Struktur Musik pada Lagu Parenjak-enjak ni huda sitajur

4.2 Struktur Musik pada Lagu Parenjak-enjak ni huda sitajur

Adapun yang menjadi salah satu topik objek penelitian ini adalah hasil analisis lagu parenjak-enjak ni huda sitajur tersebut, sehingga penulis juga menerangkan metode penulisan lagu tersebut. Dalam hal ini penulis menganalisa hasil transkripsi menggunakan notasi barat walaupun tidak semua notasi ini dapat mewakili petranskripsian lagu ini.

Dalam hal ini penulis akan menganalisa hasil transkripsi lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang disajikan oleh Arisden Purba yang di dalamnya terdapat unsur- unsur musik seperti tangga nada, jumlah nada, wilayah nada, dan bentuk.

4.2.1 Tangga Nada

Adapun tangga nada yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tangga nada yang digunakan dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang meliputi nada terrendah hingga nada tertinggi.

Dapat dilihat dari gambar di atas, maka nada-nada yang dipakai pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah nada F, nada Bes, nada C, nada E, dan nada F’.

Sehingga berdasarkan keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini memiliki empat nada ditambah dengan satu nada oktaf dari F yaitu F’.

4.2.2 Nada Dasar

Bruno Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar yaitu,

1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

2. Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, biarpun jarang dipakai.

3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut.

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi pas di tengah-tengah dapat dianggap penting.

5. Interval-intrval yang terdapat antara nada-nadakadang-kadang dipakai sebagai patokan. Seandainya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai oktaf (nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting).

6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas.

7. Harus diingat bahwa mungkin ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan sebelumnya. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu harus menggunakan pengalaman musikal.

(Terjemahan Marc Perlman 1963:147)

Untuk dapat mencari nada dasarnya dengan pendekatan yang ditawarkan oleh Nettl, maka penulis terlebih dahulu menyusun nada-nada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur ke dalam tabel yang tersusun dengan ritmis yang digunakan dan jumlah pemakaian nada.

Distribusi Ritmis dan Jumlah Nada

Ritem Jumlah

Jum lah keseleluruhan = 432

Berdasarkan tabel di atas, maka nada F (baik itu nada F dan nada F’) merupakan nada yang paling sering muncul ataupun digunakan yaitu sebanyak 153 kali. Kemudian disusul dengan nada C muncul sebanyak 134 kali. Selanjutnya nada E muncul sebanyak 92 kali, dan yang terakhir nada Bes muncul sebanyak 6 kali.

Melihat susunan dari data yang tertulis di atas maka yang menjadi tonalitas berdasarkan dari ketujuh cara yang ditawarkan oleh Bruno Nettl adalah sebagai berikut:

1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada F.

2. Nada yang memiliki nilai rtimis yang paling besar adalah nada F.

3. Nada yang banyak digunakan sebagai nada awal adalah nada F, sedangkan nada yang digunakan di akhir adalah nada Bes.

4. Nada yang memiliki posisi paling rendah adalah F.

5. Nada yang dipakai juga memiliki nada oktafnya adalah nada F.

6. Tekanan ritmis yang paling besar adalah nada F.

Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil kesimpulan bahwa nada dasar yang digunakan pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini adalah nada F.

4.2.3 Wilayah Nada

Wilayah nada adalah daerah (ambitus) antara nada yang frekuensinya paling rendah dengan nada yang frekuensinya paling tinggi dalam satu lagu. Berdasarkan dari nada-nada yang telah disusun tersebut, maka penulis dapat menentukan wilayah nada dari lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini, yaitu dari nada F ke F’ yang jaraknya 6 laras atau 1200 cent.

6 laras/ 1200 cent

Jarak dari nada F ke nada F’ sama dengan satu oktaf atau 1200 cent, jarak di setiap satu laras adalah 200 cent.

4.2.4 Jumlah nada-nada

Untuk dapat melihat jumlah pemakaian nada-nada pada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur maka penulis melakukan pencacahan terhadap nada-nada yang digunakan berdasarkan hasil transkripsi yang dilakukan. Dari hasil ini, maka dapat dilihat nada-nada yang digunakan serta frekuensi pemakaian nada pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur di bawah ini.

Dengan melihat tabel ritmis dan jumlah nada sebelumnya maka dapat dilihat pencacahan nadanya yaitu nada F sebanyak 47 kali, nada Bes sebanyak 64 kali, nada C sebanyak 134 kali, nada E aebanyak 92 kali, dan nada F’ sebanyak 106 kali.

4.2.5 Bentuk

Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology, mengatakan bahwa untuk mendeskripsikan bentuk suatu komposisi, ada beberapa patokan yang dipakai untuk membagina ke dalam berbagai bagian, yaitu:

1. Pengulangan bagian komposisi yang diulangi bisa dianggap sebagai satu unit.

2. Frasa-frasa istirahat bisa menunjukkan batas akhir suatu unit.

3. Pengulangan dengan perubahan (misal, transposisi lagu atau pengulangan pola ritmis dengan nada-nada yang lain).

4. Satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris. Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis dapat melihat bahwa bentuk (form) dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur terdapat dalam poin ketiga yaitu pengulangan dengan perubahan. Perhatikan contoh di bawah ini.

Melihat contoh di atas, melodi dapat dikategorikan pada poin pertama yaitu pengulangan bagian komposisi dianggap sebagai satu unit. Tapi secara keseluruhan dapat dilihat dari bentuk frasa yang digunakan merupakan pengulangan dengan perubahan.

Karl Edmund Prier SJ (1996:38) berpendapat bahwa sebuah komposisi terdiri dari beberapa bagian yang disatukan, sehingga akan membangun sebuah bentuk yang kompleks. Bagian-bagian yang dimaksud antara lain:

1. Bentuk musik Adalah suatu gagasan yang nampak dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika. Ide ini mempersatukan nada-nada musik.

2. Kalimat/ Periode Adalah sejumlah ruang birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan satu kesatuan. Untuk kalimat lagu dibedakan dengan huruh besar (A, B, C dsb). Bila sebuah kalimat diulang dengan disertai perubahan, maka huruf besar disertai dengan tanda aksen (‘).

3. Motif lagu

Adalah unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan satu gagasan ide. Karena merupakan unsur lagu, maka motif biasanya diulang ulang .

Dalam bagian analisa ini terhadap melodi lagu parennjak-enjak ni huda sitajur dilakukan dengan cara memperhatikan bagian-bagian frasa yang berbeda. Untuk hal tersebut dilakukan pembagian frasa dengan membuat pembagian huruf.

Adapun bentuk kalimat yang penulis gunakan dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah bentuk A, B, B’, A’

Bentuk melodi pada kalimat A

Bentuk melodi pada kalimat B

Bentuk melodi pada kalimat B’

Bentuk melodi pada kalimat A’

Susunan komposisi melodi ini disusun atau dibentuk dari pola-pola frase melodi secara langsung. Bentuk melodi pada kalimat A memiliki beberapa frasa yang melakukan pengulangan, dan begit juga yang terjadi pada kalimat B’ dan C’ bahwa ada beberapa frasa melodi lagu yang sama diulang.

Bervariasi berarti mengulang sebuah lagu induk yang biasanya disebut “tema” dengan perubahan–perubahan (disebut variasi-variasi) sambil mempertahankan unsur-unsur tertentu dan menambah / menggantikan unsur yang lain. Ada beberapa jenis variasi yang berpangkal dari ketiga unsur musik, yaitu:

1. Variasi melodi Nada-nada pokok tetap dipakai sebagai nada kerangka, namun dihias dengan teknik maupun ornamentasi.

2. Variasi ritem Variasi ritem terjadi pada saat panjang atau pendeknya nada, birama atau tempo mengalami perubahan.

3. Variasi karakter Dalam hal ini melodi, irama dan harmoni dapat mengalami perubahan cukup banyak demi untuk mengungkapkan suatu ciri/sikap atau suatu pola yang khas.

4. Variasi bebas Dalam variasi ini semua tema divariasikan, akan tetapi karena bebas maka sulit untuk menemukan relasinya pada tema.

Pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini dimulai dari kalimat A kemudian ke kalimat B dengan jumlah variasi melodi yang lebih banyak. Kemudian B’ sebenarnya masih merupakan bagian pengembangan dari bentuk B tetapi lebih banyak menggunakan variasi karakter yang memberikan khas melodi tersebut.

Dan pada bagian kalimat A’ merupakan “tema” dari kalimat A dengan memberikan variasi melodi dan juga variasi ritem tetapi masih tetap mempertahankan unsur-unsur tertentu dari melodi sebelumnya.

BAB V