v
B. Analisis Kasus
Bahan yang diteliti berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Medan Reg. No. 1576Pid.B2010PN. Mdn, maka unsur-unsur sifat melawan hukum dalam
tindak pidana korupsi menurut Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah:
1 Unsur Setiap Orang.
Unsur setiap orang adalah Subjek Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana dan diajukan sebagai Terdakwa karena
didakwa melakukan suatu tindak pidana tertentu. Unsur setiap orang dalam tindak pidana korupsi menurut ketentuan Pasal
1 butir 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.20 tahun 2001 adalah orang perorangan termasuk korporasi.
Pada Pasal 3 ditujukan kepada person yang mempunyai wewenang, kesempatan atau sarana, serta jabatan atau kedudukan dalam lingkup birokrasi
Pegawai Negeri Sipil danatau Pejabat Negara Person dalam spesifikasi tertentu. Seperti yang terdapat dalam putusan, unsur setiap orang adalah Bambang
Rudhianto, SH, MM sebagai Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia I Medan dan lebih khusus lagi sebagai Penanggung Jawab Program dengan Jabatan sebagai Senior
Manager Admnistrasi dan Kesejahteraan SDM PT. Pelindo I Medan.
Universitas Sumatera Utara
v
2 Unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi. Keuntungan baik untuk diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
merupakan keuntungan yang dapat dihitung dengan uang karena akibat yang ditimbulkan berupa kerugian keuangan negara, meskipun akibat lebih jauh dapat
berupa kerugian perekonomian negara tetapi karena pemakaian uang yang tidak benar.
Meskipun tidak ada unsur melawan hukum akan tetapi unsur itu ada secara diam-diam, sebab tiap perbuatan delik selalu ada unsur melawan hukum,
“Menguntungkan diri sendiri dengan melawan hukum” berarti “menguntungkan diri sendiri tanpa hak”. Hal ini sesuai dengan pandangan aliran sifat melawan
hukum formil bahwa sifat melawan hukum adalah unsur mutlak dari tiap-tiap delik, juga bagi yang dalam rumusannya tidak menyebutkan unsur itu.
Pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat pula mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menurut perasaan keadilan masyarakat harus
dituntut dan dipidana. Unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi seperti yang ada diungkapkan pada putusan adalah setelah Perjanjian Asuransi ditandatangani oleh Drs. Sujadi dan Drs. Prayitno kemudian
dilakukan Pembayaran Premi Pertama dari PT. Pelindo I kepada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Life yang dibayarkan melalui Kantor Cabang Medan, tetapi
uang pembayaran tidak semuanya disetor ke rekening PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Pusat.
Universitas Sumatera Utara
v
a. Sebagian dibagi-bagikan sebesar Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.
b. Untuk Suwandi logisti sebesar Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah.
c. Untuk Team BJS Pusat Santo Rp. 40.000.000,- empat puluh juta rupiah.
d. Untuk Sosialisasi Rp. 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah.
e. Untuk Team Pelindo Asyan dan Suwandi Rp. 450.000.000,- empat ratus lima
puluh juta rupiah. f.
Untuk Team BJS Medan Rp. 30.000.000,- tiga puluh juta rupiah. g.
Untuk Drs. Sujadi Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah. h.
Dipegang tunai Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. i.
Untuk membeli mobil Drs. Sujadi Rp. 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah.
j. Untuk Bambang Rudhianto, SH, MM sebesar Rp. 10.000.000,- sepuluh juta
rupiah. Sedangkan yang disetor ke Kantor Pusat PT. Asuransi Jiwa Bringin Life
Jakarta hanya sebesar Rp. 1.231.425.453,- satu milyar dua ratus tiga puluh satu juta empat ratus dua puluh lima ribu empat ratus lima puluh tiga rupiah.
3 Unsur menyalahgunakan kewenangan , kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan. Unsur menyalahgunakan, kewenangan, kesempatan, sarana, semuanya
dikaitkan karena jabatan atau kedudukan yang dijabatnya atau yang diperolehnya.
Universitas Sumatera Utara
v
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dimaksudkan bahwa yang bersangkutan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hak dan kewajibannya. Menyalahgunakan kewenangan dapat juga ditafsirkan adalah seorang
pejabat yang memiliki suatu kekuasaan yang perbuatan itu dilakukan itu dilakukan dengan melawan hukum atau dengan kata lain ia dengan wewenangnya
berlindung dibawah kekuasaan hukum. Fakta dalam persidangan tersebut Bambang Rudhianto, SH,. MM sebagai
Pegawai PT. Pelindo I Medan dengan Jabatan Senior Manager Administrasi dan SDM dan sebagai Penanggung Jawab Program pada Kantor tersebut mempunyai
tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan serta bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional PT. Pelindo I Medan dalam hal ini kaitannya
dengan Perjanjian Asuransi Kesehatan antara PT. Pelindo I dan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera sebagai Penanggung Jawab untuk merencanakan
Perjanjian walaupun yang menandatangani perjanjian asuransi Direktur Utama PT. Pelindo I yakni Drs. Prayitno.
Perjanjian Asuransi antara PT. Pelindo I dan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera diputuskan dengan nilai Premi sebesar Rp. 6.463.819.000,- enam
milyar empat ratus enam puluh tiga juta delapan ratus sembilan belas ribu rupiah yang dalam pembayarannya dibagi 4 empat tahap untuk mengcover seluruh
Pegawai PT. Pelindo I yang terdiri dari rawat inap, rawat jalan dan rawat gigi. Bambang Rudhianto, SH,. MM langsung menyetujui pembayaran tahap I,
tahap II, tahap III yang seluruhnya berjumlah Rp. 5.063.324.884,- lima milyar
Universitas Sumatera Utara
v
enam puluh tiga juta tiga ratus dua puluh empat ribu delapan ratus delapan puluh empat rupiah.
Bambang Rudhianto, SH., MM walaupun tidak melakukan pembayaran sendiri atas tagihan premi, tetapi Bambang Rudhianto, SH., MM yang
memutuskan dan menyetujui untuk melakukan pembayaran premi karena memang hal tersebut menjadi “ kewenangan” nya selaku Penanggung Jawab Program.
Kewenangan yang dipunyai oleh Bambang Rudhianto, SH., MM tidak digunakan secara benar, hati-hati dan teliti sesuai tanggung jawabya, karena tidak
meneliti dan berpedoman pada Polis yang diterbitkan oleh PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, tetapi hanya berdasarkan Perjanjian antara PT. Asuransi
Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera dengan PT. Pelindo I dan juga tidak meneliti jenis asuransi yang ternyata ada perbedaan antara yang tertuang dalam Perjanjian dan
tertuang dalam Polis, yang tertuangdalam Perjanjian terdiri dari rawat inap, rawat jalan dan rawat gigi, sedangkan dalan Polis hanya rawat jalan dan rawat inap.
4 Unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Keuangan negara atau perekonomian negara merupakan delik formil, yaitu adanya delik korupsi cukup dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah
dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat, kerugian negara tidak mesti sudah terjadi akan tetapi cukup bila berpotensi menimbulkan kerugian keuangan negara
atau perekonomian negara. Bahwa keuangan negara merupakan seluruh kekayaan negara dalam
bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
Universitas Sumatera Utara
v
1. Berada dalam pengusaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat
lembaga-lembaga negara, baik yang ditingkat pusat maupun di daerah. 2.
Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum dan
Perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
Perekonomian negara merupakan kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat
secara mandiri yang didasarkan pada kebijaksanaan Pemerintah, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat.
Fakta dalam persidangan PT. Pelindo I adalah perusahaan milik negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara di bawah Kementrian BUMN.
PT.Pelindo I adalah perusahaan milik negara, maka seluruh aset kekayaan, hutang piutang adalah kekayaan negara yang apabila dihitung secara nominal menjadi
keuangan negara yang terpisah dari APBN. Seluruh transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan PT. Pelindo I adalah transaksi atas nama negara yang harus
dipertanggungjawabkan kepada negara. Perbuatan Bambang Rudhianto, SH., MM telah mengakibatkan kerugian
negara dalam hal ini PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Medan sebesar Rp. 2.600.473.978,- dua milyar enam ratus juta empat ratus tujuh puluh tiga ribu
sembilan ratus tujuh puluh delapan rupiahyaitu selisih antara jumlah premi yang
Universitas Sumatera Utara
v
telah dibayar oleh PT. Pelindo I medan sebesar Rp. 5.063.324.884,- lima milyar enam puluh tiga juta tiga ratus dua puluh empat ribu delapan ratus delapan puluh
empat rupiah dikurangi premi yang telah diterima oleh Kantor Pusat PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Bringin Life di Jakarta sebesar Rp.
2.642.850.906,- Dua milyar enam ratus empat puluh dua juta delapan ratus lima puluh ribu sembilan ratus enam rupiah sesuai dengan hasil pemeriksaan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara Nomor: R-5122PW.0252009 tanggal 13 Nopember 2009.
Bambang Rudhianto, SH., MM yang telah terbukti bersalah secara sah dan melakukan tindak pidana Korupsi: “Orang yang melakukan atau turut serta
melakukan perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, perbuatan mana sebagai suatu rangkaian
perbuatan yang ada hubungannya sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut”.
83
“ Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
Sebagaimana yang telah diatur dan diancam pidana Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Jo.
Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo. Pasal 64 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 tahun 2001 yang berbunyi:
83
Putusan Reg No. 1576Pid.B2010PN. Medan, halaman 12.
Universitas Sumatera Utara
v
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta
rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah .”
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ketentuan tentang pidana tambahan sebagai usaha untuk pengembalian kerugian keuangan negara telah
diatur, terutama pada Pasal 18, yaitu sebagai berikut: 1
Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:
a perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang dipergunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang- barang tersebut;
b pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama
dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; c
penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu yang paling lama 1 satu tahun;
d pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh
atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.
2 Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 huruf b paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta
bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutup uang pengganti tersebut.
3 Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman
maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan.
Menurut ketentuan Pasal 18 ayat 1 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 disebutkan bahwa pembayaran uang ganti tersebut jumlahnya sebanyak-
Universitas Sumatera Utara
v
banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Terdakwa.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas ternyata semua unsur- unsur yang disebutkan dalam Dakwaan Subsidair telah terpenuhi secara sah dan
meyakinkan dihubungkan pula dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan serta barang-barang bukti, maka Majelis Hakim berkeyakinan bahwa Bambang
Rudhianto, SH., MM telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam Dakwaan Subsidair.
Hukuman yang diberikan pada Bambang Rudhianto, SH., MM dalam tindak pidana korupsi adalah dengan pidana penjara selama 2 dua tahun dan
ditambah denda Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah, subsider selama 3 tiga bulan kurungan, serta membayar uang pengganti sebesar Rp. 10.000.000,00
sepuluh juta rupiah yang ditanggung oleh Bambang Rudhianto, SH., MM dan apabila tidak mampu membayar uang pengganti dalam waktu 1 satu bulan
setelah putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka harta kekayaannya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk membayar uang pengganti tersebut,
apabila tidak mempunyai harta yang cukup, maka diganti pidana penjara selama 6 enam bulan dan Bambang Rudhianto, SH.,MM dibebani membayar biaya
perkara persidangan sebesar Rp. 5.000,00 lima ribu rupiah. Putusan yang dijatuhkan Majelis Hakim ini sesuai dengan ajaran sifat
melawan hukum formil karena menurut fakta-fakta di persidangan memenuhi syarat-syarat formil melakukan tindak pidana korupsi. Hal ini sesuai dengan Pasal
3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN