TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (Studi Etiologi Kriminal di Wilayah Hukum Polres Banyumas)

TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (Studi Etiologi Kriminal di Wilayah Hukum Polres Banyumas)*

Ruby Hadiarti Johny

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o

E-mail: ruby_hadiart y@yahoo.co. id

Abst r act

The viol ence agai nst women i s incr easing i n number . Thi s ar t i cle di scusses t he f act or s under lyi ng t he occur r ence and ot her f or m of viol ence agai nst women t hat occur r ed i n t he Pol i ce Banyumas r egi on. Soci ologi cal j ur i di cal appr oach used i n t hi s r esear ch. Speci f i cat i on of r esear ch i s descr i pt ive. The dat a used ar e pr i mar y and secondar y dat a. The domi nant f act or s t hat cause cr imi nal viol ence t o women ar e domi nat ed by economi c f act or s about 70%, cul t ur al f act or s about 15%, af f air f act or s about 10 %, and l ack of communi cat ion bet ween f ami ly f act or s about 5 %. The t ypes of cr i mi nal viol ence t o women based on dat a f r om LSM Lent er a Per empuan WCC Banyumas, Vi ct ims, and Poi ce Banyumas r egi on most of t he t ype cr i minal vi ol ence t o women i s domest i c vi olence, as physi c, psychol ogi cal , sexual vi olence, and negl i gence of househol d. The pr obl em sol vi ng i s wi t h t he l i t igat ion pr ocess or non l i t i gat i on pr ocess. The l i t i gat ion pr ocess wi t h cr i minal l aw pr ocess and t he non l it i gat ion pr ocess wit h medi at ion.

Keywor ds: Domest i c viol ence, f or m of vi ol ence, cause of viol ence.

Abst rak

Tindak pidana kekerasan t erhadap perempuan semakin meningkat j umlahnya. Art ikel ini membahas mengenai f akt or-f akt or yang melat arbelakangi t erj adinya kekerasan t erhadap perempuam dan bent uk- bent uk kekerasan t erhadap perempuan yang t erj adi di wilayah hukum Polres Banyumas. Met ode penelit ian yang digunakan dalam penelit ian ini adalah met ode pendekat an yuridis sosiologis dengan spesif ikasi penelit ian deskript if . Dat a yang digunakan adalah dat a primer dan dat a sekunder. Fakt or yang dominan dalam t erj adinya kekerasan t erhadap perempuan adalah f akt or ekonomi sebesar 70%, 15 % f akt or budaya, 10% f akor perselingkuhan, dan 5 % f akt or kurangnya komunikasi. Bent uk kekerasan t erhadap perempuan baik berdasarkan dat a dari LSM Lent era Perempuan WCC Banyumas, korban, maupun Kepolisian Polres Banyumas, berada dalam lingkup t indak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), berupa kekerasan f isik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelant aran rumah t angga. Penyelesaian kasus-kasus kekerasan dalam rumah t angga dilakukan dengan proses lit igasi at au non lit igasi. Proses lit igasi sesuai dengan hukum pidana, proses non lit igasi dengan mediasi.

Kat a kunci: Kekerasan dalam rumah t angga, bent uk kekerasan, sebab kekerasan.

Pendahuluan

gakan HAM masih t erj adi ket egangan dalam Dewasa ini isu hak asasi manusia (HAM)

memahami dan mengimplement asikan HAM it u, sudah menj adi agenda yang makin pent ing, t er-

ant ara negara-negara Barat dan negara-negara ut ama paska berakhirnya Perang Dingin. Negara

sedang berkembang, t ermasuk negara-negara Barat semakin bersemangat mempromosikan

Islam. 1

advokasi HAM ke seluruh dunia, bahkan men- Dikat akan oleh Abdul Wahid dan Muham- j adikannya sebagai indikat or dan f akt or penen-

mad Irf an bahwa pot ret Hak Asasi Manusia t u dalam menent ukan kebij akan dan hubungan

(HAM) adalah mosaik sej arah t ent ang penegak- luar negeri mereka. Pada saat ini dalam pene-

Abdul Wahi d & Muhammad Irf an, 2009, Per l i ndungan * Art ikel ini merupakan ar t ikel hasil penel i t i an dengan

sumber dana dari FH UNSOED 2010 Ter hadap Kor ban Keker asan Seksual (Advokasi At as Hak Asasi Per empuan), Bandung: Ref ika Adit ama, hl m. vii .

Tindak Pi dana Keker asan Terhadap Perempuan … 215

an kemerdekaan, kebebasan, keadilan, persa- t erhadap perempuan sepert i cont oh kasus t er- maan, perdamaian, persaudaraan, dan perlin-

sebut t idak t erlepas dari dianut nya budaya pa- dungan. Mosaik yang mengalami pasang surut

t rilinial oleh masyarakat Indonesia yang me- dalam cerminan kecermelangan dan keburaman

nempat kan perempuan sebagai manusia nomor j ut aan waj ah umat manusia. Hampir menj adi

dua sedangkan laki-laki adalah manusia nomor kenyat aan, bahwa penindasan (Pelanggaran)

sat u. Budaya ini t erkonst ruksi secara t erus-me- t erhadap HAM menempat i f ragment asi hist oris

nerus dalam wakt u yang lama, sehingga mela- dengan f enomena yang berulangkali, bahwa

hirkan pola hubungan yang t idak seimbang an- rekaman sej arah t erhadap nasib hak-hak asasi

t ara perempuan dan laki-laki. j uga senant iasa menyuarakan bagian-bagaian

Ket idak perimbangan ini melahirkan dam- pembelaannya yang heroik at as musnahnya ke-

pak negat if dalam kehidupan masyarakat yang merdekaan it u sendiri, sehingga problema HAM

bermanivest asi dalam bent uk ket idakadilan t er- t elah berkembang sedemikian krusial, sehingga

hadap perempuan sepert i marginalisasi/ pe- menj adi dilemma global. 2 minggiran dalam mengakses kesempat an dari

Problema HAM j uga t erj adi di Indonesia, hasil kerj a ekonomis subordinasi/ penomerdua- salah sat u j enis problema HAM adalah kekeras-

an dalam mengambil keput usan st r er iot i pe/ an t erhadap perempuan. Kekerasan t erhadap

pelabelan negat if , viol ence/ kekerasan sert a perempuan t erj adi dilat ar belakangi oleh ber-

doubl e bur den (beban berlebihan). Ket idakadil- bagai f akt or dan dalam berbagai bent uk sepert i

an t erhadap perempuan menyebabkan lemah- kekerasan t erhadap f isik dan psikis.

nya posisi perempuan yang menyebabkan pe- Akhir-akhir ini di Indonesia marak sekali

rempuan rent an t erhadap kekerasan. kasus kekerasan pada perempuan. Melalui me-

Berdasarkan penelit ian lembaga Legal Re- dia baik media cet ak at aupun elekt ronik dapat

source Cent er, keadilan gender dan hak azasi diket ahui bahwa kekerasan t erhadap perempu-

manusia diperoleh hasil bahwa j umlah kekeras- an t erj adi diberbagai kalangan baik kalangan

an t erhadap perempuan semakin t ahun semakin selebirt is at au masyarakat pada umumnya. Sa-

besar j umlahnya. Korban kekerasan ini t idak lah sat u cont oh kasus kekerasan t erhadap pe-

hanya t erbat as pada perempuan dewasa t et api rempuan yang t erj adi di kalangan selebrit is

j uga t erj adi at as diri anak-anak. 4 adalah kekerasan yang t erj adi t erhadap bint ang

Kait annya dengan HAM nampak dari ber- sinet ron Novia Ardhana yang dilakukan oleh

bagai pernyat aan ant ara lain bahwa kekerasan mant an suaminya yait u Muhammad Bint ang,

t erhadap perempuan merupakan rint angan t er- at aupun kekerasan yang dilakukan Pasha “ Un-

hadap pembangunan. Sebab kekerasan ini da- gu” t erhadap ist rinya Okky Agust ina yang pada

pat menimbulkan akibat kumulat if yang t idak akhirnya beruj ung pada perceraian dan kembali

sederhana, sepert i mengurangi kepercayaan di- t erulang set elah mereka resmi bercerai.

ri perempuan, menghambat kemampuan pe- Perkawinan merupakan perist iwa hukum

rempuan unt uk berpart isipasi penuh dalam ke- yang akibat nya diat ur oleh hukum, at au peris-

giat an sosial, mengganggu kesehat an, mengura- t iwa hukum yang diberi akibat hukum. Jadi

ngi ot onomi perempuan baik dalam bidang eko- apabila t erj adi ada t indakan kekerasan past i

nomi, polit ik dan budaya. 5

Kasus-kasus kekerasan khususnya t erha- dap perempuan t idak banyak yang dilaporkan dan diproses secara hukum karena banyak f ak- 2

ada akibat hukumnya. 3 Terj adinya kekerasan

3 Ibi d. Trust o Subekt i, “ Sahnya Perkawinan Menurut UU No.

t or, salah sat u f akt or yait u dari hukum pidana

1/ 1974. Tent ang Perkaw inan Dit inj au dar i Hukum Perj anj i an” ,

Jur nal Di nami ka Hukum FH Unsoed, Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010. Lihat dan bandingkan dengan

4 Dwi Habsar i Ret naningrum, “ Incest Sebagai Bent uk Wirat ni Ahmadi , “ Hak dan Kew aj i ban Wanit a dal am

Manif est asi Kekerasan Terhadap Perempuan” , Jur nal Kel uarga Menurut UU No. 1 Tahun 1974 t ent ang

Di nami ka Hukum, Fakul t as Hukum UNSOED, Purwo- Perkawi nan” ,

Jur nal Hukum Pr o Jusi t i t i a, Vol . 26 No. 4

kert o, Vol . 9, 2009, hl m. 24.

Okt ober 2008, hl m. 371-390

5 Ibi d. , hl m. 29

216 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

sendiri. Proses peradilan pidana yang panj ang kenyat aan yang hidup dalam masyarakat . it u t ernyat a hanya menit ikberat kan pada pela-

Pada penelit ian sosiologis, maka yang ku kej ahat an saj a, sedangkan korban berada

akan dit elit i pada awalnya adalah dat a sekun- dalam posisi yang t idak mengunt ungkan. 6 der adalah sumber dat a yang t erdiri dari bahan

Jumlah kasus kekerasan t erhadap perem- hukum primer yang berupa perat uran perun- puan bagaikan f enomena gunung es, hal ini

dang- undangan, dokumen resmi, buku-buku li- dikarenakan unt uk menget ahui j umlah kekeras-

t erat ur, art ikel ilmiah, hasil penelit ian para an t erhadap perempuan hanya berdasarkan da-

ahli yang berkait an dengan mat eri yang dit elit i, t a laporan masyarakat , sedangkan kemungkinan

kemudian dilanj ut kan dengan penelit ian t erha- lebih banyak lagi kasus yang t idak dilaporkan

dap dat a primer adalah dat a pert ama yang karena alasan ada hubungan khusus dengan kor-

diperoleh secara langsung dari para responden ban dan perasaan malu dari korban apabila ka-

yait u perempuan yang mengalami kekerasan, susnya diket ahui orang.

kepolisian Polres Banyumas, dan pengurus LSM Ada banyak cara dan t empat unt uk men-

Lent era Perempuan Women Crisis Cent er Ba- dapat kan keadilan, peradilan pidana hanya sa-

nyumas. Spesif ikasi penelit ian yang digunakan lah sat u cara dan t empat yang dapat dit em-

dalam penelit ian ini adalah deskript if , yait u puh. 7 Demikianlah gambaran sekilas yang me-

menggambarkan bent uk-bent uk kekerasan t er- lat ar belakangi t erj adi kekerasan t erhadap pe-

hadap perempuan di wilayah hukum Polres Ba- rempuan di masyarakat dan ket ika perempuan

nyumas dan f akt or-f akt or yang melat arbelaka- mempert anyakan nasibnya seringkali dianggap

ngi t erj adinya kekerasan t erhadap perempuan. sebagai sesuat u yang menyalahi kodrat nya.

Pembahasan

Permasalahan Kondisi Riil Kekerasan Terhadap Perempuan

Berdasarkan lat ar belakang di at as, ada

Di Banyumas Berdasarkan Perolehan Dat a

dua permasalahan yang dibahas pada art ikel

Primer

ini. Per t ama, berkait an dengan bent uk-bent uk LSM Lent era Perempuan Women Crisis kekerasan t erhadap perempuan yang t erj adi di

Cent er Banyumas adalah sebuah lembaga swa- wilayah hukum Polres Banyumas; dan kedua,

daya masyarakat yang menangani kasus perem- mengenai f akt or-f akt or yang melat arbelakangi

puan korban kekerasan guna memperj uangkan t erj adinya kekerasan t erhadap perempuam di

hak dan keadilan kaum perempuan di Indonesia wilayah hukum Polres Banyumas.

khususnya di Kabupat en Banyumas. Berdasar- kan penj elasan yang diberikan oleh Ibu Eri Sing-

Met ode Penelitian

gih Ast ut i, S. H selaku Koordinat or Divisi Advo- Met ode pendekat an yang digunakan ada-

kasi dan Pendampingan yang bert ugas unt uk lah yuridis sosiologis. Dalam pendekat an ini hu-

membant u manangani kasus kekerasan t erha- kum akan diart ikan sebagai perilaku sosial yang

dap perempuan diperoleh dat a sebagai beri- dalam int eraksinya t idak lepas dari pengaruh-

kut . 8

pengaruh di luar bidang hukum at au menelit i Per t ama, ada banyak kasus kekerasan bekerj anya hukum dalam masyarakat . Peneli-

t erhadap perempuan yang dilaporkan ke LSM t ian hukum sosiologis ini dimaksudkan sebagai

ini , dalam kurun wakt u 2004-2009 kurang lebih usaha mendekat i masalah yang dit elit i dengan

ada 400 kasus. Di ant ara sekian banyak kasus sif at hukum yang nyat a at au sesuai dengan

it u, f akt or yang melat arbelakangi kekerasan t erhadap perempuan adalah sebagai berikut :

6 Agus Raharj o, Sunaryo dan Nurul Hidayat , “ Pendayagu- naan Teknol ogi, Inf ormasi dal am Pember dayaan Masya-

rakat unt uk Mengawasi Bekerj anya Si st em Peradil an 8 Wawancar a dil akukan pada Rabu, 14 Jul i 2010. Lihat PIdana di Jawa Tengah” ,

dan bandingkan dengan t ul i san C. Dj i sman Samosir , 10 No. 3 Sept ember 2010, Fakul t as Hukum Unsoed,

Jur nal Di nami ka Hukum, Vol .

“ Fakt or-Fakt or Yang Mengaki bat kan Tidak Ter ungkap- 7 Purwokert o.

nya Suat u Kej ahat an” , Jur nal Hukum Pr o Jusi t i t i a, Vol . Ibi d. 24 No. 3 Jul i 2006, hl m. 246-270.

Tindak Pi dana Keker asan Terhadap Perempuan … 217

(a) f akt or ekonomi (biasanya f akt or ini melat ar bant uan- bant uan t ersebut bert uj uan unt uk pe- belakangi t erj adinya kekerasan dalam lingkup

mulihan pemberdayaan korban. rumah t angga); (b) f akt or budaya (masyarakat

Berdasarkan pada dat a t ersebut maka da- Indonesia menganut budaya Pat rilineal yang

pat diket ahui bahwa kekerasan t erhadap pe- menempat kan perempuan sebagai makhluk

rempuan yang dilaporkan kepada LSM Lent era yang harus t unduk kepada lelaki); (c) perseling-

Perempuan WCC Banyumas semuanya t elah di- kuhan (f akt or ini j uga melat ar belakangi t erj a-

at ur dalam perat uran perundang-undangan dinya kekerasan t erhadap perempuan dalam

yang berlaku, misalkan dalam hal kekerasan lingkup rumah t angga hal ini dikarenakan pasa-

t erhadap perempuan dalam bent uk Kekerasan ngan memiliki pasangan selingkuh); (d) kurang-

Dalam Rumah Tanggga (KDRT), diat ur dalam nya komunikasi ant ar keluarga (f akt or ini paling

Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tent ang sering melat ar belakangi kekerasan t erhadap

Penghapusan Kekerasan Dalam rumah t angga anak perempuan, hal ini dikarenakan hubungan

dan Deklarasi Beij ing. Apabila dikait kan dengan ant ara anak dengan orang t ua t idak berj alan

hasil wawancara maka dapat diket ahui bahwa harmonis). Prosent ase masing-masing-masing

KDRT yang t erj adi paling banyak kekerasan f isik

f akt or t ersebut adalah kurang lebih 70% keke- yang diat ur pada Pasal 6 UU No 23 Tahun 2004, rasan t erhadap perempuan dialat arbelakangi

psikis diat ur dalam Pasal 7 UU No. 23 Tahun oleh f akt or ekonomi, 15% f akt or budaya, 10%

2004, penelant aran rumah t angga diat ur dalam

f akt or perselingkuhan, dan 5% f akt or kurangnya Pasal 9 UU NO. 23 Tahun 2004, dan kekerasan komunikasi.

seksual diat ur dalam pasal 8 UU No. 23 Tahun Kedua, bent uk kekerasan t erhadap pe-

rempuan yang dilaporkan ke LSM Lent era Pe- Apabila KDRT yang dilaporkan kepada LSM rempuan WCC Banyumas berupa Kekerasan

Lent era Perempuan WCC Banyumas dikait kan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Terha-

dengan Deklarasi Beij ing Tahun 1995, maka ke- dap Anak (KTA), kekerasan seksual misalnya

rusakan yang dit imbulkan berupa penderit aan pemerkosaan dan pencabulan, Kekerasan Da-

f isik, psikologis. Hal ini diat ur dalam Pasal 113 lam Pacaran (KDP), Anak Bermasalah Dengan

yait u:

Hukum (ABH), Buruh Migran. Komposisi prosen- Kekerasan t erhadap perempuan berart i t ase masing-masing bent uk kekerasan it u ada-

segala bent uk kekerasan gender yang aki- lah KDRT sekit ar 40%, Seksual 30%, KTA 14 %,

bat nya berupa at au dapat berupa keru- sakan at au penderit aan f isik, seksual, psi-

Buruh Migran 8%, KDP 7%. , ABH 1%. kologis pada perempuan-perempuan t er- Ket i ga, langkah yang dilakukan oleh LSM

masuk disini ancaman-ancaman dari per- Lent era Perempuan WCC Banyumas at as adanya

buat an- perbuat an semacam it u, sepert i laporan kekerasan adalah sesuai dengan St an-

paksaan at au perampasan semena - mena dart Operasional Prosedur (SOP). Langkah per-

at as kemerdekaan, baik yang t erj adi di t empat umum at au dalam kehidupan

t ama yang diambil unt uk menangani kasus ke-

pribadi seseorang.

kerasan t erhadap perempuan adalah melakukan

penggalian dan pengembangan inf ormasi (lapo- ran yang masuk) kepada pihak-pihak t erkait ,

Kekerasan seksual diat ur dalam KUHP Bab apabila laporan t ersebut bukanlah kasus maka

XIV t ent ang Kej ahat an t erhadap kesusilaan dilakukan pembekalan sumber daya manusia,

dalam Pasal 284 mengenai perzinahan, dan Pa- akan t et api apabila laporan t ersebut benar me-

sal 285 meneganai pemerkosaan. Kekerasan rupakan kasus maka diberikan bant uan yang

Terhadap anak, misalnya kekerasan seksual yai- berupa pelayanan advokasi, pendampingan di

t u pencabulan diat ur Pasal 290 dan Pasal 292 proses hukum misalnya pada t ahap penyidikan,

KUHP, sedangkan Unt uk kasus kekerasan dalam at au pendampingan melalui proses non lit igasi

pacaran diat ur dalam Bab XX t ent ang penga- misalnya pendampingan medis dan psikologis,

niayaan dalam Pasal 351 dan Pasal 352 KUHP. Kekerasan t erhadap buruh migran sampai saat

218 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

ini Indonesia belum memiliki undang-undang t arbelakangi oleh f akt or ekonomi, 30% f akt or yang khusus mengat ur hal t ersebut , t et api da-

perselingkuhan. Ket i ga, ada beberapa bent uk pat diproses hukum berdasarkan KUHP.

at au j enis-j enis KDRT yang dit angani oleh Pol- LSM Lent era Perempuan WCC Banyumas

res Banyumas, yait u: (a) kekerasan f isik, yait u dalam menangani permasalahan t ersebut meng-

perbuat an yang mengakibat kan rasa sakit , j a- gunakan proses non lit igasi dan lit igasi. Proses

t uh sakit , at au luka berat , sepert i pemukulan, non lit igasi melalui mediasi anat ar para pihak

penendangan; (b) kekerasan psikis, yait u per- yang t erlibat , hal ini dilakukan unt uk memper-

buat an yang mengakibat kan ket akut an, hilang- oleh perdamaian dan menj amin hak-hak kor-

nya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan ban. Proses lit igasi melalui proses hukum pada

unt uk bert indak, rasa t idak berdaya, merasa umumnya dimulai dengan t ahap penyelidikan

t erhina at au dilecehkan; (c) kekerasan seksual, hingga proses persidangan. Akan t et api seba-

sepert i pemaksaan melakukan hubungan int im, gaian besar kasus kekerasan t erhadap perempu-

at au dipaksa melakukan hubungan int im guna an dit angani melalui proses non lit igasi dengan

kepent ingan komersial; dan (d) Penelant aran mediasi.

rumah t angga, pihak suami pergi dalam wakt u Berdasarkan dat a yang diperoleh dari 4

yang lama t anpa pemberit ahuan dan t idak ber- (empat ) perempuan yang mengalami kasus

t anggung j awab t erhadap kelangsungan rumah kekerasan at au yang menj adi korban, dan dari

t angga. Prosent ase bent uk kekerasan t ersebut hasil wawancara dengan beberapa responden,

adalah kekerasan f isik sekit ar 55%, penelant a- dapat dij elaskan bahwa f akt or-f akt or penyebab

ran rumah t angga 20 %, kekerasan psikis 15 %, t erj adinya kekerasan karena kesulit an ekonomi

kekerasan seksual 10 %.

para suami responden yang t idak mampu me- Keempat , cara penyelesaian KDRT yang di menuhi kebut uhan hidup maksimal, ini pun ka-

lakukan oleh Polres Banyumas disesuaikan de- rena f akt or pendidikan dan pekerj aan. Pelaku

ngan t uj uan Undang-undang Penghapusan Keke- mempunyai hubungan dekat (suami) dengan

rasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun responden dan para responden t idak melakukan

2004 yait u mengharmonisasikan kehidupan be- upaya apapun at as perbuat an kekerasan yang

rumah t angga, maka apabila t erj adi kekerasan dilakukan dengan alasan malu apabila aibnya

dalam lingkup rumah t angga langkah awal ada- diket ahui orang dan masih mencint ai pelaku

lah melakukan proses mediasi ant ara pelaku, (suami).

korban, dan polisi sebagai mediat or. Apabila Dat a yang diperoleh dari Polres Banyu-

dalam t ahap mediasi t elah t ercapai kesepakat - mas, yang dikemukakan oleh Ipt u Icuk Sukiya,

an perdamaian maka proses hukum dihent ikan, S. H. , menunj ukkan beberapa hal.

akan t et api apabila dalam t ahap mediasi t idak bahwa t erdapat banyak kasus kekerasan t erha-

Per t ama,

dit emukan kesepakat an maka kasus akan dipro- dap perempuan yang dilaporkan ant ara t ahun

ses lebih lanj ut melalui proses hukum. Sebagian 2004–2009 kurang lebih 150 kasus dan f akt or-

besar peneyelesaian kasus Kekerasan Terhadap

f akt or yang melat ar belakangi adalah f akt or Rumah Tangga (KDRT) melalui mediasi. ekonomi yang paling dominan, t emasuk suami

Hukum mempunyai t uj uan dan sasaran yang t idak memiliki pekerj aan t et ap, sehingga

yang hendak dicapai. Tuj uan pokok hukum t idak mampu memberi naf kah maksimal. Sela-

adalah mencipt akan t at anan dalam masyarakat in it u f akt or peselingkuhan yang menyebabkan

yang t ert ib, mencipt akan ket ert iban dan kese- kecemburuan dan berakhir dengan pert engkar-

imbangan. 9 Apabila berdasarkan Kit ab Undang- an yang diikut i dnegan pemukulan dan sebagai-

Undang Hukum Pidana (KUHP) kekerasan t erha- nya.

dap perempuan pengat urannya t ersebar dalam Kedua, f akt or yang paling dominan yang melat arbelakangi t erj adinya kekerasan t erha-

9 Hibnu Nugroho, “ Perl indungan Hukum Bagi Kor ban

dap perempuan, Kurang lebih 70 % KDRT dila-

“ Bank Gel ap” , Jur nal Di nami ka Hukum Fakul t as Hukum Unsoed, Purwokert o, Vol . 9 2009, , hl m. 19.

Tindak Pi dana Keker asan Terhadap Perempuan … 219

beberapa Bab dan pasal. Kekerasan t erhadap

Perat uran-Perat uran yang Berkait an dengan

perempuan berupa kesusilaan daiat ur dalam

Kekerasan Terhadap Perempuan

Bab XIV t ent ang Kej ahat an t erhadap kesusilaan Perat uran-perat uran yang berkait an de- Pasal 284 t ent ang perzinahan dan Pasal 285

ngan kekerasan t erhadap perempuan t erdapat mengenai perkosaan, Bab IX t ent ang kej ahat an

pada KUHP, UU No. 23 Tahun 2004, dan Dek- t erhadap nyawa diat ur dalam Pasal 338 t ent ang

larasi Beij ing Tahun 1995. Beberapa pasal da- pembunuhan dan Pasal 340 t ent ang pembunuh-

lam KUHP yang dapat digunakan at au dikat ego- an berencana. Penganiayaan diat ur dalam Bab

rikan berkait an dengan kekerasan t erhadap pe-

XX Pasal 351, Pasal 352, Pasal 353, Pasal 354, rempuan adalah: (a) Bab XIV t ent ang Kej ahat an Pasal 355, Pasal 356 j o. Undang- undang Nomor

t erhadap kesusilaan diat ur dalam Pasal 284,

23 Tahun 2004 Tent ang Penghapusan Kekerasan Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pa- Dalam Rumah Tangga. Kekerasan yang menye-

sal 290, 292. Dari pasal- pasal t ersebut yang babkan mat i at au luka-luka karena kealpaannya

paling sering digunakan unt uk mendakwa pela- diat ur Bab XXI dalam Pasal 359, Pasal 360,

ku kekerasan t erhadap perempuan adalah Pasal Pasal 361.

284 dan Pasal 285; (b) Bab IX t ent ang kej ahat an Penulis j uga melihat bahwa perempuan

t erhadap nyawa diat ur dalam Pasal 338, Pasal yang mengalami kekerasan t idak berani mela-

339, dan Pasal 340; (c) Bab XX t ent ang penga- porkan kekerasan t ersebut ke pihak yang ber-

niayaan yang diat ur dalam Pasal 351, Pasal 352, waj ib at au ke proses hukum. Hal ini dikarena-

Pasal 353, Pasal 354, Pasal 355, Pasal 356; dan kan korban biasanya memiliki hubungan yang

(d) Bab XXI t ent ang menyebabkan mat i at au dekat dengan pelaku, apabila korbannya adalah

luka- luka karena kealpaannya diat ur dalam ist ri, maka alasannya ist ri masih mencint ai

Pasal 359, Pasal 360, Pasal 361. Sebagian besar suaminya (pelaku) at au karena alasan malu aib-

kasus- kasus yang masuk ke kepolisian biasanya nya diket ahui banyak orang apabila kekerasan

dit unt ut dengan pasal-pasal t ersebut di at as. t ersebut dilaporkan. Penyelesaian perkara pi-

Kekerasan dalam rumah t angga menurut dana melalui j alur non lit igat ion, merupakan

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 (Pasal 1 j alur alt ernat ive di samping j alur ut ama yait u

angka 1) adalah set iap perbuat an t erhadap se- lit igasi. 10 seorang t erut ama perempuan, yang berakibat

Bagi para perempuan yang menj adi kor- t imbulnya kesengsaraan at au penderit aan seca- ban t indak pidana kekerasan baik yang dilaku-

ra f isik, seksual, psikologis, dan/ at au penelan- kan di dalam rumah maupun di luar rumah

t aran rumah t angga t ermasuk ancaman unt uk membuat t rauma dalam kehidupannya. Secara

melakukan perbuat an, pemaksaan, at au peram- psikologis perempuan korban t r af f i cki ng biasa-

pasan kemerdekaan secara melawan hukum nya akan memiliki t rauma yang dalam, karena

dalam lingkup rumah t angga. 12 rent et an perist iwa yang mereka alami. 11 Bent uk at au j enis kekerasan yang dila-

rang dilakukan dalam lingkup rumah t angga di- at ur dalam Pasal 5 Undang- Undang Nomor 23

Tahun 2004, yang meliput i kekerasan f isik; ke-

Agus Raharj o, “ Medi asi sebagai Basi s dal am Penyel esai - an Perkara Pidana” ,

Jur nal Mi mbar Hukum, Fakul t as

kerasan psikis; kekerasan seksual; at au pene-

Hukum UGM, Yogyakart a, Vol ume 20, 2008, hl m. 93.

lant aran rumah t angga. Pengert ian dari bent uk-

Sit i Muf l ichah dan Rahadi Wasi Bi nt oro, “ Traf f iki ng: Suat u St udi Tent ang Perdagangan Perempuan dar i As-

bent uk at au j enis-j enis kekerasan yang dilarang

pek Sosial , Budaya dan Ekonomi di Wil ayah Kab. Banyu- mas” ,

Jur nal Di nami ka Hukum, Fakul t as Hukum Un- soed, Purwokert o, 2009, hl m. 164. Lihat dan banding- kan dengan t ul i san Fahmi , “ Penegakan Hukum Tindak

12 Lihat ur ai an dan anal isis mengenai KDRT dal am A. Reni Pi dana Tr af f icking in Person di Kabupat en Kari mun,

Widyaast ut i, “ Hukum dan Kekerasan dal am Rumah Kepul auan Riau” ,

Jur nal Hukum Pr o Jusi t i t a, Vol . 25 No. 3 Jul i 1 Tahun 2007, hl m. 17-26; dan Mai din Gul t on dan Tau-

Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol . 7 No.

Tangga” ,

2007, hl m. 257-269; Rena Yul i a, Impl ement asi UU No. f ik Siregar, “ Penegakan Hukum At as Ti ndak Pi dana Per-

23 Tahun 2004 t ent ang Penghapusan KDRT dal am Proses dagangan (Tr af f i cking) Anak” , Jur nal Hukum Pr o Jusi t i -

Jur nal Hukum Pr o Jusi t i t a, Vol . 24 No. 3 t a, Tahun XXIII No. 2 Apr il 2005, hl m. 3-13.

Penegakan” ,

Jul i 2006, hl m. 292-300.

220 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

dalam lingkup rumah t angga diat ur dalam Pasal dalam Pasal 5 huruf a dipidana de-

6 sampai dengan Pasal 9. ngan pidana penj ara paling lama 5 Pasal 6

(lima) t ahun at au denda paling ba- Kekerasan f isik sebagaimana yang dimak-

nyak Rp 15. 000. 000, 00 (lima belas j u- sud dalam Pasal 5 huruf a adalah per-

t a rupiah).

buat an yang mengakibat kan rasa sakit , (2) Dalam hal perbuat an sebagaimana di- j at uh sakit , at au luka berat .

maksud pada ayat (1) mengakibat kan korban mendapat j at uh sakit at au

Pasal 7 luka berat , dipidana dengan pidana Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud

penj ara paling lama 10 (sepuluh) t a- dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuat an

hun at au denda paling banyak Rp 30. yang mengakibat kan ket akut an, hilang-

000. 000, 00 (t iga puluh j ut a rupiah). nya rasa percaya diri, hilangnya kemam-

(3) Dalam hal perbuat an sebagaimana di- puan unt uk bert indak, rasa t idak berda-

maksud pada ayat (2) mengakibat kan ya, dan/ at au penderit aan psikis berat pa-

mat inya korban, dipidana dengan pi-

da seseorang. dana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun at au denda paling ba-

Pasal 8 nyak Rp 45. 000. 000, 00 (empat puluh Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud

lima j ut a rupiah). dalam Pasal 5 huruf c meliput i:

(4) Dalam hal perbuat an sebagaimana di-

a. pemaksaan hubungan seksual yang di- maksud pada ayat (1) dilakukan oleh lakukan t erhadap orang yang menet ap

suami t erhadap ist eri at au sebaliknya dalam lingkup rumah t angga t ersebut ;

yang t idak menimbulkan penyakit at au

at au halangan unt uk menj alankan pe-

b. pemaksaan hubungan seksual t erhadap kerj aan j abat an at au mat a pencaha- salah seorang dalam lingkup rumah

rian at au kegiat an sehari-hari, di- t angganya dengan orang lain unt uk t u-

pidana dengan pidana penj ara paling j uan komersial dan/ at au t uj uan t er-

lama 4 (empat ) bulan at au denda pa- t ent u.

ling banyak Rp 5. 000. 000, 00 (lima j u- t a rupiah).

Pasal 9

(1) Set iap orang dilarang menelant arkan Anacaman pidana t erhadap kekerasan orang dalam lingkup rumah t angga-

psikis dait ur dalam Pasal 45 UU No. 23 Tahun nya, padahal menurut hukum yang

2004, yait u:

berlaku baginya at au karena perse-

Pasal 45

t uj uan at au perj anj ian ia waj ib mem- (1) Set iap orang yang melakukan perbu- berikan kehidupan, perawat an, at au

at an kekerasan psikis dalam lingkup pemeliharaan kepada orang t ersebut .

rumah t angga sebagaimana dimaksud (2) Penelant araan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 huruf b dipidana de- pada ayat (1) j uga berlaku bagi set iap

ngan pidana penj ara paling lama 3 orang yang mengakibat kan ket ergan-

(t iga) t ahun at au denda paling ba- t ungan ekonomi dengan cara memba-

nyak Rp 9. 000. 000, 00 (sembilan j ut a t asi dan/ at au melarang unt uk bekerj a

rupiah).

yang layak di dalam at au di luar ru- (2) Dalam hal perbuat an sebagaimana di- mah sehingga korban berada di ba-

maksud pada ayat (1) dilakukan oleh wah kendali orang t ersebut .

suami t erhadap ist ri at au sebaliknya yang t idak menimbulkan penyakit

Ancaman sanksi pidana t erhadap masing- at au halangan unt uk menj alankan pe- masing bent uk KDRT berbeda, unt uk kekerasan

kerj aan j abat an at au mat a pencaha-

f isik dait ur dalam Pasal 44 UU No 23 Tahun rian at au kegiat an sehari-hari, dipi- dana dengan pidana penj ara paling

2004, yait u: lama 4 (empat ) bulan at au denda pa- Pasal 44

ling banyak Rp 3. 000. 000, 00 (t iga j u- (1) Set iap orang yang melakukan perbu-

t a rupiah).

at an kekerasan f isik dalam lingkup

rumah t angga sebagaimana dimaksud

Tindak Pi dana Keker asan Terhadap Perempuan … 221

Ancaman hukuman t erhadap kekerasan Mannheim berpendapat pula bahwa “ Cr i me i s seksual diat ur dalam Pasal 46 dan Pasal 47 UU

f i r st of al l , a l egal concept ion, human behavi or No. 23 Tahun 2004. Pasal 46 mengat ur unt uk

puni shabl e under t he cr i mi nal l aw” akan t et api kekerasan seksual yang dimaksud dalam Pasal 8

selaj ut nya dikat akan bahwa “ It i s, however , huruf a dengan ancaman pidana penj ara paling

much mor e t han onl y a l egal phenomenon” . 13 lama 12 (dua belas) t ahun at au denda paling

Berbagai pendapat t elah diket engahkan banyak Rp. 36. 000. 000, 00 (t iga puluh enam j ut a

t ent ang bat asan kej ahat an, pendapat -pendapat rupiah, sedangkan Pasal 47 mengat ur ancaman

mana ada yang luas dan ada yang sempit . Per- pidana unt uk kekerasan seksual yang dimaksud

bedaan luas-sempit nya bat asan yang diberikan dalam Pasal 8 huruf b dengan ancaman mak-

t ergant ung dari sudut mana kej ahat an t ersebut simal penj ara 15 (lima belas) t ahun at au denda

dipandang. Lazimnya ada sement ara anggapan paling sedikit Rp. 12. 000. 000, 00 (dua belas j ut a

di kalangan para ahli bahwa pandangan kej a- rupiah) at au denda paling banyak Rp. 300. 000.

hat an dari segi yuridis menghendaki bat asan 000, 00 (t iga rat us j ut a rupiah). Dalam hal KDRT

dalam art i sempit yakni: kej ahat an sebagai- berupa penelant aran rumah t angga ancaman

mana t elah diat ur dalam undang-undang. Pan- pidana diat ur dalam Pasal 49 UU No. 23 Tahun

dangan kej ahat an dalam art i luas menghendaki 2004, yait u:

t idak hanya bat asan dalam pengert ian undang- undang, melainkan j uga meliput i pengert ian

Pasal 49 kej ahat an dalam art i sosiologis at au psikologis. Dipidana dengan pidana penj ara paling

Kej ahat an dan penj ahat bisa dipelaj ari, lama 3 (t iga) t ahun at au denda paling

t ent unya apabila melihat rumah penj ara di banyak Rp 15. 000. 000, 00 (lima belas j ut a

rupiah), set iap orang yang : ruang t erj adi prisonisasi. Pengalaman dengan

a. menelant arkan orang lain dalam ling- penj ahat dimaksudkan pula bahwa t erdapat kup rumah t angganya sebagaimana di-

proses saling belaj ar ant ara napi dalam dunia maksud dalam Pasal 9 ayat (1);

kej ahat an, dapat dij elaskan dengan t eori dari

b. menelant arkan orang lain sebagaimana Edwin Sut herland t ent ang Di f f er ent ual Associ a- dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). t i on. Teori ini berdasarkan pada proses belaj ar

Pengert ian Kej ahat an Kekerasan Menurut Kri-

yait u bahwa perilaku kej ahat an adalah perilaku minologi 14 yang dipelaj ari.

Dikat akan oleh Herman Mannheim bah- Sudart o berpendapat bahwa perbuat an wa kej ahat an adalah

yang dapat dipidana at au disingkat perbuat an “ By t r adit i on…. ar e r equi r ed f ir st t o

j ahat it u merupakan obj ek ilmu penget ahuan def i ne t heir subj ect , but i f t hey f ol l ow

hukum pidana (dalam art i luas) dan harus di- t hi s t r adit ion, t hey ar e ci t i zied i gnor i ng

bedakan, yait u perbuat an j ahat sebagai gej ala t he f act t hat meaningf ul def i ni t ion can

masyarakat di pandang secara konkrit sebagai- not be pr oduced wi t hout t he knowledge

wi ch t he t ext book expect ed t o suppl y” . mana t erwuj ud dalam masyarakat (soci aal ver - schi j nsel , er scheinung, poena), ialah perbuat an

Berdasarkan pendapat Herman Mannheim

manusia yang memeperkosa/ menyalahi norma- sebut , j elas bahwa pemberian suat u bat asan

t er-

norma dasar dari masyarakat dalam konkret o sangat memerlukan berbagai penget ahuan yang

ini adalah pengert ian “ perbuat an j ahat ” dalam berbobot yang dapat menunj ang pokok masalah

art i krimonologis (cr imi nol ogi sch mi sdaadsbe- yang akan dibahas. Namun walaupun demikian,

gr i p); dan perbuat an j ahat dalam art i hukum hal it u t idaklah berart i bahwa kit a t idak boleh

memberikan bat asan (walau sif at nya semen- 13 Roml i At masasmi t a, 1983, Capi t a Sel ect a Kr i mi nol ogi ,

Bandung: Ar mi co, hl m. 12.

t ara). Oleh karena sesuat u bat asan dianggap

14 Angkasa,

Over Capaci t y Nar api dana Pemasyar akat an di

dapat dij adikan landasan/ t olak pangkal bagi

Lembaga Pemasyar akat an, Fakt or Penyebab, Impl i kasi Negat i f , ser t a Sol usi dal am Upaya Opt i mal i sasi

pembahasan-pembahasan selanj ut nya. Herman

Pembi naan Nar api dana, Jurnal Dinamika Hukum, Fakul t as Hukum Unsoed, Purwokert o, 2010, hl m. 216.

222 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

pidana (st r af r echt el i j k misdaadsbegr i p), ialah siologis memiliki dua unsur/ elemen, yait u: (a) sebagaimana t erwuj ud dalam

i n abst r act o da-

Kej ahat an it u adalah yang merugikan secara lam perat uran-perat uran pidana. 15 ekonomis dan, (b) merugikan secara psycho-

Dari anggapan sement ara dimaksud, t am- logis/ dan melukai perasaan susila dari suat u pak bahwa dikehendaki adanya perbedaan se-

kelompok manusia dimana orang-orang it u oleh cara t egas dan nyat a ant ara bat asan kej ahat an

karenanya berhak melahirkan celaan. Penger- dalam art i undang- undang dan dalam art i so-

t ian secara sosiologis ini lebih luas dari pada siologis kriminologis at aupun psikologis. Ang-

pengert ian secara yuridis, sebab t idak hanya gapan sement ara yang disebut t erdahulu se-

menekankan pada pelanggaran hukum, melain- sungguhnya t idaklah seluruhnya benar, oleh ka-

kan j uga segi-segi di luar hukum, misalnya: sua- rena perkembangan Ilmu Hukum (Pidana) dan

t u perbuat an yang t idak melanggar hukum t e- Kriminologi pada dewasa ini sudah sedemikian

t api sudah pat ut mendapat celaan dari masya- pesat nya, sehingga sangat lah sukar dit emukan

rakat (buang air kecil disembarang t empat ). 18 suat au bat asan t ent ang kej ahat an yang t egas.

Jadi, pengert ian kej ahat an secara sosio- Dapat dikemukakan bahwa, baik kej ahat -

logi lebih luas daripada pengert ian secara yu- an dalam art i undang-undang maupun dalam

ridis yang hanya menekankan pada pelanggaran art i sosiologis adalah relat if adanya. Di lapa-

hukum, pengert ian yuridis ini lebih dikenal de- ngan kriminologi diket ahui bahwa sat u-sat unya

ngan ist ilah t indak pidana. Menurut penulis, kriminolog yang menghendaki bat asan kej ahat -

t indak pidana kekerasan t erhadap perempuan an dalam art i t ersendiri dan luas, adalah Thor-

lebih banyak merupakan pelanggaran t erhadap st en Sellin. Selain t elah berusaha menget e-

hukum pidana, misalnya: kekerasan yang me- ngahkan suat u pengert ian at au ist ilah yang

nimbukan kemat ian, kekerasan yang menimbul- sama sekali lain baik dipandang dari sudut

kan luka berat , yang semuanya diat ur dalam Hukum Pidana maupun Kriminologi, ia t elah

KUHP, namun apabila kit a mencari f akt or–f ak- menget engahkan pengert ian ist ilah “ conduct

t or t erj adinya kej ahat an melihat dari segi et io- nor ms” , dan baginya kriminologi adalah mem-

logi kriminal.

pelaj ari conduct -nor ms dan ia mengemukakan St ephen Schaf er dalam suat u st udinya sebagai berikut :

mengenai kej ahat an-kej ahat an kekerasan di “ These f act s l ead t o t he i nescapabl e con-

Florida mendasarkan rumusannya pada bat asan cl usi on t hat st udy of conduct nor ms wo-

Kelompok Int ernasional Para Ahli PBB yang ber- ul d af f or d a sounder basi s f or t he deve-

anggapan bahwa kej ahat an-kej ahat an kekeras- l opment of scient i f i c cat egor ies t han a

st udy of cr i me as def i ned i n t he cr imi nal an yang ut ama adalah pembunuhan, pengania- l aw. …. Such st udy i nvolve t he i sol at ion

yaan berat , sert a perampokan dan pencurian and cl assi f i cat ion of nor ma i nt o univer sal

berat , sedangkan pelakunya adalah mereka ca-t egor ies, t r anscendi ng pol it i cal , and

yang melakukan kej ahat an yang berakibat ke- ot -her boundar i es, a necessit y i mposed

16 mat ian maupun luka bagi sesama manusia. 19 by t he l ogi c of sci ence” . Mengenai pola-pola kekerasan, Mart in R. Has- M. A. Elliot berpendapat bahwa kej ahat an

kell dan Lewis Yablonsky mengemukakan ada- adalah suat u problem dalam masyarakat mo-

nya empat kat egori yang mencakup hampir dern at au suat u t ingkah laku yang gagal, yang

semua pola- pola kekerasan. 20 melangar hukum dan dapat dij at uhi hukuman

Per t ama, kekerasan legal yait u kekerasan

ini dapat berupa kekerasan yang didukung oleh def inisi kej ahat an dapat dipandang secara so-

penj ara, mat i, denda, dan lain-lain. 17 Selain it u

hukum, misalnya: t ent ara yang melakukan t u-

19 Ibi d, hl m. 15. Fak. Hukum-UNSOED, hl m. 23. Mul yana W Kusuma, 1981 Anal i sa Kr i mi nol ogi t ent ang 16 Roml y, op. ci t , hl m. 14.

15 Sudart o, 1990, Hukum Pi dana Ji l i d 1 A-B, Purwokert o:

Kej ahat an-Kej ahat an Keker asan, Jakart a: Ghal ia Indo- 17 Hari Saherodj i, 1980,

Pokok-Pokok Kr i mi nol ogi , Jakart a:

nesi a, hl m. 24.

Aksar a Bar u, hl m. 14.

20 Ibi d, hl m. 25-26.

Tindak Pi dana Keker asan Terhadap Perempuan … 223

gas dalam peperangan, maupun kekerasan yang masalah global. Dalam hal-hal t ert ent u bahkan dibenarkan secara legal, misalnya: sport - sport

dikat akan sebagai masalah t ransnasional. 22 agresif t ert ent u sert a t indakan-t indakan t ert en-

Ada beberapa t ahap perkembangan da- t u unt uk mepert ahankan diri. Kedua, kekerasan

lam mempelaj ari kej ahat an dalam kriminologi. yang secara sosial memperoleh sanksi yait u

Per t ama, mempelaj ari kej ahat an secara seder- suat u f akt or pent ing dalam menganalisis keke-

hana (belum secara ilmiah). Dalam periode/ rasan adalah t ingkat dukungan at au sanksi so-

masa ini diket ahui dan dikenal pelbagai pen- sial t erhadapnya. Misalnya: t indakan kekerasan

dapat dari para cendikiawan t erut ama dari para seorang suami at as pezina akan memperoleh

Filosof mengenai kej ahat an. Beberapa penda- dukungan sosial.

pat t erkenal pada periode/ masa ini adalah Ket i ga, kekerasan rasional, yait u bebera-

berasal dari Filosof Yunani, yakni Arist ot eles pa t indakan kekerasan yang t idak legal akan

(384-322 SM) yang dalam bukunya “ Polit iek” , t et api t ak ada sanksi sosialnya adalah kej ahat -

menyat akan kemiskinan menimbulkan kej ahat - an yang dipandang rasional dalam kont eks ke-

an dan pemberont akan. Kej ahat an besar t idak j ahat an. Misalnya: pembunuhan dalam kerang-

diperbuat unt uk memperoleh apa yang perlu ka suat u kej ahat an t erorganisasi, t ent ang j enis

unt uk hidup, t et api unt uk kemewahan. 23 Selain kej ahat an ini dikat akan bahwa orang-orang

Arist ot eles, Plat o (427-347 SM) dalam bukunya yang t erlibat dalam pekerj aannya pada kej aha-

“ Republiek” j uga menyat akan, “ emas, manusia t an t erorganisasi yait u dalam kegiat an- kegiat -

adalah merupakan sumber dari banyak kej ahat - an sepert i perj udian, pelacuran, sert a lalu-lin-

an” . Jadi makin t inggi kekayaan dalam pan- t as narkot ika secara t radisional menggunakan

dangan manusia, makin merosot penghargaan kekerasan unt uk mencapai hasil lebih dari pada

t erhadap kesusilaan. Adalah j elas, bahwa da- orang-orang yang ada di lingkungan t ersebut .

lam set iap negara di mana t erdapat banyak Keempat , kekerasan yang t idak berperasaan

orang miskin, dengan diam-diam t erdapat ba- yait u kekerasan ini disebut j uga “ i r r at ional vi o-

j ingan-baj ingan, t ukang copet , pemerkosaan l ence” , yang t erj adi t anpa adanya provokasi

agama dan penj ahat dari bermacam- macam t erlebih dahulu, t anpa memperlihat kan mot iva-

corak. 24

si t ert ent u dan pada umumnya korban t idak Kedua, mempelaj ari kej ahat an secara il- dikenal oleh pelakunya. Dapat digolongkan ke

miah. Pendapat at au hasil penyelidikan baru dalamnya adalah apa yang dinamakan “ r aw vi o-

dapat dikat akan merupakan suat u ilmu penge- l ence” yang merupakan ekspresi langsung dari

t ahuan (sci ence), apabila pendapat at au hasil gangguan psikis seseorang dalam saat t ert ent u

penyelidikan dimaksud merupakan “ a syst em of kehidupannya.

knowl edge” yang mengenai sesuat u subyek Selain it u Galt ung mendef inisikan keke-

at au beberapa subyek pembahasan. rasan dalam pengert ian yang lebih luas sebagai

Periode masa mempelaj ari kej ahat an se- “ any avoi dabl e i mpedi ment t o sel f -r eal i zat ion”

cara ilmiah diawali dengan lahirnya Kriminologi yang berart i segala sesuat u yang menyebabkan

sebagai ilmu penget ahuan yang mempelaj ari orang t erhalang unt uk mengakt ualisasikan po-

dan menyelidiki kej ahat an pada t ahun 1836.

Tokoh-t okoh yang t erkenal mempelaj ari kej a- masalah kekerasan t erhadap perempuan saat

t ensi dirinya secara waj ar. 21 Menurut Muladi

hat an secara sist emat is, yait u Cesare Lombroso ini t idak hanya merupakan masalah individual

(1835-1905). Lombroso dikenal dalam sej arah at au masalah nasional, t et api sudah merupakan

kriminologi sebagai penemu dan pendasar aj a- ran at au t eori at avisme dan manusia penj ahat (cr i mi nal man). Karya t erkenal Lombroso yait u

21 Mohammad Azzam Manan, “ Kekerasan dal am Rumah Tangga dal am Perspekt if Sosiol ogis” ,

Jur nal Legi sl asi

22 Ibi d, hl m. 28.

Indonesi a, Dirj en Kum Dan RI, Jakart a, Vol . 5, 2008, 23 Roml i At masasmit a, op. ci t , hl m. 16 hl m. 13

24 Ibi d.

224 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

“ L’ uomo delinquent ” dalam bukunya t ersebut hasil penyelidikan yang gemilang yang t elah di- dikat akan bahwa, penj ahat memiliki perbedaan

lakukan oleh William Healy dan Cyril Burt , ha- ciri-ciri physic yang sangat menonj ol dibanding-

sil-hasil mana kemudian dapat menunj ang t eo- kan dengan bukan penj ahat . Ia menget engah-

rinya yang dikenal dengan “ mul t i pl e f act or s kan pendapat nya bahwa, penj ahat adalah

t heor y at au t eori f akt or j amak” . Mempelaj ari at avist is yakni secara genet ik penj ahat berasal

kej ahat an j uga t ent unya mempelaj ari pelaku dari salah sat u j enis manusia sendiri, yait u “ ho-

dan kit a t idak boleh melupakan peranan korban me del i nquens” . Sehingga dengan demikian ia

t erhadap t erj adinya kej ahat an, namun yang berpendapat bahwa manusia penj ahat adalah

t erakhir ini t idak pernah mendapat perhat ian bersif at degenerasi, dan t ipe penj ahat dapat

bahkan ket ika di mint a kesaksiannya. diket ahui dari ciri-ciri phsikis t ert ent u (St ig- mat a), sepert i; mat a yang cekung, dahi yang

Faktor-Fakt or yang Dapat Menimbulkan Kej a-

lebar, muka yang t idak simet ris, ukuran t angan

hat an

Sebab-musabab t imbulnya kej ahat an sa- aj aran Lombroso di at as, j elaslah bahwa ia

yang panj ang, dan ciri lainnya yang khas. 25 Dari

ngat kompleks dikarenakan banyak sekali f ak- sangat banyak dipengaruhi oleh aliran posi-

t or-f akt or yang melat ar belakanginya dimana t ivisme, dan dalam banyak aj aran t ent ang ma-

f akt or yang sat u dengan f akt or yang lainnya nusia penj ahat ini digunakan met ode pendekat -

saling mempengaruhi. E. H Sut herland menga- an secara ant hropo-biologi. 26 t akan bahwa, kej ahat an adalah hasil dari f ak-

Enrico Ferri (1856-1928) merupakan mu- t or-f akt or yang beraneka ragam dan bermacam- rid dari Lombroso yang berusaha menyebar

macam dan f akt or- f akt or it u dewasa ini dan luaskan aj aran Lombroso, t et api ia mengakui

unt uk selanj ut nya t idak bisa disusun menurut pula pent ingnya f akt or-f akt or lingkungan di

suat u ket ent uan yang berlaku umum t anpa ada samping f akt or biologi dalam t imbulnya kej a-

pengecualian at au dengan perkat aan lain unt uk hat an. 27 Hal ini secara t egas dinyat akan dalam

menerangkan kelakuan kriminil t idak ada t eori bukunya yang berj udul “ Soci ologie Cr i mi nel l e”

ilmiah. 30

yait u, t iap-t iap kej ahat an adalah result ant e da- Secara umum dapat diket ahui bahwa f ak- ri keadaan individu, psikis, dan sosial. Pada

t or-f akt or yang menimbulkan kej ahat an dibagi suat u wakt u unsur yang sat u lebih berpengaruh,

dalam dua bagian. Per t ama, f akt or int ern t en- kemudian yang lain t api unsur individulah t et ap

t ang sif at -sif at umum dari individu sepert i: yang paling pent ing. Keadaan sosial memberi

umur (dari sej ak kecil hingga dewasa manusia bent uk pada kej ahat an, t et api ini berasal dari