25 PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

  urnal Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  

25

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA

KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

Widhi Sumirat

  

Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

  Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi.

  Desain penelitian ini adalah Pre–Eksperimen dengan One Group Pre–Post Test Design. Populasinya sebanyak 30 siswa dengan menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan dengan analisa Deskriptif.

  Berdasarkan hasil sebelum penyuluhan menunjukkan dari 30 responden yang diteliti, paling banyak dalam kriteria cukup 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan didapatkan hasil dengan kriteria baik menjadi 21 responden (70%). Analisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V adalah pemberian penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan petugas kesehatan lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan baik pada anak – anak melalui program UKGS secara rutin tentang perawatan gigi.

  Kata Kunci : penyuluhan, pengetahuan, dan perawatan gigi Latar Belakang

  Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajad kesehatan secara optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000). Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

  Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi, karang gigi, gusi meradang / berdarah, plak dan sakit gigi. Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak.

  Menurut data terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan dari Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, sekitar 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Dalam hal kebiasaan menggosok gigi, sebanyak 91% penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari, namun hanya 7% yang menggosok gigi dua kali di waktu Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang

  yang benar, yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Hasil riset juga menunjukkan hanya 7,3% penduduk yang dinilai telah menggosok gigi dengan benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2007 juga memperlihatkan data memprihatinkan bahwa sebanyak 89% anak-anak dibawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Dengan kata lain hanya 11% anak Indonesia yang terbebas dari karies. Lebih lanjut, menurut Riset Internal yang dilakukan oleh Unilever tahun 2007, hanya terdapat 5,5% masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi. Sedangkan data dari Puskesmas Kepung menunjukkan angka kesakitan gigi pada anak sejumlah 30 anak setiap bulannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, dari 10 siswa yang dilakukan wawancara, 10 siswa tersebut mengatakan bahwa mereka menyukai makanan yang manis seperti permen namun terkadang lupa untuk menyikat gigi ataupun berkumur setelahnya oleh karena itu sekarang bahwa 3 siswa mengatakan menyikat gigi dilakukan di pagi hari sebelum sekolah namun jarang sikat gigi di malam hari, terdapat 5 siswa mengatakan sikat gigi pada pagi dan sore hari saat mandi , dan ada 2 siswa mengatakan sikat gigi pada pagi dan sore hari serta pernah diperiksakan ke petugas kesehatan namun tidak secara rutin.

  Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh menyeluruh. Peradangan yang terjadi didalam gigi karena gigi berlubang dapat menyebabkan kuman masuk melalui pembuluh darah dan menyebar ke organ lain yang vital fungsinya. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat terpisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (FKG UPB, 2008). Notoatmodjo cit Fankari (2004) menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi pada masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan perawatan gigi. Faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung dengan terjadinya proses karies atau gigi berlubang antara lain adalah struktur gigi, morfologi gigi, susunan dari gigi geligi di rahang, derajad keasaman air ludah (saliva), kebersihan mulut dan frekuensi makan makanan manis. Faktor tersebut berinteraksi, berkaitan dan mempunyai urutan besar peranan tertentu. Selain itu ada beberapa faktor luar sebagai faktor penyebab dan penghambat yang berhubungan secara tidak langsung dengan proses terjadinya gigi berlubang (karies) antara lain, usia, jenis kelamin, suku bangsa, letak geografis, tingkat ekonomi, kultur sosial serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. Penyebab tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya karena faktor perilaku dan pelayanan kesehatan gigi yang belum merata. Selain itu penyebab utama terjadinya kerusakan gigi berawal dari bagaimana pola hidup manusia itu sendiri. Apalagi pada anak usia sekolah dasar yang seringkali kurang perhatian dari orangtua nya dalam memilih jajanan sehat di lingkungan sekolah. Anak usia sekolah dasar yang kebanyakan lebih menyukai makanan yang manis – manis tanpa memperhatikan akibat yang akan dirasakan pada kemudian hari. Sebab tanpa adanya perawatan dan perhatian khusus gigi sejak dini. Permasalahan gigi pada anak apabila tidak segera ditangani dapat mengganggu sistem pencernaan, mengurangi nafsu makan pada anak (Maulani, 2005). Apabila gangguan sistem pencernaan tidak segera ditangani, maka hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut terganggu.

  Oleh karena itu penyuluhan Perawatan gigi merupakan cara yang tepat untuk mengubah perilaku hidup yang tidak sehat itu serta dapat membantu dalam masalah perawatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah. Dengan adanya penyuluhan ini dapat memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut serta memberi motivasi kepada siswa tentang merawat dan memelihara kesehatan gigi. Disamping itu sebagai upaya promotif dan preventif bagi siswa yang terkena maupun yang belum mengalami masalah gigi dan mulut

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V tentang perawatan gigi di SDN Kepung III tahun 2013?”

26 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  Tujuan Hasil Penelitian

  1. Tujuan Umum

  1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

  Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

  Mengetahui Pengaruh Penyuluhan Terhadap

  No Usia Jumlah Prosentase

  Tingkat Pengetahuan Perawatan Gigi Pada Siswa

  1 10 tahun 7 23%

  Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung

  2 11 tahun 16 54% 3 12 tahun 7 23%

  Kabupaten Kediri Tahun 2013

  Jumlah 30 100 %

  2. Tujuan khusus

  a. Mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa

  Perawatan Gigi Siswa Kelas V SDN Kepung III responden terbanyak berusia 11 tahun 54% (16 Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun responden). 2013 sebelum penyuluhan.

  2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

  b. Mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Kelamin

  Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  Perawatan Gigi Siswa Kelas V SDN Kepung III

  No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

  Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun

  1 Laki – Laki 12 40% 2013 setelah penyuluhan.

  2 Perempuan 18 60% Jumlah 30 100 %

  c. Menganalisa Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Siswa

  Dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung terbanyak adalah responden berjenis kelamin Kabupaten Kediri Tahun 2013. perempuan yaitu sebesar 60% (18 responden).

  3. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber

  Metode Penelitian

  Informasi

  Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi No Sumber Informasi Jumlah Prosentase

  penelitian ini adalah desain Pre – Eksperimental yaitu

  1 Televisi 24 77% One Group Pre – Post Test Design.

  2 Petugas Kesehatan 5 16%

  Variabel penelitian ini adalah penyuluhan tentang

  3 Guru 1 7%

  4 Radio 0%

  perawatan gigi sebagai variabel independen dan

  5 Teman 0%

  variabel dependen adalah pengetahuan siswa kelas V

  6 Koran 0%

  SD N Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten

  Jumlah 30 100 % Kediri Tahun 2013.

  Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data Penelitian diselenggarakan di SDN Kepung III bahwa responden terbanyak mendapat informasi dari

  Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, adapun waktu televisi sebanyak 77% (24 responden) dan tidak ada penyelesaian penelitian yaitu mulai bulan Januari responden yang mendapat informasi dari teman, radio, sampai dengan Oktober - November 2013. atau koran ( 0% ). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

  4. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang

  V SD N Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Perawatan Gigi Sebelum Penyuluhan Kediri Tahun 2013 yang berjumlah 30 responden.

  Tabel 4. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan

  Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah s

  Gigi Sebelum Penyuluhan No Tingkat Jumlah Prosentase

  semua siswa kelas V SDN Kepung III Kecamatan

  Pengetahuan

  Kepung Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini tekhnik

  1 Baik 1 3% sampling yang digunakan adalah Total sampling.

  2 Cukup 18 60%

  3 Kurang 11 37%

  Analisis data dilakukan melalui tahapan pemeriksaan

  Jumlah 30 100 %

  data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis statistik

  Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data menggunakan analisis statistik deskriptif. bahwa pengetahuan responden sebelum penyuluhan terbanyak mempunyai kriteria cukup sebesar 60% (18 responden).

27 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  urnal Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang

  5. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Setelah Penyuluhan

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden. Dengan analisa deskriptif diperoleh data dari 30 responden sebelum penyuluhan bahwa 1 responden (3%) dengan kriteria baik, 18 responden (60%) dengan kriteria cukup, dan 11 responden (37%) dengan kriteria kurang. Setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai responden baik menjadi 21 responden (70%), 9 responden (30%) dengan kriteria cukup, dan tidak ada responden (0%) dengan kriteria kurang.

  Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden didapatkan dari pendidikan kesehatan (penyuluhan). Dengan adanya penyuluhan tentang perawatan gigi responden akan mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang perawatan gigi yang benar. Karena pemberian penyuluhan kepada responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Sehingga responden mampu untuk mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisa, hingga mengevaluasi pengetahuan yang didapatkannya. Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah membantu memberikan penyuluhan kepada anak sekolah secara rutin agar diharapkan

  Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui untuk melakukan penelitian terhadap materi / objek. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan yang baik maka akan terbentuk kesadaran dan sikap yang positif dimana perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dimana seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengsintesis dan mengevaluasi pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)

  Setelah Diberikan Penyuluhan Setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai responden baik menjadi 21 responden (70%), 9 responden (30%) dengan kriteria cukup, dan tidak ada responden (0%) dengan kriteria kurang.

  Pengetahuan responden sebelum penyuluhan didapatkan dari sumber informasi yang terbanyak mendapat informasi dari televisi. Karena mereka mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan gigi yang benar sebelumnya dan hanya mengetahui sekilas tentang cara merawat gigi di televisi. Oleh karena itu responden hanya mampu untuk mengetahui dan memahami tapi kurang menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi pengetahuan yang didapatkannya. Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah membantu mensosialisasikan program kesehatan gigi di lingkungan sekolah melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) untuk memberikan informasi pada anak sekolah agar melakukan perawatan gigi dengan cara yang benar.

  Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui untuk melakukan penelitian terhadap materi / objek. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan yang baik maka akan terbentuk sikap positif dimana perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dimana seseorang mampu mengetahui, memahami, tapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)

  1. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Sebelum diberikan Penyuluhan Pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan menunjukkan bahwa dari 30 responden hanya ada 1 responden (3%) dengan kriteria baik, 18 responden (60%) dengan kriteria cukup, dan 11 responden (37%) dengan kriteria kurang.

  Pembahasan

  Hal ini menunjukkan ada pengaruh penyuluhan tentang perawatan gigi terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas V tentang perawatan gigi di SDN Kepung III Tahun 2013, dimana dengan penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gigi.

  18 60% 9 30% Kurang 11 37% 0% Total 30 100 % 30 100 %

  Tabel 5. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Setelah Penyuluhan No Tingkat Pengetahuan

  Sebelum Sesudah Jumlah % Jumlah % Baik 1 3% 21 70% Cukup

  Tabel 6. Analisis Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa kelas V SDN Kepung III No Tingkat Pengetahuan

  6. Analisis Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa kelas V SDN Kepung III

  Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data bahwa pada setelah penyuluhan responden terbanyak masuk dalam kriteria baik 70% (21 responden)

  3 Kurang 0% Jumlah 30 100 %

  2 Cukup 9 30%

  1 Baik 21 70%

  Jumlah Prosentase

28 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  urnal Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  Disarankan kepada responden untuk memahami pentingnya perawatan gigi yang benar dan mampu mengaplikasikan dalam kebiasaan sehari – hari.

  Cipta

  Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rhineka

  Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian

  Gigi Dan Mulut, Ed. 1. Jakarta : Prestasi Pustaka.

  Aziz, Ahmad dr. (2004). Panduan Singkat Kesehatan

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan adanya keterbatasan peneliti disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian tentang kesehatan gigi dan dilakukan ditempat lain dengan responden yang memadai sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang valid

  3. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan kesehatan tentang perawatan gigi baik di pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, maupun lingkungan masyarakat mengingat masih tingginya angka kesakitan gigi pada anak.

  1. Bagi Tempat Penelitian Disarankan bagi tempat penelitian untuk bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk melaksanakan program UKGS secara rutin sehingga pengetahuan siswa tentang perawatan gigi dan kesehatan gigi akan meningkat.

  

29

  Saran

  3. Analisis pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi di SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan hasil bahwa pemberian penyuluhan tentang perawatan gigi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dari kriteria cukup sebanyak 18 responden (60%) menjadi kriteria baik sebanyak 21 responden (70%).

  2. Pengetahuan responden tentang perawatan gigi setelah diberikan penyuluhan diketahui 21 responden (70%) dengan kriteria Baik.

  1. Pengetahuan responden tentang perawatan gigi sebelum penyuluhan berada pada kriteria kurang yaitu 11 responden (37%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden belum memiliki pengetahuan tentang perawatan gigi.

  Kesimpulan

  Adapun faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan diantaranya adalah penyuluhan (Arikunto, 2000). Penyuluhan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). masing – masing individu berbeda – beda. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah sumber informasi tentang perawatan gigi yang didapat sebelumnya, dimana responden terbanyak mendapat informasi dari televisi sebesar 24 responden (77%) dan masuk dalam kriteria cukup sebesar 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan gigi, sebanyak 21 responden (70%) masuk dalam kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan harapan, seorang tenaga kesehatan dalam memberikan promosi kesehatan perlu memperhatikan banyak hal, diantaranya adalah selalu memberikan support positif pada anak sekolah diharapkan agar meningkatkan kualitas perawatan gigi pada anak sehingga masalah kesehatan gigi dapat dikurangi.

  3. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang Perawatan Gigi Di SDN Kepung III Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian sebelum penyuluhan didapatkan bahwa terbanyak responden masuk dalam kriteria cukup yaitu sebesar 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan, adapun hasil yang didapatkan bahwa nilai responden baik menjadi 21 responden (70%). Dari data ini diketahui terdapat 3 responden mengalami peningkatan pengetahuan dari 18 responden kriteria cukup menjadi 21 responden kriteria baik.

  anak mengerti dan paham serta mampu melakukan perawatan gigi dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

  Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang

  Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi

  (2008). Mengenal Tumbuh Kembang Anak Sejak Kecil. http://abidinblog.blogspot.com/2008/12/kesehatan- gigi-dan-mulut.html

  Tamsuri, Anas. (2004). Riset Keperawatan. Kediri : Pamenang Press. Wong, Donna L. (2006).dikutip oleh Dyah Hayu.

  Jakarta : Rineka Cipta. Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

  Suryadi. (2009). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.

  Sejak Usia Dini. Jakarta : Elex Media Komputindo.

  Komputindo Riset Kesehatan Dasar. (2007). Sariningsih, drg. Endang. (2012). Merawat Gigi Anak

  Pada Anak. Jakarta : PT. Elex Media

  Pratiwi, Ayu. (2007). Kesehatan Gigi Dan Mulut

  Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

  Ilmu Keperawatan. Ed. 1. Jakarta: Salemba

  Azwar. (1983) dikutip Machfoedz. (2003) Depkes RI. (1992) dikutip dari Edi Wiyanto (2010).

  Medika Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Metodelogi

  Ilmu Keperawatan. Ed. 1. Jakarta: Salemba

  Dan Ilmu Perilaku , Ed. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

  Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan

  Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta

  Jakarta : Rhineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Ilmu Kesehatan

  Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar. Ed. 2.

  Anak Panduan Orangtua Dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak – Anaknya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

  Depkes RI. (2000). Kesehatan Gigi Dan Mulut Nasional. Hermawan, Rudi. (2010). Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta : Buku Biru. Maulani, drg. Chaerita. (2005). Kiat Merawat Gigi

  Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Anak Tentang Menggosok Gigi.