TUGAS AKHIR - Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi Di Tawangmangu Dengan Penekanan Ekologi Arsitektur

TUGAS AKHIR WAHANA REKREASI DALAM AGROWISATA STROBERI DI TAWANGMANGU DENGAN PENEKANAN EKOLOGI ARSITEKTUR

Oleh :

MEITY DWI ASMARIANA

NIM. I 0207063

Surakarta, September 2011

Telah diperiksa dan disetujui oleh : Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Edi Pramono Singgih, MT Tri Yuni Iswati, ST, MT NIP. 19531117 198003 1 001 NIP.19710620 200003 2 001

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik (FT)-UNS

FT-UNS

Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, Ph.D Dr.Ir. Muh.Muqoffa, MT NIP. 19691026 199503 1 002

NIP. 19620610 199103 1 001

MEITY DWI ASMARIANA I0207063 Dosen Pembimbing: Ir. Edi Pramono Singgih, MT Tri Yuni Iswati, ST.MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ABSTRAK

Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam, hal ini terbukti dengan sebanyak 52% aset wisata Indonesia berupa sumber daya alam (persawahan, perikanan, perkebunan). Namun seiring pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan pasar akan sumber daya alam semakin banyak pemanfaatan potensi sumber daya alam ini sering kali dilakukan secara eksploitatif tanpa memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan dimasa depan. Oleh karena itu dimanfaatkan sebagai obyek wisata berupa wahana rekreasi, hal ini didukung juga dengan RTRW Kabupaten Karanganyar dalam Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan Kabupaten Karanganyar dalam sektor IV di kecamatan Tawangmangu yang akan dikembangkan dalam sektor pariwisata, perhubungan, perkebunan, pertanian hortikultura, dan perdagangan. Selain itu Tawangmangu juga merupakan sentra penghasil stroberi nomor 1 di Indonesia. Perencanaan wahana rekreasi ini memiliki tujuan merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan sebagai landasan membuat desain Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi yang mempunyai teknis perancangan yang baik untuk kegiatan wisata agro diamana mampu menampung

Indonesia is an agricultural country rich in natural resources, it is proved by as much as 52% Indonesia tourism assets in the form of natural resources (rice, fisheries, plantation). But with population growth and market demand for natural resources more and more utilization of natural resources is often done without regard to exploitative adverse impact on the environment in the future. Therefore

be used as a tourist attraction in the form of recreational vehicle, it is supported by the District Spatial Development Plan System Karanganyar in Karanganyar in the zoning district in the subdistricts Tawangmangu sector IV which will be developed in the sectors of tourism, transportation, plantation, horticulture agriculture, and commerce. In addition Tawangmangu also a number one strawberry production centers in Indonesia. Planning recreational area has the objective to formulate concepts that underlie the planning and design as the cornerstone of creating designs Recreation Area In Strawberries Agro having a good technical design for agro-tourism activities able to accommodate all recreational activities and educational tours that are in it by applying the concept of Ecological Architecture planning of buildings, as well as other supporting activities, in its position in Tawangmangu.

BAB I PENDAHULUAN

JUDUL : Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi di Tawangmangu dengan Penekanan Ekologi Arsitektur

1.1. PEMAHAMAN JUDUL

Wahana adalah alat atau sarana untuk mencapai tujuan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2001) Rekreasi adalah penyegaran kembali badan atau pikiran, sesuatu yang

menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan piknik. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2001)

Agrowisata adalah Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berartipariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan dan perikanan. (Sudiasa, 2005:11)

Stroberi adalah tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar keberbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebihmenyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kalimasuk ke Indonesia.

Tawangmangu adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang terletak di lereng Gunung Lawu di kawasan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur dan kota Surakarta . Tawangmangu berada pada areal pegunungan yang subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Tawangmangu)

Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya (Miller,1975). Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Dalam suatu ekosistem, selalu ada keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus berlangsung.

Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi di Tawangmangu dengan Penekanan Ekologi Arsitektur merupakan wadah pelayanan wisata agro beserta fasilitas-fasilitas rekreasi didalamnya yang menawarkan stroberi sebagai potensinya yang berlokasi di Tawangmangu yang akan direncanakan dengan konsep Ekologi Arsitektur.

1.2. LATAR BELAKANG

1.2.1. Indonesia adalah negara agraris yang sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya berupa sumber daya alam

Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam, hal ini terbukti dengan sebanyak 52% aset wisata Indonesia berupa sumber daya alam (persawahan, perikanan, perkebunan). Namun seiring pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan pasar akan sumber daya alam semakin banyak pemanfaatan potensi sumber daya alam ini sering kali dilakukan secara eksploitatif tanpa memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan dimasa depan. Sebagai contoh dewasa ini “illegal logging“ semakin marak didunia pasar gelap industri,fungsi hutan merupakan pemasok Oksigen paling banyak pada makhluk hidup, penghasil air bersih, pencegah erosi, dan habitat para hewan baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Selain itu aset yang seharusnya dapat dinikmati oleh Warga Negara Indonesia sendiri malah disalahgunakan untuk kebutuhan Warga Negara Asing dalam Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam, hal ini terbukti dengan sebanyak 52% aset wisata Indonesia berupa sumber daya alam (persawahan, perikanan, perkebunan). Namun seiring pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan pasar akan sumber daya alam semakin banyak pemanfaatan potensi sumber daya alam ini sering kali dilakukan secara eksploitatif tanpa memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan dimasa depan. Sebagai contoh dewasa ini “illegal logging“ semakin marak didunia pasar gelap industri,fungsi hutan merupakan pemasok Oksigen paling banyak pada makhluk hidup, penghasil air bersih, pencegah erosi, dan habitat para hewan baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Selain itu aset yang seharusnya dapat dinikmati oleh Warga Negara Indonesia sendiri malah disalahgunakan untuk kebutuhan Warga Negara Asing dalam

1.2.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Karanganyar yang merupakan Kota Wisata dengan Motto INTANPARI (Industri Pertanian dan Pariwisata)

Secara garis besar rencana pemanfaatan ruang di Kabupaten Karanganyar dibagi menjadi tiga, yaitu kawasan hutan, pertanian, dan non pertanian. Struktur tata ruang Kabupaten Karanganyar sesuai dengan Perda Kabupaten Karanganyar Nomor 6 tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar Nomor 2 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar dibagi dalam tujuh Sub Bagian Wilayah Pembangunan.

Tabel 1.1.Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan Kabupaten Karanganyar

SWP

Cakupan

Pusat Pengembangan

Potensi Pengembangan

1 I Kec. Karanganyar, sebagian Tasikmadu, dan Mojogedang

Kecamatan Karanganyar

perhubungan, perdagangan, peternakan, dan pertanian

2 II Kec.

Jaten,

sebagian Tasikmadu, dan Kebakkramat

Kecamatan Jaten

Sektor industri, perhubungan, pedagangan, peternakan, dan pertanian

3 III Kec.Karangpan dan, Kerjo, dan Matesih

Kecamatan Karangpandan

Sektor

perkebunan, perdagangan, perhubungan, peternakan, pariwwisata dan perkebunan, perdagangan, perhubungan, peternakan, pariwwisata dan

4 IV Kec.Tawangma ngu, Ngargoyoso dan Jenawi

Kecamatan Tawangmangu

perkebunan, pertanian hortikultura, dan perdagangan

5 V Kec. Jumapolo, Jumantono, Jatiyoso, Jatipuro

Kecamatan Jumapolo

Sektor pertanian, peternakan, pengairan, perdagangan, dan industri pengolahan hasil pertanian

6 VI Kec. Colomadu

Kecamatan Colomadu

dan perdagangan

7 VI

Kec. Gondangrejo

Kecamatan Gondangrejo

perumahan, perdagangan, dan peternakan Sumber: RTRW Kabupaten Karanganyar 2006

Objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar dikelompokkan menjadi objek wisata alam, budaya dan buatan. Jumlah objek wisata tahun 2009 sebanyak 42 buah yang terdiri dari objek wisata alam 18 buah, objek wisata budaya 18 buah dan objek wisata buatan sebanyak 6 buah. Arus kunjungan wisata baik lokal, nusantara maupun mancanegara tahun 2009 pada umumnya mengalami kenaikan ± sebesar 5%, namun untuk objek wisata perhutani/pendakian mengalami sedikit penurunan disebabkan terjadinya bencana alam yang berupa tanah longsor, sehingga mempengaruhi wisatawan yang akan berkunjung. Jumlah kunjungan wisatawan lokal, nusantara, maupun mancanegara: Tahun 2008 terdapat 438.967 pengunjung untuk sebagian objek wisata yang ada, dan tahun 2009 terdapat 1.274.839 pengunjung untuk seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar, baik yang memberikan kontribusi terhadap

PAD maupun tidak, sehingga pada umumnya mengalami kenaikan pengunjung dari tahun 2008 sebesar 5%.

Menurut data yang didapat dari Dinas Pariwisata Karanganyar jumlah urutan kunjungan wisata tahun 2009 tercatat bahwa jumlah kunjungan pada Agrowisata Sondokoro menduduki angka tertinggi yaitu sebanyak 424.214 orang, disusul objek wisata alam Grojogan Sewu sebanyak 382.268 orang, Astana Giri Bangun sebanyak 229.133 orang, objek wisata Air terjun Jumok sebanyak 47.374 orang, Candi Ceto 18.157 orang dan taman Ria Balekambang sebanyak 18.119 orang. Hal ini menunjukkan tingkat kunjungan tertinggi dan minat wisatawan terbanyak yaitu pada objek wisata yang berupa wisata agro.

Kabupaten Karanganyar yang memilki begitu banyak objek wisata ternyata didukung oleh slogan yaitu “INTANPARI” (Industri, Pertanian dan Pariwisata) dengan kedudukan kota pada Hirarki I Orde III yang mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan daerah tingkat kabupaten, pusat

perdagangan bagi wilayah di sekitarnya, pusat pelayanan pendidikan

dan pusat pelayanan kesehatan.. Dengan peran dan fungsi yang sedemikian maka Kabupaten Karanganyar berpotensi menarik perpindahan dari luar Kabupaten Karanganyar terutama menuju Kota Karanganyar.

1.2.3. Tawangmangu merupakan sentra penghasil stroberi dengan kualitas no.1 di Indonesia

Penelusuran Trubus pada Paulus Hari Susilo, S Hut, supervisor kebun wisata Agro, Batu - Malang, perkebunan di Tawangmangu mendapat pasokan bibit dari wilayah pegunungan di timur Jawa itu. Kualitas stroberi di Tawangmangu memang istimewa. Dari 4 sentra stroberi yang pernah dikunjungi: Bedugul (Bali),

Ciwidey (Bandung), Tawangmangu (Karanganyar), dan Batu (Malang), buah cinta di Tawangmangu paling top. Rasa manis dan buah besar-besar. Selain sifat varietas, kondisi ilkim dan Ciwidey (Bandung), Tawangmangu (Karanganyar), dan Batu (Malang), buah cinta di Tawangmangu paling top. Rasa manis dan buah besar-besar. Selain sifat varietas, kondisi ilkim dan

1.2.4. Ramah lingkungan dan berwawasan ekologis

Bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti. Bangunan dan lingkungan yang ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Akhir-akhir ini, gerakan peduli lingkungan semakin luas digaungkan. Menjaga lingkungan tidak harus dimulai oleh sesuatu yang besar dan sulit. Lingkungan terkecil dapat menjadi sarana partisipasi dalam melindungi bumi ini dari kerusakan yang lebih parah lagi. Detail-detail bangunan dipikirkan dengan seksama agar seminimal mungkin menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, tanpa mengorbankan kenyamanan penghuni. Potensi alam seperti sinar matahari dan curah hujan yang tinggi tidak disia- siakan. Lahan yang tersedia pun dimaksimalkan untuk penghijauan. Pengolahan limbah dan pemanfaatan bahan bangunan bekas menjadi cerita tersendiri. Semua ide itu dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa biaya tinggi. Kebutuhan akan bangunan dan lahan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pembangunan marak diberbagai lokasi, sayangnya sebagian besar pembangunan tidak diimbangi dengan kesadaran untuk memelihara lingkungan, sehingga bencana sering timbul akibat rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Membuat bangunan yang ramah lingkungan bukanlah sesuatu yang sulit ataupun mahal. Dengan pengetahuan dan sedikit kreatifitas siapapun mampu Bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti. Bangunan dan lingkungan yang ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Akhir-akhir ini, gerakan peduli lingkungan semakin luas digaungkan. Menjaga lingkungan tidak harus dimulai oleh sesuatu yang besar dan sulit. Lingkungan terkecil dapat menjadi sarana partisipasi dalam melindungi bumi ini dari kerusakan yang lebih parah lagi. Detail-detail bangunan dipikirkan dengan seksama agar seminimal mungkin menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, tanpa mengorbankan kenyamanan penghuni. Potensi alam seperti sinar matahari dan curah hujan yang tinggi tidak disia- siakan. Lahan yang tersedia pun dimaksimalkan untuk penghijauan. Pengolahan limbah dan pemanfaatan bahan bangunan bekas menjadi cerita tersendiri. Semua ide itu dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa biaya tinggi. Kebutuhan akan bangunan dan lahan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pembangunan marak diberbagai lokasi, sayangnya sebagian besar pembangunan tidak diimbangi dengan kesadaran untuk memelihara lingkungan, sehingga bencana sering timbul akibat rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Membuat bangunan yang ramah lingkungan bukanlah sesuatu yang sulit ataupun mahal. Dengan pengetahuan dan sedikit kreatifitas siapapun mampu

1.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1.3.1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka muncul rumusan permasalahan yaitu Bagaimana merencanakan suatu wahana rekreasi yang terwadahi dalam sebuah agrowisata stroberi dimana didalamnya mampu menampung semua aktivitas wisata dalam sebuah konsep wisata yang ekologis.

1.3.2. Persoalan

a. Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi yang direncanakan dimana didalamnya memiliki potensi sebagai berikut:

· Memiliki sumber daya alam yang potensial untuk dikembangkan · Memiliki lokasi yang strategis di daerah pusat Tawangmangu · Pencapaian kedalam site sangat mudah diakses oleh berbagai jenis

kendaraan · Wilayah site diperuntukkan untuk pengembangan wisata agro (RTRW

Kabupaten Karanganyar 1997-2006) Kabupaten Karanganyar 1997-2006)

c. Mengidentifikasikan aktivitas / kegiatan pada Agrowisata Stroberi, yang mengarah pada program ruang.

d. Bagaimana ungkapan eksterior dan rumusan konsep tata massa yang mencerminkan karakter pada Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi di Tawangmangu.

e. Mengkoordinasi kegiatan multi fungsi yang diwadahi meliputi kegiatan wisata yang rekreatif dan edukatif pada Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi di Tawangmangu.

f. Mengaplikasikan Ekologi Arsitektur dalam perencanaan dan perancangan bangunan.

g. Bagaimana rumusan konsep sistem struktur dan utilitas bangunan yang sesuai dan mendukung aktivitas di dalamnya serta tetap memperhatikan konsep Ekologi Arsitektur.

1.4. TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN

1.4.1. Tujuan

Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan sebagai landasan membuat desain Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi yang mempunyai teknis perancangan yang baik untuk kegiatan wisata agro diamana mampu menampung semua aktivitas rekreasi yang bersifat wisata dan edukasi didalamnya dengan menerapkan konsep Ekologi Arsitektur dalam perencanaan bangunan, serta kegiatan penunjang lainnya, dalam kedudukannya di Tawangmangu.

1.4.2. Sasaran

Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Wahana Rekreasi dalam Agrowisata Stroberi yang meliputi:

a. Konsep perencanaan dan perancangan, meliputi: · Konsep pemilihan site · Konsep tata kelola site yang ekologis

· Konsep perencanaan dan perancangan tata massa yang ekologis · Konsep kegiatan

ü Penentuan jenis kegiatan · Konsep peruangan ü Konsep besaran ruang ü Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang) ü Konsep persyaratan ruang ü Konsep pola hubungan dan organisasi ruang ü Konsep sirkulasi

· Konsep penampilan bangunan ü Eksterior · Konsep Tampilan Kawasan Site (perancangan lansekap)

ü Vegetasi ü Hardscape

· Konsep struktur bangunan · Konsep lingkungan sebagai ruang luar untuk pembelajaran · Konsep utilitas bangunan ekologis

ü Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah ü Sistem MEE (Mechanical Electrical)

1.5. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

1.5.1. Lingkup Pembahasan

a. Pembahasan akan mengarah pada Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi, serta fasilitas-fasilitas pendukung dalam bangunan tersebut.

b. Pembahasan menitik-beratkan pada hal-hal dan masalah di sekitar disiplin ilmu Arsitektur serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap perencanaan dan perancangan Wahana Rekreasi Dalam Agrowisata Stroberi :

· Fungsi utama bangunan : wadah pelayanan wisata agro beserta fasilitas-fasilitas rekreasi didalamnya yang menawarkan stroberi

sebagai potensi utamanya.

· Fungsi penunjang bangunan : pelestarian sumber daya alam yang

menitikberatkan pada aspek ekologis

c. Hal-hal seperti pelestarian sumber daya alam, pelestarian lingkungan, seluk beluk tentang tanaman stroberi mulai dari pembibitan, penanaman, proses panen sampai proses pengemasan dan pengolahan sebagai penentuan jenis ruang, yang selanjutnya menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan dan perancangan wahana rekreasi dalam agrowisata stroberi yang masih terkait dalam disiplin ilmu arsitektur.

d. Pembahasan akan menghasilkan konsep berupa penyelesain masalah berdasarkan pada tinjauan serta hasil analisa.

1.5.2. Batasan Pembahasan

a. Pembahasan jenis kegiatan yang diwadahi dibatasi pada kegiatan yang mendukung pelayanan terhadap kegiatan wisata agro pada wahana rekreasi dalam agrowisata stroberi.

b. Data-data fisik kondisi site dan kawasan b. Data-data fisik kondisi site dan kawasan

d. Proses perencanaan pola tata massa, bentuk fisik, utilitas, serta struktur yang ekologis

e. Masalah pembiayaan dianggap tidak dipermasalahkan.

1.6. METODE DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN

1.6.1. Metode pembahasan

Pembahasan menggunakan metode analisa dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal melalui tahap-tahap berikut :

a. tahap pengumpulan data dan informasi · Teknik survey/observasi

Observasi ke agrowisata yang sudah ada untuk mendapatkan data mengenai aktifitas pengunjung serta kebutuhan ruang yang digunakan untuk mewadahi aktifitas didalamnya, serta data mengenai budidaya stroberi yang ada di lokasi observasi.

· Studi literatur meliputi:

a. Peraturan daerah yang terangkum dalam RTRW dan RUTRK Karanganyar.

b. Buku-buku dan informasi tertulis yang mendukung tinjauan mengenai agrowisata stroberi

c. Buku-buku mengenai sistem utilitas pada bangunan tingkat rendah

d. Buku-buku yang menunjang pembahasan secara arsitektural terutama tentang arsitektur ekologi.

e. studi melalui internet mengenai agrowisata stroberi serta kegiatan dan fasilitas penunjang didalamnya.

· Wawancara Dilakukan dengan pengelola agrowisata untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan yang ada didalamnya guna menganalisis kebutuhan ruang yang akan direncanakan.

· Empirik, meliputi: Metode empirik ini dilakukan dengan mencari contoh-contoh agrowisata stroberi yang ada di luar kota maupun luar negeri sebagai preseden dalam perencanaan dan perancangan.

b. Pendekatan Konsep · Analisa, merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data,

informasi dan pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan perancangan.

· Sintesa, merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisa

dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan

c. Pendekatan Rancangan Merupakan kesimpulan dari proses sintesa, dimana kesimpulan ini nantinya diterjemahkan ke dalam desain berupa gambar rancangan.

1.6.2. Sistematika pembahasan

TAHAP I

Pendahuluan Pembahasan mengenai pendahuluan meliputi judul, pengertian judul, latar belakang, perumusan permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, metodologi pembahasan, dan sistematika pembahasan.

TAHAP II Studi Teori Rekreasi, Agrowisata Stroberi, dan Ekologi Arsitektur Mengemukakan beberapa tinjauan mengenai rekreasi yang diwadahi dalam sebuah Agrowisata Stroberi, pola kegiatan dan kebutuhan ruang, serta teori – teori mengenai budidaya stroberi dengan pendekatan ekologi arsitektur.

TAHAP III

Tinjauan Kota Karanganyar Melakukan tinjauan umum kota Karanganyar mengenai keberadaan kebun stroberi di Tawangmangu, tingkat kunjungan wisata botani serta aktifitas dan kebutuhan ruang dalam sebuah agrowisata. Pembahasan mengenai data fisik dan non fisik kota Karanganyar meliputi Luas wilayah dan keberadaan pariwisata khususnya wisata botani di Karanganyar, Kondisi lingkungan masyarakat, dan peraturan yang mendukung mengenai prospek Agrowisata Stroberi di Tawangmangu.

TAHAP IV Landasan perencanaan dan perancangan dan Agrowisata

Stroberi Yang Direncanakan Menuliskan landasan perencanaan dan perancangan agrowisata serta asas –asas pembangunan yang ekologis serta merumuskan Agrowisata Stroberi di Tawangmangu sebagai wadah pelayanan wisata agro yang rekreatif dan edukatif

TAHAP V

Analisa Konsep Perencanaan dan Perancangan Mengungkapkan analisa perencanaan dan perancangan sebagai usaha pemecahan masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

TAHAP VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan.

1.7. STRATEGI DESAIN

a. Kegiatan yang direncanakan pada obyek adalah : · Kegiatan utama (wisata agro beserta fasilitas-fasilitas rekreasi

didalamnya yang menawarkan stroberi sebagai potensi utama) · Kegiatan pendukung (kegiatan perawatan tubuh, observasi, penelitian,

interaksi, kuliner, edukasi ) · Kegiatan pengelola · Kegiatan penunjang

Sehingga fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya harus mewadahi semua kegiatan yang ada.

b.Stroberi merupakan sebuah potensi utama yang akan diangkat dalam

perencanaan dan perancangan wahana rekresai dalam agrowisata stroberi, sehingga perlu perencanaan ruang yang dapat merespon iklim (iklim khusus daerah Tawangmangu)sehingga proses perencanaan dan perancangan project dapat maksimal.

c. Stroberi dapat menghasilkan banyak olahan yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia sehari-hari, untuk itu perlu adanya ruang sebagai wadah dari hasil olahan stroberi (ruang perawatan tubuh, observasi, penelitian, interaksi, kuliner,edukasi, pertokoan )

d. Perencanaan kawasan lingkungan yang tepat dan terpadu agar tidak mengganggu masing-masing kegiatan disetiap zona dalam site. Sehingga d. Perencanaan kawasan lingkungan yang tepat dan terpadu agar tidak mengganggu masing-masing kegiatan disetiap zona dalam site. Sehingga

e. Penampilan bangunan harus mencerminkan karakter kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

f. Pengaplikasian Ekologi Arsitektur harus diterapkan dalam segala aspek perencanaan mulai dari lansekap sampai perencanaan bangunan.

1.8. KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1. REKREASI 1

2.1.1. Definisi Rekreasi

Rekreasi berasal dari bahasap latin yaitu “creature “ yang berarti mencipta, lalu diberi awalan “re“ yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya cipta”. Kegiatan rekreasi biasanya dilakukan diwaktu senggang (leasuretime). Leasure berasal dari kata “licere” (latin) yang berarti diperkenankan menikmati saat- saat yang bebas dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau menyegarkan kembali.

1. Rekreasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik. Sedangkan rekreatif berarti bersifat rekreasi.

2. Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental dari kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempertinggi daya kreasi manusia dalam mencapai keseimbangan bekerja dan beristirahat.

3. Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan.

4. Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala, sebagai kegiatan yang merupakan perubahan bentuk rutinitas dan kewajiban seperti dalam kegiatan bekerja.

5. Rekreasi merupakan proses memenfaatkan kegiatan selama waktu luang dengan seperangkat perilaku yang memungkinkan peningkatan waktu luang.

6. Rekreasi adalah penyegaran bagi kekuatan dan semangat setelah bekerja keras.

7. Rekreasi adalah kegiatan di waktu luang atau santai. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian rekreasi adalah

“aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia”.

2.1.2. Ciri-ciri Rekreasi

Ciri-ciri rekreasi adalah :

1. Bersifat fisik, mental dan emosional.

2. Tidak memiliki bentuk atau macam tertentu.

3. Dapat membangkitkan rasa gembira, senang dan puas bagi pelaku.

4. Dilaksanakan dalam waktu senggang.

5. Bebas dari paksaan.

6. Dibutuhkan secara universal, tidak dibatasi oleh lapisan tertentu.

7. Bersifat fleksibel Tidak dibatasi oleh tempat, dapat dilakukan oleh perseorangan, ataupun

sekelompok orang. Rekreasi tidak dibatasi oleh kemauan seseorang, baik miskin maupun kaya dapat menikmati dan juga tidak dibatasi oleh fasilitas atau alat-alat tertentu, dapat dilakukan oleh alatalat sederhana maupun alat- alat modern.

8. Didorong oleh kegiatan sehingga menentukan bentuk rekreasi.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rekreasi

Menurut Bovy dan Lawson (1997) ada beberapa hal yang menjadi faktor yang mempengaruhi rekreasi antara lain :

1. Faktor sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok social tertentu (elite) akan berbeda dengan

rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.

2. Faktor jenis kelamin , usia dan keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda dengan remaja putra dan

berbeda pula dengan kegiatan reklreasi orang dewasa.

3. Faktor ketersediaan waktu luang

4. Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan wanita pekerja.

5. Faktor pranata Berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan sikap

terhadap rekreasi.

6. Faktor perubahan teknologi Berhubungan dengan munculnya jenis-jenis rekreasi baru dan kemudahan

pencapaian dengan fasilitas-fasilitas rekreasi dengan teknologi tinggi.

2.1.4. Tipe-tipe tempat dan Bangunan Rekreasi

Menurut Recreation Development Hand Book adalah :

2.1.4.a. Resort/residential community

a. Resort : tempat tujuan dengan waktu singkat yang menyediakan bermacam- macam aktifitas rekreasi, seperti : penginapan, makan/minum, dan pertunjukan dengan latar belakang susunan dari mewah sampai primitif.

b. Tujuannya adalah memberikan variasi yang tidak ada batasnya dari pengalaman rekreasi dan ditujukan juga bagi sekelompok besar wisatawan.

c. Bentuknya berupa hotel atau motel di pinggir air, di pegunungan, dan tempat pemandian.

d. Dibangun

cenderung tradisional,misalnya dalam bentuk air, kontur, tanah, dan iklim.

e. Mempunyai jangka waktu operasional yang panjang.

2.1.4.b. Theme Park

Gambar 2.1. Palm Garden Resort-Vietnam (sumber :

http://www.vietnamparadisetravel.com/Hoian_ vietnam/Palm-Garden-Resort_Resort.asp)

Gambar 2.2. Theme Park-Singapore (sumber : http://theme-park-

guides.blogspot.com/2011_04_01_archive.

Merupakan atraksi yang ditujukan untuk rekreasi ditekankan pada fantasi dan imajinasi yang dibuat dengan pertimbangan khusus, seperti Disney World (skala besar), Water Activity Park (skala kecil). Istilah Theme Park memiliki arti yang lebih luas daripada sekedar ‘taman bertema’. Michael Sorkin dalam pengantarnya di buku “A Variation on Theme Park: The New American City and the End of Public Space”, memberikan definisi tentang Theme Park sebagai ‘dunia’ atau tempat yang memiliki ciri antara lain tidak terikat pada geografi tertentu, lingkungan yang terkontrol dan teramati, memberikan stimulasi tanpa henti (Sorkin, Michael; 1992;ix).

Dunia hiburan tidak dipungkiri merupakan salah satu faktor pendorong munculnya konsep Theme Park, namun begitu besarnya impian masyarakat akan suatu kondisi dimana ‘dunia’ mereka nampak atau jadi ‘lebih baik’ inilah yang menyebabkan naiknya popularitas konsep ini. Theme Park yang menampilkan visi kesenangan yang teratur dan terkendali –meski seringkali menggunakan bentuk/wujud artistik yang cenderung menipu atau memperdaya– merupakan suatu ‘pengganti’ kenyataan demokrasi publik dan bahkan menjadi lebih menarik karena orang diberi ‘stimulasi’ dan ‘simulasi’ tentang keadaan yang lebih baik, dimana tidak ada kemiskinan, kecelakaan, kesenjangan sosial, kejahatan, sampah/limbah dan kondisi negatif urban lainnya karena seluruh komponen dalam lingkungan ini dapat dikontrol sesuai kondisi paling ideal yang diharapkan. Disney dan industri film Hollywood bisa disebut sebagai pemrakarsa munculnya konsep ini. Kerajaan Disney yang terpuruk semenjak kematian Walt Disney, membuat Michael Eisner – pimpinan Disney yang baru - mengeluarkan ide untuk membangun sebuah kawasan terpadu yang terdiri dari taman hiburan, hotel, resort, pusat perbelanjaan dan lainnya. Keberhasilan ide tersebut membuat banyak pihak mencoba mengikutinya dengan resep yang kurang lebih sama. Beberapa bahkan bereksperimen lebih jauh dengan mengintegrasikan juga area kerja

mereka seperti studio, setting lokasi pengambilan gambar, kondisi pengambilan gambar yang sebenarnya, ke dalam kawasan terpadu tersebut sehingga menghasilkan variasi dan mixed-use yang begitu menarik dan ‘hidup’.Penerapan konsep Theme Park tidaklah terbatas pada desain taman hiburan atau rekreasi (Amusement Park) saja, namun juga dipakai dalam perkembangan kota. Dengan diterapkannya konsep ini pada pusat-pusat kota (downtown) lama, diharapkan mampu mengatasi hilangnya koneksi antar unsur-unsur kota (bangunan dan ruang kota) akibat pengaturan kota yang hanya berdasarkan fungsi saja dan menghidupkan kembali aktivitas dan peranannya.

2.1.4.c. Commercial Recreational

a. Daerah perkotaan yang dibuat alami (bangunan untuk rekreasi) dengan pemasaran atau tujuan konsumen yang sudah ada.

b. Dapat berupa orientasi pasif dan aktif, contoh health club, arcades, theatres, dan sebagainya.

2.1.4.d. Supplemental Recreational Fasilitas rekreasi yang ditujukan sebagai tambahan dari fungsi utama

sebuah kawasan perumahan, komersil, seperti kolam renang, golf course, dan sebagainya.

2.1.5. Kegunaan Rekreasi

Wing Haryono dalam buku “ Pariwisata Rekreasi dan Entertainment “ mengatakan bahwa kegunaan dari rekreasi adalah :

1. Untuk kesehatan, baik itu kesehatan tubuh maupun pikiran

2. Untuk dapat membentuk atau membangun karakter

3. Sebagai pencegah kriminalitas

4. Sebagai sarana pendidikan moral

5. Untuk hal-hal yang behubungan dengan ekonomi

2.1.6. Tujuan Rekreasi

Adapun tujuan rekreasi antara lain :

1. Menciptakan dan membina hubungan manusia

2. Mempertahankan kelestarian alam

3. Mempertahankan nilai-nilai budaya

4. Kesenangan dan kepuasan karena dapat memenuhi rasa ingin tahu/ bertualang.

5. Memulihkan kesehatan jasmani dan rohani

2.1.7. Jenis-jenis Rekreasi

Menurut Patricia Farrel dalam The Process of Recreation Progamming dan Ivor Selly dalam Outdoor Recreation and The Urban Environment bahwa jenis-jenis rekreasi yaitu :

1. Berdasarkan jenisnya rekreasi dibedakan menurut :

a. Fungsi • Hiburan, untuk mendapatkan kesenangan

• Pendidikan, memberi fungsi hiburan dan mendidik

b. Sifat kegiatan • Bermain ; olah raga

1. Definisi Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang menyenangkan

yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.

Menurut Hetherington dan parke, ada 3 fungsi utama dari permainan (Desmitha,2005), yaitu :

a) Fungsi kognitif, melalui permainan, seseorang dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan memecahkan masalah yang dihadapi.

b) Fungsi sosial, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran

c) Fungsi emosi yang memungkinkan seseorang belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin, melepaskan energy fidik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan terpendam.

c. Objeknya • Rekreasi budaya ; yaitu rekreasi dengan objek wisatanya berupa benda-benda

atau hal-hal yang mempunyai nilai-nilai seni, budaya dan sejarah yang tinggi. • Rekreasi buatan ; yaitu rekreasi yang objek wisatanya merupakan buatan

manusia. • Rekreasi agro ; yaitu rekreasi yang memenfaatkan potensi pertanian sebagai

objek • Rekreasi alam ; yaitu rekreasi yang memanfaatkan potensi alam yang indah

sebagai objek utamanya.

d. Partisipasi Pelaku • Rekreasi Aktip → dimana pelaku kegiatan turun langsung atau berperan

secara langsung untuk melakukan tindakan rekreatif untuk dirinya. Misalnya: olah raga dan sebagainya.

• Rekreasi Pasip → dalam hal ini perlu kegiatan pelaku tidak banyak

melakukan kegiatan, hanya menikmati objek rekreasi dan lebih banyak diam. Misalnya : menonton, membaca dan sebagainya.

e. Tingkat Usia • Anak-anak ; 5 – 13 tahun

Anak-anak memperoleh kegembiraan denga mengaktifkan tubuh, misalnya dengan berlari-lari, bermain dengan alat, contohnya bermain dengan boneka, bola dan sebagainya.

• Remaja ; 14 – 24 tahun Golongan remaja memilih jenis rekreasi dimana mereka menemukan

dinamika untuk mengembangkan kreatifitas, ketertarikan pada aktifitas fisik seperti olah raga, seni maupun sosial.

• Dewasa; 25 – 45 tahun Orang dewasa cenderung tidak aktif, hiburan yang diperoleh dari program

televisi, nonton di bioskop, membaca buku dan sebagainya. • Usia lanjut ; 55 tahu ke atas Usia lanjut usia biasanya berekreasi denan hal-hal yang bersifat santai,

misalnya jalan-jalan, duduk-duduk di taman dan sebagainya.

2. Ditinjau dari segi fasilitas, tempat rekreasi mempunyai 2 kategori :

a. Fasilitas khusus (yang bersifat spesifik) Fasilitas khusus hanya ada di tempat itu dan jarang ditemukan di tempat lain.

Fasilitas spesifik ini yang mendorong masyarakat datang untuk mengunjunginya.

b. Fasilitas pokok (yang harus ada)

3. Klasifikasi sarana olahraga rekreatif

a. Berdasarkan sifat ruang : • Outdoor ; wadah rekreasi yang dilakukan di luar ruangan, tidak terlindungi

oleh atap dan dinding, sehingga tergantung dengan cuaca. • Indoor ; wadah rekreasi yang dilakukan di dalam ruangan yang terlindung,

sehingga tidak terganggu oleh keadaan cuaca. Dan kondisi ruang diatur sesuai dengan kegiatannya.

• Semi Indoor dan Outdoor ; wadah rekreasi yang hanya menggunakan penutup

atap saja.

b. Berdasarkan kelompok usia pemakai : • Untuk anak-anak : area bermain anak • Untuk dewasa : gedung olahraga, lapangan olahraga

c. Berdasarkan jenis penggunaannya : • Rekreasi komunal (multi used) terdiri dari bermacam-macam aktifitas yang

dapat dilakukan dalam kompleks. • Rekreasi tunggal (single used), terdiri dari satu macam kegiatan utama.

• Sarana pelengkap (servis used), untuk melayani rekreasi di luar bangunan.

d. Berdasarkan fungsinya mengimbangi waktu kerja dan istirahat : • Rekreasi harian • Rekreasi mingguan • Rekreasi liburan

e. Berdasarkan ruang lingkup : • Lingkup perumahan • Lingkup wilayah, terdiri dari beberapa fasilitas rekreasi dengan lingkup

perumahan • Lingkup perkotaan, untuk pemakai umum dalam kota • Lingkup daerah regional, terletak di dalam atau di luar kota dan melayani

beberapa daerah sekitarnya • Lingkup nasional, sifatnya nasional dan mempunyai karakter tersendiri • Lingkup internasional, melayani seluruh dunia

f. Berdasarkan keterkaitan pemakai dikaitkan dengan lokasi : • Rekreasi darat

Rekreasi darat meliputi sarana olah raga dan rekreasi yang dilakukan di darat, termasuk wisata pemandangan.

• Rekreasi air

Rekreasi air meliputi sarana rekreasi yang dilakukan di atas maupun di dalam air (laut, danau, sungai), misalnya selancar air, perahu, ski air, menyelam, renang dan sebagainya.

• Rekreasi udara

Rekreasi udara yaitu rekreasi yang dilakukan di udara bebas dan melihat pemandangan dari udara dengan bantuan alat, sehingga manusia dapat melakukannya, misalnya dengan melakukan terbang laying, terjun payung, dan sebagainya.

g. Berdasarkan aktifitas/kegiatan : • Big muscle activities : rekreasi yang memerlukan tenaga atau fisik.

• Social activities : rekreasi yang bertujuan sosial, seperti : bercakap-cakap, jalan-jalan bersama, melibatkan interaksi sosial sebagi kegiatan utama.

• Physical recreation : memerlukan usaha atau kegiatan fisik sebagai kegiatan

utama. • Cognitive recreation : melibatkan kebudayaan, pendidikan, dan kreatifitas. • Environment-related recreation : rekreasi yang memanfaatkan potensi alam

dalam kegiatannya, seperti olahraga arung jeram. • Rhythms and music : rekreasi yang diakibatkan oleh irama dan musik yang

memberikan kesenangan, persahabatan, seperti bernyanyi dan berdansa. • Hand intellect : rekreasi yang mengembangkan keterampilan tangan dan

pikiran, misalnya : melukis dan mematung. • Creative play : rekreasi yang mengembangkan imajinasi, daya khayal akan

sesuatu yang bukan sesungguhnya, misalnya : membuat bangunan dari pasir.

• Nature learning : rekreasi di alam terbuka (berkemah dan mendaki gunung) • Mental : rekreasi yang merupakan ekspresi dari aktifitas masyarakat yang

berisfat mendidik, misalnya : berdebat, berdiskusi, dan lain-lain. • Collecting : mengumpulkan benda-benda sebagai hobi, masuk ke dalam kelompok sosial tertentu atau memilih salah satu cara kehidupan yang khusus.

• Service activities : sebagian orang tertentu merupakan kesenangan tersendiri jika melakukan pelayanan kegiatan umum, misalnya : sebagai juri, dan lain-

lain. • Shopping activities : sebagian orang berbelanja menjadi aktifitas rekreasi yang

merupakan suatu kesenangan. Antara lain : kesempatan untuk memperoleh pelayanan, kesenangan dalam tawar-menawar, cuci mata dengan melihat- lihat.

• Relaxation : rekreasi yang bertujuan melepaskan diri dari ketegangan dan kelelahan mental dan fisik untuk mencapai kesenangan dan kesegaran, misalnya ; menikmati pemandangan alam, duduk di taman, dan lain-lain.

• Solitude : menyendiri untuk melepaskan kesibukan sehari-hari dengan

beristirahat di tempat tertentu yang sepi, seperti keluar kota, ke gunung.

2.2. AGROWISATA

2.2.1. Definisi Agrowisata

Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Pertanian, Pos dan telekomunikasi dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT 89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,

Agrowisata dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, Agrowisata dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,

Pertanian yang dimaksudkan adalah pertanian dalam arti luas, meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Agrowisata termasuk kedalam jenis wisata pertanian yaitu pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.

Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan. (sumber : http://database.deptan.go.id)

Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut: Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

b) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-

kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.

2.2.2. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Agrowisata

Agritourism bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal ( U.S. Konggres OTA 1992).

Agritourism telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria. Sedangkan di USA baru tahap permulaan, dan baru dikembangkan di California. Beberapa Keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan

bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan, (Rilla 1999). Pengembangan agritourism merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia wisata untuk liburan di desa. Atraksi dari agritourism adalah pengalaman bertani dan menikmati produk kebun bersama dengan jasa yang disediakan.

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama

Objek agrowisata yang telah berkembang dan tercatat dalam basis data Direktorat Jenderal Pariwisata 1994/1995 terdapat delapan propinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Objek agrowisata umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modern/ala Barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat. Diantara objek agrowisata tersebut seperti berikut:

a) Kebun Raya Bogor