Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua

81

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA YANG HAK

HADHANAH TIDAK JATUH PADANYA A. Hak dan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua

1. Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua

Dalam ajaran Islam, anak adalah amanat Allah kepada kedua orang tuanya dan sebagai generasi penerus bagi bangsa, Negara dan agama. Anak akan menerima dan mengikuti semua pengarahan yang diberikan kepadanya. Menurut Thaha Abdullah Al Afifi, bahwa masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih, pendirian tiang pancang, pembuatan pondasi yang dapat disebut dengan periode pembentukan. Kepribadian dan karakter dari seorang manusia agar mereka kelak memiliki kemampuan dan kekuatan serta mampu berdiri tegar dalam meniti kehidupan. 148 Seorang anak yang sah menurut hukum agama Islam adalah anak yang dilahirkan dari akad nikah yang sah, karena Islam menghendaki terpeliharanya keturunan dengan baik dan setiap anak harus mengenal ibu dan ayahnya. Akibatnya setiap anak yang lahir dari perkawinan yang sah memiliki hak-hak terhadap orang tuanya. Adapun secara umum hak-hak anak dituangkan dalam Declaration on The Rights of The Child atau dikenal dengan istilah Hak Azasi Anak yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 20 November 1959 dan kemudian 148 Thaha Abdullah Al Afifi, Hak Orang Tua Pada Anak dan Hak Anak Pada OrangTua, Terjemahan Zaid Husein Al Hamid, Jakarta:Dar El Fikr Indonesia, 1987. Lihat juga Abdul Rozak Husein, Hak Anak dalam sIslam, Jakarta: fikahati Aneka, 1992, hlm.13. 81 Universitas Sumatera Utara 82 pada tahun 1990 telah pula diratifikasikan oleh negara Indonesia melalui Keputusan Presidan Nomor 36 Tahun 1990. Adapun hak-hak anak yang diatur dalam ketentuan tersebut, diantaranya: a. Anak berhak untuk memperoleh perlindungan khusus dan memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum; b. Anak berhak untuk memperoleh nama dan kebangsaan atau ketentuan kewarganegaraan; c. Anak berhak untuk memperoleh jaminan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat; d. Hak khusus bagi anak-anak cacat mental dan fisik dalam memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus; e. Anak berhak untukmemperoleh kasih sayang dan pengertian; f. Anak berhak untuk memperoleh pendidikan secara cuma-cuma, sekurang- kurangnya ditingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama; g. Anak berhak untuk didahulukan dalam perlindungan atau pertolongan; h. Anak berhak untuk dilindungi dari diskriminasi rasial, agama, maupun diskriminasi lainnya. 149 Selanjutnya hak-hak yang dimiliki seorang anak juga diatur dalam Undang- Undang nomor 4 tahun 1978 tentang Kesejahteraan anak sebagaimana dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 8, yang bunyinya: 1 Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkemban dengan wajar; 2 Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengankebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna; 3 Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan; 4 Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar; 5 Dalam keadaan yang membahayakan anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan; 149 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan, 2000, hlm.5-6. Universitas Sumatera Utara 83 6 Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara atau orangbadan; 7 Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar; 8 Anak yang mengalami masalah kelakuan diberikan pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya; 9 Anak yang mengalami masalah kelakuan diberikan pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan kepada anak yang telah dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran hukum berdasarkan keputusan hakim; 10 Anak yang cacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan; 11 Bantuan dan pelayanan,yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik, dan kedudukan sosial. 150 Kemudian pada tahun 2002 hak-hak anak kembali diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dapat kita lihat dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 14, yaitu: 1 Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi; 2 Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan; 3 Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua; 4 Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri; 5 Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6 Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial; 150 Ibid. Universitas Sumatera Utara 84 7 Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 8 Khusus bagi anak yang cacat berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak memperoleh pendidikan khusus; 9 Setiap anak berhak mengutarakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan; 10 Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan berekspresi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. 11 Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social; 12 Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a diskriminasi, b eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, c penentaran, d kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, e ketidakadilan, dan f perlakuan salah lainnya. 13 Dalam halorang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman; 14 Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan danatau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. Sementara dalam Undang-Undang Perkawinan tidak ada pasal yang mengatur tentang hak-hak anak, oleh karena tujuan Undang-Undang ini mengatur pasangan suami istri, walaupun demikian dalam undang- undang ini diatur tentang tangggung jawab orang tua terhadap anak yang tercantum dalam Bab X Pasal 45 sampai dengan Pasal 49, yang akan diuraikan lebih lanjut pada Sub Bab berikutnya. Khusus bagi anak-anak untuk masyarakat di wilayah provinsi Aceh hak-hak anak juga diatur dalam Qanun Aceh Nomor 11 tahun 2008 Tentang Perlindungan AnakPasal 7, yang berbunyi: 1 Anak berhak diasuh oleh orang tuawalinya di dalam keluarga. Universitas Sumatera Utara 85 2 Pengasuhan di dalam keluarga berfungsi untuk menjamin tumbuh kembanganak ke arah kehidupan yang lebih baik secara fisik, mental, sosial danemosional serta intelektual anak. 3 Pengasuhan di dalam keluarga dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip- prinsip yang mengutamakan kepentingan terbaik anak, menjunjung tinggi ketentuan syariat Islam dan adat istiadat. Agama Islam pun menetapkan hak-hak yang harus dilaksanakan orang tua pada anak-anaknya, adapun hak-hak anak terhadap orang tuanya, adalah sebagai berikut: 151 a. Hak untuk hidup dan dilindungi ketika anak masih dalam kandungan atau rahim ibunya, hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah SWT, surat Al-Isra ayat 31 dan surat Al-Baqarah ayat 233. b. Hak tentang kejelasan nasab keturunan Nasab dalam bahasa Indonesia berarti keturunan atau kerabat. Menurut literatur hukum nasab berarti legalitas hubungan kekeluargaan terdekat yang berdasarkan pertalian darah, sebagai salah satu akibat dari perkawinan yang sah, atau nikah fasid atau senggama syubhat. Nasab adalah sebuah pengakuan sya’ra bagi hubungan seorang anak dengan garis keturunan ayahnya sehingga dengan itu anak tersebut menjadi salah seorang anggota keluarga dari garis keturunan tersebut. 152 Kejelasan nasab merupakan hak yang dimiliki sesorang anak yang telah lahir agar ia mengetahui asal usulnya ayah dan ibu. c. Hak anak untuk diberikan nama yang baik. 151 Iman Jauhari, Hak-Hak Anak dalam Islam, Jakarta:Pustaka Bangsa, 2003, hlm.123. 152 Satria Effendi M. Zein, “Makna, Urgensi dan Kedudukan Nasab Dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam”, Mimbar Hukum No. 42,1999: hlm 55- 59, lihat juga Neng Djubaedah, dkk. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Hecca Publishing, 2005,hlm. 178. Universitas Sumatera Utara 86 Pada dasarnya nama diperlukan untuk membedakan antara seorang anak dengan yang lainnya dan untuk memudahkan mengenalnya. Tetapi jika itu yang menjadi dasar dalam pemberian nama maka bisa saja diberikan nama yang bermakna tidak baik atau jelek. Rasullulah SAW menjelaskan bahwa nama-nama yang jelek akan memberikan pengaruh dan kesan kepada anak, terutama dengan nama itu ia akan dipanggil oleh orang-orang 153 . Seorang anak berhak mendapatkan nama yang baik dari kedua orang tuanya, seorang sahabat pernah datang kepada Rasullulah SAW dengan mengandeng anaknya, lalu ia bertanya: “Apakah hak anakku ini atasku ya Rasullulah?”, Rasullulah SAW pun menjawab: “Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya sopan santun dan menempatkan pada kedudukan yang baik” 154 . Selanjutnya Rasullulah SAW pernah sabda, yang artinya, berbunyi: “Berikanlah nama yang baik, karena sesungguhnya engkau akan dipanggil nanti di hari kiamat dengan nama-namamu sekalian dengan nama-nama bapak-bapakmu, maka baguskan nama-namamu” 155 . Adapun menurut M. Hasballah Thaib ciri-ciri nama yang baik adalah 156 : 1. Mengandung makna pujian. 2. Mengandung doa dan harapan. 3. Mengandung makna semangat. 153 M.Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah, Pendidikan dan Pengasuhan Anak Menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Medan: Perdana Publishing, 2012, hlm.108. 154 Ibid. hlm.110. 155 Ibrahim Amini, Anakmu AmanatNya, Terjemahan M.Anis Maulachela, Jakarta: Al- Huda,2006, hlm.101. 156 M. Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah, Pendidikan dan Pengasuhan Anak Menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Op.cit. Universitas Sumatera Utara 87 Nama seseorang tidak hanya digunakan semasa ia hidup di dunia tetapi terus pakainya di akhirat kelak. Oleh karena itu pemberian nama yang baik bagi anak merupakan salah satu hak anak yang menjadi kewajiban orang tua. Maka hendaklah para orang tua memberikan nama yang baik lagi indah kepada anak-anaknya. Selain itu bila ditinjau dari psikologis nama yang baik akan membuat anak tenang, akrab dan tidak merasa rendah atau kecewa. Sebaliknya bila nama itu jelek maka tentu anak akan merasa hina atau rendah akibatnya anak lebih senang mengasingkan dirinya. Selanjutnya fuqaha berpendapat apabila anak sudah dewasa dan menyadari bahwa nama yang disandangnya sebagai pemberian orang tuanya menurut anggapnya nama tersebut buruk dan bertentangan dengan nama yang lain, yang dianggap baik sesuai ketentuan Islam dan sesuai dengan ajaran Rasullulah SAW, maka ia dapat menggantinya. 157 d. Hak disusui selama dua tahun hak Radha’ sebagaimana diatur dalam firman Allah SWT pada surat Luqman ayat 14 Hak untuk disusui selama dua tahun merupakan hak anak yang menjadi kewajiban bagi seorang ibu tapi bukan berarti ayah tidak berkewajiban dalam hal iniayah tetap bertanggung jawab atas penyediaan ASI air susu ibu. Menyusui seorang anak bersifat sunnah karena manfaat ASI sangat banyak bagi si anak. Bagi anak ASI merupakan makanan yang bernutrisi tinggi bila dikonsumsinya bila dibandingkan susu formula. Oleh karena itu dengan memberikan ASI pada anak maka kebutuhan gizi anak akan tercukupi. Selain itu juga ASI merupakan salah 157 Ibid. Universitas Sumatera Utara 88 perantarauntuk mendekatkan hubungan batin antara ibu dan anak. Sedangkan bagi si ibu sendiri, memberikan ASI kepada anak juga bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan untuk hamil kembali dalam jangka waktu dekat sehingga ibu bisa mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dan alat reproduksinya pun kembali pulih dan mampu berkerja dengan baik.Masalah penyusuan ini juga diatur dalam KHI Pasal 104. Menyusui menjadi sunnah bagi ibu kandung si anak, karena susunya lebih baik untuk si anak, dan curahan kasih sayang ibu kandung lebih banyak di samping juga memang sudah menjadi hak seorang ibu menyusui anaknya, dan hak si anak untuk dissusui oleh ibunya dan sesorang tidak boleh dipaksa untuk memenuhinya, kecuali ada alasan lain yang memang memaksanya. Dari uraian di atas maka para ulama sepakat bahwa menyusui nak itu hukumnya wajib bagi seorang ibu dalam tiga keadaan sebagai berikut: 158 1. Si anak tidak menerima susuan orang lain termasuk susu formula selain dari ibu kandungnya. Maka dalam hal ini sang ibu wajib menyusui si anak demi keselamatannya. Begitu juga bagi wanita yang menyusui dengan imbalan. Jika memang si anak tidak menerima susuan selain darinya. 2. Jika tidak ditemukan wanita lain yang menyusui anaknya selain dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam hal ini juga wajib baginya untuk menyusui anaknya demi keselamatan si anak. 3. Apabila suami atau si anak tidak mempunyai harta untuk biaya sewa wanita yang mau menyusui maka seorang ibu wajib menyusui anaknya agar si anak tidak kekurangan gizi dan akhirnya menyebabkan kematian. 158 Wahbah AZ-Zuhaili, Jilid 10, Op.Cit.hlm.45 Universitas Sumatera Utara 89 Oleh karenanya jika seorang ibudalam keadaan mampu untuk menyusui anaknya hendaklah ia menyusuinya sendiri karena hal tersebut akan mempererat ikat kasih sayang dan hubungan emosional diantara keduanya. e. Hak untuk dinafkahi Nafkah adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, seperti makanan, pakaian, tempat tingga, bantuan dan seluruh kebutuhannya menurut tradisi. 159 Nafkah anak-anak, baik itu laki-laki atau perempuan, menjadi tanggungan dan kewajiban orang tua sampai anak laki-laki tersebut mandiri dan dapat menghidupi dirinya sendiri sedangkan terhadap anak perempuan sampai ia menikah. Pada dasarnya anak berhak dinafkahi oleh orangtuanya, terutama oleh ayah. Dalam hukum Islam menafkahi anak hukumnya adalah wajib, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang artinya: “..dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut…” Artinya seorang ayah harus menanggung nafkah anaknya karena sebab kelahiran, sebagaimana wajibnya nafkah atas istri karena ia melahirkan anak tersebut. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, yaitu: “Ambillah harta suamimu dengan carayang baik yang dapat mencukupimu dan anakmu”. Hadist ini menunjukkan bahwa nafkah istri dan anak itu menjadi tanggung 159 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.Cit. hlm. 616. Universitas Sumatera Utara 90 jawab ayah.Jadi seorang ayah berkewajiban menafkahi anaknya, karena anak-anak itu adalah bagian darinya. Oleh karenanya dengan memberikan nafkah maka ia telah nafkahi dirinya sendiri dan dengan menghidupi mereka berarti ia telah menghidupi dirinya sendiri. Jika seorang ayah melalaikan nafkah anak-anaknya maka ia berdosa, sebab dengan demikian ia telah membuat mereka hidup telantar dan tidak terurus. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya: “Seseorang sudah cukup berdosa jika melalaikan orang yang harus ia beri makan”. Kemudian Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin mengenai apa yang dipimpinnya, apakah ia memerhatikan atau menelantarkan, hingga tiba giliran setiap laki-laki ditanyai tentang anggota keluarganya”. 160 Hak anak untuk dinafkahi oleh orang tuanya termasuk ke dalam katagori nafkah furu’. Nafkah furu’ adalah nafkah terhadap seorang anak atau anak dari anak cucu atau dengan kata lain nafkah keturunan garis lurus ke bawah. Menurut pendapat mayoritas ulama 161 , anak-anak yang wajib dinafkahi adalah anak-anak kandung dari ayahnya, cucu, dan seterusnya ke bawah.Jadi artinya, seorang kakek wajib memberikan nafkah kepada cucunya jika ayah si anak tidak mampu menafkahi.Sementara menurut Mazhab Malikiyyah berpendapat 162 bahwa nafkah anak yang wajib hanyalah anak, sedangkan cucu anaknya anak tidak termasuk sesuai firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah ayat 233 yang dijelaskan di atas. Hal 160 HR. Ibnu Hibban, lihat Muhmud Muhammad Al-Jaauhari, Membangun Keluarga Al-Qu’ran, Terjemahan Kamran As’ad Irsyady, Jakarta: Amzah, 2005, hlm.204. 161 Al-muhadzdzab, Vol.346 162 Al-Qawaaniin al-Fiqhiyyah, hlm. 223. Universitas Sumatera Utara 91 ini karena nafkah itu wajib sebab hubungan warisan, bukan karena bagian dari satu keluarga. Begitu pula dengan sabda Rasullulah kepada Hindun istri Abu Sufyan , “Ambillah sebagian dari hartanya untuk keperluanmu berserta anak-anakmu secara patut”. Ini menunjukkan kewajiban ayah untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. 1 Syarat-syarat wajibnya nafkah atas anak Ada tiga syarat yang mewajibkan nafkah atas anak: 163 a Bila orang tua tergolong mampu untuk memberikan nafkah atau mampu berkerja. Jika orang tua si anak mampu secara finansial atau mampu berkerja maka wajib baginya untuk memberi nafkah kepada anaknya. Jikaia tidak mempunyai harta, namun masih mampu untuk berkerja maka ia harus mempunyai pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan si anak. Namun jika ia menolak mencari nafkah maka pihak pengadilan berhak menahannya. Sebaliknya jika keadaan ekonomi orang tua sedang susah dan tidak mampu untuk berkerja, ia sendiri dinafkahi oleh orang lain maka ia tidak berkewajiban member nafkah pada anak. Ulama Malikiyyah berpendapat bahwa seorang ayah tidak wajib berkerja untuk memberi nafkah anaknya jika memang ia sendiri susah meskipun masih mampu untuk berkerja. Tetapi ia tidak wajib bekerja untuk menafkahi anaknya yang juga miskin. bAnak-anak dalam keadaan miskin tidak memiliki harta dan tidak mampu untuk bekerja 163 Ibnu Qudmah, Op.Cit, Jilid 3, hlm.446. Universitas Sumatera Utara 92 Jika anak laki-laki, sudah memasuki usia kerja maka ayahnya boleh mengupahnya atau menyuruhnya untuk bekerja, dan hasil kerjanya itu untuk memenuhi kebutuhan sianak itu sendiri. Adapun untuk anak perempuan maka tidak boleh disuruh kerja sebagai pembantu, karena ditakutkan terjadi khalwat yang dilarang oleh syara’. Akan tetapi, boleh belajar keterampilan seperti menjahit, menyulam dan sejenisnya. Nafkah anak yang sudah bekerja tidak wajib bagi ayahnya kecuali jika pendapatannya itu tidak mencukupi kebutuhannya sendiri, maka ayah wajib membantunya mencukupi kekurangannya tersebut. Jika ia mempunyai harta yang dapat mencukupinya maka nafkahnya diambil dari hartanya sendiri, bukan menjadi beban orang lain. Jika ia mampu bekerja maka ia wajib bekerja. Anak kecil yang mampu bekerja maka nafkahnya dari pekerjaannya itu,bukan tanggungan ayahnya. Seorang anak yang sudah mampu bekerja atau memiliki harta kaya maka ayah tidak wajib memberinya nafkah. Terhadap anak yang sudah dewasa ayah tidak berkewajiban untuk memberikan nafkah kepadanya, kecuali jika anak tersebut tumbuh lemah dan tidak mampu bekerja, baik karena idiot, dungu,lumpuh atau karena cacat badan, buta, sedang mencari ilmusekolah atau sebab-sebab lain yang dapat menghalangi si anak untuk bekerja.Sementara menurut Mazhab Hambali, orang tua tetap berkewajiban memberikan nafkah kepada anaknya yang sudah dewasa namun miskin meskipun ia sehat. cTidak ada berbeda agama antara anak yang dinafkahi dengan orang yang dinafkahi Universitas Sumatera Utara 93 Syarat ini merupakan syarat tambahan yang dikemukan oleh ulama Mazhab Hambali.Jika berbeda agama antara anak dengan ayah yang menafkahinya maka si anak tidak berhak mendapat nafkah dari ayahnya. Alasannya, karena nafkah itu untuk kebaikan dan penghubung keluarga sehingga tidak wajib bagi anak yang berbeda agama, selain itu juga ia tidak termasuk dalam katagori kelompok yang mendapatkan warisan dari orang tuanya. Artinya, baik anak maupun orang tua tidak berhak mendapatkan nafkah bila masing-masing berbedaa agama, karena menurutnya, orang yang mendapatkan nafkah itu adalah orang yang termasuk dalam katagori ahli waris, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat 233. Jadi nafkah itu wajib diberikan kepada orang yang ada kaitan kekerabatan dan orang ang termasuk ahli waris.JIka bukan termasuk ahli waris maka tidak berhak mendapatkan nafkah karena tidak ada hubungan kekerabatan. Namun ulama Mazhab lainnya tidak mensyaratkan anak yang dinafkahi tidak harus seagama. Hal ini karena kelahiran yang menyebabkan nafkah atas anak wajib bagi ayahnya, baik seagama maupun tidak, karena nafkah adalah penyambung hidup seseorang, sedangkan hidup itu sangat penting karena Allah juga memberi rezeki kepada orang mukmin dan juga kepada orang kafir. f. Hak untuk diberikan pendidikan Mendidik anak sejak dini dengan pendidikan yang tepat termasuk salah satu kewajiban terpenting orang tua atau kewajiban rumah tangga secara umum terhadap anak dengan anggapan rumah adalah sekolah pertama anak-anak dan jika tidak bisa menjalankan fungsinya maka orang tua bisa menggunakan istitusi atau lembangan Universitas Sumatera Utara 94 pendidikan yang terbaik menurut orang tua demi kepentingan si anak.Hak anak untuk mendapat pendidikkan adalah kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan dedikasi hidup yang dibekali dengan kemampuan dan kecakapan sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkannya di tengah-tengah masyarakat sebagai landasan hidup dan penghidupannya setelah ia tidak lagi meenjadi tanggungg jawab orang tua. 164 Hal ini sebagaimana hadist Rasullulah yang diriwayatkan oleh Al-Tarmizi, yang artinya berbunyi: “ Mendidik anak adalah lebih baik daripada bersedekah secupak beras”. Selanjutnya hadist Rasullah lainnya, yang artinya berbunyi: “ tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama dari pada pendidikan yang baik”. 165 Hadist tersebut menjelaskan bahwa orang tua wajib dan bertanggungjawab secara formal atas pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Selanjutnya seorang pakar hukum keluarga dalam Islam, yaitu Su’ad Ibrahim Shalih dalam bukunya “Alaqah al-Aba’aba’bia, ahma’fi al-Syari’ah al- Islamiya: Sirasah Fiqhiyyah Muqaramah Hubungan orang tua dan anak dalam syari’at Islam: Studi Kajian Hukum Perbandingan, juga menguraikan dengan lengkap hak-hak anak terkait dengan kewajiban orang tua, masyarakat, dan negara yaitu diantaranya; hak pendidikan ha al-hadhanah, hak nafkah haq al-hadhanah termasuk didalamnya 164 M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Medan: Zahir Trading, 1975, Hlm. 205-206, lihat juga Amiur Nurddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Sampai KHI, 2004, Hlm. 294. 165 M.Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah, Pendidikan dan Pengasuhan Anak Menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Medan: Perdana Mulya Sarana, 2012 hlm.15. Universitas Sumatera Utara 95 pangan, sandang dan papan. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa kewajiban orang tua juga termasuk mencari pasangan hidup yang shalihah, memberikan nama yang baik, aqiqah, memberikan nasab keturunana yang sah dan mempersiapkan anak untuk sukses dalam kehidupan dunia akhiratnya. 166 g. Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat, 26, dan 10. Seorang anak berhak menjadi ahli waris dari orang tuanya, sehingga ia berhak mendapat harta yang ditinggalkan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Hal ini juga diatur dalam Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam. Sementara pasca perceraian, secara umum, anak berhak mendapat 167 : 1. Kasih sayang, meskipun orang tua sudah bercerai. Anak harus tetap mendapatkan kasih sayang dan anak berhak menentukan dengan siapa dia akan tinggal. 2. Pendidikan. 3. Perhatian kesehatan. 4. Tempat tinggal yang layak. Keempat unsur dasar di atas harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anak, jika mereka bercerai. Tetapi tidak bisa dipungkiri pula, bila orangtuanya bercerai, maka sering terjadi salah satu pihak tidak memenuhi hak-hak anak, sehingga hak-hak anak tersebut terabaikan. Untuk kondisi seperti ini, orangtua bisa dikenakan sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan pada saat proses perceraian dilakukan.

2. Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua