BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal dan Saham 2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham - Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) T

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal dan Saham

2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham

  Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang, seperti surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran (warrant), dan right issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.

  Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi- obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya.

  Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham); capital gain (keuntungan

  6 nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham merupakan suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham. Banyak perusahaan saat ini yang lebih memilih membayar akuisisi dengan saham dari pada uang tunai. Tetapi baik bagi perusahaan yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi perlu mengetahui seberapa besar pengaruh dari pemilihan ini terhadap nilai yang akan diperoleh oleh pemegang saham.

2.1.2. Jenis Saham

  Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham biasa, saham preferen, dan saham treasury.

  1. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior.

  Saham ini tidak memperoleh hak istimewa dan saham biasa ini merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

  2. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa.

  Hak prioritas dari saham ini adalah hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Namun saham preferen juga mempunyai persamaan dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan tersebut dan membayar dividen.

  3. Saham treasury merupakan saham milik perusahaan yang sudah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang nantinya dapat dijual kembali.

2.1.3. Investasi

  Berdasarkan teoribarang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatdari investasi dana tersebut dari pada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

  Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat berupa bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets), yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya tertentu.

  Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan kesejahteraan pemilik modal atau aset.

  Investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan yang didapat dari adanya perubahan harga saham yang menciptakan return (kembalian) capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya, sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.

  Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.

  1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan berupa deviden dan capital gain.

  2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara. Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain atau hasil perdagangan portofolio yang dilakukannya. yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk hemat pajak.

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

  Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi.

  2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya tidak merosot nilainya.

  3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

  Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan memperoleh capital gain. sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

  2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut juga dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs pada waktu pembelian.

2.1.4. Earning Per Share (EPS)

  Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa

  dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan.

  EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu EPS atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim (2004), EPS biasa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan EPS dari saham yang bersangkutan (Ang, 2003). menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan EPS. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

  Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan EPS dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan EPS akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan EPS dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan EPS, yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.

2.1.5. Price Earning Ratio (PER)

  Menurut Jogiyanto (2000), PER merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.

  Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002) menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.

  Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:

  Market Price Per Equity Share Price Earning Ratio = Earning Per Share Nilai perusahaan adalah merupakan suatu tingkatan prestasi perusahaan itu sendiri atas pendapatan laba perusahan sehingga dapat mengembangkan perusahaan nya ke level yang lebih tinggi lagi atau berkembang sehingga menjadi acuan suatu nilai perusahaan tersebut baik dari segi struktur modal seperti saham<rasio hutang maupun pendapatan lainya yang bersumber dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan itu.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih (2008) membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum di atas nilai buku.

  Myers (1997) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang. Alfredo (2011) menjelaskan bahwa nilai perusahaan (enterprise value/firm value) merupakan konsep penting bagi investor,karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Kusumadilaga (2010) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

  Menurut Myers (1997) beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:

  1. Nilai buku

  2. Nilai appraisal

  4. Nilai “Chop-Shop”

  5. Nilai arus kas 1) Nilai Buku

  Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai

  

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan

cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar.

  Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paidup capital in excess of par value ) dan laba ditahan.

  2) Nilai Appraisal Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai

  

going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu

  perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Good-will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya. 3) Nilai Pasar Saham

  Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.

  Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar.

  Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat.

  Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi.

  4) Nilai “Chop-Shop” Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial Management.

  Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian.

  Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka.

  5) Nilai Arus Kas Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market

  

value ) dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan

  emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

  Menurut Brigham dan Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning

  ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden yield ratio , dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan

  diukur dengan PBV.

  Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2008), secara sederhana menyatakan bahwa price to book

  

value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk

  mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Robert, 1997):

  PBV = BVS

  Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai

  

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan

  cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut: 1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan

  2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation

  3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).

2.3. Penelitian Terdahulu

  Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings

  per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV) dan Price

Earnings Ratio (PER). Penelitian dilakukan atas 20 perusahaan perbankan yang

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan

  

Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price

Earnings Ratio (PER) sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang

  menggunakan metoda regresi berganda sebagai alat analisis data ini menyatakan bahwa Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Price Earnings

  Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

  Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk. Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham.

  Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage

  

Asset Turnover , Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating

Margin , Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price

to Book Value . Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan

  indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover,

  

Operating Profit Margin, Return on Investment , dan Price Earnings Ratio, serta

  faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial,

  

Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio , volume

  perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh

  Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings,

Operating Leverage , dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham

  serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil empiris menunjukkan return saham.

  Pnelitian Kenedy JSP (2003) meneliti vriabel independen adalah EVA, ROE, Earnings, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER variabel dependen return saham, dimana diperoleh hanya variabel Asset

  Turnover , EVA, ROE, Rasio Leverage, DER, Profit Margin, dan Earnings

  memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.4 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

  Earning Per Share (EPS) (X 1 ) Nilai Perusahaan (Y) Price Earning Ratio (PER) (X )

  2 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

  Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa

  besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham.

  EPS dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga EPS tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Permana (2010) bahwa EPS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel EPS memberikan hubungan yang nyata dengan nilai perusahaan, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.4.2. Pengaruh PER terhadap PBV

  Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh PER terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  

H1: Secara parsial, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS)

terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012. H2: Secara parsial, ada pengaruh positif Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012

  

H3: Secara simultan, ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) dan

Price Earning Ratio (PER) terhadap nilai perusahaan sektor otomotif dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 - 2012

Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012

8 159 67

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014)

2 57 29

Pengaruh Capital Adeqaucy Ratio (CAR) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indoensia

0 6 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Stock Split dan Financial Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Return Saham - Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio & Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Kategori LQ45 yang Terd

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17