UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
penelitian ini mencapai angka 0.98 atau sekitar 36 lembar resep yang tidak terisi form pengkajian resep oleh petugas.
Kegagalan akibat tidak terisi klarifikasi dan informasi oleh petugas, ini merupakan kelompok risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada
penelitian ini mencapai angka 100 atau sekitar 3649 lembar resep tidak terisi klarifikasi dan informasi oleh petugas.
5.2.4 Analisa Hasil Failure Mode and Effect Analysis 5.2.4.1 Analisis mengenai Failure Mode And Effect Analysis
Stamatis 2003 dalam bukunya Failure Mode and Effect Analysis: FMEA from Theory to Executionmenyatakan bahwa secara umum ada empat tipe
dariFMEA, yaitu System FMEA, Design FMEA, ProcessFMEA, dan Machinery FMEA. Dalam penelitian inimenggunakan tipe Desain. DesainFMEA digunakan
untuk menganalisis desain lembar resep yang digunakan di RSUP Fatmawati, untuk memastikan bahwa potensial modus kegagalan, sebab dan akibatnya terkait
dengan desain lembar resep yang tidak terisi lengkap tahapan penulisan resep yang benar.
5.2.4.2 Analisis Severity Failure Mode and Effect Analysis
Severityatau tingkat keparahan dalam penelitian ini adalah dengan score 6 untuk kemungkinan terjadinya insiden yang sudah terpapar kepasien tatapi tidak
menimbulkan cidera atau kejadian yang tidak diharapkan dan menyebabkan kematian. Hal ini seperti; tidak adanya riwayat alergi, kegagalan membaca nama
obat kegagalan dalam membaca dosis sediaan, kegagalan membaca jumlah sediaan, kegagalan membaca rute sediaan, kegagalan dalam membaca aturan
pakai, kegagalan dalam mengisi form penyiapan, kegagalan dalam mencocokkan dan etiket dianggap dapat mengakibatkan kegagalan dan berpotensi menyebabkan
kegagalan KTD kejadian tidak diinginkan dan senitel menyebabkan kematian Sedangkan untuk failure mode kegagalan dalam membaca tanggal resep,
kegagalan dalam membaca nama dokter, kegagalan dalam membaca status dokter, tidak ada paraf dokter memiliki score severity rendah yaitu 1, untuk kemungkinan
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kegagalan administrasi yang berdampak pada rumah sakit. Skala yang digunakan pada penelitain ini mnegacu pada program pasien safety.
5.2.4.3 Analisis Occurance Failure Mode and Effect Analysis
Berdasarkan hasil penentuan ranking occurrence dari penyebab kegagalan , frekuensi kejadian sangat tinggi yaitu kemungkinan terjadi sekali dari 2 kejadian
dengan score occurrence 5 adalah; jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, riwayat alergi, status dokter, rute pemberian paraf dokterdan kegagalan dalam
mengisi form klarifikasi dan informasi. Sedangkan untuk penyebab kegagalan dengan frekuensi terendah memiliki
score 1 yaitu; nama pasien, nama dokter, nama obat, dosis sediaan, jumlah obat, dan kegagalan dalam megisi form pengkajian resep resep. Frekuensi kejadian
sangat rendah yaitu kemungkinan terjadi satu kali dalam 1000 kejadian.
5.2.4.4 Analysis Detection Failure Mode and Effect Analysis
Berdasarkan hasil detection failure dari penyebab kegagalan , kemudahan untuk dapat dideteksi dengan score tertinggi yaitu 4 yaitu dapat dideteksi 7 dalam
10 kemungkinan adalah; jenis kelamin, tinggi badan, berat badan,riwayat alergi, status doketr, rute pemberian, paraf dokter, dan form klarifikasi dan informasi.
Sedangkan nilai detection paling rendah adalah 1 yaitu untuk kemungkina dapat di deteksi 0 dalam 10 kemungkinan adalah; nama pasien, nama dokter, nip
dokter, nama obat, dosis sediaan, jumlah obat, dan form pengkajian resep.
5.2.5 Diagram Ischikawa