Kebijakan Mutu di Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta

137 c. Pihak pemakai atau penerima lulusan masyarakat, puas karena menerima lulusan dengan berkualitas tinggi dan sesuai harapan. d. Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, dalam bentuk pembagian kerja, hubungan dan komunikasi antar gurupemimpin, karyawan, dan gajihonor yang diterima dan pelayanan yang lainnya.

2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Kebijakan Mutu

di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta. Syafarudin 2002 Ada banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, seperti pemeliharaan gedung yang baik, guru-guru yang profes ional, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang unggul, dukungan orang tua, dan masyarakat, bahkan penerapan teknologi, kemampuan kepemimpinan, pemeliharaan dan perhatian terhadap pelajar, kurikulum yang tepat, atau perpaduan berbagai faktor. Faktor penghambat kebijakan mutu sekolah dari segi input ialah kondisi siswa yang heterogen menyebabkan perbedaan kemampuan antar siswa di dalam kelas. Siswa diseleksi kualitasnya dengan kualifikasi dari sekolah. Proses seleksi tidak menjamin bahwa karakteristik siswa dapat menjadi sama satu dengan yang lain. Setiap siswa memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri. Guru memperhatikan dan meluangkan waktu untuk menumbuhkan kreativitas pengajaran di dalam kelas dengan perbedaan kemampuan dan perkembangan siswa. Dalam hal ini keadaan heterogen siswa sebagai faktor penghambat kebijakan mutu sekolah. 138 Berdasarkan hasil penelitian, dari segi input keadaan siswa heterogen menghadirkan kondisi terdapat siswa ramai dan kurang memperhatikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru dapat menggunakan metode mengajar untuk menarik perhatian dan fokus siswa terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah diskusi dan metode pemberian tugas dan resitasi. Diskusi ialah metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. Pemberian tugas dan resitasi ialah metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru. Dalam proses belajar mengajar faktor personil pelaksana guru di sekolah terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama yang berbeda dari para pelaku pelaksanaan kebijakan pendidikan. Dari segi proses, pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran ditekankan sebagai sekolah digital, setiap guru dapat menguasai media pembelajaran terutama teknologi yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Kebijakan mutu sekolah ditujukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran terutama teknologi susah diterapkan dan dikuasai setiap guru 139 dengan berbagai tingkat pengalaman, usia, dan kemampuan menguasai ilmu teknologi. Faktor keadaan fisik sekolah merupakan faktor penghambat bagi sekolah. Minimnya lahan sekolah membatasi ruang melaksanakan dan mengeksplorasikan kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Pembagian tata letak ruang proses belajar mengajar, media pembelajaran, aktivitas non akademik dan sarana-prasarana atau fasilitas di sekolah merupakan hal penting daalam mengedepankan penyediaan sarana-prasarana atau fasilitas dan media untuk meningkatkan mutu sekolah terutama pada proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal. Kurangnya peranan yayasan merupakan faktor penghambat peningkatan mutu sekolah. Sebagai sekolah swasta yang mandiri, peranan yayasan berada pada aktivitas monitoring dan evaluasi. Sekolah kurang menerima masukan baik kritik atau saran dari yayasan tentang kebijakan di sekolah untuk peningkatan mutu sekolah. Arif Rohman 2009 Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang menentukan sekaligus menegangkan. Proses ini menjadi penting disebabkan akhir dari semua kebijakan yang sudah diambil selalau pada tahap implementasi. Seandainya rumusan kebijakannya sudah dibuat sangat bagus namun tidak ada tindak lanjut berupaya implementasi atas kebijakan yang sudah dirumuskan adalah suatu kesia-siaan. Beberapa implementasi mengalami kegagalan. Arif Rohman 2009 Tiga faktor yang menjadi sumber kegagalan dan keberhasilan adalah: a faktor rumusan kebijakan yang 140 menyangkut apakah rumusan kalimatnya jelas, tujuannya tepat atau tidak, sasarannyatepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah di interprestasi atau tidak, b faktor personil pelaksanaaan yakni menyangkut tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan pendidikan, c sistem organisasi pelaksana yakni menyangkut jaringan sistem, hierarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pimpinan organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang dipakai, serta evaluasi yang dipilih. Dalam pelaksaaan kebijakan terdapat pihak yang mendukung dan menolak. Perbedaan pandangan dan pendapat menjadi penghambat kebijakan mutu sekolah. Kondisi ini menyebabkan hubungan kurang harmonis antar personil pelaksana di sekolah, dan dapat menganggu keberlangsungan pelaksanaan kebijakan mutu sekolah. Dasar peningkatan mutu sekolah adalah mengembangkan program dan layanan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat. Syafarudin 2002 otonomi pendidikan merupakan bentuk reformasi yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidkan menuntut tingginya kinerja lembaga pendidkan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanjutan, kreativitas, dan produktivitas pegawai guru. Kualitas bukan hanya pada unsur masukan input, tetapi juga unsur proses, dan terutama pada unsur output agar dapat memuaskan masyarakat 141 sebagai salah satu pelanggan pendidikan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu sekolah. Di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta, faktor-faktor pendukung berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan mutu di sekolah terutama dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan output. Kualitas guru berpengaruh dalam mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar. Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar dan proses pendidikan. Profesionalisme guru dan kompetensi guru penting untuk diperhatikan. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, guru memainkan berbagai peran yang bertujuan mengembangkan potensi siswa secara optimal. Djamarah Sugihartono:2012 Terdapat beberapa peranan guru baik di dalam kelas ataupun di lingkungan sekolah. Guru sebagai korektor, dimana guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa disekolah maupun diluar sekolah. Guru sebagai inspirator ialah guru harus dapat memberikan inspirasi kepada siswanya. Guru sebagai informator adalah guru mampu memberikan informasi yang baik. Informasi yang baik disini adalah informasi yang dibutuhkan oleh siswa, dan berguna untuk perkembangan siswa dan proses belajar mengajar. Guru sebagai organisator ialah dimana guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Guru sebagai motivator ialah guru mampu memberikan motivasi kepada siswa.