kartu kata

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang (guru) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Menurut Suprapto dalam Sulistiasih (2007: 1) pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem dan sebagai suatu proses. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka pembelajaran terdiri dari komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut. Sedangkan pembelajaran dipandang sebagai suatu proses yaitu pembelajaran yang merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membuat peserta didik belajar. Proses dimulai dari merencanakan program, penyusunan persiapan mengajar, serta perangkat kelengkapannya yang berupa media dan evaluasi.

Menurut Siddiq, dkk. (2008: 1-15) secara konseptual pembelajaran merupakan suatu sistem. Istilah sistem memang memiliki spectrum yang luas sekali. Suatu organisme, suatu organisasi, sebuah sekolah, sebuah perusahaan, dan


(2)

2 suatu pembelajaran merupakan suatu sistem. Kesemua sistem tersebut memiliki batasan sendiri-sendiri, dan berbeda antara sistem satu dengan sistem lainnya, meskipun antara sistem juga dapat saling mempengaruhi. Secara umum setiap sistem mempunyai ciri-ciri yang sama meliputi tujuan, fungsi, komponen, interaksi atau saling hubungan, jalinan keterpaduan, proses transformasi, umpan balik, dan lingkungan.

Berdasarkan teori sistem di atas, maka pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa komponen pembelajaran, di mana komponen satu dengan yang lain dimanipulasikan agar terjadi saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan. Meskipun masing-masing komponen pembelajaran memiliki fungsi atau peran yang berbeda, tetapi dengan perpaduan antarkomponen tersebut dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih sistematis dan berhasil. Komponen guru harus dapat berinteraksi dengan komponen siswa. Materi/isi pelajaran harus terintegrasi dengan komponen media pembelajaran.

Menurut Hamalik dalam Siddiq, dkk. (2008: 1-16) ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi, yaitu tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga pendidikan khususnya guru, perencanaan pembelajaran sebagai segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Apabila dalam pembelajaran ada salah satu komponen pembelajaran tidak terpenuhi, maka pembelajaran tidak berlangsung maksimal. Dengan demikian


(3)

3 tujuan pendidikan dan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Guru, yang merupakan salah satu komponen penting dalam aktivitas pembelajaran memiliki banyak peran dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran tatap muka, termasuk di antaranya guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran seperti media pembelajaran yang dapat membantunya dalam menyajikan pesan pembelajaran. Dengan media, pembelajaran menjadi efektif dan efesien.

Mutu pendidikan yang baik akan tercapai jika tujuh komponen dalam proses pembelajaran telah terpenuhi. Salah satunya adalah guru yang berkualitas, baik dari segi keterampilan dalam menggunakan media/alat peraga, metode, strategi pembelajaran maupun penguasaan materi pembelajaran.

Pada kenyataannya berdasarkan pengalaman mengajar peneliti, di SDN I Mekar Sari, Kecamatan Lambu Kibang mutu pendidikan belum tercapai secara maksimal karena salah satu komponen dalam pembelajaran belum terpenuhi. Di Kelas II siswa hanya sebatas mendengarkan penjelasan guru dan tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas sebagian besar siswa tidak relevan dengan proses pembelajaran seperti: berbicara dengan teman, bermalas-malasan, dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Situasi kelas seperti ini mengakibatkan prestasi belajar sebagian siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia belum memenuhi standar KKM yang telah


(4)

4 ditetapkan yaitu 60. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terlihat kekurangmampuan siswa dalam menyusun kalimat.

Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) siswa dituntut untuk memilki kompetensi. Untuk memenuhi hal tersebut dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa dilibatkan langsung sehingga memperoleh pengalaman belajar yang maksimal. Keterlibatan dan aktivitas siswa yang maksimal dalam pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan materi dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Cara yang diduga dapat meningkatkan keterampilan dan nilai siswa dalam pembelajaran Bahasa Inddonesia, salah satunya adalah dengan melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi di antaranya adalah kreatifitas guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran mulai dari sumber pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, serta penggunaan alat peraga yang tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga semua materi pembelajaran yang diterima bisa bertahan lama dalam ingatan siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas maka dilakukan penelitian tentang penggunaan alat peraga kartu kata untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas II SDN 0I Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010.


(5)

5 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan siswa kelas II dalam menyusun kalimat pada proses pembelajaran bahasa Indonesia yang tidak menggunakan alat peraga kartu kata.

2. Rendahnya nilai bahasa Indonesia siswa akibat kurangnya kepedulian guru dalam menggunakan alat peraga dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran.

3. Perlu ditingkatkannya mutu pembelajaran bahasa Indonesia pada materi membuat kalimat dengan menggunakan alat peraga kartu kata pada siswa kelas II SDN I Mekar Sari.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka inti permasalahannya adalah: ”Bagaimanakah penggunaan alat peraga kartu kata untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat Bahasa Indonesia di kelas II SDN I Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang?”

Untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menyusun kalimat maka peneliti menggunakan alat perga kartu kata. Dengan menggunakan kartu kata diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah tersebut di atas. Dengan penggunaan alat peraga kartu kata akan dapat mempermudah bagi anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam menyusun kalimat.


(6)

6 D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dengan menggunakan alat peraga kartu kata.

2. Meningkatkan nilai siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menyusun kalimat.

3. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga kartu kata agar kemampuan dan nilai siswa pada proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang materi menyusun kalimat dapat meningkat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat pada proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat peraga kartu kata.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya, menambah pengetahuan guru, serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

3. Bagi SDN I Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat. Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


(7)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Alat peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling inti. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan inti harus dilaksanakan secara maksimal. Untuk pelaksanaan tersebut diperlukan suatu alat atau media agar siswa lebih mudah dan cepat menangkap pesan atau materi ajar yang disampaikan oleh guru. Salah satu media atau alat yang menunjang proses pembelajaran adalah dengan menggunakan alat peraga atau media pembelajarn yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

Secara harfiah alat peraga berarti alat atau media pembelajaran untuk memeragakan sajian pelajaran. Tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam disebut alat peraga (Soelarko, 1995: 6). Alat peraga adalah alat yang dipergunakan untuk memeragakan benda yang diterangkan, baik dalam bentuk benda nyata, tiruan/modelnya, atau gambar visualnya (Siddiq, dkk., 2008: 1-35).

Menurut AECT dalam Rohani (1997: 2) alat peraga adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan


(8)

8

NEA dalam Rohani (1997: 2) berpendapat alat peraga adalah segala benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, dan dibicarakan beserta instrumen yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

2. Jenis Alat Peraga

Jenis alat peraga ada bermacam-macam. Menurut Dale dalam Sadiman, (1989: 26) alat peraga digolongkan berdasarkan pengalaman belajar peserta didik, yaitu dari yang konkret sampai yang bersifat abstrak. Pengalaman-pengalaman itu meliputi :

1. Pengalaman melalui lambang kata/verbal. 2. Pengalaman melalui lambang visual. 3. Pengalaman melalui gambar.

4. Pengalaman melalui rekaman. 5. Pengalaman melalui gambar hidup. 6. Pengalaman melalui televisi. 7. Pengalaman melalui pameran. 8. Pemgalaman melalui widya wisata.

9. Pengalaman melalui kegiatan demonstrasi. 10. Pengalaman melalui dramatisasi.

11. Pengalaman melalui mode.

12. Pengalaman melalui pengalaman langsung bertujuan dan melakukan sendiri.

3. Alat Peraga Kartu Kata.

Alat peraga kartu kata adalah alat peraga berbentuk lembaran-lembaran persegi panjang yang bertuliskan kata-kata yang mudah dipahami atau dicerna oleh anak-anak. Kata-kata yang ditulis dipilih dari kata-kata yang terdapat di sekeliling siswa dan berhubungan dengan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).

Contoh: Kartu kata yang belum tersusun


(9)

9

Disusun menjadi

Kartu kata yang belum tersusun

Disusun menjadi

4. Kelebihan dan kelemahan Alat Peraga Kartu Kata.

Alat peraga kartu kata adalah salah satu media visual yang memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Sadiman, dkk. (1989: 29-31) kelebihan dan kelemahan tersebut antara laian:

a. Kelebihan.

1) Sederhana dan mudah pembuatannya

2) Lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4) Dapat memperjelas suatu masalah

5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

b. Kelemahan.

1) Hanya menekankan persepsi indra mata. 2) Ukurannya sangat terbatas.

5. Fungsi Alat Peraga dalam Pembelajaran

Fungsi dari alat peraga ialah untuk memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga menjadi nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (Soelarko,

Bapak menanam pohon pisang di kebun

menyiram Rini di taman bunga


(10)

10

1995: 6). Menurut Soelarko ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.

d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekadar pelengkap.

e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f. Alat peraga diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Menurut Kemp dan Dayton dalam Prastati (2005: 6) fungsi alat /media pembelajaran adalah:

a. Pemberian materi pembelajaran dapat diseragamkan. b. Pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi. e. Kualitas belajar anak dapat ditingkatkan.

f. Pelaksanaan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

g. Sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dalam proses pembelajaran dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.

Nilai-nilai praktis penggunaan alat peraga dalam pembelajaran menurut Rohani (1997: 8) adalah :

a. Memberikan dasar pengalaman konkret bagi pengertian dan pemikiran-pemikiran abstrak.

b. Mempertinggi perhatian anak.

c. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya self activity.

d. Memberikan hasil belajar yang permanen.


(11)

11

B. Kemampuan Menyusun Kalimat 1. Pengertian Kalimat

Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Definisi tersebut tidak universal karena kadangkala ada kalimat yang terdiri atas satu kata tetapi maknanya dapat dipahami secara lengkap (Faisal, dkk., 2009: 5-9).

Keraf dalam Faisal, dkk. (2009: 5-9) mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Kridalaksana dalam Faisal, dkk. (2009: 5-9) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.

Finoza (1993: 125) menjelaskan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) serta intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sedangkan menurut Arifin dan Tasai (2000: 58) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

Dari kelima pendapat para tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang


(12)

12

secara relatif berdiri sendiri sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.

2. Jenis Kalimat

Menurut Finoza (1993: 137) kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis a. Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas

dua macam, yaitu kalimat tunggal, dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa.

Kalimat mejemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.

a. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya

Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988: 33) disebutkan berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya kalimat dapat dibedakan atas empat macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), dan kalimat seru (ekslamatif).

1. Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya.

2. Kalimat tanya adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya.

3. Kalimat perintah jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu.


(13)

13

4. Kalimat seru dipakai penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi sepontan.

b.Menurut kelengkapan isinya kalimat dibedakan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap.

Dari tiga jenis kalimat di atas, yang akan digunakan/dipilih oleh peneliti dalam PTK ini adalah kalimat yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas II SD yaitu jenis kalimat menurut fungsinya.

3. Menyusun Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menyusun artinya mengatur secara baik (Kamus Bahasa Indonesia: 981). Menyusun kalimat artinya mengatur secara baik beberapa kata secara berurutan sesuai denga struktur yang benar, sehingga memiliki kesatuan bentuk, kesatuan bentuk akan menjadikan kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan pernyataan yang kosong (Razak, 1986: 7). Kalimat yang strukturnya benar disebut kalimat efektif. Menurut Santoso, (1990: 10) kalimat adalah gugusan kata berstruktur, yang mengandung makna secara lengkap. Apa pun jenisnya dan bagaimanapun bentuknya, kalimat selalu harus diikat oleh suatu struktur dan menimbulkan pengertian yang lengkap. Berstruktur artinya bahwa suatu kalimat dibentuk oleh kata-kata atau kelompok kata-kelompok kata yang diletakkan/diatur berdasarkan fungsi dan arti yang didudukinya.


(14)

14

Dari uaraian di atas jelaslah bahwa menyusun kalimat perlu memperhatikan beberapa hal yaitu kalimat yang kita susun, selain harus mampu menyampaikan pikiran atau gagasan secara lengkap juga harus diatur strukturnya, supaya pikiran atau gagasan yang terkandung di dalamnya bisa diterima oleh orang lain dengan mudah.

Jadi menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia, setiap unsur (kata) yang terdapat di dalamnya harus menempati posisi yang jelas dalam

hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan menurut aturan-aturan yang sudah dibiasakan (Razak, 1986: 7).

C. Teknik Penyekoran Kemampuan Menyusun Kalimat dengan Menggunakan Alat Peraga Kartu Kata.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menyusun kalimat merupakan salah satu keterampilan menulis. Menulis, adalah aspek motorik halus yang harus dikuasai oleh siswa. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis, pada penelitian ini adalah menyusun kalimat, maka penilaian yang digunakan adalah asesmen kinerja (performance assessment). Menurut Zainul dan Agus (2005: 4.2) asesmen kinerja yaitu asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan baik pengertian maupun keterampilan dalam bentuk kinerja yang nyata yang ditunjukkan dalam bentuk satu tugas atau seperangkat tugas. Dalam kata lain asesmen kinerja adalah asesmen yang menekankan pada apa yang dapat dikerjakan oleh siswa dalam bentuk kinerja, daripada apa yang dapat dijawab oleh siswa. Bentuk asesmen kinerja dapat berupa tugas (task), kriteria penilaian (rubric),


(15)

15

dan bentuk non-tes. Jadi teknik penyekoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Scoring Rubric, seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Format Penyekoran Menyusun Kalimat

Skor Deskripsi

10 Susunan kalimat tepat, tanda baca tepat, tulisan rapi dan jelas.

8 Susunan kalimat tepat, tanda baca kurang tepat, tulisan rapi dan jelas

6 Susunan kalimat kurang tepat, tanada baca kurang tepat, tulisan kurang rapi tetapi jelas

4 Susunan kalimat kurang tepat, tanda baca kurang tepat, tulisan kurang rapi dan kurang jelas

2 Susunan kalimat salah, tanda baca salah, tulisan tidak rapi dan tidak jelas.

(Sumber: Dimodifikasi dari Zainul dan Agus, 2005: 5.21)

Maka = Skor maksimal (tertinggi) = 10 x 5 = 50 = Skor minimal (terendah) = 2 x 5 = 10

Skor Ahir =

Skor Jumlah

Perolehan

Skor x 100%

Arti tingkat penguasaan yang dicapai: Skor > 86 = Baik sekali.

Skor 71-85 = Baik. Skor 56-70 = Cukup.


(16)

16

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Untuk memperoleh pelaksanaan penelitian yang terarah, dalam penelitian ini perlu dirumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan tersebut adalah ”Apabila media kartu kata digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan tepat, maka dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat”.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan (classroom action research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral (a spiral of steps) yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dan Tagart dalam Wiriaatmadja, 2006: 66).

A. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN I Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat dengan jumlah siswa 28 anak yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN I Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sekolah ini merupakan tempat tugas peneliti.


(18)

18

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian di semester genap selama 4 bulan, yaitu bulan Februari minggu pertama, sampai April minggu keempat.

B. Sumber Data

Data penelitian diperoleh melalui tes dan nontes yaitu dokumen hasil belajar siswa, observasi dan angket.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan, yaitu dengan menggunakan teknik tes dan nontes.

1. Teknik Tes

Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasarkan hasil pelaksanaan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut (Poerwanti, dkk., 2008: 2.26). Dalam penelitian ini, teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media kartu kata pada kelas II SD Negeri 01 Mekar Sari Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat khususnya tes kemampuan menyusun kalimat. Data yang terkumpul melalui teknik tes berupa data kuantitatif. 2. Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan angket (Poerwanti, dkk., 2008: 2.26). Secara sederhana, observasi dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dan baku


(19)

19

untuk memperoleh data (Kerlinger dalam Aunurrahaman, dkk., 2009: 8-20). Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan kartu kata pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes, lembar observasi dan angket.

1. Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun kalimat pada pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Lembar observasi yang digunakan oleh observer untuk mengamati

aktivitas siswa maupun peneliti saat pembelajaran berlangsung.

3. Angket adalah berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akan diajukan oleh peneliti kepada siswa untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan penggunaan alat peraga kartu kata sebagai alat pendukung untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau


(20)

20

pembelajaran, dalam arti apakah kegiatan beserta langkah-langkahnya sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum. Demikian juga dengan anlisis PTK terhadap kegiatan pembelajaran, analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya (Aunurrahman, dkk., 2009: 9-1). Jadi, teknik analisis data yang dilakukan adalah:

a. Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan selama siklus I, baik data kuantitatif maupun kualitatif.

b. Menganalisis data dengan membuat tabulasi dan persentase, serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

c. Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil

pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah berupa rangkaian langkah-langkah berbentuk spiral yang dikemukakan Kemmis (Wiriaatmadja, 2006: 66) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama dilakukan pada tahap perencanaan (planing). Dilanjutkan dengan tindakan (action) disertai dengan pengamatan (observe). Ebbut (dalam Syukri.M, dalam Aunnurahman, dkk., 2009: 3.6)) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Selanjutnya kegiatan refleksi (reflect) melalui


(21)

21

diskusi antarpeneliti yang akan menghasilkan rencana perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Siklus tindakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Proses Penelitian Tindakan Kelas

Siklus 1

Siklus 2

Sumber: Metode PTK (Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66).

G. Urutan Tindakan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan:

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran, dan bahan ajar.

Refleksi

Rencana Tindakan

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Perbaikan Rencana

Tindakan

Observasi

Pelaksanaan

Tindakan


(22)

22

b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.

c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan pertama

Materi pembelajaran pada siklus I bertema ”Lingkungan” dengan pokok bahasan ”Menulis Kalimat Berita Sederhana”.

Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang

berhubungan dengan lingkungan sebagai apersepsi untuk menggiring pemikiran dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran tentang lingkungan.

b. Membentuk kelompok kerja siswa.

c. Guru menginformasikan tema yang akan dipelajari bersama.

d. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang

berhubungan dengan lingkungan berjudul “lihat kebunku”.

e. Guru menunjukkan gambar lingkungan alam dan lingkungan buatan,

serta gambar macam-macam hewan yang ada di lingkungan.

f. Guru menjelaskan materi tentang lingkungan dengan bantuan

gambar.

g. Guru membagi lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok.

h. Masing-masing kelompok siswa bekerjasama menyelesaikan

tugasnya.


(23)

23

j. Perwakilan dari masing-masing kelompok berdiri membacakan hasil

kerja kelomok yaitu berupa kalimat sederhana yang berhubungan dengan lingkungan.

k. Guru menunjukkan beberapa kartu kata dan memeragakan kartu-kartu tersebut menjadi kalimat.

l. Guru menjelaskan materi tentang kalimat sederhana yang

beerhubunga dengan lingkungan

m. Guru membagi sejumlah kartu kata pada masing-masing kelompok dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyusun kartu-kartu tersebut menjadi kalimat berita sederhana yang berhubungan dengan lingkungan.

n. Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan tugasnya

secara bergiliran.

o. Memotivasi siswa pendiam dan pasif untuk aktif dalam

menyelesaikan tugas kelompok.

p. Siswa menyalin di buku tugasnya kalimat yang telah tersusun dari sejumlah kartu kata dengan benar.

q. Perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil kerja kelompok.

r. Guru mendiktekan kata-kata acak dan meminta kepada setiap siswa untuk menyusun kata-kata acak tersebut menjadi kalimat sederhana yang benar.


(24)

24

t. Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari untuk

memantapkan pemahaman siswa. Pertemuan kedua

a. Mengajukan pertanyaan berkisar materi yang telah dibahas

sebelumnya untuk mengetahui daya ingat siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memotivasi siswa dengan bersama-sama menyanyikan lagu wajib nasional ”Kulihat Ibu Pertiwi”.

c. Mengemukakan tujuan pembelajaran tematik yang temanya masih sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu lingkungan pada pertemuan kedua tentang pelestarian lingkungan alam, buatan, dan hewan.

d. Menjelaskan bagaimana menulis kalimat sederhana yang benar.

e. Membentuk kelompok yang masih sama dengan pertemuan

sebelumnya yaitu 6 kelompok.

f. Guru mengemukakan kelanjutan materi tentang lingkungan yaitu pemeliharaan tentang lingkungan alam, lingkungan buatan dan pemeliharaan hewan.

g. Guru membagi lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok.

h. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas kelompoknya.

i. Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok khususnya siswa yang masih berkesan pasif dalam kelompoknya.


(25)

25

j. Wakil dari masing-masing kelompok membacakan hasil kerja

kelompok dan kelompok lain menanggapi.

k. Guru memberi penguatan kepada kelompok yang hasil kerjanya sudah baik dan benar, serta memberikan motivasi kelompok yang hasil kerjanya belum sempurna.

l. Guru membagikan sejumlah kartu kata pada tiap-tiap kelompok.

m. Tiap-tiap kelompok maju bekerjasama menyusun kartu-kartu kata tersebut menjadi kalimat dan berdiri berderet menghadap ke arah kelompok lain sesuai urutan kata dalam kalimat.

n. Kelompok lain membaca kalimat yang terusun dari kartu kata tersebut.

o. Siswa menempel kartu-kartu kata tersebut sesuai urutan kata dalam kalimat pada kertas karton yang ada di papan tulis.

p. Guru membagikan kembali sejumlah kartu kata pada masing-masing

kelompok dan meminta pada setiap kelompok untuk menyusun kartu-kartu kata tersebut menjadi kalimat.

q. Guru meminta setiap siswa dalam kelompok untuk menulis kalimat dengan benar yang telah tersusun dari kartu-kartu kata tersebut.

r. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing untuk diperiksa.

s. Melakukan evaluasi hasil belajar.

Berdasarkan kajian hasil tes tersebut guru bersama observer merumuskan kelebihan dan kekurangan yang ada pada siklus I sebagai koreksi yang dijadikan bahan partimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.


(26)

26

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Dalam kegiatan pada tahap ini peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus kedua. Sedangkan kebaikan yang sudah dilakukan pada siklus pertama dipertahankan untuk siklus ke dua.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.

b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.

c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Materi pembelajaran pada siklus II bertema ”Makhluk Hidup” dengan pokok bahasan Melengkapi Kalimat Tanya di mana, siapa, dan ke mana dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang benar.


(27)

27

Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus II adalah sebagai berikut.

Pertemuan Pertama.

a. Mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada siswa tentang sesuatu yang ada di lingkungan yang berkaitan dengan tema yang akan dipelajari.

b. Mengemukakan tujuan pembelajaran.

c. Membentuk kelompok kerja sebanyak 6 kelompok dalam satu kelas.

d. Guru menunjukkan gambar ayam, sapi, kucing, kambing, dan ikan lalu meminta siswa untuk menyebutkan nama hewan-hewan tersebut satu per satu.

e. Guru membagikan LKS disertai gambar-gambar hewan lalu memberi

kesempatan kepada siswa dalam setiap kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menempel kartu kata pada bagian-bagian tubuh hewan yang sesuai.

f. Perwakilan masing-masing kelompok berdiri membacakan hasil

kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok yang telah dibacakan.

g. Guru membahas kembali hasil kerja kelompok, yaitu mengenai bagian-bagian tubuh hewan.

h. Guru menunjukkan beberapa kartu kata yang bertuliskan kata tentang makhluk hidup kemudian memeragakan menyusun kartu-kartu tersebut menjadi dua buah kalimat yaitu kalimat tanya dan jawabannya.


(28)

28

i. Guru menjelaskan sedikit tentang kalimat tanya disertai dengan jawabannya dan mengemukakan contohnya ”Di mana ayam bertelur? Ayam bertelur di kandang”.

j. Perwakilan masing-masing kelompok maju menerima beberapa kartu

kata dan menyusunnya menjadi kalimat tanya disertai jawabannya lalu maju berdiri berderet sesuai urutan kata dalam kalimat.

k. Siswa lain yang belum mendapat giliran maju, bersama-sama

membaca kalimat yang tersusun dari kartu kata tersebut.

l. Guru membagikan sejumlah kartu kata pada setiap kelompok lalu memberi kesempatan setiap kelompok untuk menyusunnya menjadi kalimat tanya dan jawabannya.

m. Siswa menempel kartu kata yang telah tersusun menjadi kalimat tanya pada tempat yang telah disediakan oleh guru.

n. Guru mengawasi dan membimbing setiap kelompok yang sedang

bekerja secara bergiliran serta memotivasi setiap anggota kelompok agar terlibat aktif dan berpartisipasi dalam kerja kelompok.

o. Perwakilan dari setiap kelompok berdiri membacakan hasil kerja kelompok.

p. Siswa mengumpulkkan hasil kerja kelompok.

q. Guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan untuk

memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari r. Melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan bentuk soal tertulis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran.


(29)

29

Pertemuan kedua.

a. Mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang materi pembelajaran yang telah dibahas pada pertemuan 1 untuk menggali pengetahuan awal siswa.

b. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan pokok masalah agar proses

pembelajaran berlangsung efektif dan efesien sesuai dengan harapan.

c. Membagi siswa menjadi 6 kelompok

d. Guru mengemukakan inti materi yang merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dengan tema makhluk hidup yang mengaitkan dua mata pelajaran yaitu IPA dan Bahasa Indonesia. Mata Pelajaran IPA tentang bagian-bagian tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia. Sedangkan mata pelajaran bahasa Indonesia masih tentang menyusun kalimat.

e. Guru menunjukkan gambar beberapa macam tumbuhan dan meminta

siswa uuntuk menyebutkan nama tumbuhan itu satu per satu.

f. Mengemukakan pada siswa bahwa beberapa macam tumbuhan yang

ditunjukkan itu akan dipelajari pada pertemuan ini.

g. Guru membagikan gambar tumbuhan, beberapa kartu kata yang

bertuliskan bagian-bagian tumbuhan, dan LKS pada masing-masing kelompok.

h. Guru memberi kesempatan pada semua kelompok untuk menempel kartu-kartu kata yang bertuliskan bagian-bagian tumbuhan pada gambar tumbuhan yang sesuai.


(30)

30

i. Guru meminta agar semua anggota kelompok berperan aktif dalam kerja kelompok sehingga pekerjaan terasa ringan dan cepat terselesaikan.

j. Guru membimbing setiap kelompok yang sedang bekerja dan

melakukan pengawasan yang lebih intensif kepada kelompok yang dinilai lamban dalam menyelesaikan pekerjaan.

k. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju menunjukkan

gambar tumbuhan yang telah ditempeli kartu kata pada tiap bagian-bagiannya dan membacakan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi.

l. Guru meluruskan hasil kerja kelompok yang masih kurang tepat dan

belum sempurna.

m. Guru membagikan kembali sejumlah kartu kata pada masing-masing

kelompok dan meminta semua anggota kelompok untuk menyusunnya menjadi kalimat tanya.

n. Guru kembali mengawasi dan membimbing dalam bekerja

kelompok.

o. Perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil kerja kelompok.

p. Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja dari kelompok

yang sudah dibacakan.

q. Guru mendiktekan kata-kata acak dan meminta siswa untuk


(31)

31

r. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing untuk dilakukan penilaian.

s. Melakukan evaluasi hasil belajar.

t. Memberi tugas untuk memperdalam pemahaman anak mengenai

materi yang telah dipelajari.

3. Tahap Pengamatan/Observasi.

Dalam kegiatan pada tahap ini masih sama seperti pada kegiatan observasi siklus I yaitu peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus ini akan diketahui apakah sikap dan semangat belajar anak mengalami kemajuan atau tidak.

4. Tahap Refleksi.

Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis pelaksanaan pada siklus yang pertama. Hasil dari refleksi siklus ini akan dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan siklus berikutnya yaitu siklus yang ketiga.

H. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan jika sekurang-kurangnya 80% dari semua siswa mencapai nilai 65 atau lebih (KKM).


(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV peneliti mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Penggunaan kartu kata ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada materi menyusun kalimat.

2. Penggunaan kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menyusun kalimat. Hasil akhir dari penelitian menunjukkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa (88,8 %) dari 27 siswa.

3. Penggunaan kartu kata dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang materi menyusun kalimat.

B. Saran

Berdasarkan simpulan pada point A peneliti menyarankan kepada:

1. Rekan-rekan Guru seyogianya menggunakan kartu kata sebagai alat

peraga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada kelas rendah. 2. Peneliti lain jika melakukan penelitian yang sama seyogianya dilakukan


(33)

58

3. Kepala Sekolah seyogianya melengkapi media dan alat peraga di

sekolahnya, dan memberikan rekomendasi kepada dewan guru untuk menggunakan alat peraga tersebut dalam proses pembelajaran.


(34)

59

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Faisal, Muh. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.

Finoza, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Kasbolah E. S Kasihani. 1998/1999. Penelitian Tindakan Kelas. Malang. Depdikbud Dirjen Dikti.

Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidiikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Prastati, Trini & Irawan, Prasetya. 2005. Media Sederhana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Razak, Abdul. 1986. Kalimat Efektif. Jakarta: PT Gramedia

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arief S. dkk. 1989. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali

Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Siddiq, Djauhar dkk. 2008. Pengembangan bahan Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional.


(35)

60

Sulistiasih. 2007. Peningkatan Berpikir Kreatif Melalui Model Pembelajaran Group Inquiry pada Mata Kuliah Keterampilan Berbahassa Indonesia Smester II D2 PGSD FKIP Unila UPP Metro: (Laporan Penelitian). Unila: FKIP.

Sunyono. 2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. PPTK dan Ditjen Dikti. Jakarta. Wardhani. IGAK, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosdakarya.

Zainul, Asmawi dan Agus, Mulyana. 2005. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

30

i. Guru meminta agar semua anggota kelompok berperan aktif dalam kerja kelompok sehingga pekerjaan terasa ringan dan cepat terselesaikan.

j. Guru membimbing setiap kelompok yang sedang bekerja dan melakukan pengawasan yang lebih intensif kepada kelompok yang dinilai lamban dalam menyelesaikan pekerjaan.

k. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju menunjukkan gambar tumbuhan yang telah ditempeli kartu kata pada tiap bagian-bagiannya dan membacakan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi.

l. Guru meluruskan hasil kerja kelompok yang masih kurang tepat dan belum sempurna.

m. Guru membagikan kembali sejumlah kartu kata pada masing-masing kelompok dan meminta semua anggota kelompok untuk menyusunnya menjadi kalimat tanya.

n. Guru kembali mengawasi dan membimbing dalam bekerja kelompok.

o. Perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil kerja kelompok.

p. Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja dari kelompok yang sudah dibacakan.

q. Guru mendiktekan kata-kata acak dan meminta siswa untuk menyusun kata-kata acak tersebut menjadi kalimat.


(2)

31

r. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing untuk dilakukan penilaian.

s. Melakukan evaluasi hasil belajar.

t. Memberi tugas untuk memperdalam pemahaman anak mengenai materi yang telah dipelajari.

3. Tahap Pengamatan/Observasi.

Dalam kegiatan pada tahap ini masih sama seperti pada kegiatan observasi siklus I yaitu peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus ini akan diketahui apakah sikap dan semangat belajar anak mengalami kemajuan atau tidak.

4. Tahap Refleksi.

Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis pelaksanaan pada siklus yang pertama. Hasil dari refleksi siklus ini akan dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan siklus berikutnya yaitu siklus yang ketiga.

H. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan jika sekurang-kurangnya 80% dari semua siswa mencapai nilai 65 atau lebih (KKM).


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV peneliti mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Penggunaan kartu kata ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada materi menyusun kalimat.

2. Penggunaan kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menyusun kalimat. Hasil akhir dari penelitian menunjukkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa (88,8 %) dari 27 siswa.

3. Penggunaan kartu kata dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang materi menyusun kalimat.

B. Saran

Berdasarkan simpulan pada point A peneliti menyarankan kepada:

1. Rekan-rekan Guru seyogianya menggunakan kartu kata sebagai alat peraga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada kelas rendah. 2. Peneliti lain jika melakukan penelitian yang sama seyogianya dilakukan


(4)

58

3. Kepala Sekolah seyogianya melengkapi media dan alat peraga di sekolahnya, dan memberikan rekomendasi kepada dewan guru untuk menggunakan alat peraga tersebut dalam proses pembelajaran.


(5)

59

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Faisal, Muh. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.

Finoza, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Kasbolah E. S Kasihani. 1998/1999. Penelitian Tindakan Kelas. Malang. Depdikbud Dirjen Dikti.

Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidiikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Prastati, Trini & Irawan, Prasetya. 2005. Media Sederhana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Razak, Abdul. 1986. Kalimat Efektif. Jakarta: PT Gramedia

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arief S. dkk. 1989. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali

Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Siddiq, Djauhar dkk. 2008. Pengembangan bahan Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

60

Sulistiasih. 2007. Peningkatan Berpikir Kreatif Melalui Model Pembelajaran Group Inquiry pada Mata Kuliah Keterampilan Berbahassa Indonesia Smester II D2 PGSD FKIP Unila UPP Metro: (Laporan Penelitian). Unila: FKIP.

Sunyono. 2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. PPTK dan Ditjen Dikti. Jakarta. Wardhani. IGAK, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosdakarya.

Zainul, Asmawi dan Agus, Mulyana. 2005. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Melalui Media Kartu Katapada Siswa Kelas I Mi Al-Hikmah Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2015-2016

1 3 110

UPAYA MENINGKATKAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA FLASH CARD (KARTU KATA DAN GAMBAR) PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kosa Kata Bahasa Inggris Melalui Media Flash Card (Kartu Kata Dan Gambar) Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Pijiharjo Manyaran Wono

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN KOSA KATA DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Kosa Kata Dengan Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok A Bustanul Athfal Aisyiyah Kuncen Delanggu Tahun Pela

0 3 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN KOSA KATA DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Kosa Kata Dengan Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok A Bustanul Athfal Aisyiyah Kuncen Delanggu Tahun Pelaja

0 1 13

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI BERMAIN KARTU KATA, KARTU HURUF DAN KARTU Pengembangan Kemampuan Membaca Awal Melalui Bermain Kartu Kata, Kartu Huruf Dan Kartu Gambar Pada Kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganya

1 3 16

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI BERMAIN KARTU KATA, KARTU HURUF DAN KARTU Pengembangan Kemampuan Membaca Awal Melalui Bermain Kartu Kata, Kartu Huruf Dan Kartu Gambar Pada Kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganya

0 1 13

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA Peningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B RA Ath-Thohiriyyah Jaten Tahun Ajaran 2011.

0 1 13

Guru SD Amatir: Kartu Kata Buatan Sendiri contoh kartu kata

0 9 1

Bermain Kartu Kata Metode Lain Mengajar

0 0 2

KATA PENGANTAR - 14. modul mengelola kartu utang

0 0 39