nikah suami dan istri.

2.2. Dilema Pernikahan Pada Masa Perkembangan Teknologi