BAB II BAB III

Selain dari pembahasan diatas, dalam bab ini juga membahas masalah yang sangat penting mengenai Islamic Studies. Masalah utama yang menopang definisi Islamic studies tampaknya muncul dari metodologi bagaimana Islam di kaji dan kemudian bagaimana diajarkan. 4 Hal inilah yang seringkali menyebabkan perbedaan di kalangan umat muslim sendiri. Di dalam bab ini juga, yang menarika adalah penulis juga menyajikan kritik atas metodologi barat. Seperti, orientalisme, ilmu sosila, dan antropologi social. Biar bagaimanapun, pandanagan sarjana barat dan sarjana muslim nmengenai Islamic studies memiliki titik berangkat yang berbeda. Salah satunya mengenai teks-teks keagamaan klasik. Para sarjana barat menganggap Al-qur’an dan Hadits hanyalah manuscript- manuskript kuno yang tidak ada bedanya dengan kitab-kitab kuno lainnya. Berbeda dengan sarjana muslim, mereka menganggap Al-qur’an dan Hadits adalah sesuatu yang sacral atau suci. Dalam mempelajarinya harus di landasi dengan keimanan yang tinggi.

2. BAB II

Pada bab ini, penulis juga menyajikan ruang lingkup objek kajian dari study islam. Setiap kajian ilmiah menghendaki objek sebagai prasyarat utama. 5 Di dalam buku ini, juga menyebutkan objek kajian study islam dan menjelaskannya secara detail. Pertama, pengalaman keagamaan dan ekspresinya. Joachim Wach 1958 menebutkan ada empat pengalaman keagamaan. Salah satunya adalah “pengalaman keagamaan merupakan merupakan suatu respon terhadap apa yang dialami sebagai realitas ultim the ultimate reality”. 6 Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan bahwa 4 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:6. 5 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:23. 6 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:23. pengalaman keagamaan juga bisa di pelajari melalui bentuk-bentuk ekspresinya yang meliputi tiga hal yaitu, ekspresi dalam tindakan, pikiran dan jama’ah. Objek kajian selanjutnya adalah dimensi-dimensi agama. Islam adalah salah satu agama-agama yang hidup di dunia. 7 Oleh karena itu, Islam juga dapat dikaji melalui dimensi-dimensinya. Di dalam buku ini, penulis juga menyajikan dimensi-dimensi tersebut dengan penjelasan yang continue. Maksudnya adalah penjelasan satu dengan yang lain berkesinambungan. Hal ini, membuat pembaca mendapatkan pemahaman secara utuh atau tidak terputus-putus. Objek kajian yang terkahir dalm buku ini adalah cara beragama. Selain dari dua hal diatas agama juga dapat di pahami melalui bagaimana individu atau kelompok menjalankan agamanya. Setiap orang membutuhkan cara beragama being religious atau bentuk penghayatan yang selaras dengan keperibadiannya dan situasi dalam kehidupan. Menurut penjelasan penulis dalam buku ini, ada enam cara seseorang atau kelompok dalam beragama. Salah satunya adalah melalui pemujaan dan ketaatan. Lebih lanjut penulis juga menjelaskan tujuan ketaatan adalah membuat seseorang terbakar oleh cinta kepada Tuhan mahabbah semata. 8

3. BAB III

Dalam pembahasan dua bab diatas, penulis jua menuliskan sejarah perkembangan studi islam. Studi islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu islam memperoleh bentuknya dan berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab pada masa pertengahan. 9 Sebelum Islam ada, bangsa Arab sudah mengenal berbagai agama atau kepercayaan. Orang-orang Arab ini sudah banyak di kenal oleh bangsa Irak dan Yahudi. 7 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:28. 8 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:36. 9 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:39. Pandangan mereka seluiruhnya di dasarkan pada kitab kuno dan keyakinan mereka sendiri. Secaara mitologis, muslim di pandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim dan Sti Hajsr melalui putra mereka Ismail. 10 Di dalam bab ini, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan studi islam melalui pendapat Richard C. Martin. Di dalam buku ini, perkembangan studi islam di bagi menjadi empat fase yaitu: Pertama 800-1100 masa dimana banyak pertentangan-pertentangan seputar theology antara Muslim Kristen dan, Yahudi. Hal inilah yang nantinya akan memicu terjadinya perang salib selain factor ekspansi kekuasaan. Namun, dalam buku ini lebih condong pada problema seputar Theologi saja. Orang-orang Kristen dan Yahudi berupaya untuk mengkonstruk kembali pandangan mereka mengenai Islam. 11 Islam di pandang sebagai kelompok lain oleh mereka. Hal ini disebabkan karena kuarangnya pengalaman kerja sama diantara mereka semasa hidup dalam kekuasaan Islam. Pada masa ini, mereka hidup dalam kebodohan mengenai ilmu-ilmu agama. Mreka memandang Islam sebagai musuh yang berbahaya karena dapat mengancam budaya dan kepercayaan mereka. Keadaan semacam ini bertahan sampai masa perang salib. Fase selanjutnya adalah di mana perang salib terjadi 1100-1500. Pada masa ini, banyak orang-orang non muslim mencoba menerjemahkan Islam guna menyerang Islam dari dalam. Ini adalah masa reformasi bagi kehidupan biara sekaligus awal terjadinya perang salib. Banyak karya-karya terjemahan mereka yang menocba mengghancurkan pereadaban yang di bangun oleh umat Islam. Pasca fase perang salib ini, Eropa mengalami pembaharuan keagamaan, politik dan intelektual pada abad ke-16. Seiring dengan itu, pengetahuan dan studi Islam juga 10 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:40. 11 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:40. terpengaruh. Dalam penjelasan buku ini mengatakan bahwa pada fase ini kaum reformis memandang Sarasen Turki bersama-sama gereja Roma sebagai anti-Kristus. 12 Lebih lanjut, Blibiande menganggap Muhamad sebagai kepala dan Islam sebagai anti-Kristus. Kemudian pada fase ini di namakan fase reformasi. Fase penemun dan pencerahan merupakan lanjutan dari fase reformasi. Pada fase ini di sebut sebagai fase penemuan dan pncerahan. Dalam buku ini di jelaskan berbagai alasan yang mendorong perkembangan fase ini. Salah satunya adalah realitas baru agresi Ottoman. Ottoman melancarkan beberapa intervensi terhadap Eropa. Selain itu, pada waktu itu alsan Eropa mempelajari Islam adalah untuk menghilangkan perdebatan seputar Theologis, Nabi, dan penakhlukan Muslim awal. Lebih lanjut buku ini menjelaskan, pengakuan atas agama lain pada waktu itu sudah mulai di terima. Dan hal ini merupakan konsep baru mengenai keagamaan. Setelah penulis memberikan penjelasan mengenai sejarah perkembangannya, kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman mengenai studi Islam. Bagaiman kaum orientalis memandang Islam, kemudian sebagai lawannya ada kaum Oksidentalis. Dari perbedaan pandangan inilah nantinya pembaca akan mendapati pemahan mengenai Islam fersi sarjana baarat dan sarjana Muslim. Berbicara mengenai perkembangan studi Isalm tidak lepas dari pandangan para sejarawan yang meniliti Islam. Pandangan ini penting, karena akan mempengaruhi hasil kajian. Ada dua pandangan menarik yang bisa di pahami oleh pembaca yaitu pandangan kaum orientaki dan pandangan kaum oksidentalis, Pada abad-19 para sarajasn Barat mernjadikan study Islam sebagai disiplin. Disiplin inilah yang kemudian disebut dengan Orientalis. Yaitu, cara pandang sarjana barat mengenai Islam. Pandangan mereka di dsarakan pada teks-teks kuno yang masih 12 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:42. berbentuk manuskrip-manuskrip. Islam pada masa pertengahan telah meninggalkan khazanah karya-karya tertulis yang sangat kaya dalam bentuk manuskri-manuskrip diantara peradaban besar dunia lainnya. Hali ini yang menarik minat para kaum orientalis untuk mengkaji Islam dari sudut pandang mereka sendiri. Yang menarik dari penjelasan penulis adalah kritik-kritik mengenai pandangan kaum orientalis di sajikan secara gambling. Sehingga para pembaca bisa lebih objektif dalam memahaminya Setelah kaum orientalis kemudian muncul istilah oksidentalis. Yaitu, bagaimana pandangan kaum sarjana muslim studi Islam. Bisa dikatakan kemunculan mereka sebagai bentuk lain dari orientalis. Disini, penulis juga menjelaskan secara historis, bagaimana kemunculan dari orientalis. Kemunculan oksidentalis, sesungguhnya bukan hanya di pengaruhi oleh agama saja. Akan tetapi, factor politik dan ekonomi juga berperan besar, hal inilah yang kemudian menjadikan para penduiduk yang tidak mampu mengambil keuntungan dari kapitalisme menjadi termarjinalkan, mereka yang termarjinalkan sangat membenci kapitalisme yang lekat dengan Image Amerika. Meskipun barat tidak di artikan sebagai Amerika saja. Oksidentalisme merupakan perang melawan gagasan tertentu dari barat. Mereka menganggap bahwa westernisasi adalah penyakit yang menginfeksi semangat orang- orang Jepang. 13 Dari buku ini pembaca di paparkan secara rinci mengenai sejarah panjang oksidentalisme baik dari sisi ekonomi, politik, maupun idiologi.

4. BAB IV