Gambar 8. Diagram Lineweaver-Burk Suhartono, 1989
F. Stabilitas Enzim
Stabilitas enzim adalah kestabilan aktivitas enzim selama penyimpanan dan penggunaan enzim tersebut, serta kestabilan terhadap berbagai senyawa yang
bersifat merusak enzim seperti pelarut tertentu asam atau basa dan oleh pengaruh suhu dan pH yang ekstrim atau kondisi non fisiologis lainnya
Wiseman, 1985. Terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan enzim yang
mempunyai stabilitas tinggi, yaitu menggunakan enzim yang memiliki stabilitas ekstrim alami dan mengusahakan peningkatan stabilitas enzim yang secara alami
tidakkurang stabil Junita, 2002. Untuk meningkatkan stabilitas enzim yang secara alami tidakkurang stabil, salah satunya adalah dengan penambahan
senyawa aditif.
maks
V 1
1 V
M
K 1
S 1
maks M
V K
Slope
1. Stabilitas termal enzim
Pada suhu yang terlalu rendah kemantapan enzim tinggi, tetapi aktivitasnya rendah, sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi aktivitas enzim tinggi, tetapi
kemantapannya rendah. Kenaikan suhu enzim akan mempengaruhi kecepatan laju reaksi, namun hanya sampai batas tertentu dan dapat menyebabkan
denaturasi protein. Daerah suhu saat kemantapan dan aktivitas enzim cukup besar disebut suhu optimum untuk enzim tersebut Wirahadikusumah, 1997.
Dalam industri, pada proses reaksinya biasanya menggunakan suhu yang tinggi. Penggunaan suhu yang tinggi bertujuan untuk mengurangi tingkat
kontaminasi dan masalah-masalah viskositas serta meningkatkan laju reaksi. Namun, suhu yang tinggi ini merupakan masalah utama dalam stabilitas
enzim, karena enzim umumnya tidak stabil pada suhu tinggi. Proses inaktivasi enzim pada suhu tinggi berlangsung dalam dua tahap, yaitu:
a. Adanya pembukaan partial partial unfolding struktur sekunder, tersier dan atau kuartener molekul enzim.
b. Perubahan struktur primer enzim karena adanya kerusakan asam amino- asam amino tertentu oleh panas Ahern and Klibanov, 1987.
Air memegang peranan penting pada kedua tahap di atas. Oleh karena itu, dengan menggunakan air seperti pada kondisi mikroakueus, reaksi inaktivasi
oleh panas dapat diperlambat dan stabilitas termal enzim akan meningkat. Stabilitas termal enzim akan jauh lebih tinggi dalam kondisi kering
dibandingkan dalam kondisi basah. Adanya air sebagai pelumas membuat
konformasi suatu molekul enzim menjadi sangat fleksibel, sehingga bila air dihilangkan molekul enzim akan menjadi lebih kaku Virdianingsih, 2002.
2. Stabilitas pH enzim
Stabilitas enzim dipengaruhi oleh banyak faktor seperti suhu, pH, pelarut, kofaktor dan kehadiran surfaktan Eijsink et al., 2005. Dari faktor-faktor
tersebut, pH memegang peranan penting. Diperkirakan perubahan keaktifan pH lingkungan disebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau
kompleks enzim-substrat. Enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada kisaran pH optimum enzim dengan stabilitas yang tinggi Winarno, 1989.
Pada reaksi enzimatik, sebagian besar enzim akan kehilangan aktivitas katalitiknya secara cepat dan irreversibel pada pH yang jauh dari rentang pH
optimum untuk reaksi enzimatik. Inaktivasi ini terjadi karena unfolding molekul protein sebagai hasil dari perubahan kesetimbangan elektrostatik dan
ikatan hidrogen Kazan et al., 1997.
G. Isolasi dan Pemurnian Enzim