FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA

MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik

Oleh : RENI NUGRAHENI UTAMI

D 0307062

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

commit to user

JUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA

Oleh : RENI NUGRAHENI UTAMI

D 0307062

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

commit to user

MOTTO

commit to user

§ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13) § Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang (Yeremia 29:11, Amsal 23:18)

§ Everyday may not be good, but there’s something good in everyday…

commit to user

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendidik, membimbing dengan penuh kesabaran serta doa yang selalu menyertaiku.

2. Kakak-kakakku tersayang

3. Calon pendamping hidupku

4. Teman – teman seperjuangan Fisip UNS ‘07

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala cinta kasih dan anugerahNya yang teramat indah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN IBU MENYUSUI DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DI KOTA SURAKARTA”

Penulis menyadari berbagai keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini, dan penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik.. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Pawito Ph. D selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Bagus Haryono M. Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M. Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan akademis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Suyatmi, MS. selaku Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar mendampingi dan memberikan masukan serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.

5. Bapak Argyo Demartoto atas dukungan, saran dan bantuan buku-buku yang dipinjamkan kepada penulis yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Seluruh staff dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan akademik yang diberikan kepada Penulis.

commit to user commit to user

9. Septiana Ratna, Maya Triastuti, Gita Kusumajati, Windra Pramasanti, Nuar Riha Risa, yang telah menjadi teman seperjuangan dan sahabat selama menempuh pendidikan sarjana ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan dukungan, doa, bantuan, dan semangat : Lusi Indri Puspita, Chorye Hanawati, Wahyu Ida, Suganda PM, dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

11. Para responden dan informan dari Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang telah memberikan data dan informasi selama penulisan di lapangan.

12. Teman-teman seperjuangan sosiologi 2007 FISIP UNS yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis

13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

commit to user

4. Gambaran Perilaku Ibu Menyusui bagi Ibu yang Bekerja di Surakarta......................................................................................

5. Peran Posyandu terhadap Ibu Menyusui di Daerah Losari...........

6. Peran Puskesmas terhadap Ibu Menyusui di Daerah Losari.........

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................

1. Deskripsi Identitas Responden dan informan...............................

2. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui dalam Penggunaan Susu Formula untuk Bayi.............................

a. Faktor Internal Ibu Menyusui.....................................................

1. Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Ekslusif yang masih kurang………….…………………………………………

2. Persepsi ibu menyusui yang merasa ASI yang dimilikinya kurang cukup untuk bayi.....................................................

3. Kesibukan ibu bekerja nafkah………..…………………..

b. Faktor Eksternal Ibu Menyusui....................................................

1. Pemberian susu formula (promosi susu formula) yang dilakukan di Rumah Sakit atau Posyandu pada bayi...........

2. Rumah Sakit dan tenaga kesehatan menyarankan agar ibu yang ASI nya tidak cukup untuk menambah dengan susu formula……………………………………………………

3. Lingkungan sekitar ibu menyusui yang menyarankan ibu menyusui untuk memberikan susu formula pada bayi........

BAB V PENUTUP......................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Implikasi............................................................................................

1. Implikasi Teoritis...........................................................................

2. Implikasi Metodologis...................................................................

3. Implikasi Empiris/Praktis...............................................................

commit to user

C. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

commit to user

Halaman Bagan 1.1 Model Analisis Interaktif ………………………………….. Bagan 2.1 Kerangka Berfikir…………………………………………..

commit to user

Halaman

Tabel 1.1 Komposisi Air Susu Ibu dan Susu Formula...………………… Tabel 1.2 Waktu Penelitian………………………………………………

Tabel 2.1 Penduduk Kecamatan Pasar Kliwon menurut Kelompok umur

dan Kelamin................................................................................

34 Tabel 2.2 Komposisi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pasar

Kliwon........................................................................................

Tabel 2.3 Penduduk Menurut Pendidikan………………………………..

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kelurahan Semanggi dalam Kelompok Umur

dan Kelamin………………………...………………………….

Tabel 2.5 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Semanggi.................. Tabel 2.6 Penduduk Kelurahan Semanggi menurut Pendidikan…………. Tabel 2.7 Mutasi Penduduk Kelurahan Semanggi.................................... Tabel 2.8 Banyaknya Pemeluk Agama Kelurahan Semanggi.................. Tabel 2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui

dalam penggunaan susu formula untuk bayi............................. Tabel 2.10 Penggunaan Susu Formula oleh Ibu Menyusui.....................

commit to user

Reni Nugraheni Utami. D0307062. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui dalam Penggunaan Susu Formula untuk Bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Penggunaan susu formula untuk bayi saat ini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang mampu maupun yang kurang mampu.Banyak faktor yang melatarbelakangi ibu menyusui dalam melakukan tindakan menggunakan susu formula untuk bayi. Menurut data UPT Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta tahun 2011 didapati bahwa presentase jumlah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif di Kelurahan Semanggi hanya 8 % dari jumlah bayi secara keseluruhan di wilayah ini.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas dan nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang menyusui yang tinggal di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. pengambilan sampel yaitu dengan Purposive sampling dengan sampel sebanyak 6 orang, yang terdiri dari 2 orang ibu yang menyusui secara ekslusif, 2 orang ibu yang menyusui sambil menggunakan susu formula dan tidak bekerja dan 2 orang ibu menyusui yang menggunakan susu formula dan bekerja.

Hasil penelitian di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta menunjukkan bahwa tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, meliputi pengetahuan ibu menyusui tentang ASI ekslusif yang masih kurang, ibu merasa ASI yang dimilikinya kurang cukup untuk bayi, dan kesibukan ibu nekerja nafkah. Sedangkan faktor eksternal, meliputi pemberian susu formula yang dilakukan di Rumah Sakit atau Posyandu pada bayi, Rumah Sakit, Posyandu dan tenaga kesehatan menyarankan agar ibu yang ASI nya tidak cukup untuk menambah dengan susu formula dan lingkungan sekitar ibu menyusui yang menyarankan ibu menyusui untuk memberikan susu formula pada bayi. Kesadaran dan pengetahuan mereka akan pentingnya ASI eksklusif masih rendah disertai dengan banyaknya ibu yang bekerja, dan gaya hidup ibu zaman modern yang cenderung ingin yang praktis dan konsumtif menyebabkan semakin banyaknya ibu menyusui di daerah ini yang memberikan susu formula untuk bayi.

Diharapkan agar ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan meningkatkan pengetahuan mengenai ASI eksklusif, bagi tenaga kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif dengan memperhatikan faktor internal dan lingkungan pada masyarakat khususnya kepada ibu-ibu menyusui di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta serta bagi pemerintah diharapkan agar dapat menumbuhkan kesadaran ibu-ibu yang

commit to user commit to user

Kata Kunci :Tindakan , Ibu menyusui, Susu formula

commit to user

Reni Nugraheni Utami. D0307062. Factors that Influence the Actions of Breastfeeding Mother’s in the Use of Infant Formulas in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. Sociology Study Program of Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2011.

The use of infant formulas are now spread to all levels of society, both capable andless capable. Many factors underlying breastfeeding mothers in performing the act of using infant formulas. According to the data of UPT Puskesmas Sangkrah of Surakarta City in 2011, it can be found that the percentage proportion of 0-6 month baby given exclusive lactation in Kelurahan Semanggi is only 8% of total number of babies in this area as a whole.

This study belongs to a descriptive qualitative research aiming to describe clearly how the Factors that Influence the Actions of Breastfeeding Mother’s in the Use of Infant Formulas in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. The population of research was all breastfeeding mothers living in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City. The sample was taken using purposive sample technique with 6 respondents as the sample, which consists of two mothers who breastfeed exclusively, two mothers who breastfeed while using infant formula and do not work and two mothers who breastfeed who use formula milk and it works.

The result of research in in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City shows that the results showed that the act of breastfeeding mothers in the use of infant formulas is affected by factors internal and external factors. Internal factors, including knowledge of breastfeeding mothers on exclusive breastfeeding is still lacking, mother feel they have insufficient milk for babies, and busy mother working living. While external factors, including formula

feeding conducted in

the

Hospital or IHC in

infants, hospitals, integrated health and health professionals recommend that breastfeeding mothers is not enough to add with the milk formula and the environment surrounding breast-feeding mothers are advised nursing mothers to give milk formula in infants.. Their awareness and knowledge of the exclusive breastfeeding importance are still low with the growing number of working mother and mothers’ life style in modern age tending to be practical and consumptive leading to the growing number of breastfeeding mothers who gives formula milk to their babies in this area.

It is expected the breastfeeding mothers can give breastfeed exclusively up to six months and improve their knowledge about exclusive breastfeed. The physician is expected to improve their health education about exclusive breastfeed by considering the internal and environment factors within the society particularly the breastfeeding mothers in Losari Area, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Sub District, Surakarta City, while the government is expected to grow the awareness

commit to user commit to user

Keywords: Action, Breastfeeding Mother, Formula Milk.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan pembangunan yang berlangsung saat ini adalah pembangunan di bidang kesehatan. Semua usaha kesehatan masyarakat bertujuan agar setiap warga masyarakat dapat memperoleh kesehatan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan mutu hidup dalam keluarga. Masalah kesehatan yang saat ini banyak terjadi yaitu masalah kurang gizi. Angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah kurang gizi. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. Hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Praktek menyusui di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta

commit to user

(Amiruddin,2006) Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 dalam Depkes (2005), pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI eksklusif. Sejalan dengan hasil kajian WHO di atas, Menkes melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi

6 bulan. Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu, bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi tersebut juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. Pada tahun pertama kehidupannya, bayi sangat rentan terhadap penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah faktor anti-infektif yang membantu melindungi bayi dari infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya. (Suhardjo, 1992)

commit to user

Komposisi Air Susu Ibu dan Susu Formula

Kandungan zat gizi

ASI Per 100 ml

Susu Formula Per 100 ml Air g Energi Kalori

Protein g Kasein: whey rasio Lemak g Laktose g Retinol g B-Karotenes ug Vitamin D-larut lemak ug

larut air ug

Vitamin C mg Tiamin mg Riboflavin mg Niacin mg Vitamin B 12 ug Asam folat ug Kalsium mg Besi mg Tembaga ug Seng ug

Sumber : Suhardjo, 1992 : hal.72

ASI dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi sampai usia 6 bulan, dengan bertambahnya umur bayi maka kebutuhan akan zat gizi menjadi bertambah sehingga tidak cukup dengan ASI saja. Untuk itu bayi harus diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASl yang biasa diberikan pada bayi adalah susu formula di samping makanan lunak. Namun kenyataan yang terjadi saat ini ialah banyaknya ibu menyusui yang lebih memilih untuk menggunakan susu formula

commit to user

pekerjaan, ASInya tidak keluar maupun karena faktor lain. Susu formula adalah makanan tambahan yang diformulasikan khusus untuk mendukung pertumbuhan anak, terutama bila kebutuhan nutrisi dirasa kurang tercukupi dari asupan makanan. Susu formula yang sekarang beredar, umumnya terdiri dari campuran emulsi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, dan ditambahkan zat stabilisator. Susu sapi adalah komponen penyusun utama susu formula, namun susu sapi yang digunakan untuk pembuatan susu formula mengalami proses pemrosesan lebih lanjut supaya protein yang terkandung di dalamnya mudah dicerna oleh bayi. (Suhardjo,1992:103).

Dalam masyarakat tradisional, tindakan-tindakan sosial (social action) yang dilakukan oleh para wanita lebih bersandar pada kebiasaan atau tradisi (prescribed action). Dalam masyarakat modern, tindakan-tindakan sosial tersebut akan lebih banyak bersifat pilihan. Oleh karena itu, salah satu ciri yang terpenting dari masyarakat modern adalah kemampuan dan hak masyarakat untuk mengembangkan pilihan-pilihan dan mengambil tindakan berdasarkan pilihannya sendiri. Hal tersebut juga mempengaruhi tindakan ibu dalam menyusui bayinya, peran ibu yang seharusnya memang ditakdirkan untuk dapat menyusui bayinya sekarang telah bergeser karena adanya produk susu formula yang telah beredar luas di pasaran.

Menyusui adalah cara alamiah dan paling ideal bagi seorang ibu untuk memberikan makanan dan kasih sayang pada bayinya. Pada dasarnya segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugasnya untuk

commit to user commit to user

Surakarta yang merupakan kota yang terkenal dengan budaya dan menjunjung tinggi nilai tradisional Jawa ternyata masih memiliki angka ibu menyusui secara ekslusif yang sangat rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kepedulian Untuk Konsumen Anak (KAKAK) tahun 1999 di Surakarta menunjukkan bahwa memang 93 % ibu memberikan ASI kepada bayinya tetapi yang memberikan ASI secara ekslusif sampai bayi berumur 4-6 bulan hanya 17 %. Padahal 76 % responden tahu tentang adanya gerakan ASI ekslusif. Dari semua responden yang tidak menyusui secara ekslusif, 72 % responden mengaku memberikan susu formula kepada bayinya selama 4 bulan pertama dengan alasan terbanyak yaitu karena ASI mereka tidak cukup dan faktor pekerjaan. Sedangkan data di Surakarta sendiri cakupan pemberian ASI ekslusif juga mengalami penurunan yaitu pada 44,77% di tahun 2005 menjadi 13,77 % di tahun 2007 kemudian turun lagi menjadi 10,27 di tahun 2008 (Demartoto,2008).

Menurut data UPT Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta tahun 2011 didapati bahwa presentase jumlah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif di Kelurahan Semanggi hanya 8 % dari jumlah bayi secara keseluruhan di wilayah ini karena sebagian besar ibu menyusui di wilayah ini menyusui sambil menggunakan susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi memiliki tingkat penggunaan susu formula yang cukup tinggi.

commit to user commit to user

Selain hal-hal diatas, faktor agresivitas dari produsen susu formula atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam menyusui bayi. Pada tahun 1997 di Surakarta ditemukan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh produsen susu formula/PASI dengan memberikan sampel produk pada ibu untuk diberikan kepada bayi. (KAKAK, 2002)

Pemberian susu formula dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui sendiri. Hal ini juga menurunkan selera makan bayi yang alami dan menyebabkan bayi tidak begitu mau menyusu pada pemberian ASI berikutnya. Karena ASI diproduksi berdasarkan pasokan dan kebutuhan bayi, maka pemberian susu formula dapat membawa akibat yang serius dalam proses pemberian air susu ibu.

Memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung, resiko

commit to user commit to user

Dalam menggunakan susu formula, aspek keamanan tentunya menjadi hal yang patut diutamakan. Keamanan penggunaan susu formula di banyak negara berkembang masih memprihatinkan, terutama pada saat penyajiannya. Kekurangan air bersih, lingkungan yang tidak sehat, kemiskinan (sehingga susu diencerkan supaya tidak cepat habis), serta ketidakmampuan memahami instruksi penyajian susu formula adalah faktor-faktor penyumbang minimnya keamanan susu formula.

Hal ini semakin diperkuat dengan temuan para peneliti dari Institut Pertanian Bogor tentang adanya kontaminasi pada produk susu formula dan makanan bayi membuat banyak kalangan, terutama ibu-ibu menjadi panik. Seperti dilansir di berbagai media massa akhir-akhir ini, para peneliti tersebut menemukan 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan pada April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. (www.kompas.com)

Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif anaerob fakultatif berbentuk koliform dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning. Pada tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii

commit to user

Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae. Bakteri sakazakii sangat berbahaya karena bisa menyebabkan radang selaput otak, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, dan infeksi mata dan juga radang usus pada bayi. (www.wikipedia.com)

Namun kenyataannya, penggunaan susu formula untuk bayi saat ini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang mampu maupun yang kurang mampu. Gencarnya promosi dan iklan susu formula oleh produsen dan semakin banyaknya ibu yang bekerja di luar rumah juga semakin meningkatkan penyebaran penggunaan susu formula untuk bayi di lapisan masyarakat. Promosi tersebut sering kali menyesatkan sehingga menyebabkan orang salah mengerti dan menganggap bahwa susu formula itu lebih baik atau kurang lebih sama baiknya dengan ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas diketahui masih banyaknya faktor yang mempengaruhi ibu menyusui menggunakan susu formula untuk bayi mereka dan adanya berbagai tindakan ibu menyusui terhadap penggunaan susu formula, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Ibu Menyusui dalam

Penggunaan Susu Formula untuk Bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta“

commit to user

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut: “Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti yaitu :

Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi di daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi. Dalam kaitannya dengan factor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu

commit to user commit to user

2. Manfaat Praktis Adapun manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :

a. Memberikan gambaran obyektif dan nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi di Daerah Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

b. Dapat menjadi bahan masukan bagi ibu-ibu maupun pihak yang terkait untuk menentukan langkah- langkah dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

c. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep

1. Tindakan

Menurut Soerjono Soekanto dalam Kamus Sosiologi, tindakan adalah suatu tingkah laku yang menyangkut atau berkaitan dengan pihak lain. (Soerjono Soekanto,1983:46)

Tindakan pada dasarnya ialah perbuatan tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku sebagai ganti respon yang didapat dari dalam dirinya. Tindakan disini merupakan hasil perwujudan dari perilaku atau perubahan perilaku yang dilakukan oleh seseorang.

2. Ibu Menyusui

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang telah bersuami, panggilan yang lazim pada wanita (Poerwodarminto, 2003)

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (WHO/UNICEF, 1994).

commit to user commit to user

3. Susu Formula

Susu formula adalah susu bayi yang berasal dari susu sapi yang telah diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI. European Society for Paediatric Gastroenterology and Nutrition (ESPAGAN) Committee on Nutrition dalam publikasinya mengenai guidelines on infant nutrition membagi formula bayi dalam 2 jenis yaitu formula awal dan formula lanjutan. (Suhardjo, 1992:98).

Formula awal dalam bentuk bubuk setelah dicairkan menurut petunjuk produsen dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan tambahan lainnya sampai umur I tahun. Formula awal dibagi lagi dalam 2 golongan, formula adaptasi (adapted) dan formula lengkap.

Umumnya bahan dasar susu formula adalah susu sapi tetapi sebagian terbuat dari susu kedelai ditambah bahan-bahan lainnya. Susu formula diproduksi khusus sebagai makanan bayi yang mengalami kelainan-kelainan metabolisme sejak lahir.

commit to user

Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial yang telah dikemukakan oleh Max Weber. Teori ini menyebutkan bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh system sosial, system budaya dan system kepribadian dari masing-masing individu tersebut.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber berupa tindakan yang nyata- nyata diarahkan kepada orang lain atau tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa bisa juga berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Menurut Weber, suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya. Suatu tindakan hanya

commit to user

mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Sasaran tindakan sosial adalah aktor yang berupa seorang individu atau sekumpulan orang. Tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab sebagai pendorongnya dan hal tersebut juga merupakan bagian dari perubahan sosial dan gaya hidup modern dalam masyarakat. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui untuk menggunakan susu formula bayi merupakan suatu pendorong ibu menyusui melakukan suatu tindakan sosial yaitu memberikan susu formula untuk bayinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal (dari dalam individu itu sendiri) dan faktor eksternal (dari luar individu).

Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tindakan ibu menyusui dalam menggunakan susu formula untuk bayi yang diperoleh dari data dan informasi di lapangan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari bagan kerangka pemikiran berikut ini ::

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu

formula untuk bayi

Faktor internal (faktor dari dalam)

Faktor eksternal (faktor dari luar)

commit to user commit to user

Jean Baudrillard dalam teorinya tentang masyarakat konsumer menyatakan bahwa masyarakat yang dibentuk dan dihidupi oleh konsumsi, yang menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan, dengan hasrat selalu dan selalu mengkonsumsi. Dalam masyarakat konsumer, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai-guna) dan harga (nilai-tukar) Namun lebih dari itu ia kini menandakan status, prestise dan kehormatan (nilai- tanda dan nilai-simbol).

Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup, kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi masyarakat konsumer. Masyarakat konsumer yang berkembang saat ini adalah masyarakat yang menjalankan logika sosial konsumsi, dimana kegunaan dan pelayanan bukanlah motif terakhir tindakan konsumsi. Melainkan lebih kepada produksi dan manipulasi penanda-penanda sosial. Individu menerima identitas mereka dalam hubungannya dengan orang lain bukan dari siapa dan apa yang dilakukannya, namun dari tanda dan makna yang mereka konsumsi, miliki dan tampilkan dalam interaksi sosial.

Hidup pada jaman perkembangan pesat industrialisme di negara maju beserta dampaknya ialah proses globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, kita menyaksikan pertumbuhan kesejahteraan tingkat hidup bangsa yang sudah

commit to user

perkembangan produksi baik bahan makanan maupun barang kebutuhan hidup lain-lainnya rupanya berekspansi terus tanpa mengenal batas. Kemajuan ini memberi keleluasaan bagi kemudahan baik dalam bidang pekerjaan maupun dalam menghayati kehidupan sehari-hari di rumah. Di sisi lain kemudahan ini justru menjadi sebuah tantangan bagi kelanggengan pemberian ASI eksklusif bagi ibu-ibu, terutama ibu yang bekerja. Demi sebuah kemudahan, tak jarang seorang ibu lebih suka memilih menghentikan pemberian ASI eksklusif dan menggantinya dengan produk susu formula yang sangat mudah diperoleh di warung atau tempat perbelanjaan.

C. Penelitian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tindakan ibu menyusui dalam penggunaan susu formula untuk bayi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ma’Rifatul Azizah tahun 2007, Program Studi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya. Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Wire Kab. Tuban “ ini merupakan penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dengan menggunakan tipe simple random sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penilitian untuk mengidentifikasi factor pendidikan, pekerjaan dan pengatahuan yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam

commit to user

hasil bahwa dari 44 responden, didapatkan 17 responden yang menempuh pendidikan SD/SMP, 21 responden yang menempuh pendidikan SMA dan 6 responden yang menempuh pendidikan PT: 27 responden yang bekerja, 17 responden tidak bekerja; 8 responden mempunyai pengetahuan baik, 20 responden mempunyai pengetahuan cukup dan 16 responden yang mempunyai pengetahuan kurang; 26 responden mempunyai perilaku baik, 13 responden mempunyai perilaku cukup, dan 5 responden mempunyai perilaku kurang. Dengan menggunakan Uji Chi-square program SPSS versi 15,0 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian susu formula.

Sedangkan Onyechi UA dan Nwabuzor, LC dalam jurnalnya yang berjudul “ The Effect of Milk Formula Advertisement on Breastfeeding and other Infant Feeding Practice in Lagos, Nigeria ” menjelaskan bahwa :

The two main ways a mother may decide to feed her baby are breastfeeding and formula feeding. The major decision on whether a baby is breast or bottle fed should be made in counsel with the doctor before baby’s birth (Shryock & Swartout, 1970). It is recognized that breast milk is the best food for the baby and authorities have indicated the advantages and disadvantages of both types of infant feeding (ACC/SCN, 2000; Lucas et al., 1992; Pollack, 1994; Green et al., 1995; Shryock and Swartout, 1970). However, the final decision on the feeding preference depends on the mother and her individual circumstances (Homeier et al., 2005; Righard, 1998). Bottle feeding is a substitute while breast feeding is an unequalled and incomparable way of providing ideal food for the health, growth and development of infants (WHO, 2008). Despite this awareness of the benefit of breast feeding, globally less than 40% of infants under 6 months of age are exclusively breastfed (WHO, 2008). There is a further decline on the percentage of women currently that elect to breast feed. This decline is caused by factors such as commercial promotion of infant formula through distribution of hospital discharge packs, coupons for free

commit to user

et al., 1994). Advertisement is the most common way in which manufacturing companies market their products (Food Advisory Community, 1991). Infant formula manufacturers use various methods which include, slogans, phrases with health claims, offering free samples, gifts, providing educative materials and incentives to health professionals and health care institutions (Arun, 2000). Hospitals receive infant formula for their nurseries at no charge, a practice that originated in the 1930s and has been criticized by health care professionals as it is a form of advertising (Judith and Ann, 2005; WHO, 1992). Young mothers in many hospitals are provided with complimentary packages that include coupons for free or discounted formula (Donnelly et al., 2000; Ighogboja et al., 1996). These packages contain items such as growth charts, baby hats and refrigerator magnets advertising a particular company that manufactures infant formula. These vulnerable parents receive subtle psychological message that the hospital endorses the purchase and use of these products as necessary items for infants’ growth and development (Ighogboja et al., 1996; Taylor, 1998). Advertisements give the impression that breast feeding is difficult and babies require additional nutrients with breast milk. The mothers respond by choosing milk formula which increases their sales (Judith and Ann, 2005). Some of the companies add fatty acid component found in human breast milk and advertise it as such to increase patronage (Stanley et al., 2007). Despite international codes, legislation and regulations (WHO, 2008) on marketing of breast-milk substitutes to protect and promote breast feeding, there is still aggressive marketing and promotion of infant formula across the globe (WHO, 2008, 1981). (www.agrosciencejournal.com)

(Ada dua pilihan yang mungkin bisa diputuskan oleh ibu untuk memberi makan bayinya, yaitu menyusui dengan ASI saja dan memberikan susu formula. Keputusan utama apakah bayi akan diberi ASI saja atau diberi susu formula seharusnya sudah harus dibuat dengan berkonsultasi dengan dokter sebelum kelahiran bayi. Dari kedua hal itu telah diakui bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan pihak- pihak yang terkait telah menunjukkan kelebihan dan kerugian dari kedua jenis makanan bayi tersebut Namun, keputusan akhir tentang hal itu

commit to user

formula (susu botol) adalah pengganti sementara ASI yang tiada bandingnya dan tak tertandingi yang merupakan makanan ideal bagi pertumbuhan, kesehatan dan pengembangan bayi (WHO, 2008). Meskipun demikian kesadaran dari manfaat pemberian ASI masih rendah, secara global dinyatakan bahwa kurang dari 40% bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif (WHO, 2008). Saat ini ada penurunan persentase perempuan yang memilih untuk memberikan ASI. Penurunan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti promosi komersial susu formula melalui pembagian rumah sakit, debit pack, kupon gratis atau diskon susu formula, dari televisi dan iklan majalah

Iklan adalah cara yang paling umum di mana pasar perusahaan manufaktur memasarkan produk mereka (Makanan Penasehat Komunitas, 1991). Produsen susu formula menggunakan berbagai metode yang meliputi, slogan, frasa dengan klaim kesehatan, menawarkan sampel gratis, hadiah, menyediakan bahan edukatif dan insentif untuk profesional kesehatan dan perawatan lembaga kesehatan (Arun, 2000). Rumah sakit menerima susu formula pembibitan mereka tanpa dikenakan biaya, sebuah praktek yang berasal dari tahun 1930 dan telah dikritik oleh para profesional perawatan kesehatan karena merupakan bentuk iklan. Ibu muda di banyak rumah sakit disediakan paket dengan gratis yang mencakup kupon untuk potongan harga susu formula atau untuk mendapatkan susu formula gratis. Paket-paket ini berisi item seperti

commit to user

kulkas merupakan bagian dari cara perusahaan susu formula dalam memasarkan produknya. Banyak orangtua yang rentan menerima pesan psikologis halus bahwa rumah sakit mengesahkan pembelian dan penggunaan dari produk ini sebagai item yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Iklan memberikan kesan bahwa ASI sulit dan bayi memerlukan nutrisi tambahan dengan susu formula. Para ibu merespon dengan memilih susu formula yang kemudian meningkatkan penjualan mereka. Beberapa perusahaan menambahkan komponen asam lemak dalam produk mereka dan mengiklankan seperti itu untuk meningkatkan perlindungan mereka. Meskipun kode, undang- undang dan peraturan internasional (WHO, 2008) pada pemasaran susu formula telah dilindungi dan ASI telah dipromosikan, masih ada pemasaran dan promosi susu formula bayi secara agresif di seluruh dunia) (WHO, 2008, 1981). (www.agrosciencejournal.com)

Selain penelitian-penelitian diatas perlu juga dilihat penelitian yang dilakukan Sofia Zwedberg dan Lars Naeslund dalam jurnalnya yang berjudul “Different attitudes during breastfeeding consultations when infant formula was given: a phenomenographic approach ”. Jurnal tersebut menjelaskan bahwa:

Breastfeeding has both a biological and emotional impact on the health of the mother and the child. The close physical contact with the baby and the particular manner in which the child is breastfed are important elements in terms of bonding between mother and child and secure attachment. This connection, or bonding, begins at birth, and increases the child's chances of continuing to receive its mother's care.

commit to user commit to user

Mothers can experience confusion and uncertainty in terms of how to act if staff members give them conflicting breastfeeding counselling. However, there are numerous factors that influence whether mothers breastfeed. Examples are socioeconomic status including for example age, education, civil status and social level as well as attitudes to breastfeeding and how people in the woman's surroundings look upon breastfeeding. Health personnel knowledge in terms of breastfeeding is also significant. Thus, it is important that personnel receive both the time and training needed to adhere to the ten steps of the WHO and UNICEF. There are also reports describing how fresh graduates feel pressure to do what more experienced members of staff say "they have always done", and practice does not always correspond to the Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) practices, even if the hospital has been evaluated and approved . Midwives do not have the time to assist women who are experiencing breastfeeding difficulties because they are working under pressure and within poorly functioning organizations .

In Sweden, the proportion of women exclusively breastfeeding at one week, two, four and six months has been decreasing annually since 1996, both for one week, two, four and six months. This raises the question of how midwives are acting in different breastfeeding situations. Thus the aim of this study is to identify, describe and analyze the attitude midwives have towards the mother, child and breastfeeding when infant formula is given.

(Menyusui memiliki dampak baik secara biologis dan emosional pada kesehatan ibu dan anak. Kontak fisik dekat dengan bayi dan cara tertentu di mana anak disusui oleh ibu merupakan elemen penting dalam hal ikatan antara ibu dan anak dan menimbulkan rasa aman pada anak. Ikatan ini dimulai saat kelahiran, dan meningkatkan kemungkinan anak untuk terus menerima perawatan ibunya.

commit to user

kesejahteraan manusia untuk ibu dan bayi. WHO dan UNICEF percaya bahwa organisasi perawatan kehamilan dan bersalin menempati posisi yang sangat penting untuk menjaga dan, dan jika diperlukan, mempromosikan kembali budaya untuk menyusui dan mereka bertanggung jawab untuk melakukannya. Mereka juga percaya bahwa petugas perawatan kesehatan merupakan posisi yang baik untuk mempengaruhi ibu yang baru melahirkan untuk mulai menyusui bayinya. Menyusui merupakan indikator kesehatan yang baik, dan personil perawatan bertanggung jawab untuk mempromosikan perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Mereka harus memiliki pengetahuan yang diperlukan yang membantu mereka untuk mendukung, melindungi dan mempromosikan pemberian ASI .

Ibu dapat mengalami kebingungan dan ketidakpastian dalam hal bagaimana harus bertindak jika petugas perawatan kesehatan memberikan ASI bertentangan dengan konseling. Namun, ada banyak faktor yang mempengaruhi ibu ketika ibu menyusui. Contohnya adalah status sosial ekonomi termasuk usia misalnya, pendidikan, status dan tingkat sosial serta sikap untuk menyusui dan promosi susu formula yang dilakukan di Rumah sakit atau bagaimana pendangan orang-orang di sekitar mereka terhadap ibu yang menyusui. Pengetahuan petugas kesehatan dalam hal pemberian ASI juga signifikan. Dengan demikian, penting bahwa petugas menerima dengan baik waktu dan pelatihan yang dibutuhkan untuk

commit to user

yang menggambarkan bagaimana lulusan baru merasakan tekanan untuk melakukan apa yang dilakukan oleh petugas yang lebih berpengalaman yang mengatakan "mereka harus selalu melakukan", dan praktek tidak selalu sesuai dengan praktek Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI), bahkan apabila rumah sakit telah dievaluasi dan disetujui. Bidan tidak memiliki waktu untuk membantu perempuan yang mengalami kesulitan menyusui karena mereka bekerja di bawah tekanan dan dalam buruknya fungsi organisasi.

Di Swedia, proporsi perempuan yang menyusui eksklusif pada satu minggu, dua, empat dan enam bulan telah mengalami penurunan setiap tahun sejak 1996, baik untuk satu minggu, dua, empat dan enam bulan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bidan bertindak dalam

berbeda) (www.internationalbreastfeedingjournal.com)