Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus Margono dkk., 2003. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan di seluruh dunia seperti askariasis. Askariasis merupakan infeksi intestinal pada manusia yang disebabkan oleh parasit cacing Ascaris lumbricoides, yang merupakan nematoda usus terbesar Lubis dan Pasaribu, 2002. Askariasis diperkirakan menginfeksi sekitar 25 penduduk dunia atau 0,8-1,22 milyar orang, dengan prevalensi terbesar berada di negara tropis yang lembab Haburchak, 2008; Chin, 2006; Williams-Blangero et al., 2002. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi antara 60-90, tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan Pohan, 2007. Ascaris lumbricoides adalah cacing yang tersebar hampir di seluruh dunia, terutama di daerah dengan sanitasi buruk Lubis dan Pasaribu, 2002. Cacing ini ditularkan melalui tanah dan disebut soil transmitted helminths Margono dkk., 2003. Infeksi askariasis terjadi terutama pada anak-anak antara usia 3-8 tahun Chin, 2006; Onggowaluyo, 2000. Infeksi awal askariasis ditandai dengan keluarnya cacing bersama kotoran atau keluarnya cacing dari mulut, hidung maupun anus Chin, 2006. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi dapat disebabkan oleh larva atau cacing dewasa. Gangguan karena larva biasanya terjadi di paru-paru yang menyebabkan commit to user 2 perdarahan kecil di alveolus disertai dengan batuk, demam, eosinofilia, dan adanya infiltrat paru-paru. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan karena cacing dewasa merupakan gejala gangguan usus seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi Margono dkk., 2002. Infeksi berat askariasis menyebabkan gangguan gizi, ileus obstruktif yang disebabkan oleh gumpalan cacing, dan sumbatan pada organ yang berongga seperti saluran empedu, saluran pankreas atau usus buntu akibat migrasi cacing dewasa Chin, 2006. Infeksi askariasis dapat diterapi dengan obat antelmintik. Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia atau hewan. Mebendazol, albendazol, dan pirantel pamoat merupakan obat-obat cacing pilihan pertama pada askariasis. Namun, ketiga obat tersebut memiliki efek samping berupa gangguan saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare serta dikontraindikasikan pada wanita hamil karena memiliki efek teratogen Tjay dan Rahardja, 2002. Selain itu, masyarakat juga belum banyak menggunakan obat cacing secara periodik karena harganya yang cukup mahal Kuntari, 2008. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan alternatif askariasis yang tidak memiliki efek samping dan kontraindikasi serta terjangkau bagi masyarakat, di antaranya dengan menggunakan obat alam. Gerakan memanfaatkan obat alam timbul karena banyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia sintetik Nala, 2009. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alam commit to user 3 adalah alpukat Persea americana Mill.. Alpukat merupakan tanaman buah yang termasuk dalam famili Lauraceae yang tumbuh di dataran dengan hawa sejuk Antia et al., 2005. Bagian tanaman alpukat yang memiliki banyak khasiat adalah daun alpukat. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyebutkan bahwa daun alpukat memiliki efek antifungi Rahaju dan Nurhidayat, 2009, antihipertensi Koffi et al., 2009, antimikroba Gomez- Flores et al., 2008, kardioprotektor Ojewole et al., 2007, antihiperlipidemia Brai et al., 2007, hepatoprotektor Martins et al., 2006, antikonvulsan Ojewole dan Amabeoku, 2006, aktivitas hipoglikemia Antia et al., 2005, vasorelaksan Owolabi et al., 2005, serta analgesik dan antiinflamasi Adeyemi et al., 2002. Hasil penapisan fitokimia dari Sekolah Farmasi ITB menyatakan bahwa daun alpukat mengandung senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroidtriterpenoid Maryati dkk., 2007. Di samping itu, daun alpukat juga mengandung tanin Duke, 2010. Saponin dan tanin merupakan senyawa aktif yang memiliki efek antelmintik. Saponin memiliki efek menghambat kerja enzim kolinesterase Kuntari, 2008, sedangkan tanin merusak protein tubuh cacing Najib, 2009. Penelitian ilmiah mengenai daun alpukat di Indonesia masih terbatas. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang khasiat daun alpukat, terutama sebagai antelmintik. Penulis ingin mengetahui pengaruh infusa daun alpukat terhadap waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Penulis menggunakan cacing Ascaris suum, Goeze karena commit to user 4 sulit mengambil cacing Ascaris lumbricoides dalam keadaan hidup secara langsung dari tubuh penderita askariasis. Selain itu, morfologi Ascaris suum, Goeze hampir sama dengan Ascaris lumbricoides, Linn dan Ascaris suum, Goeze juga dapat menginfeksi manusia Miyazaki, 1991.

B. Perumusan Masalah