NURUL FAIQAH, 2 TONI PRANSISKA

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni , 2018 (33 – 60)

moderasi Islam, baik lewat institusi terlihat sangat moderat, terlebih jika pendidikan yang mereka kelola

dibandingkan dengan gerakan Islam maupun

menggunakan kekerasan keagamaan yang dimainkan. Oleh

perjuangan mengusir karena itu, kedua organisasi ini patut

dalam

penjajah, sebagaimana ditunjukkan disebut sebagai dua institusi civil

oleh gerakan-gerakan kelompok society yang amat penting bagi

yang melakukan proses

tarekat

pemberontakan dengan kekerasan. Muhammadiyah dan NU merupakan

perjalanan sejarah dua organisasi sosial-keagamaan

Dalam

selanjutnya, NU dan Muhammadiyah yang berperan aktif dalam merawat

adalah organisasi Islam yang paling dan menguatkan jaringan dan

produktif membangun dialog di institusi-insitusi penyangga moderasi

kalangan internal masyarakat Islam, Islam, bahkan menjadikan Indonesia

tujuan membendung sebagai

dengan

gelombang radikalisme. Dengan toleransi bagi dunia luar (Kahar t.t.).

proyek

percontohan

demikian, agenda Islam moderat Dikatakan pula, sebagai organisasi

tidak bisa dilepas dari upaya Islam terbesar di Indonesia, NU

kesalingpahaman selama ini memainkan peran yang

membangun

understanding) signifikan dalam mengusung ide-ide

(mutual

antarperadaban (Basya 2013). keislaman yang toleran dan damai

moderasi (Hamid 2007, 28).

Sikap

Muhammadiyah sebenarnya sejak Muhammadiyah,

awal telah dibangun oleh pendiri adalah suatu pergerakan sosial-

misalnya,

organisasi ini, yaitu K.H. Ahmad keagamaan modern yang bertujuan

Dahlan. Dikatakan, salah satu untuk

mengadaptasikan ajaran- pelajaran yang paling penting dari ajaran Islam yang murni ke dalam

Ahmad Dahlan kehidupan dunia modern Indonesia.

kepemimpinan

adalah komitmen kuatnya kepada Dalam usaha mencapai tujuan

moderat dan toleransi tersebut, gerakan ini secara luas

sikap

Selama telah mendapatkan inspirasi dari ide-

beragama.

kepemimpinannya dapat terlihat ide pembaruan Syaikh Muhammad

adanya kerja sama kreatif dan Abduh,

harmonis dengan hampir semua semangat pembaruan pembersihan

yang

mengobarkan

kelompok masyarakat. Bahkan, Islam dari daki-daki sejarah yang

dengan rekan Kristennya, beliau selama ini dianggap bagian tak

mampu mengilhami rasa hormat dan terpisahkan dari Islam (A. Shihab

kekaguman. Contoh yang paling 1997, 303-304).

menarik dari kemampuan K.H. Dalam sejarah kolonialisme

Ahmad Dahlan adalah mengikat di Indonesia, Muhammadiyah dapat

persahabatan erat dengan banyak disebut moderat, karena lebih

pemuka agama Kristen. Kenyataan menggunakan

bahwa beliau dikenal sebagai orang pendidikan dan transformasi budaya.

pendekatan

terhadap kaum Karakter gerakan Muhammadiyah

yang

toleran

misionaris Kristen akan tetapi tidak

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

al-Nu’man, Imam Malik ibn Anas, mengkompromikan

berarti lantas

beliau

Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi’i, prinsipnya. Dia adalah seorang

prinsip-

dan Ahmad ibn Hanbali. Dalam praktisi dialog antaragama yang

bidang tasawuf mengikuti antara lain sejati,

Imam Junaid al-Bagdadi dan Imam mendengar apa yang dikatakan dan

dalam pengertian

dia

Ghazali, serta imam-imam yang lain memerhatikan apa yang tersirat di

(Qomar 2002, 62). balik kata yang diucapkan (A.

Perkataan Ahlusunnah Shihab 1997, 311-312). Dalam

waljama’ah dapat diartikan sebagai perkembangan lebih lanjut, Syafi’i

pengikut tradisi Nabi mencatat, bahwa:

“para

dan ijmak “Gerakan

Muhammad

(kesepakatan) ulama”. Sementara terutama

modernis

itu,

itu, watak moderat (tawassuth) semakin mempertimbangkan

Muhammadiyah

ciri Ahlussunah dimensi kultural dalam gerak

merupakan

waljamaah yang paling menonjol, di dakwahnya sehingga terasa

samping juga i’tidal (bersikap adil), menjadi lebih lentur tanpa

tawazun (bersikap seimbang), dan kehilangan prinsip dan misi

(bersikap toleran), utamanya. Persis dan Al-

tasamuh

sehingga ia menolak segala bentuk Irsyad tetap bertahan, tetapi

tindakan dan pemikiran yag ekstrem tidak

(tatharruf) yang dapat melahirkan mitranya

pernah

mengikuti

penyimpangan dan penyelewengan yang

Muhammadiyah

dari ajaran Islam. Dalam pemikiran (Ma’arif 2009, 62).

terus

berekspansi”

keagamaan, juga dikembangkan Sementara

keseimbangan (jalan tengah) antara moderasi NU pada dasarnya tidak

itu,

sikap

penggunaan wahyu (naqliyah) dan terlepas dari akidah Ahlusunnah

(‘aqliyah) sehingga waljama’ah (Aswaja) yang dapat

rasio

dapat terjadi digolongkan paham moderat. Dalam

dimungkinkan

akomodatif terhadap perubahan- Anggaran Dasar NU dikatakan,

perubahan di masyarakat sepanjang bahwa NU sebagai Jam’iyah Diniyah

tidak melawan doktrin-doktrin yang Islamiyah berakidah Islam menurut

Masih sebagai paham

dogmatis.

konsekuensinya terhadap sikap dengan mengakui mazhab empat,

Ahlussunah

waljamaah

moderat, Ahlussunah waljamaah yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan

juga memiliki sikap-sikap yang lebih Hambali.

toleran terhadap tradisi dibanding terperinci, bahwa dalam bidang

Penjabaran

secara

dengan paham kelompok-kelompok akidah, NU mengikuti paham

Islam lainnya. Bagi Ahlussunah, Ahlussunah

mempertahankan tradisi memiliki dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-

waljamaah

yang

makna penting dalam kehidupan Asy’ari, dan Imam Abu Mansyur al-

keagamaan. Suatu tradisi tidak Maturidi. Dalam bidang fikih, NU

langsung dihapus seluruhnya, juga mengikuti jalan pendekatan (al-

tidak diterima seluruhnya, tetapi mazhab) dari Mazhab Abu Hanifah

berusaha secara bertahap di-

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni , 2018 (33 – 60)

Islamisasi (diisi dengan nilai-nilai

akulturasi hidup Islam) (Dhofier 1994, 148).

sebuah

berdampingan secara damai. Ini Pemikiran Aswaja sangat

merupakan sebuah ekspresi dari toleransi

“Islam kultural” atau “Islam moderat” pemikiran. Berbagai pikiran yang

terhadap

pluralisme

yang di dalamnya ulama berperan tumbuh dalam masyarakat muslim

sebagai agen perubahan sosial yang mendapatkan

secara luas telah apresiatif. Dalam hal ini Aswaja

memelihara dan menghargai tradisi sangat responsif terhadap hasil

lokal dengan cara mensubordinasi pemikiran berbagai mazhab, bukan

budaya tersebut ke dalam nilai-nilai saja yang masih eksis di tengah-

Islam (Mas’ud 2004, 10). tengah masyarakat (Mazhab Hanafi,

Moderasi Islam adalah jalan Malik,

tengah di tengah keberagaman melainkan juga terhadap mazhab-

Syafi’i, dan

Hambali),

beragama. Wajah moderasi Islam mazhab yang lain seperti imam

nampak dalam hubungan harmoni Daud al-Zhahiri, Imam Abdurrahman

antara islam dan kearifan lokal (local al-Auza’i, Imam Sufyan al- Tsauri,

value). Local Value ini sebagai dan lain-lain (Muhammad 1999).

warisan budaya Nusantara, mampu Model keberagamaan NU,

secara sejajar sebagaimana disebutkan, mungkin

disandingkan

sehingga antara spirit islam dan tepat apabila dikatakan sebagai

kearifan budaya berjalan seiring, pewaris para wali di Indonesia.

tidak saling menegasikan. Di sinilah Diketahui, usaha para wali untuk

wajah Islam Indonesia dipandang menggunakan berbagai unsur non-

sangat tepat diterapkan dalam Islam merupakan suatu pendekatan

konteks heterogenitas budaya di yang bijak. Bukankah Alquran

kawasan ASEAN maupun dunia menganjurkan sebuah metode yang

(Kemenag, 2014: 65) bijaksana, yaitu “serulah manusia

Islam juga pada jalan Tuhanmu dengan hikmah

Moderasi

berperan besar dalam mendialogkan dan nasihat yag baik (16:125)

Islam dan modernitas. Terhadap (Mas’ud

modernitas, Islam tidak dalam posisi mendinamiskan

menolak atau menerima secara masyarakat, kalangan NU selalu

perkembangan

melainkan tetap menghargai budaya dan tradisi lokal.

menyeluruh,

mengedepankan sikap kritis Metode mereka sesuai dengan

modernitas tumbuh ajaran Islam yang lebih toleran pada

sehingga

menjadi nilai positif ketimbang budaya lokal. Hal yang sama

negatiI. Di saat negara-negara merupakan cara-cara persuasif yang

muslim begitu kaku dan konservatif dikembangkan Walisongo dalam

terhadap perubahan dan produk- mengislamkan pulau Jawa dan

produk modernitas, Indonesia justru menggantikan

media dakwah Budha pada abad XVI dan XVII. Apa

dengan memasukan spirit Islam di yang terjadi bukanlah sebuah

dalamnya (Zarkasyi, 2017). intervensi, tetapi lebih merupakan

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

telah gagal berada

Kini, di saat dunia terus

Sekulerisme

bangsa-bangsa di benturan sosial, seperti yang terjadi

dunia, sebagaimana Negara agama di Afghanistan, lrak, Suriah, hingga

juga tidak mampu membangun Irlandia, Indonesia tampil dengan

kemajermukan. Tetapi kebersamaan dalam keragaman.

dalam

Indonesia yang sangat majemuk Sungguh sangat indah menyaksikan

dengan beragam budaya dan agama berbagai agama, budaya, dan suku

hidup damai dan hidup

mampu

berdampingan. Ini adalah sebuah menghormati.

berdampingan,

saling

prestasi bahwa bangsa Indonesia daerah tidak lagi mengusung aura

Masing-masing

berhasil membangun negara di atas kedaerahan

prinsip agama dan budaya bangsa, melainkan hidup rukun di bawah

atau

kesukuan,

tidak menegasikan satu atas yang payung Pancasila dalam bingkai

KH. Hasyim NKRl.

lainnya.

menggarisbawahi bahwa kondisi ini KH. Hasyim Muzadi memiliki

terbentuk bukan tanpa usaha. Para pandangan

telah membangun moderasi

kokoh tentang Menurutnya, umat Islam Indonesia

dan kebangsaan patut bangga karena memiliki cara

keberagaman

sebagai tonggak moderasi Islam, berfikir keagamaan yang mengikuti

kita tinggal merumuskan saja dalam ahlussunah

yang

diaplikasikan

moderasi Islam.

dalam kehidupan keindonesiaan Moderasi pemikiran yang yang

para ulama dapat ibadah, fikih, dan tasawuf secara

dimengerti oleh berbagai aliran, baik bersamaan. Bangsa ini memiliki

yang ekstrem maupun liberal. karakter keberagamaan yang taat,

pemikiran Islam tanpa menghapus nilai kebangsaan.

Moderasi

menemukan tempatnya di Indonesia. Umat

sekte-sekte sangat berdampingan dengan berbagai

Islam mampu

hidup

Bahkan

menghargai moderasi kita, sekalipun kelompok umat dan budaya lain,

belum tentu mengikuti. Di dunia tanpa

Islam pun garis moderasi ini bisa keislamannya

menanggalkan

identitas

modernisasi dan ketentuan wahyu,

globalisasi, Ketika arus globalisasi Umat

dan informasi deras memasuki memiliki seting pemikiran paradigma

Islam

Indonesia

kehidupan masyarakat, moderasi berfikir yang menempatkan nilai

Islam mampu menyikapinya dengan agama

baik (Abdul A’la, 2008) berdampingan,

dan Negara

hidup

Di sinilah, agama harus menegasikan, serta tidak merusak

tidak

saling

dilepaskan dari politik kekuasaan, kemajemukan. Bangsa Indonesia

dan dijadikan alat justifikasi. Agama tidak tertarik untuk mendirikan

dikembalikan kepada negara sekuler, begitu pula dengan

perlu

sebagai sumber negara agama (daulah islamiyah).

eksistensinya

moralitas

luhur yang selalu

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni , 2018 (33 – 60)

membimbing umatnya dan umat Keragaman harus dijadikan sebagai manusia secara keseluruhan dalam

ladang ibadah untuk berlomba- seluruh aspek kehidupan mereka.

lomba dalam kebaikan. Sebagai Melalui, pendekatan moral, langit

kita memiliki harapan akan tampak lebih cerah,

umat

Islam,

tanggungjawab untuk turut serta Kekerasan tidak dihadapkan dengan

menciptakan kondisi tentram dan kekerasan yang lain. justru, masing-

damai. Dengan kondisi yang damai, masing pihak diharapkan akan

dimudahkan untuk kembali

sangat

mewujudkan kemaslahatan umat sebagai manusia yang mengemban

kepada

eksistensinya

manusia. Di sisi lain, Islam dengan moralitas luhur dalam bentuk

tegas menolak sikap terorisme, pembumian kedamaian, keadilan,

anarkisme, kesetaraan dan sejenisnya, serta

radikalisme,

keberingasan, dan pengrusakan pengendallan

yang mengatasnamakan agama. seabagainya. Terlepas dari semua

Tidak lain, karena hal tersebut itu, bangsa Indonesia tetap harus

sangat bertentangan dengan nilai- berhati-hati, karena potensi konflik

nilai dan watak dasar Islam. akan terus bermunculan, Dengan

Kita sebagai kaum Muslim arus inforrnasi yang semakin deras

Indonesia yang menjadi mayoritas dengan beragam informasi, tentunya

sangat mafhum bahwa Indonesia ini harus kita waspadai. Namun di

bukanlah negara agama, melainkan sisi lain, arus informasi juga bisa

negara yang memiliki banyak agama rnenjadi

kekuatan yang akan serta suku bangsa. Pancasila menjadi unsur penting dalam

pandangan hidup menjaga keharmonisan kehidupan

sebagai

berbangsa dan bernegara juga umat beragama. Di sinilah peran

mengambil intisari dari kitab suci al- komunikasi publik menjadi sangat

Qur’an. Tokoh-tokoh pendiri bangsa, vital

dengan berbagai latar belakang keharmonisan dimaksud.

dalam

mewujudkan

agama yang dianut telah bahu membahu berperan penting dalam

MENGAWAL DAN MEMBUMIKAN

mendirikan sebuah negara bernama

VISI MODERASI

ISLAM

Indonesia.

Oleh karenanya,

INDONESIA

Indonesia bukanlah dimiliki oleh satu Indonesia merupakan negara

agama, tetapi dimiliki oleh semua yang

Muslim. Tetapi kondisi ini tidak Baik umat Islam maupun menjadikan

agama lain harus negara agama. Konsensus yang

memahami dan telah terbangun adalah republik.

berupaya

mengamalkan ajarannya masing- Dengan demikian, negara dan

masing dalam bingkai merawat masyarakat harus mengayomi dan

dan kemajuan melindungi

kemajemukan

Hal ini tidaklah Perbedaan harus disikapi dan

berlebihan, mengingat setiap agama diterima

sebagai

sunnatullah.

pasti mengajarkan nilai dan budi

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

luhur. Oleh karenanya, hidup damai Oleh karena itu, Sebagai dan toleran sudah semestinya

kelompok terbesar umat Islam menjadi komitmen bersama.

Indonesia, Muhammadiyah dan NU Al-Qur’an sebagai pedoman

peran yang sangat dan pegangan hidup Muslim, banyak

memiliki

menentukan. Sikap organisasi yang menceritakan perihal sikap toleransi

didirikan KH Ahmad Dahlan dan KH dan moderasi. Jika kita percaya

Asy’ari –keduanya pada isi serta kandungan al-Qur’an

Hasyim

dinilai sangat sebagai kitab toleransi semestinya

bersahabat—ini

kalangan Islam kita memahami dan meresapi

penting

bagi

Indonesia. Sebab, Muhammadiyah pesan-pesan

dan NU menjadi acuan sebagian terkandung di dalamnya. Selain itu,

toleransi

yang

Islam Indonesia, kita sebagai Muslim harus secara

besar

umat

sehingga sikap keduanya ini sangat sadar dan aktif membumikan pesan-

terhadap pikiran, pesan toleransi al-Qur’an pada

berpengaruh

perasaan, tindakan, dan perilaku kehidupan nyata. Ajaran cinta kasih

sebagian besar umat Islam di merupakan ajaran yang mendasar

Indonesia ini. Maka, Muhammadiyah dalam

dan NU memiliki kontribusi yang terdahulu. Apa yang disampaikan al-

agama-agama

samawi

sangat besar dalam memengaruhi Qur’an, pada hakikatnya hendak

mereka, bahkan menjadi penentu menyempurnakan dan melanjutkan

mereka dalam menjalani kehidupan ajaran yang mulia tersebut. Karena

keagamaan sehari-hari. itu, meletakkan toleransi sebagai

Dalam menghadapi tindakan- nilai utama dalam keberagamaan

tindakan radikal yang meresahkan umat Islam merupakan salah satu

masyarakat akibat ulah kalangan upaya menghadirkan sesuatu yang

Islam fundamentalis, sebenarnya fundamental dalam Islam.

kita masih memiliki banyak harapan Dengan

membendung toleransi dan moderasi, masyarakat

menguatnya

untuk

keberlangsungan radikalisme itu dan generasi muda tidak akan

sepanjang Muhammadiyah dan NU mudah

solid dan sinergis menolaknya. doktrinasi

untuk disusupi

oleh

gerakan-gerakan Selama keduanya tak mendukung radikalisme,

gagasan dan gerakan radikalisme, terorisme.

ektrimisme,

dan

provokasi untuk melakukan teror tak masyarakat akan menjadi tembok

Bahkan

sebaliknya,

efektif di Indonesia. kokoh untuk menangkal gejala

organisasi Islam pendangkalan

Kedua

terbesar di Indonesia ini memiliki Agama yang menjadi petunjuk

agama

tersebut.

sendiri yang lebih manusia,

cara-cara

persuasif dalam menjalankan misi diterima

perjuangannya dan sangat jauh dari mengajarkan

kekerasan. Cara-cara kebengisan. Tidak lain karena,

kekerasan dan radikal tidak akan agama adalah cahaya dan petunjuk

mampu menyelesaikan bagi keadaban dan peradaban.

pernah

masalah di masyarakat, mengingat

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni , 2018 (33 – 60)

akan menimbulkan kekerasan lain Tetapi, lebih non agama seperti sebagai pembalasan dendam atau

kesenjangn sosial, ekonomi, politik kebencian

dan lain sebagainya. Oleh karena kalangan

itu, untuk menjaga potensi konflik di dirugikan.

pihak-pihak

yang

butuhkan dialog dan rumusan Penjagaan moderasi yang

terkait teologi dilakukan Muhammadiyah dan NU

implementatif

wasatiyyah islam (moderasi islam). tentu tidak akan menghalangi

dan implementasi keduanya organisasi itu untuk

Konsepsi

Islam merupakan bergerak secara dinamis. Keduanya

Wasatiyyah

konsep utama yang terkait dengan tetap

ajaran islam dan pengalamannya masing-masing

menjalankan

agendanya

untuk membentuk pribadi dan mengembangkannya secara aktif,

dan

karakter muslim, konsep ini melekat dinamis, dan saling melengkapi. Jika

dengn konsep ummatan wasathan. peran itu tetap dilakukan kita optimis

Visi moderasi Islam merupakan Indonesia tak akan menghadapi

tawaran paradigma dan konsepsi situasi buruk seperti di sejumlah

yang ideal. Sebab, moderasi Islam negara-negara di Timur Tengah

tidak hanya terhenti dan se batas yang hari-harinya dipenuhi aksi-aksi

wacana dan paradigma semata, kekerasan.

melainkan

moderasi dapati

mengejawantah

dalam bentuk

PENUTUP

gerakan (movement). Nah, pilihan Setiap agama-agama tidak

tujuan dari gerakan wasatiyyah islam terkecuali Islam tidak membenarkan

dapat mengambil bentuk berupa bentuk aksi teror, kekerasan, atau

gerakan kesadaran dari kelompok apapun namanya yang mencederai

ekstrim kanan atau kiri Islam, atau nilai-nilai kemanusiaan, menyobek

pilihan gerakan alternatif sebagai keharmonisan dan kerukunan antara

counter opini baru dari dua kutub sesama penganut agama maupun

ekstrimitas islam. Namun yang tidak antar penganut agama. Bangsa ini

kalah penting lagi adalah perlu dibangun diatas keragaman, dan

secara serius kerukunan antar agama, budaya,

diformulasikan

fungsionalisasi bahasa

bagaimana

wasatiyyah islam dalam praktek Sehingga

dan lain

sebagainya.

bermasyarakat dan tantangan

masyarakat Indonesia

untuk

membangun kedamaian, kerukunan

DAFTAR PUSTAKA

dan kebersamaan.

Realitas

Munip, Menangkal rawan akan terjadinya potensi konflik

masyarakat Indonesia sekarang

Abdul

Radikalisme Agama di horizontal yang disebabkan faktor

Sekolah, Yogyakarta: Jurnal agama. Namun sejatinya konflik

Pendidikan Islam, Volume I, agama

Nomor 2, Desember 2012. disebabkan oleh faktor agama.

biasanya

tidak

murni

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Abdurrahman Mas’ud, (2006), “Dari Islam , Jakarta: PPIMIAIN, Haramain ke Nusantara :

Jejak Intelektual

Dekmejian, R. Hrair. Islam in Pesantren”,

Arsitek

Revolution: Fundamentalism Kencana.

Jakarta:

in the Arab World, New York: Abu Rokhmad, Radikalisme Islam

Syracuse University Press, dan Upaya Deradikalisasi

Paham Radikal, Semarang: Ezzuddin, Al-Irhāb wa al-‘Unf al- Walisongo,

Siyāsy, Cairo: Dār al- Nomor 1, Mei 2012.

Volume

Hurriyah li al-Shahāfah wa al- Afdhal, Islam dan Radikalisme di

Thibā’ah wa al-Nasyr, 1986. Indonesia,

Fatwa MUI, Terorisme, Jakarta: Press, 2005

Jakarta:

LIPI

Fatwa MUI, Nomor 3 Tahun Ahmad Rubaidi, Radikalisme Islam,

Nahdhatul

H.A.R. Gibb, Aliran-Aliran Moderen Depan Modernisme Islam di

Ulama: Masa

Dalam Islam, Terjemahan Indonesia,

Machnun Husein, Jakarta: Logung Pustaka, 2010.

Yogyakarta:

Rajawali Press, 1990. Ahmad Zainul Hamid. “NU dalam

Harun Nasution, Islam Rasional, Persinggungan

Bandung: Mizan, 1995. Menimbang Ulng Moderasi

Ideologi:

Jahroni dan Jamhari. Keislaman Nahdatul Ulama”.

Jajang

Gerakan Salafi Radikal di Afkar, Edisi No. 21 Tahun

Indonesia, Jakarta: Rajawali 2007.

Press, 2004. Alwi Shihab, Membendung Arus:

Joyce M. Hawkins, Oxford Universal Respons

Dictionary, Oxford: Oxford Muhammadiyah

Gerakan

University Press, 1981. Penetrasi Misi Kristen di

terhadap

Kementerian Agama, Radikalisme Indonesia, Jakarta: Mizan,

dan Tantangan 1998.

Agam

Kebangsaan, Jakarta: Dirjen Azyumardi Azra, Akar Radikalisme

Bimbingan Masyarakat Islam, Keagamaan Perna Aparat

Basya, “Menelusuri dan Guru untuk Kerukunan

Negara, Pemimpin Agama,

M.

Hilaly

Artikulasi Islam Moderat di Umat Beragama, Makalah

Indonesia”, disampaikan

http://www.madinask.com/ind workshop

dalam

ex.php?option=com, diakses Toleransi Melalui Institusi

“Memperkuat

tanggal 25 Mei 2018. Sekolah”,

M. Zaki Mubarok, Genealogi Islam diselenggarakan oleh The

yang

Radikal di Indonesia, Jakarta: Habibie Center, Tanggal 14

LP3ES, 2008. Mei 2011, Bogor.

M.A. Shaban, Islamic History, Bahtiar Effendy dan Prasetyo,

Cambridge: Cambridge Hendro (eds.). Radikalisme

University Press, 1994

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni , 2018 (33 – 60)

Mambaul Ngadhimah,

Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kamus Keberagamaan

Potret

Besar Bahasa Indonesia, Indonesia: Studi Pemetaan

Islam

Pusat Bahasa Pemikiran

Jakarta:

Depdiknas, 2008. Islam. lnnovatio, Vol. VII, No.

dan

Gerakan

R. Hrair Dekmejian. Islam in

14, Juli-Desember 2008. Revolution: Fundamentalism Muhammad

in the Arab World, New York: Fundamentalisme

Imarah,

Syracuse University Press, Perspektif Barat dan Islam,

Dalam

Terjemahan Abdul Hayyie al- Ridwan al-Makasari, Masjid: Studi Kattani,

Kasus Jakarta dan Solo, Insani Press, 1999.

Jakarta:

Gema

Jakarta: UIN Jakarta, 2009.

Sri Yunanto, Gerakan Militan islam Mushthalahat

, Ma’rakah al

di indonesia dan Asia Gharb wa al-Islam, Cairo:

bayna

al-

Tenggara, Jakarta: Ridep Nahdah Misr, 2004.

Institute, 2003. Muhammad Mihanna, Al-Irhāb wa

Syamsul Bakri, “Islam dan Wacana Azmat al-Qānūn al-Dauly al-

Radikalisme Agama Mu’āshir, dalam Al-Islām fi

Kontemporer”, Dinika, Vol 3. Muwājahat al-Irhābi, Cairo:

No. 1 Januari 2004. Rābithah

Syamsul Rizal, Radikalisme Islam Islāmiyah, 2003.

al-Jāmi’at

al-

Klasik dan Komtemporer: Mujamil Qomar, NU Liberal; Dari

Membanding Khawarij dan Tradisionalisme Ahlusunnah

Hijbut Tahrir, Surabaya: Al- ke

Fikr Volume 14 Nomor 2 Bandung: Mizan, 2002.

Universalisme

Islam,

Tahun 2010. Novriantoni Kahar, ”Islam Indonesia

William Montgmery Watt, Islamic Kini:

Fundamentalism And Ekstrem di Dalam?”, diakses

Moderat

Keluar,

Nodernity, London: T.J. pada 25 Mei 2018.

Press, 1998. Nurcholis Madjid, Islam Agama

Willian E. Shepard, Islam dan Peradaban, Mencari Makna

a Dan Relevansi Doktrin Islam

Ideology:

Towards

Typology, in Ab Anthology of Dalam

Sejarah, Jakarta: Contemporary Middle Paramadina, 1995.

Eastern History, Ed. Syafiq

A. Mughni (Montreal: Menuju

, Pintu-Pintu

Canadian International Paramadina, 1995.

Tuhan,

Jakarta:

Development Agency, 1988. Paul

al-Qaradhawi, Fiqh al- Alexander the Great and

Johnson, Heroes:

From

Yusuf

wasaṭ īyah al-Islāmīyah wa-al- Julius Caesar to Churchill

tajdīd : maʻ ālim wa-manārāt, and de Gaulle, tt: Prentice

Cairo: Dār al-Syurūq, 2010. Hall, 2008.

Zamakhsyari

Dhofier,Tradisi Pesantren; Studi Tentang

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Jakarta: LP3ES, 1994. Zuhairi Misrawi, Pandangan Mislim Moderat, Jakarta: Kompas, 2010.

Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia,

Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2014.

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI LSM LINGKUNGAN DI INDONESIA DALAM MENDORONG LAHIRNYA UNDANG-UNDANG PERUBAHAN IKLIM

0 1 9

MEMBANGUN TOLERANSI DI SEKOLAH; Sebuah Eksplorasi Nilai-Nialai Pendidikan Toleransi Tamsir Guru di PAI SMA Negeri I e-mail: tamsirspdi2gmail.com Abstrak - MEMBANGUN TOLERANSI DI SEKOLAH; Sebuah Eksplorasi Nilai-Nialai Pendidikan Toleransi

0 0 15

ARGUMEN ISLAM TENTANG ANTI RADIKALISME Zulkifli M. Nuh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau e-mail: kamp_guntungyahoo.co.id Abstrak - ARGUMEN ISLAM TENTANG ANTI RADIKALISME

0 0 18

PENGARUH EARNING PER SHARE, DEBT TO ASSETS RATIO, CURRENT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2013-2017)

0 0 15

TELAAH POLIGAMI PERSPEKTIF SYAHRUR; KHI UNDANG –UNDANG PERKAWINAN INDONESIA Mia Fitriah Elkarimah

0 0 14

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK Sri Warjiyati

0 0 14

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN GANTI RUGI ATAS PROYEK PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Chamim Tohari Universitas Muhammadiyah Surabaya amimzoneyahoo.co.id Abstract - ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 2

0 0 20

ANALISIS PENGEMBALIAN PINJAMAN DENGAN PENYELESAIAN ARBITRASE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

0 0 18

KONSEP HIKMAT AL-TASYRÎ’ SEBAGAI ASAS EKONOMI DAN KEUANGAN BISNIS ISLAM MENURUT ALI AHMAD AL-JURJAWI (1866-1961M) DALAM KITAB HIKMAT AL-TASYRÎ’ WA FALSAFATUHU

0 0 43

STRATEGI POLITIK HIZBUT TAHRIR DALAM MENEGAKKAN KHILAFAH ISLAM DI INDONESIA

0 1 36