Gambaran morfologi antara kelompok kontrol dan perlakuan memiliki warna dan bentuk permukaan yang tidak berbeda. Namun pada P1 dan P3 mengalami perubahan
warna yaitu merah pucat dengan permukaan hati berbintik. Perubahan morfologi dapat disebabkan karena perubahan fisiologi dan struktur mikroskopik hati. Penilaian
disebut normal bila permukaan hati halus dan licin serta warna hati merah kecoklatan, sedangkan yang abnormal ditandai dengan permukaan berupa jaringan ikat, kista
kecil, dan perubahan warna.
Pada umumnya perubahan morfologi sulit diukur Lu, 1994, Kerusakan sel tergantung intensitas pemaparan, dengan perubahan sedikit dan mungkin tidak tampak
perubahan morfologi maupun fungsi hati. Akan tetapi, apabila paparan menjadi lebih kuat dan intensitas meningkat, maka akan menyebabkan terjadi perubahan morfologi
maupun fungsi dalam sel Darjono et al., 2001.
4.3 Ultrastruktur Hati Mencit Mus musculus L.
Pengamatan histologi hepatosit menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Pengamatan dilakukan dengan melihat sel hepatosit yang abnormal. Dikatakan
abnormal apabila sel hepatosit terdapat perlemakan steatosis, degenerasi vakuola hidrofik, dan nekrosis. Menurut Lu 1994, toksikan dapat menyebabkan berbagai
jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati dan menyebabkan berbagai jenis kerusakan hati seperti perlemakan hati, nekrosis hati, kolestasis, dan sirosis.
4.3.1 Kerusakan Hati Berupa Nekrosis
Secara statistik pada kelompok perlakuan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians menunjukkan bahwa data berdistribusi normal p0,05, maka
dilanjutkan dengan uji Oneway annova. Karena data berdistribusi normal p0,05 maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc-Bonferroni taraf 5. Persentase
kerusakan hati berupa nekrosis kelompok kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.3.1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.3.1 Persentase nekrosis sel hati mencit Mus musculus L. antara
kelompok kontrol K dan perlakuan P, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5, = berbeda nyata pada taraf 5
Gambar 4.3.1 menunjukkan bahwa pada minggu ke 0 K0P0 sel nekrosis tidak
berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan sedangkan pada minggu ke 6 K1P1, minggu ke 12 K2P2, minggu ke 18 K3P3, dan minggu ke 24 K4P4 sel nekrosis
berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan yaitu meningkatnya kerusakan hati berupa nekrosis pada kelompok perlakuan. Persentase tertinggi sel nekrosis terdapat pada
kelompok perlakuan minggu ke 12 P2. Hal ini diduga karena lamanya paparan pemberian ekstrak biji pepaya yang mengandung alkaloid. Intensitas ekstrak air biji
pepaya yang diberikan secara terus menerus akan menyebabkan proses detoksifikasi sehingga menyebabkan senyawa metabolit dapat bereaksi dengan unsur sel dan
menyebabkan kematian sel. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Robbins Kumar 1992, senyawa yang bersifat hepatotoksin dapat
menyebabkan gangguan pada jaringan hati, biasanya senyawa tersebut tergantung pada dosis pemberian dan interval waktu pemberian.
Senyawa alkaloid sering bersifat racun toksik bagi manusia yang dapat menunjukkan aktifitas fisiologi yang menonjol Harborne 1987. Hati berfungsi
sebagai alat detoksifikasi terhadap bahan yang dicerna oleh usus termasuk obat-obatan dan bahan toksik lainnya. Pemberian obat-obatan yang berlebihan dan bahan toksik
yang dimakan tanpa disadari dapat menimbulkan kelainan patologik perenkim hati seperti nekrosis berat Tambunan, 1994.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.3.2 Histologi hati mencit kontrol pewarnaan Hematoxylin-Eosin, perbesaran 400x, a. Vena sentralis b. Sinusoid c. Hepatosit
d. Nukleus
Gambar 4.3.3 Histologi hati mencit pewarnaan Hematoxylin-Eosin, 400x a. Vena sentralis b. Hepatosit c. Nekrosis
Menurut Lu 1994, nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan
kembali yang luar biasa. Menurut Robbin Kumar 1992, nekrosis merupakan kematian sel hati atau hepatosit. Kematian ini dapat bersifat sentral atau perifer serta
massif. Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah: pencernaan sel oleh enzim dan denaturasi protein.
Menurut Himawan 1992, menyebutkan bahwa nekrosis dapat disebabkan oleh bermacam-macam agensia etiologi dan dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa hari. Diantara agen penyebabnya yaitu racun, inshekmi; terjadi karena suplai
a c
a
b d
c
b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
oksigen dan makanan untuk alat tubuh yang terputus dan gangguan metabolik biasanya pada metabolisme protein, infeksi virus yang menyebabkan bentuk
fluminan atau maligna hepatitis virus. Menurut Junqueira Carneiro 2007, hati mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang mengalami kerusakan, pada
tikus hati dapat meregenerasi kehilangan 75 beratnya dalam satu bulan. Menurut Robbin Kumar 1992, sel akan mengalami proliferasi dan regenerasi untuk
mengganti sel-sel yang lepas dan mati.
4.3.2 Kerusakan Hati Berupa Steatosis