Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sergio Pratama

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 Desember 1994

Agama : Kristen Katolik

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jalan Perjuangan No.45G Medan E-mail : sergiopratamaa@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Fajar Medan (1998-2000) 2. SD Santo Antonius 1 Medan (2000-2006) 3. SMP Santo Yoseph Medan (2006-2009) 4. SMA Santo Thomas 1 Medan (2009-2012)


(2)

LAMPIRAN 2


(3)

LAMPIRAN 3


(4)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN KEPADA ORANGTUA SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth., Orangtua siswa/i di Tempat

Dengan hormat,

Saya Sergio Pratama, saat ini saya sedang menjalani pendidikan program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya memohon kesediaan anak Bapak/Ibu untuk ikut serta sebagai subjek dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi.

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dan pengisian formulir makanan untuk melihat pola konsumsi makanan dan akan dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk melihat status gizi. Pada penimbangan berat badan, anak Bapak/Ibu diminta untuk melepaskan alas kaki, mengosongkan kantung, dan melepaskan gelang, jam tangan dan perhiasan lainnya, lalu naik ke atas timbangan injak dan berdiri tegak. Pada pengukuran tinggi badan, anak Bapak/Ibu diminta untuk melepaskan alas kaki lalu berdiri tegak menghadap ke depan dan merapat ke dinding. Setelah itu, saya akan memberikan formulir jenis makanan yang dikonsumsi selang 2 hari selama 10 hari dan formulir frekuensi makanan.

Apabila Bapak/Ibu memberikan izin, maka lembaran persetujuan menjadi subjek penelitian yang terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Surat kesediaan ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.


(5)

Demikian penjelasan saya tentang penelitian ini, mudah-mudahan keterangan dari saya di atas dapat dimengerti. Atas kesediaan anak Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya, Peneliti

(Sergio Pratama)


(6)

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini, orangtua dari: Nama :

Umur : Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya memberikan izin kepada anak saya untuk ikut serta dalam penelitian yang dilakukan oleh Sergio Pratama sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Medan, ... 2015 Yang menyetujui, Orangtua siswa/i


(7)

LAMPIRAN 6

PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : II. Status Gizi Responden

1. Berat Badan : ...kg 2. Tinggi Badan : ...cm III. Pertanyaan

1. Bagaimana susunan menu makanan yang disajikan oleh orangtua anda di rumah?

2. Jenis makanan pokok apa saja yang disajikan di rumah anda?

3. Selain makanan pokok, makanan apa saja yang disajikan di rumah anda? 4. Apakah anda merasa senang atau bosan dengan menu makanan yang

disajikan di rumah?

5. Apakah menu makanan yang disajikan di rumah bervariasi?

6. Apakah anda makan nasi secara teratur setiap tiga kali dalam sehari? 7. Selain makanan pokok, apakah anda memakan makanan selingan seperti

makanan ringan (snack)?

8. Apakah anda mengetahui bagaimana dampak buruk apabila memakan makanan secara berlebihan atau sedikit?

9. Bagaimana menurut anda memilih makanan yang baik bagi tubuh anda? 10.Apakah menurut anda, makanan yang sudah anda makan dapat


(8)

LAMPIRAN 7

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Hari ke- : Tanggal : I. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

II. Tabel Formulir Food Recall 24 Jam dengan Jenis Makanan yang Dikonsumsi pada Waktu Makan Pagi, Makan Siang, dan Makan Malam Selang Waktu 2 Hari Selama 10 Hari

Waktu Makan

(Jam) Nama Makanan

Bahan Makanan

Bahan Makanan Banyaknya URT gram

Pagi

Siang

Malam


(9)

LAMPIRAN 8

FORMULIR FOOD FREQUENCY

I. Identitas Responden Nama : Umur : Jenis Kelamin :

II. Tabel Formulir Food Frequency Nama Makanan

Frekuensi Makanan >1x/hari 1x/hari 4-6x

/minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan

1. Makanan pokok

a. nasi

b. jagung

c. bubur

d. mie

2. Lauk Hewani

a. daging ayam

b. ikan

c. telur

3. Lauk Nabati

a. tahu

b. tempe

4. Sayur

a. kangkung

b. daun singkong

c. sawi

d. sayur sop

5. Buah

a. pisang

b. jeruk

c. apel

d. pepaya


(10)

1 GN P 15 49 163 18.44 -0.69 normal 2037.7

2 TGS P 16 53 157 21.50 0.26 normal 1763.3

3 EAS P 15 63 157 25.56 1.48 gemuk 1345.02

4 AJS P 16 55 160 21.48 0.26 normal 2051.64

5 CDPB P 15 58 163 21.83 1 normal 1978.94

6 TDM P 16 57 160 22.27 0.5 normal 1588.16

7 DG L 14 74 168 26.22 2.06 obesitas 733.66

8 ES P 15 56 161 21.60 0.46 normal 1520.02

9 BWES P 16 47 158 18.83 -0.71 normal 1521.5

10 YAS P 16 42 150 18.67 -0.78 normal 1644.38

11 RGM P 15 45 157 18.26 -0.78 normal 1452.24

12 AS P 16 56 162 21.34 0.21 normal 1288.28

13 SG P 15 53 160 20.70 0.17 normal 1156.58

14 AR L 16 96 165 35.26 3.07 obesitas 1341.54

15 JBLT L 16 63 171 21.55 0.38 normal 1686.72

16 IMS P 16 42 160 16.41 -1.87 normal 1239.42

17 SSS P 15 52 162 19.81 -0.14 normal 1048.62

18 ZFAD P 16 62 157 25.15 1.25 gemuk 1103.48

19 AEH P 15 60 160 23.44 0.98 normal 1206.96

20 PUN P 16 50 154 21.08 0.13 normal 832.26

21 R L 16 75 172 25.35 1.47 gemuk 918.66

22 AXT L 16 75 173 25.06 1.4 gemuk 852.02

23 JF L 14 75 175 24.49 1.71 gemuk 1236.26

24 MLG P 15 45 150 20.00 -0.08 normal 1198.34

25 TD P 15 48 153 20.50 0.1 normal 1509.22

26 EBMS P 16 40 150 17.78 -1.17 normal 985.76

27 ARP L 16 98 175 32.00 2.66 obesitas 1752.24

28 DS L 15 85 178 26.83 1.97 gemuk 983.48

29 HPS L 16 70 175 22.86 0.81 normal 1674.42

30 MB L 16 57 175 18.61 -0.82 normal 1195.14

31 NM P 16 47 160 18.36 -0.91 normal 1390.52

32 CAS L 16 50 172 16.90 -1.75 normal 1418.12

33 DTS P 15 57 154 24.03 1.13 gemuk 909.5

34 RS P 16 63 169 22.06 0.44 normal 946.48

35 SS P 16 46 158 18.43 -0.88 normal 1494.56

36 AS L 16 65 170 22.49 0.69 normal 1496.02

37 ZJN L 16 70 171 23.94 1.11 gemuk 1311.24

38 VAR P 16 55 164 20.45 -0.09 normal 821.16

LAMPIRAN 9

DATA INDUK

IMT Z-SCORE

STATUS GIZI

KALORI (kkal) NO NAMA JENIS

KELAMIN UMUR (tahun) BB (kg) TB (cm)


(11)

39 LRS L 16 105 175 34.29 2.95 obesitas 1330.3

40 VA P 15 57 157 23.12 0.9 normal 1517.96

41 YW L 16 50 169 17.51 -1.4 normal 1929.24

42 AS P 15 48 159 18.99 -0.47 normal 1233.88

43 CA P 16 47 162 17.91 -1.11 normal 1443.4

44 NM P 15 59 153 25.20 1.41 gemuk 1618.48

45 EMS P 16 60 168 21.26 0.19 normal 961.98

46 SG P 14 54 165 19.83 0.1 normal 1647.44

47 ENPS P 16 47 160 18.36 -0.91 normal 1431.26

48 AMT P 16 48 159 18.99 -0.64 normal 1581.5

49 MS P 16 53 162 20.20 -0.18 normal 1249.72

50 TFL L 16 71 172 24.00 1.13 gemuk 1328.68

51 AA L 16 65 168 23.03 0.86 normal 1318.06

52 DSAR P 16 60 164 22.31 0.51 normal 1322.52

53 AJS P 16 55 160 21.48 0.26 normal 1472.64

54 HKM L 16 78 164 29.00 2.2 obesitas 1318.02

55 BP P 15 75 172 25.35 1.44 gemuk 1684.78

56 RU P 16 48 154 20.24 -0.16 normal 1626.18

57 ZMS L 16 55 169 19.26 -0.52 normal 1354.06

58 DFN L 16 89 183 26.58 1.74 gemuk 1905.24

59 YE P 16 44 157 17.85 -1.14 normal 1697.56

60 PEPS P 15 47 160 18.36 -0.73 normal 1402.14

61 JG P 16 71 158 28.44 1.92 gemuk 1255.96

62 GEP P 16 65 160 25.39 1.31 gemuk 1164.86

63 KJM L 16 55 163 20.70 0.08 normal 1282.18

64 SAP L 15 102 176 32.93 2.87 obesitas 883.84

65 RW P 16 51 151 22.37 0.53 normal 1231.14

66 SCS P 16 58 158 23.23 0.77 normal 1437.32

67 WES L 16 59 169 20.66 0.06 normal 1402.02

68 LJ P 15 50 155 20.81 0.21 normal 1136.3

69 FJ P 16 50 155 20.81 0.04 normal 1501.06

70 C L 16 48 160 18.75 -0.75 normal 1104.24

71 M P 15 63 165 23.14 0.9 normal 1210.52

72 EMP P 16 41 150 18.22 -0.97 normal 1288.34

73 GBP P 16 55 155 22.89 0.68 normal 1443.14

74 MVS L 15 76 178 23.99 1.35 gemuk 1715.44

75 SFT P 16 96 160 37.50 3.2 obesitas 939.84

76 CMG P 15 55 160 21.48 0.42 normal 669.76

77 OGG P 15 49 165 18.00 -0.89 normal 1661.38

78 RS L 16 52 166 18.87 -0.69 normal 1145.12

79 MM P 16 45 150 20.00 -0.25 normal 1475.1

80 C L 16 53 168 18.78 -0.74 normal 1171.96


(12)

83 YR P 15 48 160 18.75 -0.56 normal 1173.84

84 YP P 16 58 165 21.30 0.2 normal 1261.32

85 SC P 15 45 154 18.97 -0.47 normal 1233.22

86 GIM L 16 50 168 17.72 -1.28 normal 1486.08


(13)

1 2 3 4 5

1 GN 2180.6 1920.9 1606.8 2066.7 2413.5 2037.7 2 TGS 1448.8 2242.7 1875.1 1406.7 1843.2 1763.3 3 EAS 1184.4 1942.1 1553.9 1031.4 1013.3 1345.02 4 AJS 2401.7 1730.7 2265.5 2002.2 1858.1 2051.64 5 CDPB 2114.3 1943.9 1971.7 1543.9 2320.9 1978.94 6 TDM 1346.6 1816.2 1636.9 1758.4 1382.7 1588.16

7 DG 1039.4 879.9 649.8 752.3 346.9 733.66

8 ES 1198.6 2159.7 1425.5 1441.8 1374.5 1520.02

9 BWES 1828 2151 1702.5 958.7 967.3 1521.5

10 YAS 1353.8 1654 1531.2 1422.3 2260.6 1644.38 11 RGM 1452 1544 1292.2 1868.1 1104.9 1452.24 12 AS 1324.6 1520.7 1049.2 919.2 1627.7 1288.28 13 SG 1480.1 1686.4 948.1 746.6 921.7 1156.58 14 AR 1640.7 1594.5 1128 745.6 1598.9 1341.54 15 JBLT 1356.5 1661.1 1870 1941.1 1604.9 1686.72 16 IMS 1263.6 1284.6 1000.9 1332 1316 1239.42 17 SSS 1092.5 1095 950.3 1116.7 988.6 1048.62 18 ZFAD 1380.9 1137.8 782.9 1291.1 924.7 1103.48 19 AEH 1734.9 1255.1 958.3 1045.3 1041.2 1206.96 20 PUN 1004.9 604.7 904.3 1038.9 608.5 832.26

21 R 1474.5 749.5 908.9 715.2 745.2 918.66

22 AXT 946.6 870.5 1246.2 476.1 720.7 852.02 23 JF 1393.8 1282.8 1095.5 1440 969.2 1236.26 24 MLG 1186.5 1229.5 1063.7 1163.6 1348.4 1198.34 25 TD 1526.5 1477.3 1329 1695.6 1517.7 1509.22 26 EBMS 1245.4 1453.9 796.3 633.2 800 985.76 27 ARP 1573.7 1698.7 1933.7 1782.4 1772.7 1752.24 28 DS 1280.6 1174.3 622.7 730.1 1109.7 983.48 29 HPS 1758.7 1283.8 1825.6 1701.1 1802.9 1674.42 30 MB 988.9 1220.5 1212.8 1388 1165.5 1195.14

31 NM 1321.4 1191.2 1569 1433 1438 1390.52

32 CAS 1818.7 1066.9 1278.2 1520.6 1406.2 1418.12

33 DTS 861.3 1064.2 1088.5 944.5 589 909.5

34 RS 904.3 944.4 847 860.3 1176.4 946.48

35 SS 1348.3 1428.8 1870.6 1203.6 1621.5 1494.56 36 AS 1808.3 1496.5 1459.7 1333.5 1382.1 1496.02 37 ZJN 1555.9 967.3 1495.2 1254.3 1283.5 1311.24

38 VAR 773.6 798.9 953.2 704 876.1 821.16

39 LRS 1464.3 1315.1 1030.4 1457 1384.7 1330.3

NO NAMA FOOD RECALL KALORI


(14)

41 YW 1888.5 2082.7 2019.7 2150.8 1504.5 1929.24 42 AS 1225.3 1073.5 1414.5 1216.8 1239.3 1233.88 43 CA 1452 1854 1379.8 1240.1 1291.1 1443.4 44 NM 1873.5 1439.3 1441.5 1538.5 1799.6 1618.48 45 EMS 1170.7 1147.4 1184 611.7 696.1 961.98 46 SG 1956.8 1611.7 1384.9 1576.5 1707.3 1647.44 47 ENPS 1517.9 1442.7 1755.6 1374.9 1065.2 1431.26 48 AMT 1475.2 1422.4 1767.5 1575.3 1667.1 1581.5 49 MS 1459.4 1226.4 1033.6 1418.8 1110.4 1249.72 50 TFL 1242.4 1649.3 1184.8 1391.7 1175.2 1328.68 51 AA 1306.9 1291.8 1252.5 1335.8 1403.3 1318.06 52 DSAR 1398.5 1268.7 1439.8 946.9 1558.7 1322.52 53 AJS 1286 1188 1704.3 1494.6 1690.3 1472.64 54 HKM 1406.5 1275.8 1179.4 1243.9 1484.5 1318.02 55 BP 1743.7 1721.2 1179.7 1844.2 1935.1 1684.78 56 RU 1445.9 1913.6 1594.5 1674.2 1502.7 1626.18 57 ZMS 1366.6 1283.2 1434.7 1438.6 1247.2 1354.06 58 DFN 1882.8 1613.8 2166.1 1890.3 1973.2 1905.24 59 YE 1373.1 1874.3 1680.9 1788.7 1770.8 1697.56 60 PEPS 1206.6 1305 1814.6 1022.2 1662.3 1402.14 61 JG 1192.4 1380.3 1334.5 1150.9 1221.7 1255.96 62 GEP 1269 1247.5 1228.9 1240.7 838.2 1164.86 63 KJM 1440 1068.8 1314.1 1114.1 1473.9 1282.18

64 SAP 925.9 753.9 750.5 1081.9 907 883.84

65 RW 1292.1 1018.3 1468.6 1437.9 938.8 1231.14 66 SCS 1046.2 1582 1383.6 1530.1 1644.7 1437.32 67 WES 1353.9 1257.3 1527.8 1453.5 1417.6 1402.02 68 LJ 1118.3 1093 1176.1 1124.9 1169.2 1136.3 69 FJ 1500.5 1393.3 1531.1 1478.3 1602.1 1501.06

70 C 1337 1131.5 1252.5 867.8 932.4 1104.24

71 M 1201.8 1209.4 1250.7 1164.4 1226.3 1210.52 72 EMP 1204.9 920.6 1211.4 1489.5 1615.3 1288.34 73 GBP 1401.6 1465.2 1273.2 1509.6 1566.1 1443.14 74 MVS 1985.4 1609.9 1823.3 1573.1 1585.5 1715.44

75 SFT 1318.8 738.8 1092.6 911 638 939.84

76 CMG 732.7 688.9 630.5 640.4 656.3 669.76 77 OGG 1811.8 1832.1 1580.5 1682.5 1400 1661.38

78 RS 1411 1099.9 1014 1123.7 1077 1145.12

79 MM 1334.5 1396.8 1690.5 1411.5 1542.2 1475.1 80 C 842.8 1212.4 1368 1372.7 1063.9 1171.96 81 YED 794.6 1016.8 742.7 764.1 842.3 832.1


(15)

83 YR 1037.4 1329.6 1215.6 1046.6 1240 1173.84 84 YP 1287.9 1165.2 1449.2 1367.8 1036.5 1261.32 85 SC 1604.8 999.5 1183.4 1290.4 1088 1233.22 86 GIM 1315.5 1489.9 1654 1374.6 1596.4 1486.08


(16)

LAMPIRAN 10

OUTPUT SPSS

KARAKTERISTIK RESPONDEN Statistics

jenis kelamin

responden umur responden

N Valid 87 87

Missing 0 0

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 14 3 3.4 3.4 3.4

15 26 29.9 29.9 33.3

16 58 66.7 66.7 100.0

Total 87 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 29 33.3 33.3 33.3

perempuan 58 66.7 66.7 100.0


(17)

JENIS DAN FREKUENSI MAKANAN 1. Makanan Pokok

Statistics

nasi jagung bubur mie

N Valid 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0

Nasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1x/hari 83 95.4 95.4 95.4

1x/hari 2 2.3 2.3 97.7

4-6x/minggu 1 1.1 1.1 98.9

1x/bulan 1 1.1 1.1 100.0

Total 87 100.0 100.0

jagung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 3 3.4 3.4 3.4

1-3x/minggu 5 5.7 5.7 9.2

1x/bulan 79 90.8 90.8 100.0

Total 87 100.0 100.0

bubur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 3 3.4 3.4 3.4

1-3x/minggu 14 16.1 16.1 19.5

1x/bulan 70 80.5 80.5 100.0


(18)

mie

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 19 21.8 21.8 21.8

1-3x/minggu 47 54.0 54.0 75.9

1x/bulan 21 24.1 24.1 100.0

Total 87 100.0 100.0

2. Lauk hewani

Statistics

daging ayam ikan telur

N Valid 87 87 87

Missing 0 0 0

daging ayam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1x/hari 4 4.6 4.6 4.6

1x/hari 8 9.2 9.2 13.8

4-6x/minggu 35 40.2 40.2 54.0

1-3x/minggu 40 46.0 46.0 100.0

Total 87 100.0 100.0

ikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1x/hari 8 9.2 9.2 9.2

1x/hari 22 25.3 25.3 34.5

4-6x/minggu 38 43.7 43.7 78.2

1-3x/minggu 17 19.5 19.5 97.7

1x/bulan 2 2.3 2.3 100.0


(19)

telur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1x/hari 3 3.4 3.4 3.4

1x/hari 12 13.8 13.8 17.2

4-6x/minggu 39 44.8 44.8 62.1

1-3x/minggu 28 32.2 32.2 94.3

1x/bulan 5 5.7 5.7 100.0

Total 87 100.0 100.0

3. Lauk nabati

Statistics

tahu tempe

N Valid 87 87

Missing 0 0

tahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1x/hari 2 2.3 2.3 2.3

4-6x/minggu 20 23.0 23.0 25.3

1-3x/minggu 45 51.7 51.7 77.0

1x/bulan 20 23.0 23.0 100.0

Total 87 100.0 100.0

tempe

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1x/hari 9 10.3 10.3 10.3

4-6x/minggu 33 37.9 37.9 48.3

1-3x/minggu 38 43.7 43.7 92.0

1x/bulan 7 8.0 8.0 100.0


(20)

4. Sayur-sayuran

Statistics

kangkung daun singkong sawi sayur sop

N Valid 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0

kangkung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 25 28.7 28.7 28.7

1-3x/minggu 40 46.0 46.0 74.7

1x/bulan 22 25.3 25.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

daun singkong

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 13 14.9 14.9 14.9

1-3x/minggu 26 29.9 29.9 44.8

1x/bulan 48 55.2 55.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

sawi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 18 20.7 20.7 20.7

1-3x/minggu 40 46.0 46.0 66.7

1x/bulan 29 33.3 33.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

sayur sop

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 18 20.7 20.7 20.7

1-3x/minggu 28 32.2 32.2 52.9

1x/bulan 41 47.1 47.1 100.0


(21)

5. Buah-buahan

Statistics

pisang jeruk apel pepaya

N Valid 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0

pisang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1x/hari 15 17.2 17.2 17.2

4-6x/minggu 36 41.4 41.4 58.6

1-3x/minggu 27 31.0 31.0 89.7

1x/bulan 9 10.3 10.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

jeruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 29 33.3 33.3 33.3

1-3x/minggu 41 47.1 47.1 80.5

1x/bulan 17 19.5 19.5 100.0

Total 87 100.0 100.0

apel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 10 11.5 11.5 11.5

1-3x/minggu 35 40.2 40.2 51.7

1x/bulan 42 48.3 48.3 100.0


(22)

pepaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4-6x/minggu 30 34.5 34.5 34.5

1-3x/minggu 44 50.6 50.6 85.1

1x/bulan 13 14.9 14.9 100.0

Total 87 100.0 100.0

6. Susu

Statistics susu

N Valid 87

Missing 0

susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1x/hari 15 17.2 17.2 17.2

1x/hari 31 35.6 35.6 52.9

4-6x/minggu 17 19.5 19.5 72.4

1-3x/minggu 19 21.8 21.8 94.3

1x/bulan 5 5.7 5.7 100.0


(23)

UJI NORMALITAS DATA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

status gizi responden .075 87 .200* .974 87 .083

pola konsumsi makanan

responden .051 87 .200

* .989 87 .690

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

UJI KORELASI PEARSON

Correlations

status gizi responden

pola konsumsi makanan responden

status gizi responden Pearson Correlation 1 -.178

Sig. (2-tailed) .099

N 87 87

pola konsumsi makanan responden

Pearson Correlation -.178 1

Sig. (2-tailed) .099


(24)

32

DAFTAR PUSTAKA

Afdal, N. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi, Aktivitas Fisik, dan Durasi

Tidur dengan Kelebihan Berat Badan (Overwight dan Obesitas) Remaja di SMPN 1 Sawahlunto Tahun 2011. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas. Padang.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Anderson. 2004. Minerals. Dalam Mahan, K dan Stump SE. Food, Nutrition & Diet Therapy 11th ed. Pennsylvania: Saunders.

Amelia, F. 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status

Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar

2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2015. Data Statistik Indonesia:

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2013.

Bahria. 2010. Faktor-Faktor yang Terkait dengan Konsumsi Buah dan Sayur

pada Remaja di SMA 4 Jakarta Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. Vol.4, No. 2.

Brown, J. E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. 2nd ed. USA: Thomson Wadsworth.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan


(25)

33

Direktorat Jenedral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI.

Gunawan, A. 1999. Food Combining (Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan

Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia.

Harahap, V. Y. 2012. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dengan Status Gizi

Pada Siswa SMA Negerei 2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Banda Aceh. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Hardinsyah, M. S. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian

Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.

Hardiansyah. 2008. Hubungan Konsumsi Susu da Kalsium dengan Densitas

Tulang dan Tinggi Badan Remaja. Jurnal Gizi dan Pangan, 3(1): 43-48.

Hudha, L. A. 2006. Hubungan Antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan

Obesitas Pada Remaja Kelas I SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang. Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik. Universitas Negeri

Semarang. Semarang.

Imam, A. A. 2013. Manfaat Isoflavon dalam Produk Kedelai Menanggulangi

Diabetes serta Mencegah Obesitas dan Osteoporosis. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia, Jakarta.


(26)

34

Khomsan, A. et al. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Murray, R. V. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: ECG.

Nix. S. 2005. William’s Basic Nutrition & Diet Theraphy. 12th ed. USA: Elsevier Mosby Inc.

Notoatmodjo, S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, G. I. 2009. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Obesitas Permasalahan

dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Seto.

Okada, T. 2004. Effect of Cow Milk Consumption on Longitudinal Height Gain in

Children. The American Journal of Clinical Nutrition, 80 (4): 1088-1089.

Diakses pada 27 November 2015

[http://ajcn.nutrition.org/content/80/4/1088.2.full].

Ruslie, R. H. 2012. Analisis Regresi Logistik Untuk Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Status Gizi Remaja. Majalah Kedokteran Andalas No.1,

Vol.36.

Saidin, S. et al. 1991. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Konsentrasi

Belajar. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. Jilid 14. Badan Litbangkes

Kemenkes RI

Siagian, A. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga.

Sibagariang, E. E. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.


(27)

35

Shi, Z. et al. Short Sleep Duration And Obesity Among Australian Children. BMC Public Health, 10:609. Diakses pada 27 November 2015 [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20946684].

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Suhendro. 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada

Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Propinsi Banten. Tesis

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Supariasa, I. D. N. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.

Toschke et al. 2004. Identifying Children at High Risk for Overweight at School

Entry by Weight Gain During the First 2 Years. Arch Pediatr Adolesc Med,

158(5):449-52. Diakses pada 27 November 2015 [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15123477].

Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Wardlaw, S. 2004. Perspective in Nutrition. New York: Hill Company.

Weiss, A. et al. 2010. The Association of Sleep Duration With Adolescents' Fat

And Carbohydrate Consumption. Sleep, 33(9): 1201-9. Diakses pada 27

November 2015 [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20857867].

Yani, S. et al. 2013. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Dengan

Overweight dan Obesitas Pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin Angkatan 2013. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat.


(28)

36

Yolanda, A. 20014. Analisis Determinan Status Gizi Remaja SMPN 3 Kecamatan

Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya. Palembang.


(29)

14

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini akan melihat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa. Pola konsumsi makanan merupakan variabel independen dan status gizi merupakan variabel dependen.

3.2 Definisi Operasional 1. Pola konsumsi makanan

Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang dimakan oleh responden.

Cara ukur : wawancara dan angket

Alat ukur : pedoman wawancara, formulir recall 24 jam Hasil ukur : jumlah kalori

Skala pengukuran : nominal

2. Status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh responden yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Cara ukur : antropometri IMT/U

Alat ukur : menggunakan rumus Z-Skor Pola Konsumsi Makanan Status Gizi


(30)

15

Hasil ukur : a. sangat kurus : Z – Skor terletak < -3 SD b. kurus : Z – Skor terletak -3 s/d < -2 SD c. normal : Z – Skor terletak -2 s/d +1 SD d. gemuk : Z – Skor terletak +1 s/d +2 SD e. obesitas : Z – Skor terletak > +2 SD Skala pengukuran : ordinal

3. Umur

Umur adalah jumlah tahun mulai dari responden lahir hingga saat penelitian dilakukan.

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : pedoman wawancara

Hasil ukur : umur responden dalam tahun Skala pengukuran : nominal

4. Berat Badan

Berat badan adalah besarnya bobot badan responden. Cara ukur : menimbang berat badan

Alat ukur : timbangan digital

Hasil ukur : berat badan responden dalam satuan kilogram (kg) Skala pengukuran : nominal

5. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan panjang badan responden dari kepala sampai kaki.

Cara ukur : mengukur tinggi badan Alat ukur : microtoise

Hasil ukur : tinggi badan responden dalam satuan sentimeter (cm) Skala pengukuran : nominal


(31)

16

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.


(32)

17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu melihat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan setelah diberikan kebenaran oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai Desember 2015 dan pengumpulan data dilakukan pada 17 Oktober 2015 sampai 30 Oktober 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI Santo Thomas 1 Medan yang berjumlah 550 orang dengan jumlah siswa laki-laki 261orang dan perempuan 289 orang.

4.3.2 Sampel

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus:

n = 1 + N dN

Keterangan: n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Perhitungan: n = 55 +55 , 2 n = 84,61


(33)

18

Berdasarkan perhitungan di atas, besar sampel pada penelitian ini dibulatkan menjadi 85 orang.

Selanjutnya, sampel diambil secara acak dengan teknik proportional

random sampling pada masing-masing kelas XI dengan rumus: Spl =N × Jsn

Keterangan: Spl = banyaknya sampel yang diambil tiap kelas n = jumlah sampel tiap kelas

N = jumlah populasi

Js = jumlah sampel yang diinginkan

Dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus di atas, didapat jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas, yaitu:

Tabel 4.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas

Kelas Populasi Siswa Tiap Kelas Sampel

XI IPA 1 46 7

XI IPA 2 46 7

XI IPA 3 47 7

XI IPA 4 48 8

XI IPA 5 48 8

XI IPA 6 48 8

XI IPA 7 48 7

XI IPA 8 46 7

XI IPA 9 46 7

XI IPA 10 44 7

XI IPS 1 42 6

XI IPS 2 41 6


(34)

19

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi data responden yang didapat secara langsung yaitu:

1. Data konsumsi pangan didapat dengan metode food recall 24 jam.

2. Data frekuensi dan jenis makanan didapat melalui wawancara dan metode food

frequency.

3. Data berat badan didapat dengan melakukan penimbangan berat badan. 4. Data tinggi badan didapat dengan melakukan pengukuran tinggi badan.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah siswa kelas XI yang didapat dari kantor tata usaha SMA Santo Thomas 1 Medan.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Pedoman wawancara

2. Formulir food recall 24 jam 3. Formulir food frequency

4. Timbangan injak untuk menimbang berat badan 5. Microtoise untuk mengukur tinggi badan

4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing, dilakuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding, data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh

peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry, data dimasukkan ke dalam program komputer.


(35)

20

4. Cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam

komputer guna menghindari kesalahan dalam pemasukan data. 5. Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis.

6. Analisis data (Wahyuni, 2007).

4.5.2 Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Analisa data meliputi: 1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Pada analisa bivariat, digunakan uji korelasi Pearson karena seluruh variabel dependen dan independen merupakan data numerik. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 5% (α = 0,05). Keputusan dari hasil uji statistik dilihat dari nilai p. Jika nilai p<0,05 maka ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Jika p>0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.


(36)

21

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan yang berlokasi di Jalan Letjen S. Parman No.109, Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 87 responden yang merupakan siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan. Adapun karakteristik responden menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

14 3 3.4

15 26 29.9

16 58 66.7

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden paling banyak adalah 16 tahun yaitu 58 orang (66,7%) dan paling sedikit adalah 14 tahun yaitu 3 orang (3,4%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 29 33,3

Perempuan 58 66,7


(37)

22

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa frekuensi jenis kelamin responden paling banyak adalah perempuan yaitu 58 orang (66,7%) dan paling sedikit adalah laki-laki yaitu 29 orang (33,3%).

5.1.3 Hasil Analisa Data

5.1.3.1 Frekuensi Pola Konsumsi Makanan dan Jenis Makanan Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Distribusi frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Jenis Makanan

>1x/hari 1x/hari 4-6x /minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan Jumlah

n % n % n % n % n %

Nasi 83 95,4 2 2,3 1 1,1 0 0 1 1,1 87

Jagung 0 0 0 0 3 3,4 5 5,7 79 90,8 87

Bubur 0 0 0 0 3 3,4 14 16,1 70 80,5 87

Mie 0 0 0 0 19 21,8 47 54 21 24,1 87

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi makanan pokok yang paling banyak adalah nasi >1x/hari yaitu 83 orang (95,4%) dan paling sedikit adalah nasi 4-6x/minggu dan nasi 1x/bulan yaitu 1 orang (1,1%).


(38)

23

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Hewani yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lauk hewani yang paling banyak adalah daging/ayam 1-3x/minggu yaitu 40 orang (46%) dan paling sedikit adalah ikan 1x/bulan yaitu 2 orang (2,3%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Nabati yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Jenis Makanan

>1x/hari 1x/hari 4-6x /minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan Jumlah

n % n % n % n % n %

Tahu 0 0 2 2,3 20 23 45 51,7 20 23 87

Tempe 0 0 9 10,3 33 37,9 38 43,7 7 8 87

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lauk nabati yang paling banyak adalah tahu 1-3x/minggu yaitu 45 orang (51,7%) dan paling sedikit adalah tahu 1x/hari yaitu 2 orang (2,3%).

Jenis Makanan

>1x/hari 1x/hari 4-6x /minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan Jumlah

n % n % n % n % n %

Daging/ayam 4 4,6 8 9,2 35 40,2 40 46 0 0 87 Ikan 8 9,2 22 25,3 38 43,7 17 19,5 2 2,3 87 Telur 3 3,4 12 13,8 39 44,8 28 32,2 5 5,7 87


(39)

24

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Jenis Sayur-sayuran yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Jenis Makanan

>1x/hari 1x/hari 4-6x /minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan Jumlah

n % n % n % n % N %

Kangkung 0 0 0 0 25 28,7 40 46 22 25,3 87 Daun

singkong 0 0 0 0 13 14,9 26 29,9 48 55,2 87

Sawi 0 0 0 0 18 20,7 40 46 29 33,3 87

Sayur sop 0 0 0 0 18 20,7 28 32,2 41 47,1 87

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi sayur-sayuran yang paling banyak adalah daun singkong 1x/bulan dan sayur sop 1x/bulan yaitu 48 orang (55,2%) dan paling sedikit adalah daun singkong 4-6x/minggu yaitu 13 orang (14,9%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Jenis Buah-buahan yang Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Jenis Makanan

>1x/hari 1x/hari 4-6x /minggu

1-3x

/minggu 1x/bulan Jumlah

n % n % n % n % n %

Pisang 0 0 15 17,2 36 41,4 27 31 9 10,3 87 Jeruk 0 0 0 0 29 33,3 41 47,1 17 19,5 87

Apel 0 0 0 0 10 11,5 35 40,2 42 48,3 87

Pepaya 0 0 0 0 30 34,5 44 50,6 13 14,9 87

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi buah-buahan yang paling banyak adalah pepaya 1-3x/minggu yaitu 44 orang (50,6%) dan paling sedikit adalah pisang 1x/bulan yaitu 9 orang (10,3%).


(40)

25

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu pada Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Konsumsi Susu Frekuensi (n) Persentase (%)

>1x/hari 15 17,2

1x/hari 31 35,6

4-6x/minggu 17 19,5

1-3x/minggu 19 21,8

1x/bulan 5 5,7

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi susu paling banyak adalah 1x/hari yaitu 31 orang (35,6%) dan paling sedikit adalah 1x/bulan yaitu 5 orang (5,7%).

5.1.3.2 Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Distribusi frekuensi status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan Menurut IMT/U

Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Normal 65 74.7

Gemuk 15 17.2

Obesitas 7 8

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahwa status gizi menurut IMT/U paling banyak adalah normal yaitu 65 orang (74,7%) dan paling sedikit adalah obesitas yaitu 7 orang (8%).


(41)

26

5.1.3.3 Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

Gambar 5.1 Scatter plot hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.

Dari gambar 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan, dengan hasil uji korelasi Pearson p=0,099 (p>0,05).

5.2 Pembahasan

Dari hasil food recall selama 10 hari, dapat diketahui bahwa siswa SMA Santo Thomas 1 Medan pada umumnya makan 3 kali sehari yaitu sarapan pukul 6.30 WIB, makan siang pukul 13.30 WIB, dan makan malam pukul 19.30 WIB. Namun, ada juga sebagian siswa yang tidak sarapan. Padahal sarapan sangat bermanfaat khususnya bagi anak sekolah karena sarapan dapat meningkatkan


(42)

27

penelitian Saidin (1991), disebutkan bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar anak yaitu pada kelompok anak yang tidak biasa sarapan didapati daya konsentrasi yang rendah.

Jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi dengan frekuensi konsumsi makanan >1x/hari. Hal ini seperti yang disebutkan Irianto (2004) bahwa zat makanan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat yang berasal dari nasi sebagai makanan pokok. Sumber energi lain yang dikonsumsi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah jagung, bubur, dan mie. Namun, frekuensi makan ketiga jenis makanan ini hanya sedikit. Seperti pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa konsumsi jagung dan bubur pada siswa paling banyak adalah 1x sebulan dan mie 1-3x/minggu.

Untuk jenis lauk hewani, yang paling banyak dikonsumsi siswa adalah daging/ayam dengan frekuensi 1-3x/minggu. Seperti yang dijelaskan Almatsier (2001) bahwa lauk hewani dapat memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai rasa netral terasa lebih enak. Untuk konsumsi ikan dan telur paling banyak adalah 4-6x/minggu. Hal ini karena konsumsi telur biasanya hanya merupakan alternatif pengganti lauk jika siswa tidak menyukai lauk yang disajikan di rumah.

Jenis lauk nabati yang paling banyak dikonsumsi siswa adalah tahu dan tempe dengan frekuensi 1-3x/minggu. Tahu dan tempe juga dapat dikonsumsi sebagai alternatif pengganti lauk. Selain itu, di kantin SMA Santo Thomas 1 Medan juga menjual tahu dan tempe goreng sehingga ini merupakan salah satu makanan yang banyak dikonsumsi siswa saat jam istirahat sekolah.

Pada dasarnya, sayuran merupakan bahan pangan yang baik untuk tubuh karena mengandung zat gizi seperti vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol (Almatsier, 2002). Namun, untuk konsumsi sayur-sayuran pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan bisa dianggap jarang. Pada tabel 5.6, dapat dilihat bahwa frekuensi konsumsi sayur paling banyak ada pada daun singkong 1x/bulan. Selain itu frekuensi paling banyak konsumsi kangkung adalah 1-3x/bulan, sawi 1-3x/bulan, dan sayur sop 1x/bulan. Dari penelitian Bahria (2010) didapatkan hasil bahwa


(43)

28

kebiasaan orangtua mengkonsumsi sayur, ketersediaan sayur di rumah, dan kesukaan terhadap sayur dapat berpengaruh terhadap konsumsi sayur pada remaja. Selain sayur-sayuran, buah-buahan juga sangat baik untuk tubuh karena kandungan serat dan air pada buah dapat membersihkan kotoran dari dalam usus besar (Gunawan, 1999). Untuk buah-buahan, jenis buah yang paling sering dikonsumsi siswa adalah pepaya dengan frekuensi 1-3x/hari. Sedangkan frekuensi konsumsi pisang paling banyak adalah 4-6x/minggu, jeruk 1-3x/minggu, apel 1x/bulan. Penelitian Bahria (2010) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah pada remaja antara lain uang jajan, kebiasaan orangtua mengkonsumsi buah dan ketersediaan buah di rumah. Pada penelitian Soraya (2012), juga disebutkan bahwa selain ketersediaan di rumah, keterpaparan media massa juga mempengaruhi pola konsumsi sayur dan buah pada usia remaja.

Susu dan hasil olahannya merupakan sumber kalsium yang utama (Anderson, 2004). Kalsium bersama-sama dengan fosfor merupakan elemen penyusun utama dari tulang. Selama remaja, kebutuhan kalsium akan meningkat sejalan dengan berlangsungnya proses pertumbuhan tulang (Hardiansyah, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Okada (2004) menjelaskan bahwa ada pengaruh positif antara mengkonsumsi susu sapi dengan jumlah yang banyak dengan tinggi badan. Namun menurut Khomsan (2004), budaya minum susu di Indonesia masih tergolong rendah. Dalam hal konsumsi susu, pada umumnya siswa SMA Santo Thomas 1 Medan mengkonsunsi susu 1x/hari pada pagi hari saat sarapan atau malam hari sebelum tidur. Pada penelitian Hardiansyah (2008), didapatkan alasan terbanyak remaja tidak mengkonsumsi susu adalah karena tidak suka dengan rasanya.

Penilaian status gizi responden dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur (IMT/U) dengan standar antropometri WHO 2007. Dari hasil pengolahan data seperti pada tabel 5.9, didapati pada umumnya status gizi siswa adalah normal yaitu sebanyak 65 orang (74,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan siswa SMA Santo Thomas 1


(44)

29

Namun, ada 22 orang yang berada dalam status gizi tidak normal, yaitu 15 orang (17,2%) overweight dan 7 orang (8%) obesitas. Pada penelitian Yani (2013) dikatakan bahwa masalah overweight dan obesitas menjadi masalah di seluruh dunia dan prevelansinya cenderung meningkat baik pada remaja dan dewasa di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang, jumlah anak remaja dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa (Afdal, 2011).

Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dengan energi yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan aktivitas fisik (Imam, 2013). Berdasarkan penelitian Hudha (2006), remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, obesitas juga bisa merupakan kelanjutan karena saat bayi tidak mengkonsumsi air susu ibu (ASI) melainkan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi sehingga anak akan mengalami kelebihan berat badan yang berlanjut sampai remaja (Yani, 2013), dan juga diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang sehat seperti

fast food (Toschke et al., 2004).

Nugraha (2009) menyebutkan bahwa kegemukan juga bisa terjadi karena tubuh cenderung untuk menyimpan makanan lebih lama, artinya proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Selain itu daya serap tubuh terhadap makanan pada setiap orang juga berbeda. Pada beberapa orang, meskipun konsumsi makanan sedikit, tubuh mereka gemuk karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap dengan baik.

Lamanya tidur seseorang juga berhubungan dengan berat badan. Dari penelitian Weiss et al. (2010), ditemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari 8 jam per hari cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk makan daripada remaja yang durasi tidurnya cukup (8,5-9,25 jam). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Shi et al. (2004) pada anak-anak Australia usia 5-15 tahun ditemukan bahwa hubungan antara durasi tidur (<9 jam) dan obesitas lebih kuat pada kelompok remaja awal.


(45)

30

Dengan kata lain, penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang genetik, hormon, penggunaan obat-obatan, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik (Murray, 2009).

Berdasarkan uji statistik pada penelitian, didapati bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Hasil yang sama juga didapati pada penelitian Harahap (2012) pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Hal ini dikarenakan, status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya pola konsumsi makanan saja. Seperti pada penelitian Yolanda (2014), ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, pengetahuan, dan frekuensi makanan dengan status gizi remaja. Selain itu, pada penelitian Amelia (2008) didapatkan bahwa aktivitas fisik dapat mempengaruhi status gizi remaja. Selain aktivitas fisik, body image juga mempengaruhi status gizi seperti yang didapat pada hasil penelitian Riska (2012).


(46)

31

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hanya 37 siswa (42,5%) SMA Santo Thomas 1 Medan yang memenuhi variasi menu makanan setiap kali makan.

2. Hanya 28 siswa (32,2%) SMA Santo Thomas 1 Medan yang mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu sebagai pelengkap setiap kali makan.

3. Status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan pada umumnya normal yaitu sebanyak 65 siswa (74,7%). Namun, ditemukan juga siswa dengan status gizi gemuk sebanyak 15 siswa (17,2%) dan obesitas 7 siswa (8%). 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan

dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.

6.2 Saran

1. Bagi seluruh siswa, hendaknya memperhatikan pola konsumsi makanan agar menu makanan yang dikonsumsi lebih bervariasi.

2. Bagi siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas, diharapkan mampu menjaga pola makan yang baik, mengkonsumsi makanan tinggi serat, rendah lemak, dan olahraga yang cukup.

3. Bagi peneliti, diharapkan mampu melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi ini.


(47)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Konsumsi Makanan

Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, serta berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Agar makanan dapat berfungsi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka makanan yang kita konsumsi sehari-hari tidak hanya sekedar makanan, tetapi juga mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut (Notoatmodjo, 2003). Mengkonsumsi makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan.

Berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial dapat dicegah dengan menyediakan makanan dengan gizi seimbang. Adapun maksud dengan gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (Sibagariang, 2010).

2.1.1 Pengertian Pola Konsumsi Makanan

Pola konsumsi makanan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu (Khomsan, 2010). Pola konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif pada diri seseorang seperti menjaga kesehatan dan mencegah atau membantu menyembuhkan penyakit. Di masyarakat, pola konsumsi makanan disebut juga dengan kebiasaan makan.


(48)

5

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Pemilihan makanan individu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:

1. Jenis Kelamin

Menurut Brown (2005), pria lebih banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik daripada wanita. Oleh karena itu, kebutuhan kalori pria akan lebih banyak daripada wanita, sehingga pria mengkonsumsi lebih banyak makanan. Selain itu, banyak wanita yang memperhatikan citra tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makan sesuai kebutuhannya agar memiliki porsi tubuh yang sempurna.

2. Pengetahuan

Pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang gizi dan kesehatan akan mempengaruhi komposisi dan konsumsi pangan seseorang (Khomsan, 2000). Informasi terkait gizi dan nutrisi dapat disebarkan melalui:

a. Poster yang dipajang di tempat-tempat umum (seperti sekolah, PUSKESMAS, rumah sakit), dimana orang mempunyai kesempatan untuk membacanya.

b. Leaflet dengan pesan kesehatan yang sederhana dan spesifik. c. Artikel di koran.

d. Iklan di televisi dan radio.

e. Program sekolah untuk murid dan orangtua. 3. Teman Sebaya

Teman sebaya dapat mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi suatu makanan. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan, 2003). Pada periode remaja, pengaruh teman sebaya lebih terlihat dalam hal pemilihan makanan (Brown, 2005).

4. Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya.


(49)

6

Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, kari untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007).

5. Agama/Kepercayaan

Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodok melarang mengkonsumsi jenis daging tertentu, agama Roma Katolik melarang mengkonsumsi daging setiap hari, dan beberapa aliran agama melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007).

6. Status Sosial Ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke bawah tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007).

7. Personal Preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kari, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.


(50)

Anak-7

anak yang suka dimarahi oleh bibinya akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007). 8. Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007).

9. Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 2007).

2.1.3 Penilaian Konsumsi Makanan

Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Untuk menilai status gizi dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi makanan. Penilaian konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah makanan yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Untuk mendapatkan informasi tentang kebiasaan makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi, dapat dilakukan pengukuran melalui beberapa metode, antara lain:

1. Metode ingatan 24 Jam (24-hours food recall)

Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelumnya. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi makanan berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) yang kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram) (Khomsan, 2010).


(51)

8

Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan informasi rata-rata konsumsi. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan minimal 2x24 dengan selang waktu 2 hari selama sepuluh hari.

2. Metode food records

Pada metode ini, responden diminta untuk mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang langsung berat makanan yang dikonsumsi (dalam ukuran gram) (Khomsan, 2010).

3. Metode penimbangan makanan (food weighing)

Metode penimbangan pangan adalah metode yang paling akurat dalam memperkirakan asupan kebiasaan dan/atau asupan zat gizi individu. Pada metode ini, responden diminta untuk menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu. Lebih jelasnya, responden diminta untuk menimbang semua makanan yang akan dikonsumsi dan makanan yang sisa. Kuantitas asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan kuantitas pangan yang sisa (Siagian, 2010).

4. Metode dietary history

Metode ini dikenal juga sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan antara inti pangan dan kejadian penyakit tertentu (Khomsan, 2010).

5. Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh informasi pola konsumsi makanan sesorang. Untuk itu, diperlukan kuesioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar jenis makanan dan frekuensi konsumsi makanan (Khomsan, 2010).


(52)

9

2.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa

Pola konsumsi makanan siswa merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anak sekolah terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2009) disajikan pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun

Makan pagi Makan siang Makan malam

06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.00 WIB Nasi 1 porsi 100 gr beras Nasi 2 porsi 200 gr beras Nasi 1 porsi 100 gr beras Telur 1 butir 50 gr Daging 1 porsi 50 gr Daging 1 porsi 50 gr Susu sapi 200 gr Tempe 1 porsi 50 gr Tahu 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr

Buah 1 porsi 75 gr Buah 1 porsi 100 gr

Susu skim 1 porsi 20 gr

Sumber: Sediaoetama, 2009.

Pola konsumsi makanan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.

2.3 Angka Kebutuhan Gizi

Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh individu secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung beberapa faktor yang mempengaruhinya. Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada Angka Kebutuhan Gizi (Yuniastuti, 2008).

Angka Kebutuhan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi


(53)

10

dari makanan untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis, seperti hamil atau menyusui (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat badan didasarkan pada berat badan yang mewakili sebagian penduduk yang sehat (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Adapun AKG rata-rata yang dianjurkan untuk remaja kelompok 15 – 18 tahun adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)

Jenis Kelamin Umur (tahun) Berat Badan (kg) Energi

Laki – laki 13 – 15 46 2400 kkal

16 – 18 55 2600 kkal

Perempuan 13 – 15 48 2350 kkal

16 – 18 50 2200 kkal

Sumber: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007.

2.4 Status Gizi

2.4.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi merupakan hal yang penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2001). Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan keluar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari


(54)

11

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).

Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix, 2005). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk.

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1979, telah diungkapkan bagan dari Call dan Levinson (1974) sebagai bahan untuk mengadakan analisis secara seksama masalah gizi di Indonesia. Konsep tersebut terlihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Call dan Levinson, 2012.


(55)

12

Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa status gizi seseorang/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Kedua faktor tersebut adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak langsung adalah kandungan zat gizi dalam bahan makanan, daya beli masyarakat, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2012).

Selain faktor-faktor di atas, Laura Jane Harper juga melukiskan faktor yang mempengaruhi status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi sebagai berikut:

Gambar 2.2 Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Harper, 2012.

2.4.3 Penilaian Status Gizi

Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk penilaian status gizi pada remaja. BB/U dianggap tidak informatif bila tidak ada informasi tentang TB/U. Pendekatan konvensional terhadap kombinasi penggunaan BB/U dan TB/U untuk menilai massa tubuh


(56)

13

dianggap memberikan hasil yang bias. Data referensi BB/TB memiliki keuntungan karena tidak memerlukan informasi tentang umur kronologis. Namun, hubungan BB/TB berubah secara dramatis menurut umur dan status kematangan seksual remaja. Oleh karena itu, IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja.

Indeks Massa Tubuh diukur dengan menggunakan rumus:

IMT = Tinggi Badan mBerat Badan kg

Kemudian, status gizinya ditentukan melalui perhitungan statistik dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu acuan standar WHO. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-Skor adalah (Supariasa, 2012):


(57)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2007). Menurut data WHO (2003), 19% dari penduduk dunia atau sekitar 1.200 juta jiwa adalah remaja. Di Indonesia, populasi remaja bahkan lebih tinggi mencapai 22% dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa. Dan menurut data Badan Pusat Statistik (2013), remaja di Sumatera Utara mencapai 21% dari total populasi atau sekitar 2,6 juta jiwa.

Dalam daur kehidupan, kebutuhan gizi secara terus menerus akan bertambah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kelompok umur (Sibagariang, 2010). Pada kelompok remaja, pertumbuhan terjadi sangat pesat dan kegiatan-kegiatan jasmani seperti olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh karena itu, kelompok remaja memerlukan banyak konsumsi makanan yang bergizi. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhan (Notoatmodjo, 2007).

Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi, yaitu kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Ada 3 alasan remaja dikatakan rentan gizi. Pertama, remaja mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan sehingga masukan energi dan zat gizi harus disesuaikan. Ketiga, adanya keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Arisman, 2008).

Masalah gizi pada anak sekolah menengah yang merupakan kelompok remaja merupakan masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta berdampak pada masalah gizi saat dewasa (Harahap, 2012).


(58)

2

Hardinsyah (1989) menyebutkan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Oleh karena itu, konsumsi makanan dan aktivitas berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik dicapai bila tubuh memperoleh zat gizi yang cukup sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin.

Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010), status gizi berdasarkan IMT/U pada remaja SMA adalah sangat kurus 2,1%, kurus 6,7%, normal 88,9% dan gemuk 1,4%.

Sedangkan berdasarkan penelitian Harahap (2012) tentang hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Banda Aceh dengan sampel berjumlah 80 orang didapatkan hasil status gizi berdasarkan BB/U adalah status gizi baik 72 orang (90,2%), gizi kurang 4 orang (5%), gizi lebih 4 orang (5%) dan tidak didapati hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa. Namun, menurut Suhendro (2003) tidak hanya pola konsumsi makanan yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah menengah, melainkan ada beberapa faktor lain seperti umur, jenis kelamin, faktor lingkungan, aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan faktor neuropsikologik serta faktor genetik.

Aktivitas yang dijalankan siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah belajar formal yang dimulai pada pukul 07.30-13.20. Dengan ditambah kegiatan sekolah dan kegiatan di luar sekolah lainnya, pola konsumsi makanan harus sesuai dengan aktivitas yang akan dijalani oleh siswa. Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan yang berusia rata-rata 15-18 tahun dan dengan pengaruh aktivitas, faktor lingkungan, dan sosial ekonomi yang berbeda ini mungkin saja mengalami permasalahan gizi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.


(59)

3

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan

sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan pola konsumsi makanan dengan

status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan?”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. 2. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan siswa SMA Santo

Thomas 1 Medan.

3. Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan .

1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk menambah pengetahuan tentang pola konsumsi makanan dan status gizi siswa.

2. Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pola konsumsi makanan sesuai dengan aktivitas di sekolah.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti tentang gizi, khususnya hubungan pola konsumsi dengan status gizi.


(60)

iii

ABSTRAK

Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Hal ini dikarenakan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sehingga tubuh memerlukan zat gizi lebih banyak. Selain itu, perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola konsumsi makanan yang akan berdampak pada status gizi remaja. Masalah gizi pada remaja merupakan masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan yang berjumlah 550 siswa. Sampel berjumlah 87 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah normal (74,7%) , gemuk (17,2%), dan obesitas (8%). Analisa data dengan menggunakan uji korelasi Pearson didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan (p=0,099).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan karakteristik responden dan lokasi yang berbeda, sehingga dapat dilihat apakah hasil yang diperoleh berbeda atau tidak dibandingkan dengan hasil penelitian saat ini.


(61)

iv

ABSTRACT

Adolescent is one of nutritionally vulnerable groups. This is because adolescent experiencing rapid growth and development, so that the body requires more nutrients. In addition, lifestyle changes also affect the pattern of food consumption that will impact the nutritional status of adolescent. Nutritional problems in adolescent are important issue and need special attention because the major impact on the growth and development of the body.

The aim of the research is to find out the correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan. The research is a descriptive analytic study. The population is all 11th grade students in SMA Santo Thomas 1 Medan which are 550 students. Samples are 87 students who were taken with proportional random sampling technique.

The result showed that the nutritional status of SMA Santo Thomas 1 Medan students are normal (74,7%), overweight (17,2%), and obese (8%). Data analysis using Pearson correlation test showed that there was no significant correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan (p=0,099).

Based on the study result, it can be concluded that there was no correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan. In order to get a better result, further research needs to be done by using different location and characteristics of respondents, so it can be seen whether the results are different or not compared by the current research result.


(62)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

Oleh :

SERGIO PRATAMA 120100202

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(63)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

SERGIO PRATAMA 120100202

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(64)

(65)

iii

ABSTRAK

Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Hal ini dikarenakan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sehingga tubuh memerlukan zat gizi lebih banyak. Selain itu, perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola konsumsi makanan yang akan berdampak pada status gizi remaja. Masalah gizi pada remaja merupakan masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan yang berjumlah 550 siswa. Sampel berjumlah 87 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah normal (74,7%) , gemuk (17,2%), dan obesitas (8%). Analisa data dengan menggunakan uji korelasi Pearson didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan (p=0,099).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan karakteristik responden dan lokasi yang berbeda, sehingga dapat dilihat apakah hasil yang diperoleh berbeda atau tidak dibandingkan dengan hasil penelitian saat ini.


(66)

iv

ABSTRACT

Adolescent is one of nutritionally vulnerable groups. This is because adolescent experiencing rapid growth and development, so that the body requires more nutrients. In addition, lifestyle changes also affect the pattern of food consumption that will impact the nutritional status of adolescent. Nutritional problems in adolescent are important issue and need special attention because the major impact on the growth and development of the body.

The aim of the research is to find out the correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan. The research is a descriptive analytic study. The population is all 11th grade students in SMA Santo Thomas 1 Medan which are 550 students. Samples are 87 students who were taken with proportional random sampling technique.

The result showed that the nutritional status of SMA Santo Thomas 1 Medan students are normal (74,7%), overweight (17,2%), and obese (8%). Data analysis using Pearson correlation test showed that there was no significant correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan (p=0,099).

Based on the study result, it can be concluded that there was no correlation between food consumption patterns and nutritional status of students in SMA Santo Thomas 1 Medan. In order to get a better result, further research needs to be done by using different location and characteristics of respondents, so it can be seen whether the results are different or not compared by the current research result.


(1)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pola Konsumsi Makanan... 4

2.1.1 Pengertian Pola Konsumsi Makanan ... 4

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... 5

2.1.3 Penilaian Konsumsi Makanan ... 7

2.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa ... 9

2.3 Angka Kebutuhan Gizi ... 9

2.4 Status Gizi ... 10

2.4.1 Pengertian Status Gizi ... 10


(2)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1 Kerangka Konsep ... 14

3.2 Definisi Operasional... 14

3.3 Hipotesis ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1 Jenis Penelitian ... 17

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.3.1 Populasi ... 17

4.3.2 Sampel ... 17

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

4.4.1 Data Primer ... 19

4.4.2 Data Sekunder ... 19

4.4.3 Instrumen Penelitian ... 19

4.5 Pengolahan dan Analisa Data... 19

4.5.1 Pengolahan Data... 19

4.5.2 Analisa Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 21

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 21

5.1.3 Hasil Analisa Data... 22

5.2 Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1 Kesimpulan ... 31


(3)

ix

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan pada 9

Usia 15-18 Tahun

2.2 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata yang 10

Dianjurkan (per Orang per Hari) pada Kelompok Remaja

4.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas 18

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 21

Berdasarkan Umur

5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 21

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.3 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Pokok yang 22 Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

5.4 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Hewani yang 23 Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

5.5 Distribusi Frekuensi dan Jenis Lauk Nabati yang 23 Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

5.6 Distribusi Frekuensi dan Jenis Sayur-sayuran yang 24 Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

5.7 Distribusi Frekuensi dan Jenis Buah-buahan yang 24 Dikonsumsi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

5.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu pada Siswa SMA 25 Santo Thomas 1 Medan

5.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa SMA Santo 25 Thomas 1 MedanMenurut IMT/U


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Menurut

Call dan Levinson 11

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Menurut

Harper 12

5.1 Scatter Plot Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Surat Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Tanda Selesai Penelitian Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 5 Informed Consent

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Formulir Food Recall 24 jam

Lampiran 8 Formulir Food Frequency

Lampiran 9 Data Induk