Definisi Obesitas pada Remaja Faktor Resiko Obesitas

2.2.2. Definisi Obesitas pada Remaja

Obesitas pada anak dan remaja usia 2-20 tahun ditentukan dengan menggunakan kurva persentil Indeks Massa Tubuh berdasarkan umur dan jenis kelamin lihat Gambar 2.1. dan Gambar 2.2.. Indeks Masa Tubuh didefinisikan sebagai berat badantinggi badan kwadrat kilogram per meter persegi, merupakan indeks yang paling berguna yang digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkolerasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja, terutama mereka dengan proporsi terbesar lemak tubuh Behrman, Kliegman, dan Arvin, 1996. Menurut World Health Organization Multicentre Growth Reference Study WHO-MGRS pada tahun 2007, status gizi anak usia 5-19 tahun menurut usia dan jenis kelamin adalah: • gizi lebih Obesitas : +2SD • resiko gizi lebih Overweight : +1SD • gizi baik : +1SD dan - 2SD • gizi kurang Thinness : -2SD

 • gizi sangat kurang Severe Thinness : -3SD Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Kurva persentil IMT berdasarkan umur pada anak laki-laki 5-19 tahun World Health Organization Multicentre Growth Reference Study WHO-MGRS, 2007 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Kurva persentil IMT berdasakan umur pada anak perempuan 5-19 tahun World Health Organization Multicentre Growth Reference Study WHO-MGRS, 2007

2.2.3. Faktor Resiko Obesitas

Secara sederhana timbulnya obesitas dapat diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan-bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh selalu melalui berbagai proses dengan mekanisme pengaturan sebagai berikut: 1. penyerapan dalam saluran pencernaan 2. metabolisme dalam jaringan 3. pengeluaran oleh alat-alat ekskresi Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, sebetulnya tubuh mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai macam masukan bahan makanan. Untuk bahan makanan berupa protein, air, mineral, dan vitamin, jumlah masukan tiga kali lipat dari kebutuhan minimum dengan mudah akan dibuang. Tetapi untuk bahan makanan hidrat arang dan lemak, hanya sebagian kecil yang dapat dijumpai di tinja. Apabila masukannya melebihi kebutuhan tenaga tubuh, maka kelebihannya akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan adiposa. Untuk mengatur masukan dan keluaran tenaga, cadangan di dalam tubuh akan melakukan mekanisme pengaturan Misnadiarly, 2007. Menurut Misnadiarly 2007 beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme pengaturan tersebut, antara lain: 1. Umur Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk umurnya. 2. Jenis kelamin Selama masa pertumbuhan remaja, komposisi tubuh juga mengalami perubahan. Pada masa pra-remaja, komposisi lemak tubuh pada anak laki- laki dan perempuan relatif sama, masing-masing 15 dan 19. Tetapi pada masa remaja pertumbuhan lemak anak perempuan lebih pesat, sehingga waktu dewasa menjadi 22 pada anak perempuan 15 pada laki-laki Soetjiningsih dan Suandi, 2002 3. Tingkat sosial Obesitas pada anak-anak muda sering dijumpai pada keluarga mampu, tetapi akan sulit dijumpai pada keluarga miskin. Keadaan semacam ini misalnya terlihat pada keluarga pedagang maupun pegawai atau karyawan menengah ke atas. Jadi dalam hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas. 4. Aktivitas fisik Universitas Sumatera Utara Aktivitas fisik yang rendah sering kali dijumpai pada anak yang memiliki berat badan lebih dan obesitas. Anak-anak dengan berat badan lebih overweight menonton televisi lebih lama, bermain video game lebih banyak, dan lebih jarang ikut serta dalam aktivitas fisik daripada anak yang tidak memiliki berat badan lebih overweight Jansen et al., 2004. 5. Kebiasaan makan Pola makanan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi Almatsier, 2009. 6. Faktor psikologis Faktor stabilitas emosi diketahui berkaitan dengan obesitas. Keadaan obesitas dapat merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu pelindung penting bagi yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan alternatif yang memuaskan, justru akan memperberat masalah. 7. Faktor genetis Gen memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan obesitas untuk anak-anak. Cara gen mempengaruhi pembentukan jaringan adiposa masih belum dapat dibuktikan dengan jelas, sementara pengaruh spesifik gen berbeda pada setiap anak. Menurut Haugaard 2008 gen dapat berpengaruh secara langsung dan tidak langsung. Gen berpengaruh secara langsung melalui frekuensi dari pembentukan sel adiposa baru yang mengakibatkan peningkatan simpanan energi menjadi lemak. Gen mempengaruhi secara tidak langsung melalui seorang bayi yang tingkat kelaparannya dipengaruhi oleh gen, lebih tinggi dari bayi lain pada umumnya. Seringkali orangtua memberikan makanan yang lebih banyak Universitas Sumatera Utara pula dikarenakan rasa lapar yang lebih pada anak tersebut. Makanan yang berlebih yang dikonsumsi anak merupakan penyebab langsung pembentukan lemak tubuh, namun ia menerima makanan berlebih sebagian karena ia memiliki rasa lapar yang tinggi dan yang dipengaruhi oleh gen yang dimilikinya.

2.2.4. Efek Klinis Obesitas pada Remaja