PENGELOLAAN RISIKO
48. PENGELOLAAN RISIKO
BSM menerapkan manajemen risiko secara terintegrasi dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, serta mengoptimalkan tingkat risk-adjusted return.
Dalam melakukan kegiatan usaha, Bank menghadapi berbagai risiko yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko investasi, dan risiko imbal hasil.
BSM mengelola risiko-risiko melalui proses mengidentifikasi, mengukur, memitigasi, dan memantau risiko yang berdampak terhadap bisnis, operasional, dan organisasi. Untuk mendukung implementasi manajemen risiko, BSM telah menyusun kebijakan, proses, kompetensi, akuntabilitas, pelaporan dan teknologi pendukung.
Dalam mengimplementasikan tata kelola risiko, BSM menerapkan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM). Penerapan ERM akan memberikan nilai tambah (value added) bagi Bank dan stakeholders terutama dikaitkan dengan pelaksanaan penilaian kinerja berbasis risiko (Risk Based Performance).
a. Pengelolaan Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan, penerbit atau kinerja peminjam dana. Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko kredit yang timbul dari kegiatan pembiayaan dikelola baik pada tingkat transaksi maupun portofolio. Pengelolaan risiko kredit dirancang untuk menjaga independensi dan integritas proses penilaian risiko, serta diversifikasi risiko kredit.
Kualitas aset Bank yang memiliki risiko kredit sesuai peraturan regulator dan analisa atas konsentrasi risiko kredit berdasarkan sektor industri telah dilakukan pada bagian lain dari catatan atas laporan keuangan.
372 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015 372 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
1) Memutakhirkan kebijakan pembiayaan.
2) Memperbaiki standar akad pembiayaan.
3) Menyempurnakan standar prosedur operasional pembiayaan untuk masing-masing segmen pembiayaan.
4) Memutakhirkan rating sektor ekonomi untuk pembiayaan.
5) Memantau dan menjaga konsentrasi portofolio pembiayaan sektor industri melalui penetapan Industry Limit.
6) Membuat Industry Acceptance Criteria (IAC) beberapa sektor industri yaitu pupuk, galangan kapal, transportasi laut, telekomunikasi, farmasi, jasa kesehatan.
7) Menetapkan inhouse limit Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
8) Menetapkan batas eksposur 25 debitur terbesar.
9) Menetapkan limit pembiayaan mata uang asing.
10) Menerapkan prinsip four eyes dalam pemrosesan pembiayaan.
11) Memperbaiki kualitas pembiayaan yang masih mampu membayar dan prospektif melalui:
a) early restructuring untuk nasabah yang berpotensi downgrade.
b) monitoring yang ketat atas nasabah yang masuk watchlist.
12) Memperbaiki collection model dan tools untuk nasabah retail dan konsumer.
13) Melaksanakan stress test portfolio. Untuk aset keuangan yang diakui di laporan posisi keuangan, eksposur maksimum terhadap risiko
kredit sama dengan nilai tercatat. Untuk bank garansi, SBLC dan irrevocable L/C, eksposur maksimum terhadap risiko kredit adalah nilai maksimum yang harus dibayarkan oleh Bank jika liabilitas atas bank garansi, SBLC dan irrevocable L/C tersebut terjadi.
Sesuai dengan PSAK 102 “Akuntansi Murabahah”, aset keuangan yang dimiliki Bank adalah piutang murabahah. Akan tetapi untuk pengungkapan yang disajikan dalam pengelolaan risiko kredit, Bank turut menyajikan aset-aset yang bukan diklasifikasikan sebagai aset keuangan, namun memiliki risiko kredit agar memberikan gambaran eksposur kredit yang lebih menyeluruh, seperti piutang istishna, piutang ijarah, pinjaman qardh, pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.
PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
laporan keuangan (on-statement of financial position) dan rekening administratif (off-balance sheet).
2014 Laporan posisi keuangan
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
13.026.071.161.239 Giro dan penempatan pada bank lain
728.399.847.808 Investasi pada surat berharga
33.838.380.031.836 Pinjaman qardh
3.667.281.372.925 Pembiayaan mudharabah
3.164.130.260.940 Pembiayaan musyarakah
7.645.537.135.636 Penyertaan Modal Sementara
50.331.426.038 Tagihan akseptasi
133.914.036.176 Aset lain-lainnya
64.181.704.042.475 Dikurangi : Penyisihan kerugian penurunan nilai
Rekening administratif
L/C irrevocable yang masih berjalan
60.076.999.507 Bank garansi yang diterbitkan dan SBLC
199.456.143.725 Dikurangi : Penyisihan kerugian penurunan nilai
197.809.745.946 Analisa eksposur maksimum terhadap risiko kredit setelah memperhitungkan dampak agunan dan
mitigasi risiko kredit lainnya adalah sebagai berikut:
a) Nilai tercatat dari aset keuangan Bank selain piutang dan pembiayaan menggambarkan eksposur maksimum atas risiko kredit.
b) Untuk piutang dan pembiayaan, Bank menggunakan agunan untuk meminimalkan risiko kredit. Berikut adalah kebijakan Bank terkait dengan jaminan dan perlindungan kredit lainnya:
Pengungkapan konsentrasi risiko kredit maksimum berdasarkan kategori portofolio adalah sebagai berikut:
2015 Lembaga
Lainnya Jumlah Laporan posisi Giro dan penempatan keuangan
Jasa Usaha
- 8.312.710.997.930 Giro dan penempatan pada bank lain
pada Bank Indonesia
- 530.986.057.833 Investasi pada surat Piutang berharga
27.335.720.117.582 - 34.836.884.613.353 7.726.925.511.643 Pinjaman qardh
1.936.165.440.791 1.967.130.035.791 Pembiayaan musyarakah Pembiayaan mudharabah
7.058.602.918.427 169.355.551.910 10.591.076.868.759 2.888.566.081.599 Penyertaan Modal Sementara
50.331.426.038 50.331.426.038 Aset lain-lainnya Tagihan akseptasi
36.592.101.350.688 67.303.277.594.244 Dikurangi: Penyisihan kerugian
374 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015 374 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
berikut: (lanjutan)
2014 Lembaga
Lainnya Jumlah Laporan posisi
Jasa Usaha
keuangan
Giro dan penempatan Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- 13.026.071.161.239 pada bank lain
- 728.399.847.808 Investasi pada surat Piutang berharga
25.066.856.816.650 - 33.838.380.031.836 1.867.498.769.774 Pinjaman qardh
3.662.549.376.698 3.667.281.372.925 Pembiayaan mudharabah Pembiayaan musyarakah
3.764.278.064.611 1.786.210.181.615 3.164.130.260.940 7.645.537.135.636 Penyertaan Modal Tagihan akseptasi Sementara
133.914.036.176 50.331.426.038 133.914.036.176 50.331.426.038 Aset lain-lainnya
34.500.532.469.927 64.181.704.042.475 Dikurangi: Penyisihan kerugian
Pengungkapan konsentrasi risiko kredit maksimum berdasarkan letak geografis adalah sebagai berikut:
Lainnya Jumlah Laporan posisi
Jawa Bali
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- 8.312.710.997.930 Giro dan penempatan pada bank lain
10.568.571.702 530.986.057.833 Investasi pada surat Piutang berharga
793.726.216.274 - 34.836.884.613.353 7.726.925.511.643 Pinjaman qardh
106.460.830.346 1.967.130.035.791 Pembiayaan mudharabah Pembiayaan musyarakah
166.221.666.832 10.182.149.750 10.591.076.868.759 2.888.566.081.599 Penyertaan Modal Sementara
- 50.331.426.038 Tagihan akseptasi Aset lain-lainnya
1.087.159.434.904 67.303.277.594.244 Dikurangi: Penyisihan kerugian
Lainnya Jumlah Laporan posisi keuangan
Jawa Bali
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia 13.026.071.161.239
- 13.026.071.161.239 Giro dan penempatan Investasi pada surat pada bank lain
- 1.867.498.769.774 Piutang Pinjaman qardh
133.547.897.002 491.458.569.375 33.838.380.031.836 3.667.281.372.925 Pembiayaan mudharabah
20.015.627.689 3.164.130.260.940 Pembiayaan musyarakah Penyertaan Modal
- 50.331.426.038 Tagihan akseptasi
- 133.914.036.176 Aset lain-lainnya
775.701.119.459 64.181.704.042.475 Dikurangi: Penyisihan kerugian
PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut:
Belum jatuh
Jatuh tempo
tempo dan
namun tidak
tidak mengalami
mengalami
Mengalami
penurunan nilai Total Aset
penurunan nilai
penurunan nilai
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- 8.312.710.997.930 Giro dan penempatan pada bank lain
- 530.986.057.833 Investasi pada surat berharga
5.726.015.921.293 34.836.884.613.353 Pinjaman qardh
51.478.151.431 1.967.130.035.791 Pembiayaan mudharabah
206.904.793.142 2.888.566.081.599 Pembiayaan musyarakah
1.663.107.880.292 10.591.076.868.759 Penyertaan Modal Sementara
50.331.426.038 50.331.426.038 Tagihan akseptasi
- 260.324.681.926 Aset lain-lainnya
Belum jatuh
Jatuh tempo
tempo dan
namun tidak
tidak mengalami
mengalami
Mengalami
penurunan nilai Total Aset
penurunan nilai
penurunan nilai
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- 13.026.071.161.239 Giro dan penempatan pada bank lain
- 728.399.847.808 Investasi pada surat berharga
2.493.156.633.517 33.838.380.031.836 Pinjaman qardh
137.138.506.523 3.667.281.372.925 Pembiayaan mudharabah
153.696.142.470 3.164.130.260.940 Pembiayaan musyarakah
863.020.745.816 7.645.537.135.636 Penyertaan Modal Sementara
- 50.331.426.038 Tagihan akseptasi
- 133.914.036.176 Aset lain-lainnya
Tabel berikut menunjukkan aging analysis aset yang telah jatuh tempo namun tidak mengalami penurunan nilai.
61-90 hari Total Aset
1-30 hari
31-60 hari
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- - Giro dan penempatan pada bank lain
- - Investasi pada surat berharga
- - Piutang
497.267.827.620 1.713.970.674.285 Pinjaman qardh
20.769.825.008 104.452.121.275 Pembiayaan mudharabah
8.921.257.385 53.949.083.109 Pembiayaan musyarakah
23.562.845.028 332.242.660.383 Penyertaan Modal Sementara
- - Tagihan akseptasi
- - Aset lain-lainnya
376 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015 376 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
penurunan nilai. (lanjutan)
61-90 hari Total Aset
1-30 hari
31-60 hari
Giro dan penempatan pada Bank Indonesia
- - Giro dan penempatan pada bank lain
- - Investasi pada surat berharga
- - Piutang
388.117.277.188 2.457.995.150.140 Pinjaman qardh
48.979.008.799 274.722.847.236 Pembiayaan mudharabah
21.913.633.142 68.830.294.836 Pembiayaan musyarakah
11.152.124.622 250.376.830.561 Penyertaan Modal Sementara
- - Tagihan akseptasi
- - Aset lain-lainnya
b. Pengelolaan Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada laporan posisi keuangan dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Bank menerapkan pemisahan fungsi antara front office, middle office,dan back office pada transaksi valas dan surat berharga. Unit bisnis sebagai front office berfungsi untuk melaksanakan transaksi treasury dan investasi. Unit manajemen risiko sebagai middle office berfungsi untuk mereview dan merekomendasikan limit sesuai usulan unit bisnis dan memantau risiko pasar. Unit kerja operasional berfungsi untuk melakukan settlement transaksi.
Bank memantau pergerakan nilai tukar dan yield surat berharga secara ketat sehingga pengelolaan portofolio bank sejalan dengan pergerakan indikator pasar. Bank mengembangkan aplikasi dashboard manajemen risiko pasar untuk mengukur dan memantau eksposur risiko terkini secara akurat.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko pasar adalah:
1) Menetapkan dan me-review kebijakan manajemen risiko pasar.
2) Menetapkan limit risiko pasar antara lain limit Posisi Devisa Neto (PDN) dan limit banknotes.
3) Mengukur kecukupan modal untuk mengcover risiko pasar menggunakan standardize model dan internal model (VaR).
4) Memantau pergerakan eksposur risiko pasar secara rutin.
5) Menganalisa risiko pasar yang melekat pada produk dan aktivitas baru.
6) Melaksanakan stress test risiko pasar secara berkala atau setiap saat apabila terjadi perubahan indikator pasar secara signifikan.
7) Melaporkan eksposur risiko pasar secara rutin kepada Direksi.
PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko likuiditas adalah:
1) Menetapkan dan me-review kebijakan manajemen risiko likuiditas.
2) Menetapkan limit risiko likuiditas antara lain: Giro Wajib Minimum (GWM), saldo kas maksimal cabang, safety level (secondary reserve) dan deposan terbesar.
3) Mengukur core balance dana pihak ketiga bank.
4) Mengukur ketersediaan likuiditas melalui proyeksi cash flow dan liquidity gap.
5) Menjaga akses Bank ke pasar uang antar bank syariah melalui perolehan dan pemberian credit line dari dan untuk bank lain, pelaksanaan transaksi repo surat berharga syariah.
6) Memantau rasio likuiditas antara lain monitoring rasio pembiayaan terhadap dana sertapemenuhan safety level.
7) Melaksanakan stress test risiko likuiditas secara berkala atau setiap saat apabila terjadi perubahan indikator pasar atau kondisi Bank secara signifikan.
8) Melaporkan eksposur risiko likuiditas secara rutin kepada Direksi. Likuiditas Bank dipengaruhi oleh struktur pembiayaan, likuiditas aset, kewajiban dengan pihak
ketiga dan komitmen pembiayaan kepada debitur. Rasio Pembiayaan terhadap Pendanaan (FDR) merupakan rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga terhadap pendanaan dalam Rupiah dan mata uang asing. FDR digunakan untuk menilai besarnya jumlah dana yang bersumber dari dana publik, yang secara kontraktual biasanya dalam jangka pendek, dialokasikan untuk pembiayaan aset yang merupakan pembiayaan tidak lancar. FDR Bank per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing sebesar 81,95% dan 82,13%. Berdasarkan Rasio FDR tersebut, masih dalam batasan yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan peraturan GWM LDR.
d. Pengelolaan Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Pengendalian risiko operasional perlu dilakukan untuk memitigasi risiko operasional, Pengendalian risiko dilakukan melalui pemisahan tugas dan tanggung jawab, mekanisme dual control/dual custody dalam pelaksanaan transaksi, fungsi override/otorisasi, pembatasan wewenang akses sistem, pendidikan karyawan secara berkelanjutan, dan proses penilaian dan pelaksanaan fungsi internal audit.
Langkah-langkah pengelolaan risiko operasional yang dilakukan di Bank antara lain:
1) Menetapkan dan me-review kebijakan manajemen risiko operasional.
2) Menetapkan dan me-review kecukupan limit transaksi operasional baik cabang maupun unit kerja operasional di kantor pusat.
378 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015 378 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
3) Menggunakan aplikasi Operational Risk Management Information System (ORMIS) untuk mengidentifikasi, memantau, dan memitigasi kejadian risiko/kerugian operasional yang dialami oleh Bank. ORMIS berfungsi sebagai early warning signal potensi kejadian risiko dan sebagai Loss Event Database (LED) Bank .
4) Menerapkan risk tools/model Risk & Control Self Assessment (RCSA) untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi risiko operasional yang dilakukan secara mandiri oleh unit kerja baik di cabang maupun di kantor pusat. RCSA bersifat prediktif sehingga dapat digunakan untuk mengantisipasi atau meminimalisir potensi kerugian yang disebabkan kejadian risiko operasional.
5) Mengembangkan risk tools/model Key Indicators (KI) untuk mengetahui secara dini indikator- indikator potensi kejadian risiko sehingga dapat dilakukan langkah mitigasi yang cepat dan tepat waktu sehingga potensi kerugian dapat diminimalisir.
6) Memberikan kajian/opini risiko atas setiap usulan produk dan atau aktivitas baru yang akan diluncurkan oleh Bank.
7) Mengembangkan kebijakan business continuity management (BCM) untuk menjamin kegiatan operasional Bank tetap dapat berfungsi walaupun terdapat gangguan (disaster) guna melindungi kepentingan stakeholders.
8) Menerapkan manajemen risiko teknologi informasi melalui:
a) Pengembangan kebijakan dan prosedur manajemen risiko teknologi informasi terkait dengan standardisasi perangkat jaringan komunikasi data dan software, pengelolaan kewenangan akses sistem, pengembangan layanan perbankan elektronik dari segi keamanan aksesibilitas dan Disaster Recovery Plan;
b) melaksanakan User Acceptance Test (UAT) atas setiap pembuatan dan pengembangan sistem aplikasi baru untuk meminimalisasi potensi kegagalan sistem aplikasi.
9) Membentuk organisasi internal control antara lain:
a. Operational Risk, Internal Control & Compliance (ORCC) di region office untuk memantau dan memastikan penerapan kepatuhan, operational risk dan control di cabang-cabang.
b. Desentralized Complaince & Operational Risk (DCOR) di Direktorat untuk memantau dan memastikan penerapan kepatuhan, operational risk dan control di unit kerja kantor pusat
10) Membentuk organisasi verifikator dibawah supervisi unit kerja Risk Assessment untuk menginvestigasi profil dan kelayakan nasabah.
e. Pengelolaan Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan merupakan risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah. Dalam menjalankan kegiatan usaha pada industri perbankan, Bank diwajibkan untuk selalu tunduk terhadap peraturan perbankan yang diterbitkan baik oleh Pemerintah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Syariah Nasional-MUI (DSN-MUI).
PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
lain yang berlaku, terkait dengan ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian bank seperti: risiko pembiayaan terkait dengan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); Kualitas Aktiva Produktif (KAP); Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP); Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN); penerapan Tata Kelola yang Baik (GCG); risiko strategis terkait dengan ketentuan Rencana Bisnis Bank (RBB); Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Ketidakmampuan Bank Umum Syariah untuk mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan kegiatan usaha perbankan dapat berdampak terhadap kelangsungan usahanya.
Dalam mengelola risiko kepatuhan, Bank melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan langkah-langkah preventif (ex-ante) terhadap kegiatan usaha Bank untuk memitigasi timbulnya Risiko Kepatuhan.
2) Melakukan koordinasi dengan Enterprise Risk Management dalam mengelola profil Risiko Kepatuhan.
3) Memberdayakan fungsi Internal Sharia Advisory untuk mengkaji dan menganalisa kesesuaian dari suatu produk/aktivitas Bank dengan Prinsip Syariah.
4) Melakukan koordinasi dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengawal kepatuhan operasional Bank sesuai Prinsip Syariah, rapat pembahasan hasil uji petik DPS dengan unit kerja terkait mengenai hasil temuan pelanggaran syariah dan tindak lanjut perbaikan serta opini DPS untuk setiap penerbitan produk/aktivitas Bank.
5) Meningkatkan pemahaman tentang ketentuan Good Corporate Governance (GCG) dan Code of Conduct (CoC) jajaran Bank.
6) Menguatkan penerapan GCG dan CoC melalui persetujuan Dewan Komisaris atas permohonan pembiayaan dari Pihak Terkait.
7) Menyampaikan laporan pelaksanaan GCG dan Self Asessment GCG kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self Assessment Tata Kelola Terintegrasi (TKT) pada laporan Tingkat Kesehatan Bank ke perusahaan induk serta laporan publikasi pelaksanaan GCG pada homepage.
8) Mengawal pembiayaan melalui pemberian Independent Compliance Note dan kehadiran pada pelaksanaan Rapat Teknis (Ratek) dan Rapat Komite Pembiayaan (RKP), serta memenuhi Compliance Checklist untuk pembukaan dan relokasi outlet
9) Menguatkan Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) melalui pengkinian pedoman, penguatan kualitas petugas Satuan Kerja APU dan PPT (SKAP) pada unit kerja Head Office, Regional Office dan Branch, pemantauan dan pelaporan terhadap kelengkapan dan validitas data nasabah, kewaspadaan terhadap tindak pidana pencucian uang melalui tertib pelaporan Suspicious Transaction Report,Cash Transaction Reports, International Funds Transfer Instruction Report dan Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu kepada PPATK.
10) Melakukan review ketentuan eksternal (regulasi) untuk diratifikasi dalam ketentuan internal Bank.
11) Melakukan review kesesuaian rencana produk, kebijakan, sistem dan prosedur Bank terhadap perundang-undangan dan ketentuan BI/OJK yang berlaku.
380 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015 380 PT Bank Syariah Mandiri Laporan Tahunan 2015
b. Pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 Bank memiliki rasio Aset Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap jumlah aset produktif masing-masing sebesar 0,94 dan 0,94.
c. Pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, rasio piutang, pinjaman qardh dan pembiayaan yang non-performing (gross) terhadap jumlah piutang, pinjaman qardh dan pembiayaan adalah masing- masing sebesar 6,14% dan 6,97% sedangkan rasio piutang, pinjaman qardh dan pembiayaan
yang non-performing (net) terhadap jumlah piutang, pinjaman qardh dan pembiayaan adalah masing-masing sebesar 4,09% dan 4,42%.
d. Dalam laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang disampaikan Bank kepada Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2015 tidak terdapat piutang dan pembiayaan yang melampaui atau melanggar ketentuan BMPK.