Pencairan Tunggakan dangan Surat Sita Kesimpulan

meningkat jauh dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 jurusita pajak Negara kpp pratama lubuk pakam berhasil mecairkan Rp 5.545.724.181 dari total tunggakan yang di tagh menggnak surat paksa. Artinya pencapaian pelaksanaan penagihan dengan surat paksa selama tahun2012 sampai 2014 bersifat fluktuatif. Terjadi penurunan persentase tunggakan yang cair dari tahun 2012 hingga 2014, namun untuk nominal tunggakan yang berhasil dicairkan mengalami peningkatan, tentu saja hal tersebut merupakan sesuatu yang baik karna cairnya tunggakan pajak tersebut menggurangi besarnya nominal tunggakan yang ada dan menambah pendapat Negara. Hal ini disebabkan karena pihak jurusita pajak Negara lebih menekankan kegiatan penagihan kepada wajib pajak yang memiliki tunggakan besar. Pelaksanaan penagihan dengan surat paksa tidak luput dari kendala dan hambatan yang dialami oleh jurusita pajak negara. Kendala yang dihadapi seperti susahnya menemui penanggung pajak, dikarenakan beberapa faktor seperti tidak ditemukannya penanggung pajak pada alamat yang tertera pada surat pemberitahuan. Serta terdapatnya alamat fiktif, hal ini lah yang menyebabkan tidak semua surat paksa dapat disampaikan tepat waktu kepada penanggung pajak.

c. Pencairan Tunggakan dangan Surat Sita

Tugas jurusita pajak negara lainnnya adalah melakukan penagihan dengan surat sita. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajak setelah 2 x 24 jam setelah surat paksa diterbitkan. Penyitaan dilakukan dengan tujuan mencairkan tunggakan dengan menyita barang-barang milik wajib pajak, baik yang bergerak danatau tidak bergerak. Pelaksanaan penerbitan surat sita oleh jurusita pajak negara kpp pratama lubuk pakam, telah berjalan dengan baik. Hal tersebut didukung dengan hasil data sekunder yang ditemukan. Pada tabel 4.7 pada bab 4 yang telah disajikan sebelumnya kita dapat mengetahui bahwa pada tahun 2012-2014 pencapaian jurusita pajak dalam melakukan pencairan tunggakan dapat dikatakan baik. Pada tahun 2012 keberhasilan jurusita pajak negara pada kpp pratama lubuk pakam mencapai 100 dari surat sita yang diterbitkan dengan nominal Rp.20.077.063. Pada tahun 2013 tidak ada surat sita yang diterbitkan. Dan pada tahun 2014 nominal yang dicairkan oleh juru sita pajak negara kpp pratama lubuk pakam dari kegiatan penerbitan surat sita sebanyak Rp. 1.498,432.988, jumlah yang cukup baik untuk menambah pendapatan. Jurusita pajak negara di kpp pratama lubuk pakam melakukan kegiatan penyitaan telah sesuai dengan ketentuan yang ada. Hal ini berdasarkan informasi dari informan yang mengatakan melaksanakan penyitaan jurusita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal jurusita pajak dan surat perintah melakukan penyitaan, serta membertitahukan maksud dan tujuan penyitaan.

d. Pencairan Tunggakan dengan Lelang

Rangkaian tugas jurusita pajak negara yang terakhir adalah melakukan pencairan tunggakan adalah dengan kegiatan lelang. Lelang dilakukan terhadap barang-barang yang telah disita. Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksankan apabila utang pajak danatau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakannnya penyitaan. KPP Pratama Lubuk Pakam, tersebut tidak melakukan kegiatan lelang yang dilakukan pada tahun 2012 – 2014 bukan karena tidak pernah melakukan kegiatan lelang. Kegiatan lelang pernah akan dilakukan namun tidak terealisasi disebabkan karna penanggung pajak memiliki itikad melakukan pencairan atas utang pajaknya, baik dengan cara di cicil ataupun dilunasi. Sehingga barang yang telah disita belum sampai pada tahap lelang. Hal ini mencerminkan bahwa tunggakan telah dicairkan sebelum barang yang disita dilakukan pelelangan.

5.1.2 Kendala-Kendala Tugas Jurusita Pajak Negara di KPP Pratama Lubuk

Pakam Dalam menjalankan tugasnya, jurusita banyak sekali menghadapi kendala- kendala dalam pencairan tunggakan pajak. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan tugasnya, maka dilakukan wawancara dengan informan kunci yaitu jurusita pajak, kepala seksi penagihan dan koordinator pelaksana seksi penagihan. 1. Pada prinsipnya inti permasalahan dari tidak maksimalnya kinerja jurusita pajak dalam melakukan pencairannya yaitu ada pada sumber daya manusianya. Yang dari awal sudah dibahas bahwa jumlah jurusita yang ada di KPP Pratama Palembang Lubuk Pakam hanya ada satu orang. Dengan banyaknya tugas jurusita, dan waktu yang ditentukan setiap penerbitan surat, pelaksanaan pemberitahuan surat, dan sebagainya, jurusita seringkali mengalami kekurangan tenaga, yang mengakibatkan terhambatnya kinerja jurusita dalam melakukan tugas. 2. Selain itu kendala dalam hal profiling juga menentukan sampai atau tidaknya surat yang diterbitkan oleh jurusita tersebut. Alamat yang diberikan oleh wajib pajak seringkali tidak sesuai dengan alamat wajib pajak itu sebenarnya. Alamat fiktif atau palsu, yang mengakibatkan surat yang diberitahukan oleh jurusita pajak untuk wajib pajak seringkali kembali kekantor. Sehingga penyampaian surat tersebut sangat tidak efektif, yang mengakibatkan jumlah pencairan tunggakan pajak tidak bisa terealisasi sesuai dengan target. Akurasi data juga merupakan suatu faktor penghambat dalam melakukan pelaksanaan tugas jurusita ini, seperti wajib pajak yang pindah tempat, tetapi tidak melaporkan alamat barunya ke KPP, sehingga apabila dilakukan tindakan penagihan oleh jurusita, wajib pajak sudah tidak ada ditempat lagi. 3. Kurangnya sarana dan prasarana di KPP juga merupakan kendala yang dihadapi oleh jurusita dalam melakukan tugasnya. Banyaknya tugas dari jurusita menyebabkan jurusita harus diberikan sarana dan prasarana untuk mendukung tugasnya dalam upaya pencairan tunggakan pajak. Seperti kendaraan operasional sebagai sarana transportasi bagi jurusita untuk melakukan tugasnya belum tersedia. 4. Dalam melakukan tugasnya kelapangan, seperti melakukan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, menyita barang wajib pajak, menyandera, jurusita menghadapi berbagai macam karakter wajib pajak. Terdapat wajib pajak yang ramah dan terdapat juga wajib pajak yang tidak kooperatif. Wajib pajak yang tidak kooperatif ini biasanya tetap dilakukan pelaksanaan penagihan, walaupun wajib pajak tersebut bersikap kurang ramah, disinilah peranan kerjasama jurusita pajak dengan instansi lain, jurusita pajak bisa meminta bantuan kepolisian untuk memudahkan pelaksanaan tugas jurusita pajak. 5. Dilapangan, dalam melakukan tugasnya jurusita juga menemui berbagai macam kondisi wajib pajak, ada wajib pajak yang sudah meninggal, ada juga wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak tetapi mengalami kebangkrutan dalam usahanya yang mengakibatkan tidak bisanya melunasi tunggakan pajak. Apabila jurusita mendapati wajib pajak sudah meninggal, maka jurusita akan melakukan tindakan terhadap ahli waris dari wajib pajak tersebut, tetapi apabila ahli waris tidak mampu membiayai utang pajaknya maka dilakukan penelitian setempat atau usulan penghapusan piutang pajak bagi wajib pajak tersebut. 6. Jangka waktu tindakan penagihan yang sangat sebentar tidak sesuai dengan jumlah jurusita pajak yang ada. Seperti jangka waktu penerbitan surat teguran yang hanya berjangka waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo STP dan SKP mengakibatkan jurusita seringkali terlambat menerbitkan surat tersebut. Sama halnya dengan pelaksanaan surat paksa yang hanya berjarak 21 hari dari surat teguran, pelaksanaan penyitaan dan seterusnya. Semua jangka waktunya tidak sesuai dengan tugas yang harus dilakukan oleh jurusita dan sumber daya manusia yang ada, sehingga seringkali terjadi keterlambatan- keterlambatan dalam melakukan tugasnya.

5.1.3 Strategi Jurusita Pajak Negara Di KPP Pratama Lubuk Pakam Dalam

Meningkatkan Kinerja Berdasarkan wawancara yang dilakukan, informan menyebutkan beberapa strategi yang dilakukannya untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan pencairan tunggakan pajak agar wajib pajak mau membayar tunggakannya sesuai dengan waktu dan ketetapan, beberapa strategi tersebut yaitu konfirmasi pencairan tunggakan pajak, himbauan kepada wajib pajak untuk segera membayar tunggakan pajak, dan kerjasama jurusita pajak dengan instansi lain. 1. Konfirmasi Pencairan Tunggakan Pajak Dalam hal melaksanakan tugasnya yaitu melakukan tindakan penagihan, jurusita juga dituntut melakukan berbagai strategi untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan pencairan tunggakan pajak agar wajib pajak mau membayar tunggakannya sesuai dengan waktu dan ketetapan. Salah satunya dengan cara konfirmasi pencairan tunggakan pajak, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh jurusita pajak untuk memastikan apakah wajib pajak sudah melakukan pembayaran tunggakan pajak atau belum. Konfirmasi ini dilakukan dengan cara jurusita pajak mendatangi tempat wajib pajak yang menunggak, atau jurusita mengirimkan surat konfirmasi pencairan tunggakan pajak kepada wajib pajak yang menunggak. jurusita menganggap apabila jurusita melakukan konfirmasi pencairan terhadap wajib pajak yang menunggak, maka jurusita dapat mengetahui apakah wajib pajak tersebut sudah melunasi tunggakan atau belum. Biasanya cara mendatangi wajib pajak tersebut lebih efektif dari pada hanya mengirim surat saja. 2. Himbauan Jurusita Pajak Kepada Wajib Pajak Untuk Segera Membayar Tunggakan Pajak Jurusita sering kali menghimbau kepada wajib pajak terutama yang memiliki tunggakan pajak yang besar untuk segera membayar tunggakan pajaknya. Karena apabila tidak membayar, tunggakan pajak tersebut akan terus bertambah karena adanya denda atau bunga penagihan yang setiap bulan akan terus bertambah, yang membuat tunggakan pajak terus meningkat dan wajib pajak menjadi enggan untuk melunasi tunggakannya. 3. Kerjasama Jurusita Pajak Negara dengan Instansi Lain. Dalam melaksanakan tugasnya menurut Undang-Undang PPSP Pasal 3 ayat 4, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang- undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. Tujuan dari kerjasama dengan instansi ini yaitu untuk memudahkan pelaksanaan tugas jurusita pajak, karena dilapangan wajib pajak biasanya banyak yang tidak kooperatif terhadap jurusita pajak, sehingga jurusita perlu kerjasama dengan instansi lain.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil pembahasan pada Bab – bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas jurusita pajak negara dalam pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Lubuk Pakam berjalan sesuai dengan ketentuannya yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Namun pada waktu pelaksanaannya, jurusita sering kali melakukan tugasnya tetapi tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan, ini dikarenakan jumlah sumber daya yang ada di KPP Pratama Lubuk Pakam kurang. Jumlah jurusita yang ada hanya berjumlah 2 dua orang. Pada saat melakukan tugasnya jurusita seringkali tidak bisa maksimal. Terlambatnya pelaksanaan tugas jurusita ini mengakibatkan proses tindakan penagihan menjadi terhambat dan lama. pencairan tunggakan pajak ini, apabila dilihat dari pelaksanaan tugas jurusita, walaupun belum maksimal dapat dikatakan baik, hal ini dikarenakan jurusita pajak negara telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam melaksanakan tugasnya. Dari segi nominal atau hasil pencairan yang telah dicapai walaupun belum maksimal, namun rangkaian kegiatan penagihan yang dilakukan sejak tahun 2012 - 2014 memberikan hasil karena adanya tunggakan yang sedikit atau banyak telah dicairkan. Selain masalah sumber daya, banyak kendala yang dihadapi jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya, masalah profiling merupakan masalah utama dalam pelaksanaan tugas jurusita pajak dalam pencairan tunggakan pajak. Alamat wajib pajak yang diberikan seringkali berbeda dari alamat wajib pajak yang sebenarnya, atau sering disebut alamat fiktif. Wajib pajak yang sudah pindah juga sering tidak melaporkannya kepada KPP, sehingga apabila jurusita akan melakukan tugasnya, jurusita tidak menemukan wajib pajak tersebut. Jadi terhambatnya jurusita dalam melakukan tugasnya dikarenakan karena wajib pajak sendiri yang tidak jujur dalam memberikan alamat. Jurusita seringkali menemukan wajib pajak yang tidak kooperatif dalam melaksanakan tugasnya. Ada yang tidak mau menerima bahwa wajib pajak tersebut memiliki tunggakan, membentak jurusita bahkan sampai mengancam jurusita. Jangka waktu tindakan penagihan yang sangat sebentar tidak sesuai dengan jumlah jurusita pajak yang ada. Semua jangka waktu pelaksanaan tugas jurusita tidak sesuai dengan tugas yang harus dilakukan oleh jurusita dan sumber daya manusia yang ada, sehingga seringkali terjadi keterlambatan- keterlambatan dalam melakukan tugasnya. Selain melakukan tugasnya sesuai dengan UU PPSP, jurusita juga melakukan berbagai macam strategi untuk meningkatkan kinerja jurusita dalam melakukan pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Lubuk Pakam . Beberapa strategi yang dilakukan jurusita untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan pencairan tunggakan pajak agar wajib pajak mau membayar tunggakannya sesuai dengan waktu dan ketetapan, beberapa strategi tersebut yaitu konfirmasi pencairan tunggakan pajak, himbauan kepada wajib pajak untuk segera membayar tunggakan pajak, dan kerjasama jurusita pajak dengan instansi lain.

6.2 Saran