Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 44
sangat memungkinkan bahwa pengarang yaitu, A.A Navis sangat cermat melukiskannya. Secara logika, tidak mungkin cerpen religius
seperti ini dibuat oleh orang yang tanpa pengetahuan agama atau orang yang tidak taat beragama.
A. A Navis merupakann seorang Haji dan budayawan yang bergerak di bidang kemanusiaan. Cerpen ini dibuat dengan latar belakangi dua
alasan tadi. Semua cerita itu dikemas secara sinkronisasi oleh A. A Navis menggabungkan antara unsur-unsur kemanusiaan dan
keagamaan. Memang keduanya sangat berkaitan erat, bagaimana sikap untuk memanusiakan manusia dan saling tolong-menolong antar
umat beragama terdapat dalam ajaran agama manapun. Secara tidak langsung pesan yang disampaikan menyangkut semua umat
beragama, bukan hanya agama Islam saja. Mungkin batasan agama yang terdapat dalam cerpen terdapat pada
p emilihan kata “surau”. Kata “surau” identik dengan tempat beribadah
umat muslim, sehingga para pembaca awam yang memeluk agama selain Islam merasa cerpen ini diperuntukkan hanya untuk umat
muslim saja. Seandainya kata “surau” diganti dengan “tempat beri
badah” mungkin akan lebih menaikan nilai jual cerpen ini. Lalu kekurangan lainnya terdapat pada tokoh “aku”. Tokoh Aku pada
cerpen ini seharusnya tidak perlu ditampilkan, karena tidak
berpengaruh pada jalannya cerita. Gaya flash back yang digunakan juga terasa kurang tepat karena pembaca sudah mengetahui riwayat
tokoh Kakek pada awal cerpen, gaya flash back ini justru mengurangi susspence pada cerita.
4. Kritik Sastra Teks Drama
a. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Greek; tegasnya dari kata kerja dran
yang berarti “berbuat, to act atau to do. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi action. Drama cenderung
memiliki pengertian ke seni sastra. Di dalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosaesai. Drama juga berarti suatu
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 45
kejadian atau peristiwa tentang manusia. Cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan
menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton audience.
Sementara Bethaazar Verhagen yang dikutip oleh Slamet Mulyana, mengatakan bahwa drama adalah kesenian melukiskan
sifat manusia dengan gerak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa drama pada dasarnya adalah
salah satu cabang seni sastra yang mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan menjadi suatu lakon yang dipentaskan di atas
panggung. Drama juga adalah seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisannya hinggga pementasannya yang
membutuhkan ruang, waktu, dan khalayak atau hidup yang disajikan dalam gerak yang memuat sejumlah kejadian yang
memikat dan manarik hati. Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah “sandiwara”. Istilah ini
diambil dari bahasa Jawa “sandi” dan “warah”, yang berarti pelajaran yang diberikan secara diam-diam atau rahasia sandi
artinya rahasia, dan warah artinya pelajaran. Istilah sandiwara seperti yang dipakai pada sandiwara radio atau sandiwara pentas
menunjukkan bahwa kata sandiwara dapat menggantikan kata drama.
Selain kedua istilah di atas, kita juga mengenal istilah teater. Teater dan drama pada dasarnya memiliki arti yang sama, tetapi berbeda
ungkapannya. Teater berasal dari kata yunani kuno theatron yang secara harfiah berarti gedungtem pat pertunjukan. Dengan
demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukantontonan. Jika peristiwa atau cerita tentang manusia
kemudian diangkat ke suatu pentas sebagai suatu bentuk pertunjukan, maka menjadi suatu peristiwa Teater.
Kesimpulannya teater tercipta karena adanya drama. Hal senada diungkapkan oleh Henri G. Tarigan bahwa dalam sastra
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 46
Indonesia drama dipisahkan atas dua pengertian. Pertama, drama sebagai text play atau naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah
bacaan milik penulis drama yang masih mem- butuhkan pembaca soliter dan perlu digarap yang baik dan teliti jika ingin
dipentaskan. Kedua, drama sebagai teater atau pementasan adalah seni kolektif atau pertunjukan yang siap dipentaskan
sehingga berfungsi sebagai tontonan pertunjukan.
b. Unsur-unsur Drama 1 Unsur Instrinsik