Akibat yang Timbul dari Informasi Lowongan Kerja yang Menyesatkan pada Internet.

Faktor-faktor penyebab laju perkembangan cyber crime cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 41 : a. Kesadaran Hukum Masyarakat Kesadaran hukum masyarakat sampai saat ini dalam menanggapi aktivitas cyber crime masih dirasakan kurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis kejahatan cyber crime. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ini menyebabkan upaya penanggulangan cyber crime mengalami kendala, dalam hal ini kendala yang berkenaan dengan penataan hukum dan proses pengawasan masyarakat terhadap setiap aktivitas yang diduga berkaitan dengan cyber crime. b. Faktor Keamanan Rasa aman akan dirasakan oleh pelaku kejahatan pada saat sedang menjalankan aksinya. Hal ini karena internet umumnya digunakan di tempat-tempat yang relatif tertutup. Akibatnya pada saat pelaku sedang malakukan kejahatan sangat jarang orang mengetahuinya. Di samping itu, apabila pelaku telah melakukan kejahatan maka dengan mudah pelaku dapat menghapus semua jejak kejahatan yang telah dilakukan. Pada saat pelaku tertangkap sulit bagi aparat penegak hukum untuk menemukan bukti-bukti kejahatan. c. Faktor Penegak Hukum Faktor penegak hukum sering menjadi penyebab maraknya kejahatan cyber. Hal ini dilatarbelakangi masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk-beluk teknologi informasi, 41 Dikdik M Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2005, Hlm 89-95 sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat penegak hukum kesulitan untuk menemukan alat bukti yang dapat dipakai menjerat pelaku terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem pengoperasian yang sangat rumit. Penyalahgunaan komputer dan media internet sebagai salah satu dampak dari perkembangan tersebut tidak terlepas dari sifatnya yang khas sehingga membawa persoalan baru yang agak rumit untuk dipecahkan, berkenaan dengan masalah penanggulangannya maka kepolisian mengupayakan sebuah reformasi dengan membentuk cyber police dengan yaitu polisi yang dilatih dan dididik untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan dalam bidang cyber crime 42 . Sistem pembuktian di era teknologi informasi saat ini menghadapi tantangan besar yang memerlukan penanganan serius, khususnya dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan cyber crime. Hal ini muncul karena bagi sebagian pihak jenis-jenis alat bukti yang selama ini dipakai untuk menjerat pelaku tindak pidana tidak mampu lagi dipergunakan untuk menjerat pelaku kejahatan di dunia maya. Alat bukti cyber crime biasanya berupa komputer, laptop atau alat elektronik lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan cyber. Alat bukti dalam kejahatan cyber khususnya scam ini menjadi suatu kendala lain, karena saat kasus diserahkan pada jaksa, biasanya jaksa mengatakan bahwa alat bukti tidak dapat digunakan karena dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP tidak diatur mengenai alat bukti elektronik. Usaha Pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan perkembangan teknologi dalam bidang cyber dengan membentuk polisi cyber 42 Arief Wibowo, Strategi Jangka Mnengah Dalam Penaggulangan Dampak, Etika profesi dan Budi pekerti, Universitas Budi Luhur, Fakultas Teknologi Informasi, Bandung, 2010, Hlm 33 yang berbasis telematika dalam menanggapi alat bukti yang digunakan pelaku kejahatan teknologi informasi yaitu pembuktian surat elektronik, pelacakan alamat IP, keterangan ahli oleh pakar telematika dan keterangan para korban yang berupa pengaduan dijadikan bukti otentik suatu kejahatan dalam bidang cyber selain informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya, keterangan saksi korban dan surat dari hasil keterangan para ahli merupakan alat bukti hukum yang sah 43 . Adanya Kejahatan di dunia maya menyebabkan pihak kepolisian sebagai pihak yang melakukan penyelidikan dan penyidikan tentang ada atau tidaknya tindak pidana tersebut, dituntut untuk mengetahui lebih jauh bagaimana penanganan yang akan dilakukan apabila terjadi tindak pidana tersebut. 43 Hasil wawancara melalui dunia maya, Mansyur Ridwan, Alat Bukti Cyber, Yahoo Messenger-Bandung-04, garut, Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2010, Pukul 13.00 sd 14.15 WIB.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN

INFORMASI LOWONGAN KERJA PADA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Efektifitas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang Undang Hukum Pidana terhadap Pelaku Kejahatan Informasi Lowongan Kerja pada Internet. Perkembangan teknologi informasi mengakibatkan kejahatan konvensional semakin berkembang dan menimbulkan kejahatan baru yaitu cybercrime. Cybercrime memiliki karakteristik yang berbeda dengan tindak pidana lainnya, baik dari segi pelaku , korban, modus operandi dan tempat kejadian perkara, sehingga memerlukan penanganan dan pengaturan hukum secara khusus. Ketentuan dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHP dan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana KUHAP banyak yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan tindak pidana yang ada saat ini, hal ini dikarenakan masyarakat bersifat dinamis oleh karena itu ius constitutum hukum positif atau hukum yang berlaku sekarang tidak sama dengan ius constituendum Hukum yang berlaku di masa akan datang. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP tidak mengatur tentang cybercrime, hal ini dapat dipahami karena pada saat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dibuat belum dikenal tindak pidana di bidang cyber. Salah satu jenis tindak pidana di bidang cyber adalah penipuan informasi lowongan kerja pada internet. Penipuan jenis ini semakin banyak terjadi antara lain disebabkan karena banyaknya masyarakat yang mencari informasi mengenai lowongan kerja pada internet. 53 Indonesia adalah negara hukum, di mana salah satu asas yang penting dalam negara hukum adalah asas legalitas yang menyatakan bahwa setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang undangan. Salah satu asas terpenting dalam negara hukum adalah asas legalitas antara lain didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berbunyi : “ Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada “ Pelaku kejahatan informasi lowongan kerja pada internet khususnya scam di Indonesia tidak dapat dijerat oleh pasal dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHP dikarenakan Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHP tidak mengatur tentang kejahatan tersebut, akan tetapi kejahatan informasi lowongan kerja pada internet tetaplah sebuah kejahatan, oleh karena itu, harus dikenakan sebuah ketentuan hukum yang pasti dan tegas untuk melindungi kepentingan dan ketertiban umum. Sekalipun pada saat ini belum ada ketentuan yang mengatur tindak pidana penipuan informasi lowongan kerja pada internet scam secara khusus, bukan berarti tindak pidana termaksud dapat lolos dari hukum, karena masih ada ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yaitu Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dapat diterapkan terhadap kejahatan tersebut. Tindak pidana penipuan atau bedrog, juga disebut oplichting dalam bentuk pokok, diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berbunyi: “ Barangsiapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan-perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain supaya menyerahkan suatu barang atau supaya membuat utang

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Mengenai Game Online Counter Strike yang Mengandung Kekerasan di Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 12 1

Tinjauan Hukum Mengenai Rekayasa Foto yang Mengandung Unsur Pencemaran Nama Baik yang Ditampilkan Pada Media Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 31 1

Tinjauan Hukum Mengenai Perusakan Situs Resmi Instansi Pemerintah Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

2 12 69

Tinjauan Hukum Terhadaop Perbuatan Melawan Hukum atas Pembobolan Akses Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Pembayaran Dengan Menggunakan Digital Cash Dihubungkan Dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 3 1

Tinjauan Hukum Mengenai Praktik Prostitusi yang Dilakukan Melalui Media Internet Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 2 1

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Data pribadi Pengguna Internet Melalui Monitoring Aktivitas Komputer Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 26 92

Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet Dihubungkan Dengan Pasal 362 KUHP Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

2 12 90

Harmonisasi Hukum Pengaturan Cyber Crime Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 21