Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi pada Remaja Usia 13-15 tahun di SMP St.Yoseph Medan
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI
MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN STATUS GIZI PADA
REMAJA USIA 13-15 TAHUN DI SMP ST.YOSEPH MEDAN
Oleh :
VERANITA
110100209
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI
MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN STATUS GIZI PADA
REMAJA USIA 13-15 TAHUN DI SMP ST.YOSEPH MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
VERANITA
110100209
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(3)
LEMBARAN PENGESAHAN
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi pada Remaja Usia 13-15 tahun di SMP St.Yoseph Medan
NAMA : VERANITA NIM : 110100209
________________________________________________________________
Medan, Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001
Dosen Penguji I
(dr. H.R. Yusa Herwanto, Sp. THT-KL, M.Ked (ORL-HNS))
NIP. 19670126 199701 1 001
Dosen Penguji II
(dr. Adi Muradi, Sp.B-KBD) NIP. 19671207 200012 1 001 Dosen Pembimbing
(dr. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K)) NIP. 19620104 198911 2 001
(4)
ABSTRAK
Prevalensi obesitas dan gizi lebih pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan berat badan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu genetik, aktifitas fisik dan gaya hidup individu tersebut. Pada zaman globalisasi sekarang, masyarakat lebih cenderung untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak jenuh dan karbohidrat tetapi rendah zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St. Yoseph Medan.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional
(potong lintang) yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014. Metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Total sampel dalam penelitian berjumlah 162 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada sampel penelitian.
Dari hasil penelitian didapatkan 16 orang (9,9%) gizi kurang, 83 orang (51,2%) gizi normal, 40 orang (24,7%) gizi lebih, dan 23 orang (14,2%) obesitas.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu adanya hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Selain itu, didapatkan juga hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makanan cepat saji dengan status gizi dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji.
Kata kunci: status gizi, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, tingkat pengetahuan, remaja
(5)
ABSTRACT
Prevalence of adolescent overweight and obesity is increasing from year to year. Increased body weight is influenced by several factors, for example, genetic, physical activity, and their lifestyle. In globalization era, people tend to consume fast food which is high saturated fat and carbohydrate, but low of nutrient substance that body needs. This aim of this study is to analyze the relation between frequency of fast food consumption and nutrional status in adolescent aged thirteen to fifteen at SMP St. Yoseph Medan.
This study method was analytic with cross-sectional design and held from August to September 2014. The sample technique was consecutive sampling. Total samples were 162 respondents based on the inclusion criteria. This study was done by distributed the questionnaire to the respondents.
The results showed that 16 samples (9,9%) were undernutrition, 83 samples (51,2%) were normal weight, 40 samples (24,7%) were overweight, and 23 samples (14,2) were obesity.
The conclusion of this study that there is a relation between frequency of fast food consumption and nutrional status. There is also a relation between nutritional knowledge about fast food and nutrional status and also the frequency of fast food consumption.
Keywords: nutrional status, frequency of fast food consumption, nutrional knowledge, adolescent
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
2. dr. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K), selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran, tenaga, dan waktu yang telah diberikan untuk membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. H.R. Yusa Herwanto, Sp.THT-KL, M.Ked (ORL-HNS) dan dr. Adi Muradi, SpB-KBD, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat berarti dalam membuat karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.
4. dr. Letta Sari Lintang, Sp.OG, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingannya selama proses perkuliahan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak Drs. C. Tarigan, selaku kepala sekolah SMP St.Yoseph Medan dan seluruh pegawai/guru SMP St.Yoseph Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan membantu selama proses pengambilan data di tempat penelitian.
7. Seluruh siswa/siswi SMP St.Yoseph Medan kelas VII, VIII, dan IX tahun 2014 yang telah banyak berjasa secara sukarela meluangkan
(7)
waktunya mengisi kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
8. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan baik. 9. Rekan satu dosen pembimbing, Jessica Sundary Ongko, yang sudah
membantu memberikan pikiran, saran, kritik dan dukungan selama proses penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2011 yang telah memberikan saran, kritik, dukungan dan membantu dalam berjalannya proses penelitian ataupun pengambilan data terutama untuk Aily dan Helen Susanti.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna baik dari segi materi ataupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dan sekiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.
Medan, 10 Desember 2014 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan... i
Abstrak... ii
Abstract... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel... viii
Dafar Singkatan... ix
Daftar Lampiran... x
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Remaja... 5
2.1.1. Pengertian Remaja... 5
2.1.2. Pertumbuhan & Perkembangan Remaja... 5
2.1.3. Kebutuhan Nutrisi pada Remaja... 7
2.2. Status Gizi... 10
2.2.1. Definisi... 10
2.2.2. Penilaian Status Gizi... 11
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi... 12
2.3. Makanan Cepat Saji... 13
2.3.1 Dampak Makanan Cepat Saji terhadap Kesehatan... 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15
3.1. Kerangka Konsep... 15
3.2. Alur Penelitian dan Cara Kerja... 16
3.3. Definisi Operasional... 17
3.4. Hipotesis... 19
BAB 4 METODE PENELITIAN... 20
4.1. Rancangan Penelitian... 20
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20
4.4. Metode Pengumpulan Data... 21
(9)
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23
5.1. Hasil Penelitian... 23
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 23
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 23
5.2. Hasil Analisa Data... 24
5.2.1. Angka Kejadian Obesitas pada Sampel Penelitian... 24
5.2.2. Tingkat Pengetahuan Sampel terhadap Makanan Cepat Saji... 25
5.2.3. Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi... 25
5.2.4. Tingkat Pengetahuan Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi... 26
5.2.5. Tingkat Pengetahuan Makanan Cepat Saji dengan Frekuensi Konsumsi... 27
5.3. Pembahasan... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 30
6.1. Kesimpulan... 30
6.2. Saran... 30
DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Interpretasi hasil pengukuran untuk frekuensi
konsumsi makanan cepat saji... 17 3.2. Interpretasi hasil pengukuran untuk status gizi... 18 3.3. Interpretasi hasil pengukuran untuk tingkat pengetahuan.. 19 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel... 23 5.2. Angka Kejadian Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Sampel... 24 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan... 25 5.4. Distribusi Silang Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
dengan Status Gizi... 25 5.5. Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan Makanan Cepat Saji
dengan Status Gizi... 26 5.6. Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan Makanan Cepat Saji
(11)
DAFTAR SINGKATAN
BB Berat Badan
BB/TB Berat Badan/Tinggi Badan
BB/U Berat Badan/ Umur
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
CDC Centers for Disease Control and Prevention
Depkes Departemen Kesehatan
DNA Deoxyribonucleic Acid
FSH Follicle-Stimulating Hormone
HPA Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia
IMT Indeks Massa Tubuh
IMT/U Indeks Massa Tubuh/Umur
KEP Kekurangan Energi Protein
LH Luteinizing Hormone
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RNA Ribonucleic Acid
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMA Sekolah Menengah Atas
TB Tinggi Badan
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Validitas dan Realibilitas Kuesioner Lampiran 6 Data Induk
Lampiran 7 Hasil Output SPSS Lampiran 8 Persetujuan Komisi Etik Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Lampiran 10 Surat Keterangan Sekolah
Lampiran 11 Kurva IMT/U CDC pada anak laki-laki Lampiran 12 Kurva IMT/U CDC pada anak perempuan
(13)
ABSTRAK
Prevalensi obesitas dan gizi lebih pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan berat badan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu genetik, aktifitas fisik dan gaya hidup individu tersebut. Pada zaman globalisasi sekarang, masyarakat lebih cenderung untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak jenuh dan karbohidrat tetapi rendah zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St. Yoseph Medan.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional
(potong lintang) yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014. Metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Total sampel dalam penelitian berjumlah 162 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada sampel penelitian.
Dari hasil penelitian didapatkan 16 orang (9,9%) gizi kurang, 83 orang (51,2%) gizi normal, 40 orang (24,7%) gizi lebih, dan 23 orang (14,2%) obesitas.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu adanya hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Selain itu, didapatkan juga hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makanan cepat saji dengan status gizi dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji.
Kata kunci: status gizi, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, tingkat pengetahuan, remaja
(14)
ABSTRACT
Prevalence of adolescent overweight and obesity is increasing from year to year. Increased body weight is influenced by several factors, for example, genetic, physical activity, and their lifestyle. In globalization era, people tend to consume fast food which is high saturated fat and carbohydrate, but low of nutrient substance that body needs. This aim of this study is to analyze the relation between frequency of fast food consumption and nutrional status in adolescent aged thirteen to fifteen at SMP St. Yoseph Medan.
This study method was analytic with cross-sectional design and held from August to September 2014. The sample technique was consecutive sampling. Total samples were 162 respondents based on the inclusion criteria. This study was done by distributed the questionnaire to the respondents.
The results showed that 16 samples (9,9%) were undernutrition, 83 samples (51,2%) were normal weight, 40 samples (24,7%) were overweight, and 23 samples (14,2) were obesity.
The conclusion of this study that there is a relation between frequency of fast food consumption and nutrional status. There is also a relation between nutritional knowledge about fast food and nutrional status and also the frequency of fast food consumption.
Keywords: nutrional status, frequency of fast food consumption, nutrional knowledge, adolescent
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
World Health Organization menyatakan bahwa pada tahun 2008 terdapat > 1.4 milyar orang dewasa berumur > 20 tahun ke atas yang kelebihan berat badan dan setidaknya terdapat 200 juta laki-laki dan >300 juta perempuan yang obese (WHO, 2011). WHO juga memprediksikan pada tahun 2015, setidaknya 2-3 milyar orang dewasa akan mengalami gizi lebih dan > 700 juta akan mengalami obesitas (Snehalatha & Ramachandran, 2010).
Di negara maju, prevalensi gizi lebih pada anak laki-laki dan perempuan berkisar dari 23,2% di Jepang hingga 66,3% di Amerika Serikat. Untuk negara berkembang, prevalensi gizi lebih berkisar dari 13,4% di Indonesia hingga 72,5% di Saudi Arabia sedangkan prevalensi obesitas berkisar dari 2,4% di Indonesia hingga 35,6% di Saudi Arabia dimana angka obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Low, Mien & Deurenberg-Yap, 2009). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi berat badan berlebih pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8%, terdiri dari 8.3% gemuk dan 2.5% sangat gemuk (obesitas). Ini menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun 2010 dimana prevalensinya hanya sebesar 2,5%. Prevalensi gizi lebih pada remaja usia 13-15 tahun di Sumatra Utara tahun 2010 sebesar 3% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 11%.
Peningkatan berat badan bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor genetik dan faktor makanan individu tersebut. Pada zaman serba moderen seperti sekarang, banyak gaya hidup yang dipengaruhi oleh budaya Barat dan termasuk juga kebiasaan makan kita. Khomsan (2004) menyatakan bahwa kebiasaan makan masyarakat telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan karbohidrat serta rendahnya zat-zat nutrisi dan serat yang baik untuk kesehatan seperti makanan cepat saji (Zulfa, 2011).Terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji bisa menimbulkan berbagai penyakit, seperti kolestrol yang tinggi, gangguan jantung, stroke, diabetes tipe II, kanker, asma, dan penyakit hati
(16)
(Yahya, Zafar & Shafiq, 2013). Sharkey JR et al. (2011) menyatakan bahwa masyarakat lebih cenderung untuk mengkonsumsi makanan cepat saji di restoran-restoran karena beberapa alasan seperti waktu penyajian yang cepat, mudah untuk mendapatkannya, enak di lidah, dan sebagainya (Widyantara, Zuraida & Wahyuni, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khoimsyah didapatkan bahwa pengunjung restoran makanan cepat saji rata-rata merupakan remaja berpendidikan SMP dan SMU (Imtihani, 2012). Perubahan konsumsi makanan pada remaja tidak lepas juga dari peranan sosial ekonomi, gaya hidup, eksposur iklan di media televisi. Tingkat pengetahuan gizi remaja juga mempunyai pengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan juga akan menentukan apakah seseorang memahami manfaat ataupun kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi (Widyantara, Zuraida & Wahyuni, 2013).
World Health Organization (2003) menyatakan bahwa hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan gizi lebih disebabkan oleh ukuran dan jumlah porsi yang dikonsumsi secara berlebihan. Ukuran porsi yang besar akan menyebabkan peningkatan berat badan. Beberapa faktor yang terkait dengan makanan cepat saji yaitu seberapa sering makanan cepat saji dikonsumsi dan kandungan gizi dalam makanan tersebut (Widyantara, Zuraida & Wahyuni, 2013). Selain itu, menurut Bowman et al. (2004) umumnya kandungan dari makanan cepat saji lebih tinggi garam dan lemak termasuk kolesterol dan hanya sedikit mengandung serat (Widyantara, Zuraida & Wahyuni, 2013). Penelitian di Michigan, Amerika Serikat menunjukkan perbandingan obesitas meningkat setidaknya 50% pada orang yang mengkonsumsi makanan cepat saji ≥ 3x /minggu dibandingkan dengan yang hanya mengkonsumsi < 1x /minggu (Anderson et al., 2011). Penelitian Oktaviani, Saraswati & Rahfiludin pada tahun 2012 juga menunjukkan semakin sering mengkonsumsi makanan cepat saji (frekuensi terendah 1x/minggu dan tertinggi >7x/minggu), maka semakin besar nilai IMT.
(17)
Berdasarkan data yang didapat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di kota Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut, “Apakah ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui angka kejadian obesitas pada laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi makanan cepat saji
2. Untuk menilai tingkat pengetahuan remaja tentang makanan cepat saji terhadap status gizi
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja
4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan cepat saji dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :
1. Untuk bidang ilmiah : Memberikan informasi di bidang ilmu gizi tentang pengaruh frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi
(18)
2. Untuk masyarakat : Memberikan informasi tentang pengaruh konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi dan sebagai bahan kajian untuk mengurangi frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada masyarakat 3. Untuk peneliti : Sebagai sarana pembelajaran dan menambah ilmu tentang
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Menurut WHO dalam BKKBN (2013), remaja adalah penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia 10-19 tahun. Remaja menurut WHO juga merupakan suatu masa dimana :
• Individu berkembang pada pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.
• Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi diri dari kanak-kanak sampai dewasa.
• Terjadi suatu proses peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh ke keadaaan yang relatif lebih mandiri (BKKBN, 2013)
Menurut BKKBN (2013), remaja yaitu penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10-19 tahun dan belum menikah.
2.1.2 Pertumbuhan & Perkembangan Remaja
Menurut Depkes (2001), ciri perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu, masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun), masa remaja akhir (16-19 tahun). Masa remaja merupakan suatu periode dalam lingkaran kehidupan di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, sering juga disebut pubertas (Sulistiyowati & Senewe, 2010).
2.1.2.1. Pubertas
Pertumbuhan dan perkembangan pada saat pubertas merupakan hasil dari aktivasi Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) axis pada masa kanak-kanak akhir. Pada onset pubertas, akan adanya pelepasan dari hormon gonadotropin yaitu Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle-Stimulating Hormone (FSH) yang akan merangsang pengeluaran estrogen ataupun testosteron. Pada perempuan, FSH akan menstimulasi maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa, dan sekresi
(20)
estradiol. Sedangkan LH akan berperan penting pada terjadinya ovulasi dan sekresi dari progesteron. Pada awalnya, estradiol akan menginhibisi pelepasan LH dan FSH tetapi lama-lama estradiol akan bersifat stimulatori dan pelepasan dari LH dan FSH menjadi siklik. Peningkatan kadar estradiol secara progresif akan menyebabkan maturasi dari saluran genital wanita dan perkembangan payudara (Kaplan & Love-Osborne, 2009).
Pada anak laki-laki, LH akan menstimulasi testis untuk menghasilkan testosteron. FSH akan menstimulasi produksi dari spermatosit dengan adanya testosteron. Pada saat pubertas, kadar testosteron akan meningkat hingga lebih dari 20x lipat. Kadar testosteron yang tinggi akan mempengaruhi fisik pria pada saat pubertas dan derajat maturasi dari otot skelet (Kaplan & Love-Osborne, 2009).
2.1.2.2. Pertumbuhan fisik
Pada masa remaja, terdapat peningkatan berat badan hampir 2x lipat dan tinggi badan 15-20%. Peningkatan berat badan berbeda pada tiap jenis kelamin.
Lean body mass meningkat 90% pada laki-laki dan menurun hingga 75% pada perempuan karena adanya akumulasi lemak di bawah kulit yaitu di payudara, pelvis, punggung atas dan daerah lengan atas (Kaplan & Love-Osborne, 2009).
Laju pertumbuhan pubertas perempuan akan lebih cepat 2 tahun daripada laki-laki. Pubertas akan berlangsung selama 2-4 tahun dan akan lebih cepat berakhir pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Perempuan akan mencapai kecepatan puncak penambahan tinggi badan pada usia 111/2-12 tahun dan laki-laki
pada usia 131/2 – 14 tahun. Pada usia 11 tahun pada perempuan dan usia 12 tahun
pada laki-laki, 83-89% dari tinggi akhir telah dicapai. Maturasi tulang memiliki korelasi yang erat dengan laju kematangan seksual karena penutupun epifise dipengaruhi oleh hormon. Selain itu, pelebaran bahu pada laki-laki dan pinggul pada perempuan juga dipengaruhi secara hormonal. Peningkatan ukuran 2x lipat pada organ utama juga terjadi, kecuali pada jaringan limfoid yang akan mengalami pengecilan ukuran. Tekanan darah dan volume darah hematokrit akan meningkat pada laki-laki (Marcell, 2007).
(21)
2.1.3. Kebutuhan Nutrisi pada Remaja
Sebelum memasuki masa remaja, kebutuhan nutrisi antara anak lelaki dan anak perempuan tidak berbeda. Seiring dengan pertambahan usia akan adanya perubahan biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik sesuai dengan jenis kelamin yang menyebabkan kebutuhan nutrisi berbeda. Remaja membutuhkan kebutuhan nutrisi yang relatif tinggi agar tercapainya potensi pertumbuhan secara maksimal sehingga apabila tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi akan mengakibatkan terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini, nutrisi juga penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis. Pada umumnya, remaja juga mempunyai aktifitas yang lebih banyak sehingga akan membutuhkan asupan energi, protein dan vitamin yang lebih banyak (IDAI, 2013).
Alasan yang paling penting mengapa remaja membutuhkan kebutuhan nutrisi yang tinggi karena akan adanya penambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh dan komposisi tubuh dimana 15-20% tinggi badan dewasa dan 25-50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja. Selain itu, juga akan terjadi penambahan otot dan penambahan massa tulang yang dipengaruhi oleh pubertas. Nutrisi pada masa remaja hendaknya memenuhi beberapa hal yaitu:
• Mempunyai gaya hidup dan gaya makan yang sehat
• Mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk perkembangan fisik, kognitif dan maturasi seksual
• Mencegah onset penyakit terkait gizi seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, osteoporosis dan diabetes melitus (IDAI, 2013).
Energi
Energi dibutuhkan tubuh sebagai sumber tenaga bagi sel-sel tubuh untuk berkembang. Kebutuhan energi juga bervariasi pada anak perempuan dan anak laki-laki karena dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, komposisi tubuh, dan aktifitas fisik. IOM (2002) menyatakan kebutuhan energi perkiraan (Estimated
(22)
Energy Requirement) dihitung berdasarkan usia, tinggi badan, berat badan, dan aktifitas fisik, dengan penambahan 25 kkal/hari untuk perhitungan deposit energi. Kecukupan asupan energi dapat kita lihat dari IMT pada remaja. Berat badan yang berlebih menandakan asupan energi yang berlebihan dan begitu juga sebaliknya (Stang, 2007). Ketidakcukupan asupan energi dan nutrisi pada masa remaja bisa menyebabkan terjadinya keterlambatan pubertas dan ataupun hambatan pertumbuhan (IDAI, 2013).
Protein
Kebutuhan protein pada masa remaja bergantung dari maturasi fisik dan massa tubuh tanpa lemak (lean body mass). Kebutuhan protein tertinggi pada anak perempuan yaitu pada usia 11-14 dan usia 15-18 pada anak laki-laki yang merupakan laju percepatan pertumbuhan yang paling tinggi (IDAI, 2013). Kekurangan protein pada remaja yang masih sedang dalam proses pertumbuhan akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan berat badan dan tinggi badan (stunted). Pada remaja yang telah matur secara fisik, kekurangan asupan protein akan menyebabkan kehilangan berat badan, kehilangan massa tubuh tanpa lemak (lean body mass), dan perubahan komposisi tubuh. Selain itu juga bisa dijumpai gangguan fungsi imun dan rentan infeksi (Stang, 2007).
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan sumber serat dalam makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau tidak lebih dari 10-25% berasal dari sukrosa dan fruktosa (IDAI, 2013). Gandum merupakan sumber karbohidrat yang dipilih karena mengandung vitamin, mineral, dan serat. Selain gandum, sumber yang lain adalah beras, jagung, ubi, singkong, sagu, mie, roti, tepung-tepungan, gula dan sebagainya (Stang, 2007).
(23)
Lemak
Tubuh kita memerlukan lemak dan asam lemak essensial untuk pertumbuhan dan perkembangan. Rekomendasi asupan lemak di berbagai negara termasuk di Indonesia yaitu tidak melebihi 30-35% dari asupan energi total dan <10% asam lemak jenuh. Sumber utama lemak yaitu susu, daging berlemak, keju, margarin, dan makanan seperti kue, donat, es krim dan lainnya. (IDAI, 2013).
Mineral
Mineral dibutuhkan dalam proses sintesis DNA dan RNA yang dibutuhkan dalam jumlah banyak pada masa pertumbuhan dan kebutuhannya akan menurun setelah maturasi fisik selesai. Selain itu, kebutuhan vitamin dan mineral juga dibutuhkan dalam pembentukan tulang yang akan meningkat pada saat remaja dan dewasa. Umumnya, remaja lelaki akan membutuhkan lebih banyak mikronutrien pada saat pubertas, kecuali zat besi (Stang, 2007).
• Kalsium
Kebutuhan kalsium pada saat pubertas dan remaja akan meningkat pesat dibandingkan pada masa anak-anak dimana adanya peningkatan percepatan dari pertumbuhan otot, skeletal dan endokrin. (Stang, 2007). Asupan kalsium berperan penting untuk mencapai kepadatan massa tulang yang optimal serta mencegah resiko fraktur dan osteoporosis. Selain itu, pada usia 17 tahun, remaja mencapai hampir 90% dari massa tulang dewasa sehingga asupan kalsium menjadi sangat penting untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan pada masa remaja sebesar 1300mg/ hari. Susu merupakan sumber kalsium yag terbaik kemudian keju, es krim, yoghurt (IDAI, 2013).
• Besi
Kebutuhan besi meningkat seiring pada masa remaja untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak, peningkatan jumlah sel darah merah dan untuk mengganti kehilangan besi pada wanita yang mengalami menstruasi (Stang, 2007). Seperti kalsium, kebutuhan besi meningkat paling tinggi
(24)
pada saat pertumbuhan aktif pada remaja dan secara khusus akan meningkat setelah onset menstruasi pada remaja perempuan. Kebutuhan pada remaja laki-laki yaitu 10-12 mg/hari dan 15mg/hari pada remaja perempuan yang telah mengalami menstruasi (IDAI, 2013).
• Zinc
Konsumsi seng (Zn) cukup penting untuk perkembangan dan maturasi seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik (IDAI, 2013). Kebutuhan pada remaja laki-laki usia 14-18 tahun adalah 11 mg/hari dan 8 mg/hari pada remaja perempuan (Stang, 2007).
Di usia remaja, ditemukan banyak permasalahan gizi yaitu defisiensi mikronutrien (anemia defisiensi zat besi) dan masalah malnutrisi, baik gizi kurang disertai perawakan pendek ataupun gizi lebih hingga obesitas disertai ko-morbiditas yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan yang salah. Kebiasaan makan yang sering dijumpai pada remaja yaitu ngemil (seringnya makanan tinggi kalori), waktu makan tidak teratur, melewatkan sarapan pagi, jarang mengkonsumsi sayur, dan sering mengkonsumsi makanan cepat saji (IDAI, 2013). Banyak faktor yang berperan dalam hal ini yaitu meningkatnya exposur oleh media dan tingginya pengaruh teman atau lingkungan dalam memilih makanan yang dikonsumsi (Stang, 2007).
2.2. STATUS GIZI 2.2.1. Definisi
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang ditimbulkan karena ada konsumsi makanan dan penggunaannya (Almatsier, 2004). Keseimbangan pengeluaran dan konsumsi zat gizi dapat diukur melalui variabel pertumbuhan seperti berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar lengan, lingkar kepala dan panjang tungkai. Depkes RI (2000) menyatakan bahwa apabila pengeluaran energi dan protein lebih banyak dari pemasukan maka akan terjadi
(25)
kekurangan energi protein (KEP) dan apabila berlangsung dalam keadaan yang lama akan menyebabkan KEP berat atau gizi buruk (Marmi & Rahardjo, 2012).
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Dalam menentukan status gizi seseorang ada dua cara untuk menilai status gizi yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung dilakukan dengan metode antropometri, klinis, biofisika, dan biokimia. Untuk penilaian tidak langsung dilakukan dengan survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Soekirman (2000) menyatakan metode penilaian yang paling sering digunakan adalah pengukuran antropometri yang lebih sederhana (Marmi & Rahardjo, 2012). Melalui penilaian status gizi, seseorang dapat ditentukan apakah status gizinya kurang, cukup atau berlebihan. Yang termasuk dalam pengukuran antropometri (Marmi & Rahardjo, 2012) yaitu :
• BB/U
Indikator BB/U (Berat Badan/Umur) menunjukkan status gizi sekarang (saat diukur). Indikator ini tidak spesifik karena berat badan dipengaruhi oleh umur dan tinggi badan tetapi sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek.
• TB/U
Indikator TB/U (Tinggi Badan/Umur) menunjukkan status gizi masa lampau atau gizi kronis. Anak yang pendek (stunted) menunjukkan kemungkinan gizi buruk pada masa lampau. Perubahan TB kurang sensitif terhadap kurang gizi pada pertumbuhan sekarang. Pengaruhnya baru akan terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama.
• BB/TB
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang sensitif dan spesifik terhadap status gizi pada keadaan sekarang ataupun masalah gizi akut. Berat badan memiliki korelasi yang linear dengan tinggi badan karena dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan.
(26)
• INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
Indeks massa tubuh merupakan suatu rumusan yang dikalkulasi dari tinggi dan berat badan anak. IMT merupakan indikator yang terpercaya untuk mengukur lemak tubuh dari anak-anak dan remaja. Rumus untuk menghitung IMT yaitu :
Rekomendasi IDAI pada asuhan nutrisi pediatrik tahun 2011 menyatakan bahwa untuk anak usia > 2-18 tahun digunakan grafik IMT/U CDC. Klasifikasi status gizi menurut IMT/U (CDC, 2011) yaitu :
< 5th persentil : gizi kurang 5th persentil s/d < 85th persentil : gizi baik 85th persentil s/d < 95th persentil : gizi lebih
≥ 95th persentil : obesitas
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu (Putra, 2013) : a) Pola konsumsi dan asupan makanan
Status gizi seseorang bergantung pada konsumsi makanan yang bergizi dan berkualitas. Apabila makanan yang dikonsumsi bermutu dan memenuhi kebutuhan tubuh maka seseorang itu akan memiliki gizi yang baik dan cukup.
b) Sosial ekonomi
Jumlah pendapatan akan berdampak terhadap konsumsi makanan sehari-hari dimana pendapatan yang rendah akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi sehari-hari dan bisa menyebabkan terjadinya gizi buruk.
IMT = BB (kg) TB2 (m)
(27)
c) Status kesehatan
Kondisi tubuh yang mengalami infeksi atau gangguan fungsi imunitas tubuh akan menganggu status gizi seseorang. Anak yang terserang penyakit infeksi akan terjadi penurunan nafsu makan dan mudah mengalami gizi kurang.
d) Pengetahuan
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, maka dia akan semakin mempertimbangkan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Masyarakat yang tidak mengerti tentang gizi akan lebih cenderung tertarik mengkonsumsi makanan berdasarkan warna ataupun yang menarik pancaindera.
e) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan yaitu melakukan tindakan yang akan meningkatkan kesehatan dan mencegah terjangkitnya penyakit seperti berolahraga teratur, makan makanan bergizi, tidur yang cukup, makan teratur dan sebagainya.
f) Lingkungan
Sanitasi yang kurang di lingkungan tempat tinggal akan meningkatkan resiko infeksi dan menimbulkan gizi kurang.
2.3. MAKANAN CEPAT SAJI
Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung kalori, lemak, gula, dan sodium (Na) yang tinggi serta memiliki serat, vitamin A, asam folat, asam askorbat dan kalsium yang rendah. Makanan yang termasuk makanan cepat saji yaitu kentang goreng, hamburger, pizza, ayam kentucky, sosis, donat, hotdog, dan sebagainya (Banowati, Nugraheni & Parahita, 2011).
(28)
2.3.1. Dampak Makanan Cepat Saji Terhadap Kesehatan
Makanan cepat saji merupakan makanan yang kaya dengan asam lemak trans dan asam lemak saturasi. Konsumsi makanan cepat saji bisa menyebabkan hiperinsulinemia yang berakibat ke resistensi insulin. Selain itu, komposisi makanan cepat saji yang memiliki indeks glikemi, energi, dan asam lemak yang tinggi akan meningkatkan prevalensi obesitas dan faktor resiko penyakit kardiovaskular (Rouhani et al., 2012).
Obesitas pada remaja akan menimbulkan efek kesehatan jangka panjang. Sebuah studi yang dilakukan Harvard Growth Study dengan 55 tahun follow-up, ditemukan adanya peningkatan risiko dari morbiditas coronary heart disease
(CAD) dan arteriosklerosis pada laki-laki dan perempuan yang mengalami gizi lebih pada saat remaja. Pada laki-laki yang mengalami gizi lebih pada saat remaja, terjadi peningkatan risiko kanker kolorektal dan asam urat sedangkan pada perempuan yang mengalami gizi lebih pada saat remaja, terjadi peningkatan risiko arthritis (Stang, 2007).
(29)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
yang diteliti Aktititas fisik
yang Gaya hidup yang
tidak sehat
Defek genetik
Penyakit hormonal
Obesitas primer Obesitas sekunder
Frekuensi konsumsi makanan cepat saji
Status Gizi
Tingkat pengetahuan
<1x/mi nggu
≥3x/m inggu 1- 2x/
minggu
(30)
3.2. Alur Penelitian dan Cara Kerja 3.2.1. Alur Penelitian
3.2.2. Cara Kerja
Pada saat dilakukan penelitian, peneliti mengunjungi sekolah tempat dilakukan penelitian dan memberikan penjelasan kepada subjek penelitian berupa siswa-siswi. Setelah mereka mengerti penjelasan yang diberikan, kemudian dibagikan informed consent untuk ditandatangani. Setelah itu, dilakukan pembagian kuesioner dan diawasi pengisiannya satu per satu (face to face) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan menggunakan alat timbang digital dan tinggi badan dengan microtoise. Hasil yang didapatkan akan diplot ke kurva CDC IMT menurut umur dan jenis kelamin.
Memberikan penjelasan ke siswa/siswi SMP
Informed consent
Pengisian kuesioner
face to face
Pengukuran berat badan &
tinggi badan Survey awal ke
sekolah
Gizi Baik Gizi Lebih Obesitas Status gizi
(31)
3.3. Definisi Operasional
Variabel independen dari penelitian ini adalah frekuensi konsumsi makanan cepat saji dan variabel dependennya berupa status gizi.
3.3.1. Remaja Usia 13-15 tahun
Remaja usia 13-15 tahun adalah anak laki-laki ataupun anak perempuan yang berada dalam rentang usia 13-15 tahun.
3.3.2. Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji a. Definisi
Frekuensi makanan cepat saji yaitu berapa kali seseorang mengkonsumsi makanan cepat saji dalam waktu seminggu. Makanan cepat saji yaitu makanan yang disajikan dalam waktu singkat seperti kentang goreng, ayam kentucky, pizza, hamburger, dan minuman bersoda.
b. Cara Ukur
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan yaitu kuisioner.
d. Hasil Pengukuran
Tabel 3.1. Interpretasi hasil pengukuran frekuensi konsumsi makanan cepat saji
Jumlah Interpretasi
<1x/ minggu Sangat jarang
1-2x/ minggu Jarang
(32)
e. Skala Ukur
Skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.
3.3.3. STATUS GIZI a. Definisi
Status gizi yaitu suatu keadaan tubuh yang ditimbulkan karena adanya pemasukan dan pengeluaran energi.
b. Cara Ukur
Pengukuran dilakukan dengan mengukur IMT (BB dalam kg dibagi TB2 dalam meter) dan diplot ke kurva CDC menurut umur dan jenis kelamin.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah timbangan digital (berat badan) dan
microtoise (tinggi badan).
d. Hasil Pengukuran
Tabel 3.2. Interpretasi hasil pengukuran untuk status gizi
Status Gizi (IMT) Interpretasi
Gizi kurang <5th persentil
Gizi baik 5th persentil s/d <85th persentil Gizi lebih 85th persentil s/d <95th persentil
Obesitas ≥ 95th persentil
e. Skala Ukur
Skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.
3.3.4. Tingkat Pengetahuan a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu (Notoatmodjo, 2005).
b. Cara Ukur
(33)
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner.
d. Hasil pengukuran
Tingkat pengetahuan dikelompokkan berdasarkan kategori berikut : • Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi
• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi • Rendah, apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi
Tabel 3.3. Interpretasi hasil pengukuran untuk tingkat pengetahuan
Skor Interpretasi
Skor > 27 Pengetahuan baik
Skor 14-27 Pengetahuan sedang
Skor < 14 Pengetahuan rendah
e. Skala Ukur
Skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.
3.4. HIPOTESIS
Hipotesis pada penelitian ini yaitu “terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi”.
(34)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik yaitu untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St. Yoseph Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
(potong lintang) dimana pengambilan data hanya dilakukan sekali pada saat dilakukan pengisian kuisioner oleh subjek.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP St. Yoseph Medan. Pemilihan di sekolah ini karena belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya dan terdapat beberapa makanan cepat saji di kantin sekolah tersebut. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Agustus-September 2014.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMP St. Yoseph Medan. Jumlah populasi berjumlah sebanyak 270 orang.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMP St. Yoseph Medan dan memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
a. Remaja laki-laki atau perempuan yang berusia 13-15 tahun
b. Bersedia menjadi subjek penelitian setelah dilakukannya penjelasan
c. Dalam kondisi fisik dan mental yang baik untuk ikut serta dalam penelitian
(35)
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
a. Berusia kurang dari 13 tahun atau lebih dari 15 tahun b. Tidak mengisi seluruh soal kuesioner
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling
yaitu semua subjek yang memenuhi kriteri inklusi dimasukkan ke dalam penelitian. Adapun rumus untuk menghitung jumlah sampel yaitu:
n =
1 + N (e2) N _
Keterangan :
N : besar populasi n : besar sampel
e : persen kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau diinginkan (5%)
Jumlah populasi (siswa) di SMP St Yoseph sebanyak 270 orang dan berdasarkan rumus diatas maka banyak sampel yang diperlukan yaitu:
n =
1 + 270 (0,052) 270 _
= 161,19 ≈ 162
Dengan demikian, jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan sebanyak 162 orang. Semua subjek penelitian diberikan penjelasan dan mengisi informed consent sebelum dilakukan penelitian. Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran USU.
(36)
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengambilan data primer yaitu dengan cara pengisian kuesioner secara langsung ke lapangan. Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan realibilitas yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Pengumpulan data tentang status gizi siswa dilakukan dengan pengukuran antropometri yaitu mengukur berat badan dan tinggi badan.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuisioner tertutup yang berisi 13 pertanyaan untuk membantu mengumpulkan data dalam penelitian hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi di SMP St. Yoseph Medan.
4.5. Metode Analisa Data
Data diolah dengan sistem komput erisasi. Pengolahan dan analisa data statistik dengan menggunakan dua cara yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui angka kejadian obesitas pada laki-laki dan perempuan yang mengonsumi makanan cepat saji dan untuk menilai tingkat pengetahuan remaja tentang makanan cepat saji. Sementara analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi, untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang makanan cepat saji dengan status gizi dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji chi square.
(37)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP St.Yoseph yang beralamat di Jalan Pemuda No. 3A, Kecamatan Medan Maimun, Kelurahan Aur di kota Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini jumlah sampel berjumlah 162 orang, yaitu siswa SMP St. Yoseph Medan yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan data yang telah didapat maka dapat dibuat karakteristik sebagai berikut
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel
No. Karakteristik n Persentase (%)
1. Usia (tahun)
13 14 15 58 47 57 35,8 29 35,2
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 82 80 50,6 49,4
3. Status Gizi
Gizi kurang Gizi normal Gizi lebih Obesitas 16 83 40 23 9,9 51,2 24,7 14,2
Berdasarkan karakteristik usia, jumlah sampel terbanyak terdapat pada kelompok umur 13 tahun yaitu 58 orang dengan persentase 35,8% dan paling sedikit pada kelompok umur 14 tahun yaitu 47 orang dengan persentase 29%.
(38)
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, hanya terdapat perbedaan 2 orang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dimana lebih banyak sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu 82 orang dengan persentase 50,6% dan sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak 80 orang dengan persentase 49,4%.
Berdasarkan karakteristik status gizi, mayoritas dijumpai sampel dengan gizi normal yaitu 83 orang dengan persentase 51,2% dan yang paling sedikit adalah sampel dengan gizi kurang yaitu 16 orang dengan persentase 9,9%.
5.2. Hasil Analisa Data
5.2.1. Angka Kejadian Obesitas pada Sampel Penelitian
Tabel 5.2. Angka Kejadian Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin pada Sampel
No. Jenis Kelamin Obesitas (orang)
1. Laki-laki 15
2. Perempuan 8
Total 23
Berdasarkan tabel diatas, maka didapatkan angka kejadian obesitas dari total sampel yaitu 23 orang (14,2%) dimana pada laki-laki sebanyak 15 orang dan pada perempuan sebanyak 8 orang.
(39)
5.2.2. Tingkat Pengetahuan Sampel Penelitian terhadap Makanan Cepat Saji Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ditinjau dari tingkat pengetahuan sampel, seperti data diatas bahwa lebih banyak sampel yang tingkat pengetahuannya baik yaitu 123 orang (75,9%) dan yang pengetahuannya sedang sebanyak 39 orang (24,1%). Tidak dijumpai sampel dengan tingkat pengetahuan rendah (0%).
5.2.3. Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
Tabel 5.4. Distribusi Silang Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
Frekuensi Konsumsi Status Gizi P Gizi Kurang Gizi Baik Gizi
Lebih Obesitas Total Sangat
Jarang n 7 24 6 5 42
0,002
Jarang n 6 47 17 7 77
Sering n 3 12 17 11 43
Total n 16 83 40 23 162
Data tabel 5.4. diuji dengan uji kai kuadrat (Chi-square) yang kemudian diperoleh p value sebesar 0,002. Dengan p value yang lebih kecil dari α = 5% yang berarti bahwa terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St Yoseph Medan.
No. Tingkat
Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Baik 123 75,9
2. Sedang 39 24,1
3. Rendah - 0
(40)
5.2.4. Tingkat Pengetahuan terhadap Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
Tabel 5.5. Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
Tingkat Pengetahuan
Status Gizi
p
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi
Lebih Obesitas Total
Sedang n 6 10 13 10 39
0,002
Baik n 10 73 27 13 123
Total n 16 83 40 23 162
Data tabel 5.5. diuji dengan uji kai kuadrat (Chi-square) yang kemudian diperoleh p value sebesar 0,002. Dengan p value yang lebih kecil dari α = 5 % yang berarti bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St Yoseph Medan.
(41)
5.2.5. Tingkat Pengetahuan terhadap Makanan Cepat Saji dengan Frekuensi Konsumsi
Tabel 5.6. Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi Konsumsi
P
Sangat
Jarang Jarang Sering Total
Sedang n 9 13 17 39
0,019
Baik n 33 64 26 123
Total n 42 77 43 162
Data tabel 5.6. diuji dengan uji kai kuadrat (Chi-square) yang kemudian diperoleh p value sebesar 0,019. Dengan p value yang lebih kecil dari α = 5 % yang berarti bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap makanan cepat saji dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St Yoseph Medan.
5.3. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja usia 13-15 tahun di SMP St. Yoseph Medan, diperoleh data dari pengisian kuesioner dan pengukuran berat badan serta tinggi badan maka data tersebut dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pembahasan berikut ini.
Berdasarkan tabel 5.2., terlihat bahwa dari keseluruhan sampel penelitian terdapat 23 orang yang obesitas dan lebih banyak pada laki-laki (18,3%) dan perempuan (10%). Dewi dan Sidiartha (2013) menyatakan bahwa persentase obesitas di beberapa kota besar pada umumnya lebih tinggi pada anak laki-laki. Tetapi, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Oktaviani, Saraswati dan Rahfiludin (2012) yang menyatakan bahwa kejadian gizi lebih lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Widyantara, Zuraida, dan Wahyuni (2013)
(42)
menyatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi gizi lebih atau obesitas yaitu dari faktor genetik, aktifitas fisik, ataupun pola makan yang tidak sehat.
Pada tabel 5.4. didapati 17 orang (39,5%) gizi lebih yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan 11 orang (25,6%) obesitas yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Selain itu juga dijumpai 24 orang (57,1%) gizi baik yang sangat jarang mengkonsumsi makanan cepat saji. Berdasarkan data- data tersebut maka penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Widyantara, Zuraida, dan Wahyuni (2013), didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Tetapi, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Zulfa (2011) yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Konsumsi yang tinggi terhadap makanan cepat saji akan menyebabkan peningkatan status gizi karena kandungan dari makanan tersebut. Data statistik dari CDC (2013) menyatakan bahwa persen peningkatan kalori yang dikonsumsi meningkat sejalan dengan peningkatan berat badan dimana orang yang obesitas mengkonsumsi persentase kalori tertinggi dari makanan cepat saji.
Penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2011) juga menunjukkan bahwa kejadian obesitas lebih tinggi pada orang yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi 1-2x/ minggu dan ≥3x/minggu daripada yang <1x/minggu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana kejadian obesitas lebih banyak ditemukan pada sampel yang frekuensi pengonsumsiannya ≥3x/minggu yaitu 11 orang dibandingkan yang <1x/minggu yaitu 5 orang. Menurut Banowati, Nugraheni, dan Parahita (2011), remaja yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji akan mempunyai total kalori, total lemak, total karbohidrat yang banyak dan serat yang rendah dalam tubuhnya. Selain itu, makanan cepat saji mengandung indeks glikemik dan kadar gula yang tinggi sehingga akan memicu asupan energi.
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi status gizi seseorang yaitu pola makan atau pola konsumsi, pengetahuan, status ekonomi, status kesehatan, lingkungan, pemeliharaan kesehatan dan budaya (Putra, 2013). Penelitian ini
(43)
menunjukkan bahwa 123 orang (75,9%) sampel penelitian memiliki pengetahuan yang baik. Pada tabel 5.5. dapat dilihat adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makanan cepat saji dengan status gizi dimana terdapat 73 orang (59,3%) dengan gizi baik yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan dijumpai 13 orang (33,3%) dengan gizi lebih yang memiliki tingkat pengetahuan sedang. Pengetahuan terhadap suatu jenis makanan akan mempengaruhi persepsi dan sikap individu terhadap makanan tersebut (Kresic et al., 2009). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, Saraswati, dan Rahfiludin (2012) bahwa adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan indeks massa tubuh seseorang. Orang dengan pengetahuan gizi baik akan lebih menjaga pola makan dan aktifitas fisik agar tetap tercapai IMT yang ideal.
Putra (2013) menyatakan bahwa orang yang pengetahuan gizinya baik akan mempergunakan pertimbangan rasional dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang dikonsumsinya. Mereka akan lebih memperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Sesuai tabel 5.6. didapati 64 orang (52%) sampel dengan tingkat pengetahuan baik yang jarang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 33 orang (26,8%) sampel dengan tingkat pengetahuan baik dan sangat jarang mengkonsumsi makanan cepat saji. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaiger (2014) dimana walaupun individu tahu bahwa makanan cepat saji berbahaya bagi kesehatan tapi mereka tetap mengkonsumsinya. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Bipasha dan Goon (2013) dalam penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa di Bangladesh yang menyatakan bahwa 98% dari mahasiswa tersebut tahu akan efek negatif makanan cepat saji terhadap kesehatan tapi mereka tetap teradiksi dengan makanan tersebut. Hal ini disebabkan karena kebiasaan makan di luar rumah yang sering, faktor lingkungan dan juga faktor pendapatan yang lebih pada mahasiswa.
(44)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi.
2. Kejadian obesitas lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
3. Rata-rata tingkat pengetahuan sampel penelitian terhadap makanan cepat saji adalah baik.
4. Didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dan status gizi.
6.2. Saran
1. Masyarakat harus lebih cermat dalam memilih makanan yang dikonsumsi dan mengurangi frekuensi pengkonsumsian makanan cepat saji sehingga bisa mengurangi prevalensi obesitas.
2. Masyarakat terutama remaja perlu untuk lebih meningkatkan pengetahuan mereka terhadap makanan cepat saji sehingga akan mengurangi frekuensi konsumsinya.
3. Pihak sekolah perlu mengurangi makanan cepat saji yang terdapat di kantin sehingga frekuensi pengkonsumsian dari siswa akan berkurang.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 3-13.
Anderson, Beth, Rafferty, Ann P., Lyon-Callo, Sarah, Fussman, Christopher & Imes, Givendoline, 2011. Fast Food Consumption and Obesity Among Michigan Adults. Centers for Disease Control and Prevention, 8(4): 1-10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2010. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. 48-50.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. 219-220.
Banowati, Lilis, Nugraheni & Parahita, Niken, 2011. Risiko Konsumsi Western Fast Food dan Kebiasaan Tidak Makan Pagi Terhadap Obesitas Remaja Studi di SMAN 1 Cirebon. Media Medika Indonesiana, 45(2): 118-124. Bipasha, Munmun Shabnam & Goon, Shatabdi, 2013. Fast Food Preferences and
Food Habits Among Students of Private Universities in Bangladesh. South East Asia Journal of Public Health, 3(1): 61-64.
Dewi, Made Ratna & Sidiartha, Gusti Lanang, 2013. Prevalensi dan Faktor Resiko Obesitas Anak Sekolah Dasar di Daerah Urban dan Rural. Jurnal Kedokteran Ilmiah, 44(4): 15-21.
Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2011. About BMI for Children and Teens. Amerika Serikat: CDC.
Fryar, Cheryl D. & Ervin, R. Bethene. 2013. Caloric Intake From Fast Food Among Adults: United States, 2007-2010. Centers for Disease Control and Preventio, 114: 1-7
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2013. Nutrisi pada Remaja. Available
from:
Imtihani, Titis Rakhma, 2012. Hubungan Pengetahuan, Uang Saku, Motivasi, Promosi, dan Peer Group dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Western Fast Food) pada Remaja Putri. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
(46)
Irwin, Charles E., Shafer, Mary-Ann & Ryan, Sheryl A., 2006. Pasien Remaja.
Dalam: Rudolph, Abraham M., Hoffman, Julien I.E. & Rudolph, Colin D., ed. Buku Ajar Pediatri Rudolph (Rudolph’s Pediatrics). 20th ed. Jakarta: EGC. 42-63.
Kaplan, David W. & Love-Osborne, Kathryn, 2009. Adolescence. Dalam: Hay, William W., Levin, Myron J., Sondheimer, Judith M. & Deterding, Robin, ed. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 19th ed. Amerika Serikat: McGraw-Hill. 101-136.
KIS, Widyantara, R, Zuraida & A, Wahyuni, 2013. The Relation of Fast Food Eating Habits, Physical Activity, and Nutritional Knowledge with The Nutritional Status of First Year Medical Student of University of Lampung 2013. Medical Journal of Lampung University, 3(3): 77-85.
Kresic, Greta, Jovanovic, Gordana Kendel, Zezelj, Sandra Pavicic, Cvijanovic, Olga & Ivezic, Goran, 2009. The Effect of Nutrition Knowledge on Dietary Intake Among Croatian University Students. Collegium Antropologicum, 33(4): 1047-1056.
Low, Serena, Min, Chew Chin & Deurenberg-Yap, Mabel, 2009. Review on Epidemic of Obesity. Annuals Academy of Medicine, 38(1): 57-65.
Marcell, Arik V., 2007. Adolescence. Dalam: Kliegman, Robert M., Behrman, Richard M., Jenson, Hal B. & Stanton, Bonita F., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 60-70.
Musaiger, Abdulrahman O., 2014. Consumption, Health Attitudes and Perceptio Toward Fast Food Among Arab Consumers in Kuwait: Gender Differences. Global Journal of Health Science, 6(6): 136-143.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2-9.
Oktaviani, Wiwied Dwi, Saraswati, Lintang Dian & Rahfiludin, M. Zen, 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2012). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2): 542-553.
Pitoyo, Agus Joko, Lestariningsih, Siti Puji & Kiswanto, Eddy, 2013. Ayo Menjadi Remaja Berkarakter: Religius, Sehat, Cerdas, dan Produktif. Jakarta: Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN.
(47)
Rahardjo, Kukuh & Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 373-394.
Ramachandran, Ambady &Snehalatha, Chamukuttan, 2010. Rising Burden of Obesity in Asia. Journal of Obesity. 2010: 1-8.
Rouhani, Muhammad Hosein, Mirseifinezhad, Maryam, Omrani, Nasrin, Esmaillzadeh, Ahmad & Azadbakht, Leila, 2012. Fast Food Consumption, Quality of Diet, and Obesity among Isfahanian Adolescent Girls. Journal of Obesity, 2012: 1-8.
Stang, Jamie, 2007. Nutrition in Adolescence. Dalam: Mahan, L. Kathleen & Escott-Stump, Sylvia, ed. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Philadelphia: Saunders Elvesier. 246-268.
Sulistiyowati, Ning & Senewe, Felly Phillipus, 2010. Pola Pencarian Pengobatan dan Perilaku Beresiko Remaja di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007). Jurnal Ekologi Kesehatan 9(4): 1347-1356.
Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). Jakarta: IDAI. 1-14.
WHO, 2011. Obesity and Overweight, Fact Sheet No. 311. Available from:
at 2 April 2014]
Yahya, Farzan, Zafar Rabbia & Shafiq, Soam, 2013. Trend of Fast Food Consumption and its Effect on Pakistani Society. Amerika Serikat: The International Institute for Science, Technology and Education. 1-7.
Zulfa, Fitriyah, 2011. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi (BB/TB Z-Score) di SD Al-Muttaqin Tasikmaya. Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi. Tasikmalaya: 120-128.
(48)
Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Veranita
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 September 1993
Agama : Buddha
Alamat : Jalan Tenteram No.2, Medan
Riwayat Pendidikan : TK Wiyata Dharma Medan (1997 – 1999) SD Wiyata Dharma Medan (1999 – 2005) SMP Wiyata Dharma Medan (2005 – 2008) SMA Wiyata Dharma Medan (2008 – 2011) Universitas Sumatera Utara (2011 – Sekarang) Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi : Anggota KMB FK USU (2011-2012) Anggota Baksos MIND FK USU (2014)
(49)
Lampiran 2: Lembar Penjelasan
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Saya, Veranita, adalah mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada siswa SMP. Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan dan partisipasi dari Anda untuk mengisi kuisioner dan dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Jawaban-jawaban yang Anda berikan dan data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain. Identitas pribadi Anda juga akan tetap dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan.
Partisipasi Anda bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Anda berhak untuk menolak berpartisipasi dan tidak akan dikenakan sanksi apapun. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung kepada saya atau menghubungi saya di 082272389736 atas nama Veranita.
Hormat saya,
(50)
(51)
Lampiran 3: Lembar Persetujuan
LEMBAR PERSETUJUAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Alamat : Kelas :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang manfaat dan tujuan penelitian “Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi pada Remaja usia 13-15 tahun di SMP St. Yoseph Medan” serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, saya tidak dituntut apapun.
Medan, 2014
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
(52)
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN
I. IDENTITAS SAMPEL
Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin : Tanggal lahir :
Alamat :
Berat badan : Tinggi badan :
Pilihlah hanya satu jawaban dan apabila ada yang tidak dimengerti, ditanyakan kepada pewawancara
II. TINGKAT PENGETAHUAN
1. Menurut Anda, yang dimaksud dengan makanan cepat saji adalah : a. Makanan yang cepat penyajiannya, praktis, mudah didapat, tinggi
lemak dan kolestrol (3)
b. Makanan yang dapat ditemukan dimana saja dan rasanya lezat di
lidah (2)
c. Makanan instan (1)
2. Menurut Anda, yang dimaksud dengan status gizi yaitu :
a. Keadaan tubuh kita sesuai dengan jumlah pemasukan dan
pengeluaran energi (3)
b. Kondisi fisik dan mental tubuh kita (2) c. Kondisi tubuh yang melebihi/kurang dari batas normal (1)
(53)
(54)
3. Menurut Anda, yang termasuk di dalam makanan cepat saji adalah : a. Kentang goreng, ayam kentucky, hamburger, pizza, minuman
bersoda (3)
b. Ayam kentucky dan kentang goreng (2) c. Tahu goreng, tempe goreng, dan ayam kentucky (1)
4. Apa yang biasa Anda makan di restoran makanan cepat saji?
a. Hamburger (1)
b. Pizza (2)
c. Ayam kentucky dan french fries (3)
5. Menurut Anda, apa yang terkandung di dalam makanan cepat saji? a. Serat, vitamin, mineral dan kalsium yang tinggi (2) b. Lemak, kolestrol, natrium, gula yang tinggi (3)
c. Saya tidak tahu (1)
6. Menurut Anda, apakah kandungan dari makanan cepat saji bagus untuk kesehatan?
a. Iya, bagus untuk kesehatan (3)
b. Tidak bagus untuk kesehatan (2)
c. Saya tidak tahu (1)
7. Apakah informasi gizi atau nutrisi memengaruhi pilihan Anda dalam mengkonsumsi makanan cepat saji?
a. Iya, memengaruhi saya (3)
b. Kadang-kadang memengaruhi/Tidak selalu (2)
c. Tidak memengaruhi sama sekali (1)
8. Apakah Anda menyadari tentang informasi gizi dari bahan yang terkandung dalam makanan cepat saji yang Anda konsumsi?
(55)
b. Kadang-kadang saya menyadarinya/Tidak selalu (2) c. Tidak , saya tidak menyadarinya (1)
9. Apakah Anda menyadari terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji bisa menimbulkan kegemukan?
a. Iya, saya mengetahuinya (3)
b. Tidak, saya tidak tahu (2)
c. Saya tidak peduli (1)
10. Apakah Anda menyadari tentang penyakit yang akan menyerang Anda dari pengonsumsian makanan cepat saji?
a. Saya tahu (3)
b. Saya tidak tahu (2)
c. Saya tidak peduli (1)
11. Berikut ini menurut Anda manakah penyakit yang akan muncul dari pengonsumsian makanan cepat saji?
a. Penyakit jantung, kolestrol, obesitas (3)
b. Gangguan tidur, sesak nafas (2)
c. Saya tidak tahu (1)
12. Menurut Anda, apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak konsumsi makanan cepat saji?
a. Sering berolahraga, konsumsi sayuran dan buah-buahan (3) b. Diet ketat dengan tidak makan malam (1) c. Mengurangi frekuensi konsumsinya (2)
(56)
III.FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI
Seberapa sering Anda mengkonsumsi makanan cepat saji dalam seminggu?
a. ≥ 3x/minggu b. > 1-2x/minggu c. ≤ 1x/minggu
(57)
Lampiran 5: Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status
Alpha
Cronbach Status
1 0.735 Valid 0.794 Reliabel
2 0.739 Valid 0.794 Reliabel
3 0.731 Valid 0.794 Reliabel
4 0.432 Valid 0.794 Reliabel
5 0.577 Valid 0.794 Reliabel
6 0.360 Valid 0.794 Reliabel
7 0.660 Valid 0.794 Reliabel
8 0.421 Valid 0.794 Reliabel
9 0.577 Valid 0.794 Reliabel
10 0.569 Valid 0.794 Reliabel
11 0.499 Valid 0.794 Reliabel
12 0.351 Valid 0.794 Reliabel
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha N of Items
(58)
Lampiran 6 : Data Induk
No. Nama Jenis
Kelamin Usia BB TB IMT Status Gizi Frekuensi Konsumsi
Tingkat Pengetahuan
1 AER perempuan 13 66.20 150.00 29.42 obese jarang sedang
2 AMR laki-laki 13 34.50 150.00 15.30 gizi kurang jarang sedang
3 AVB perempuan 13 51.40 150.00 22.84 gizi lebih sering baik
4 ATS laki-laki 13 60.30 161.00 23.26 gizi lebih sangat jarang baik
5 APN perempuan 13 53.50 154.00 22.56 gizi lebih sering baik
6 ARS perempuan 13 52.50 150.00 23.33 gizi lebih sering baik
7 BJS perempuan 13 41.80 148.50 18.95 gizi baik jarang baik
8 BGI perempuan 13 53.80 158.00 21.55 gizi baik sering baik
9 BPG laki-laki 13 56.20 151.50 24.48 gizi lebih sangat jarang sedang
10 CMV perempuan 13 38.80 149.50 17.36 gizi baik jarang baik
11 DJS laki-laki 13 37.90 143.00 18.53 gizi baik jarang baik
12 DCS laki-laki 13 32.00 146.00 15.01 gizi kurang jarang baik
13 EFA laki-laki 13 52.10 150.00 23.16 gizi lebih sangat jarang baik
14 GNH perempuan 13 34.20 141.00 17.20 gizi baik sangat jarang baik
15 GYT laki-laki 13 56.80 171.00 19.42 gizi baik jarang sedang
16 IVP perempuan 13 45.20 154.00 19.05 gizi baik jarang baik
17 JDA laki-laki 13 34.80 148.50 15.78 gizi baik sangat jarang baik
18 JSS laki-laki 13 38.50 146.00 18.06 gizi baik jarang baik
19 JAB laki-laki 13 36.90 138.50 19.24 gizi baik sangat jarang baik
20 KTG perempuan 13 33.70 143.50 16.37 gizi baik jarang baik
(59)
22 LAP perempuan 13 49.30 157.00 20.00 gizi baik jarang baik 23 MAL laki-laki 13 45.20 141.00 22.73 gizi lebih sangat jarang sedang
24 NLM perempuan 13 48.10 160.50 18.67 gizi baik jarang baik
25 NSN laki-laki 13 63.00 155.00 26.22 obese sering sedang
26 PMR perempuan 13 27.30 138.00 14.33 gizi kurang sangat jarang baik
27 RYD laki-laki 13 38.00 1425.00 18.70 gizi baik jarang baik
28 RMP laki-laki 13 52.10 149.00 23.47 gizi lebih jarang baik
29 RBS perempuan 13 58.50 152.00 25.32 obese sangat jarang baik
30 SNC laki-laki 13 38.10 152.00 16.49 gizi baik sering sedang
31 STA perempuan 13 68.20 147.00 31.56 obese jarang baik
32 TNE perempuan 13 53.00 157.50 21.37 gizi baik sering baik
33 ASS perempuan 13 37.40 142.00 18.54 gizi baik jarang baik
34 ACV laki-laki 13 51.50 151.00 22.50 gizi lebih sering sedang
35 AMI perempuan 13 44.00 148.00 20.08 gizi baik jarang baik
36 APS perempuan 13 52.40 145.00 24.90 gizi lebih jarang baik
37 BAN perempuan 13 67.20 146.00 31.52 obese sering sedang
38 CMM laki-laki 13 39.60 149.50 17.70 gizi baik sangat jarang baik
39 CCR perempuan 13 41.40 147.00 19.15 gizi baik jarang baik
40 DMJ laki-laki 13 63.40 152.00 27.44 obese jarang sedang
41 DPA perempuan 13 64.00 155.00 26.60 obese sangat jarang baik
42 DFX laki-laki 13 48.20 156.00 19.80 gizi baik jarang baik
43 EJV laki-laki 13 43.00 159.50 16.90 gizi baik sangat jarang baik
44 HCH perempuan 13 55.50 152.00 24.02 gizi lebih jarang baik
(60)
46 JFO laki-laki 13 30.00 142.00 14.87 gizi kurang sering baik
47 JGC perempuan 13 53.20 153.00 22.73 gizi lebih jarang baik
48 KYA laki-laki 13 27.20 138.00 14.28 gizi kurang sangat jarang baik
49 KBV perempuan 13 48.20 151.50 21.00 gizi baik jarang baik
50 LIS perempuan 13 42.80 145.00 20.36 gizi baik sangat jarang baik
51 LST laki-laki 13 50.10 143.00 24.49 gizi lebih sering baik
52 MJS laki-laki 13 72.90 156.00 29.95 obese jarang baik
53 NAR perempuan 13 38.00 149.00 17.11 gizi baik sangat jarang sedang
54 RFI perempuan 13 46.10 146.00 21.62 gizi baik sering baik
55 RJA laki-laki 13 50.20 146.00 23.55 gizi lebih jarang baik
56 RLH laki-laki 13 52.00 157.00 21.09 gizi baik sangat jarang baik
57 SJJ laki-laki 13 66.90 158.00 26.79 obese sering baik
58 YDN perempuan 13 49.10 153.00 20.97 gizi baik jarang sedang
59 ACK perempuan 14 38.00 156.00 15.61 gizi kurang sangat jarang baik 60 ADS laki-laki 14 45.00 155.00 18.73 gizi baik sangat jarang baik
61 ARN perempuan 14 48.70 156.00 20.01 gizi baik jarang sedang
62 ARM perempuan 14 38.60 149.50 17.27 gizi baik jarang baik
63 CKS laki-laki 14 58.10 155.00 24.18 gizi lebih sering baik
64 CTA perempuan 14 47.60 153.00 20.33 gizi baik jarang baik
65 DRT laki-laki 14 49.20 161.50 18.86 gizi baik jarang baik
66 EAJ perempuan 14 53.80 158.00 21.55 gizi baik sangat jarang baik
67 FYS laki-laki 14 48.80 170.50 16.79 gizi baik jarang baik
68 GJK laki-laki 14 34.00 148.00 15.52 gizi kurang sangat jarang sedang
(61)
70 HDN perempuan 14 73.60 156.50 30.05 obese sering baik
71 IGG laki-laki 14 49.40 167.00 17.70 gizi baik sangat jarang baik
72 ITN perempuan 14 39.20 159.00 15.50 gizi kurang jarang baik
73 JMP laki-laki 14 61.30 163.00 23.07 gizi lebih jarang baik
74 JOM perempuan 14 63.10 162.00 24.04 gizi lebih sering baik
75 JPY perempuan 14 57.10 163.00 21.49 gizi baik jarang baik
76 MHT laki-laki 14 60.80 159.00 24.04 gizi lebih sering sedang
77 MHH laki-laki 14 60.00 150.00 26.67 obese sangat jarang baik
78 ONS perempuan 14 87.10 153.00 37.20 obese jarang sedang
79 SLP laki-laki 14 57.50 169.00 20.13 gizi baik jarang baik
80 WAM laki-laki 14 78.40 177.00 25.02 gizi lebih jarang baik
81 ZNO perempuan 14 48.80 157.00 19.79 gizi baik sering sedang
82 SAH laki-laki 14 64.10 164.00 23.80 gizi lebih sering baik
83 DAL perempuan 14 47.20 162.00 17.98 gizi baik jarang baik
84 APT laki-laki 14 35.00 155.00 14.56 gizi baik jarang baik
85 BPN perempuan 14 46.20 149.00 20.81 gizi baik jarang baik
86 DTR laki-laki 14 52.70 154.00 22.22 gizi baik jarang baik
87 DJS laki-laki 14 70.10 154.00 29.50 obese sering sedang
88 FFM laki-laki 14 46.80 150.00 20.80 gizi baik jarang baik
89 GBS laki-laki 14 32.30 144.50 15.47 gizi kurang sering baik
90 GMS laki-laki 14 72.10 156.00 29.63 obese jarang baik
91 HYM perempuan 14 51.00 150.50 22.52 gizi baik sering sedang
92 ITS perempuan 14 58.70 152.00 25.40 gizi lebih jarang sedang
(62)
94 JAG perempuan 14 55.70 157.50 22.45 gizi baik jarang baik
95 JAS perempuan 14 48.90 155.50 20.22 gizi baik sangat jarang baik
96 KAP perempuan 14 35.00 153.50 14.85 gizi kurang jarang sedang
97 MYT laki-laki 14 56.20 165.00 20.64 gizi baik jarang baik
98 PRS laki-laki 14 46.70 156.00 19.19 gizi baik sangat jarang baik
99 PMA perempuan 14 41.90 149.50 18.75 gizi baik jarang baik
100 TAT perempuan 14 33.80 148.00 15.43 gizi kurang jarang sedang
101 THN perempuan 14 51.00 155.00 21.22 gizi baik sangat jarang baik
102 VTP perempuan 14 63.10 161.00 24.34 gizi lebih sering sedang
103 YCN perempuan 14 49.70 151.00 21.79 gizi baik jarang baik
104 YNN laki-laki 14 48.80 163.00 18.37 gizi baik sangat jarang baik
105 YCV laki-laki 14 53.00 152.00 22.90 gizi lebih jarang baik
106 AMS laki-laki 15 72.40 174.00 23.90 gizi lebih sering sedang
107 AMM perempuan 15 45.30 147.00 20.96 gizi baik sering baik
108 ASG laki-laki 15 55.00 162.00 20.95 gizi baik jarang baik
109 AMP perempuan 15 60.30 159.00 23.85 gizi baik sering baik
110 BES perempuan 15 54.90 145.00 26.11 gizi lebih sering baik
111 CWH laki-laki 15 48.00 163.00 1806.00 gizi baik sangat jarang baik
112 CWA perempuan 15 54.60 154.00 23.02 gizi baik jarang baik
113 DAD laki-laki 15 40.10 157.00 16.26 gizi kurang sangat jarang baik 114 DRS laki-laki 15 69.30 165.00 25.45 gizi lebih sangat jarang sedang
115 DYP laki-laki 15 36.00 146.00 16.88 gizi baik jarang baik
116 EIA laki-laki 15 49.50 152.00 21.42 gizi baik jarang baik
(63)
118 FOP laki-laki 15 46.60 162.00 17.75 gizi baik jarang baik
119 GBG laki-laki 15 71.70 163.50 26.82 obese sering baik
120 HRT perempuan 15 56.00 158.00 22.43 gizi baik sangat jarang baik
121 HFA laki-laki 15 51.20 161.00 19.75 gizi baik sering baik
122 JKM laki-laki 15 58.00 160.00 22.65 gizi baik jarang baik
123 JNL perempuan 15 50.90 151.00 22.32 gizi baik sering baik
124 KSA perempuan 15 58.70 150.50 25.90 gizi lebih jarang baik
125 MEA perempuan 15 48.10 158.00 19.26 gizi baik jarang baik
126 NBS perempuan 15 49.70 154.00 20.95 gizi baik jarang baik
127 NLH laki-laki 15 85.50 165.00 31.40 obese sering baik
128 PTD perempuan 15 35.00 149.50 15.65 gizi kurang sering sedang
129 RCE laki-laki 15 64.90 165.50 23.69 gizi lebih jarang sedang
130 RTT perempuan 15 64.90 158.50 25.83 gizi lebih sering sedang
131 SML laki-laki 15 112.50 171.00 38.47 obese jarang sedang
132 SJA perempuan 15 62.70 157.50 25.28 gizi lebih jarang baik
133 VGS perempuan 15 38.30 162.00 14.59 gizi kurang sangat jarang baik
134 ATA perempuan 15 50.40 160.50 19.56 gizi kurang jarang baik
135 ASA laki-laki 15 48.90 163.00 18.40 gizi baik sangat jarang baik
136 ABR laki-laki 15 59.20 153.50 25.12 gizi lebih sering sedang
137 ATN perempuan 15 49.00 147.00 22.68 gizi baik sangat jarang baik
138 BTA laki-laki 15 59.80 166.00 21.70 gizi baik jarang sedang
139 CAE perempuan 15 38.00 158.50 15.13 gizi baik sangat jarang sedang
140 DDB laki-laki 15 55.50 165.00 20.38 gizi baik sering baik
(64)
142 DDH laki-laki 15 65.40 168.50 23.03 gizi baik sering baik 143 ESR perempuan 15 42.10 153.00 17.98 gizi baik sangat jarang baik
144 FVT laki-laki 15 65.70 165.50 23.98 gizi lebih sering baik
145 FET laki-laki 15 84.30 173.00 28.17 obese sering sedang
146 HWG laki-laki 15 47.80 161.00 18.44 gizi baik jarang baik
147 ICH perempuan 15 57.20 150.00 25.42 gizi lebih jarang baik
148 JRP laki-laki 15 47.90 158.50 19.06 gizi baik sangat jarang baik
149 KDS perempuan 15 55.00 155.50 22.74 gizi baik jarang baik
150 LDH perempuan 15 78.00 166.00 28.30 obese sangat jarang baik
151 KED laki-laki 15 79.00 169.50 27.49 obese sering sedang
152 MRN laki-laki 15 42.60 165.00 15.64 gizi kurang sangat jarang sedang
153 NDO perempuan 15 58.50 165.50 21.36 gizi baik jarang baik
154 NPP perempuan 15 61.30 164.00 22.79 gizi baik jarang baik
155 PTS laki-laki 15 65.60 163.00 24.69 gizi lebih jarang baik
156 PDA perempuan 15 58.40 146.00 27.39 gizi lebih sangat jarang sedang
157 RAS laki-laki 15 56.00 161.00 21.60 gizi baik jarang baik
158 RGL perempuan 15 56.00 152.00 24.24 gizi lebih sering baik
159 RDA perempuan 15 60.80 159.00 24.04 gizi lebih jarang baik
160 TRA perempuan 15 56.90 163.00 21.41 gizi baik sangat jarang baik
161 TWM laki-laki 15 64.90 161.00 25.03 gizi lebih sering sedang
(65)
Lampiran 7: Hasil Output SPSS
A. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 13.00 58 35.8 35.8 35.8
14.00 47 29.0 29.0 64.8
15.00 57 35.2 35.2 100.0
Total 162 100.0 100.0
B. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 82 50.6 50.6 50.6
perempuan 80 49.4 49.4 100.0
Total 162 100.0 100.0
C. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Gizi status gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid gizi kurang 16 9.9 9.9 9.9
gizi baik 83 51.2 51.2 61.1
gizi lebih 40 24.7 24.7 85.8
obese 23 14.2 14.2 100.0
(66)
D. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
frekuens ikel * s tatus gizi C ros s tabulation
Count
status gizi
Total
gizi kurang gizi baik gizi lebih obese Frekuensikel sangat
jarang
7 24 6 5 42
jarang 6 47 17 7 77
sering 3 12 17 11 43
Total 16 83 40 23 162
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance
Pearson Chi-Square 20.350a 6 .002
Likelihood Ratio 20.098 6 .003
Linear-by-Linear Association 11.355 1 .001
N of Valid Cases 162
a. 2 cells (16,7%) expf < 5. Min exp = 4,15...
E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi
pengetahuankel * s tatus gizi C ros s tabulation
Count
status gizi
Total
gizi kurang gizi baik gizi lebih obese
pengetahuankel sedang 6 10 13 10 39
baik 10 73 27 13 123
(67)
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance
Pearson Chi-Square 14.436a 3 .002
Likelihood Ratio 14.648 3 .002
Linear-by-Linear Association 4.755 1 .029
N of Valid Cases 162
a. 1 cells (12,5%) expf < 5. Min exp = 3,85...
F. Hubungan Tingkat Pengetahuan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Frekuensi Konsumsi
pengetahuankel * frekuensikel Crosstabulation
Count
frekuensikel
Total
sangat jarang jarang sering
pengetahuankel sedang 9 13 17 39
baik 33 64 26 123
Total 42 77 43 162
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance
Pearson Chi-Square 7.962a 2 .019
Likelihood Ratio 7.548 2 .023
Linear-by-Linear Association 3.851 1 .050
N of Valid Cases 162
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(1)
Lampiran 8: Persetujuan Komisi Etik
(2)
Lampiran 9: Surat Izin Penelitian
(3)
Lampiran 10: Surat Keterangan Sekolah
(4)
Lampiran 11: Kurva IMT/U CDC pada anak laki-laki
(5)
Lampiran 12: Kurva IMT/U CDC pada anak perempuan
(6)