Uji Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas

52 a. Variabel EPS X 1 memiliki sampel N sebanyak 60, dengan nilai minimum 0.36 nilai maksimum 483.00 dan mean nilai rata-rata 53.3622. Standar deviation variabel ini adalah 87.55221. b. Variabel PER X 2 memiliki sampel N sebanyak 60, dengan nilai minimum 0,61 nilai maksimum 371.05 dan mean nilai rata-rata 32.0070. Standar deviation variabel ini adalah 65.51868. c. Variabel DER X 3 memiliki sampel N sebanyak 60, dengan nilai minimum 0,05 nilai maksimum 3.83 dan mean nilai rata-rata 1.0015. Standar deviation variabel ini adalah 0.71921. d. Variabel NPM X 4 memiliki sampel N sebanyak 60, dengan nilai minimum 0.01 nilai maksimum 3.58 dan mean nilai rata-rata 0.2637. Standar deviation variabel ini adalah 0.46605. e. Varibel Harga Saham Y memiliki sampel N sebanyak 60, dengan nilai minimum 67.00 dan nilai maksimum 2200.00 serta mean nilai rata – rata515.0833. Standar Deviation variabel ini adalah 493.17719. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas akan dideteksi melalui dua cara, yaitu analisis grafik histogram dan Normal P-Plots dan analisis statisik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik Universitas Sumatera Utara 53 adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut : 1. Analisis Grafik Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability plot Normal P-Plots berikut ini : Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas melalui Hitogram Bila dilihat dari tampilan grafik histogram, distribusi data membentuk lonceng bell-shaped, tidak condong ke kiri maupun Universitas Sumatera Utara 54 condong ke kanan, sehingga data dengan pola seperti ini memiliki distribusi normal. Akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot dapat dilihat pada gambar berikut : Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Grafik 4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plots Universitas Sumatera Utara 55 Grafik probabilitas pada gambar di atas menunjukkan data terdistribusi secara normal karena distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normalnya. Tampilan grafik Normal P-Plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka persyaratan normalitas telah terpenuhi. 2. Analisis Statistik Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov – Smirnov. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0.05 Ghozali, 2006. Analisis statistik dilakukan dengan uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 7.29539028 Most Extreme Differences Absolute .149 Positive .110 Negative -.149 Kolmogorov-Smirnov Z 1.154 Asymp. Sig. 2-tailed .139 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS. Diolah peneliti, 2013. Universitas Sumatera Utara 56 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa data sudah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukan nilai Kolmogorov- SmirnovZ sebesar 1.154 dengan nilai Asymp. Sig 2-tailed sebesar 0.139 atau probabilitas di atas 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali 2005, pengujian ini dapat dilihat melalui nilai Tolerans dan Varians Inflation Factor VIF. Apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0.1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0.1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 12.241 4.810 2.545 .014 SQRT EPS 1.712 .279 .767 6.135 .000 .688 1.453 SQRT PER .833 .354 .290 2.355 .022 .711 1.406 SQRT DER -3.010 3.090 -.116 -.974 .334 .764 1.309 SQRT NPM -6.291 4.348 -.165 -1.447 .154 .831 1.204 Universitas Sumatera Utara 57 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 12.241 4.810 2.545 .014 SQRT EPS 1.712 .279 .767 6.135 .000 .688 1.453 SQRT PER .833 .354 .290 2.355 .022 .711 1.406 SQRT DER -3.010 3.090 -.116 -.974 .334 .764 1.309 SQRT NPM -6.291 4.348 -.165 -1.447 .154 .831 1.204 a. Dependent Variable: SQRT CLOSE PRICE Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Dari hasil analisis dan pengujian terhadap keempat variabel bebas tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hal ini dijelaskan oleh hasil perhitungan nilai tolerance tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai kurang dari 0,10. Begitu juga dengan hasil perhitungan nilai VIF, diketahui bahwa keempat variabel tersebut memiliki nilai VIF 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan lain. Cara pengujian ini dilakukan dengan melihat grafik scatter plot, dengan analisis data sebagai berikut Ghozali, 2005 : Universitas Sumatera Utara 58 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur, maka telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, atau titik menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Grafik 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model ini layak dipakai untuk mengetahui pengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Property dan Real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI berdasarkan masukan variabel independen yaitu Earning Per Share Universitas Sumatera Utara 59 EPS, Price Earnings Ratio PER, Debt to Equity Ratio DER, dan Net Profit Margin NPM.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali 2005uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya.Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Namun secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut: 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negative. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .639 a .409 .366 7.55602 1.971 a. Predictors: Constant, SQRT NPM, SQRT PER, SQRT DER, SQRT EPS b. Dependent Variable: SQRT CLOSE PRICE Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Universitas Sumatera Utara 60 Tabel diatas menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan penganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson D-W sebesar 1.971. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 -2 1.971 +2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. 4.3 Pengujian Hipotesis 4.3.1 Analisis Regresi