Pengaruh Mekanisme Good Coorporate Governance Terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1.Teori Agensi
Teori Agensi adalah hal dasar yang dapat digunakan dalam memahami konsep
corporate governance, teori ini memberikan dampak tentang kajian mengenai
dampak hubungan agent dengan principal.Agency Theory yang menekankan
pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti
menjalankan bisnis. Teori ini dikembangkan oleh Michael Jhonson yang
beranggapan bahwa manajemen perusahaan (agent) akan bertindak dengan penuh
kesadaran dengan penuh kesadaran bagi kepentingangnya sendiri, bukan sebagai
pihak yang bijaksana serta bersikap adil terhadap pemegang saham (principal).
Dengan terpisahnya pemilik perusahaan pada perusahaan yang Go Public, dalam
hal ini diwakili oleh dewan komisaris (para pemegang saham) disebut dengan
principal dengan orang yang digaji oleh pemilik perusahaan disebut dengan agent.
Karena pemisahan tersebut sering terjadi Gap atau konflik kepentingan . Menajer
tidak akan mau bekerja hanya untuk kepentingan perusahaan jika tidak selaras
dengan kepentingan mereka. Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau
lebih individu yang disebut Principal :
Menggaji individu lain yang disebut sebagai agent untuk memberikan jasa

kepadanya.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian mendelegasikan otoritas pengendalian kepada agent tersebut . dalam
konteks menejemen keuangan, hubungan keagenan tersebut terutama antara:
pemegang saham dengan menajer, menajer dengan debitur yang memberikan
hutang, antara menajer dengan para pemegang saham, dan debitur yang pada
suatu waktu akan menyebabkan distres keuangan (Financial Distress) (Brigham
& Daves, 2001 ).
Adakalanya tujuan ini tidak sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu :
Memaksimumkan Profit
Memaksimumkan penjualan
Mempertahankan perusahaan
Mencapai Tingkat profit yang memuaskan
Mencapai Target Penjualan
Memaksimumkan turn over pegawai perusahaan
Memaksimumkan gaji para menajer
Mencegah kegoncangan pada perusahan .
Namun terkadang informasi yang disampaikan oleh manager tidak sesuai dengan

keadaan sebenarnya . Timbulnya asimetri informasi, yaitu ketika salah satu pihak
memiliki informasi yang lebih banyak atau lebih baik dibanding dengan pihak
lainnya . Adanya asimetri informasi ini terjadilah permasalahan yang disebut
dengan adverse selection. Dimana ada pihak yang merasa tidak mendapatkan
informasi dengan baik . Akibatnya , Investor menjadi tidak yakin dengan kualitas
perusahaan, atau membeli saham perusahaan dengan harga sangat Rendah. Selain
adverse selection, masalah lainnya yang dapat terjadi adalah moral hazard.
Moral hazard terjadi ketika menajer melakukan tindakan tanpa pengetahuan
pemilik untuk kepentingan pribadinya dan menurunkan kesejahteraaan pemilik.
Moral Hazard

juga menghambat operasi perusahaan secara efisien, dan

memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Financial distressdapat terjadi

Universitas Sumatera Utara

karena serangkaian kesalaahaan, pengambilan keputusan yang tidak tepaat , dan
kelemahan yang saling berhubungan yang memberi dampak langsung maupun
tidak langsung kepada manajeman jika tidak dikendalikan sengan system control

yang baik. Perilaku menajer yang bertindak tidak sesuai dengan keperluan
perusahaan dan melakukan kesalahan pengambilan keputusan dapat dikategorikan
sebagai bentuk dari moral hazard manajer.
Menurut Eistenhardt (1989) bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat
manusia yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir yang terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationally), (3) manusia selalu menghindari resiko
(riskadverse). Salah satu sifat manusia yang dikemukakan oleh Eisenhardt adalah
selfinterest, dimana manusia pada umumnya mementingkan dirinya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka manager sebagai agen perusahaan berpotensi untuk
melakukan tindakan yang menguntungkan secara pribadi. Jika manajer cenderung
melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya secara pribadi maka perusahaan
akan mengalami kondisi finansial yang tidak baik dan tidak menutup
kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.
2.1.2.Corporate Governance
Istilah tata kelola perusahaan di Indonesia merupakan terjemahan dari Corporate
Governance . Kata Governance berasal Dari Bahasa Perancis kuno yaitu
governance yang berarti pengendalian (control) atau regulated dan dapat
dikatakan sebagai suatu keadaan yang berada dalam kondisi yang terkendali
(Subroto,2005).


Universitas Sumatera Utara

Perubahan Lingkungan global yang sangat cepat menuntut pentingnya suatu
pengendalian seperti GCG dalam suatu perusahaan . Dalam pengertian sempit
corporate governance merupakan sistem pertanggungjawaban

resmi direksi

kepada pemegang saham . Sedangkan dalam pengertian luas,meliputi semua
jaringan hubungan formal-formal sektor korporasi dan konsekuensinya bagi
masyarakat umum. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI)

definisi corporate governance adalah seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak


kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu system yang mengendalikan suatu perusahaan .
Tabel 2.1 Konsep GCG
Wadah

Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan)

Model

Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk
prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik
bisnis yang sehat

Tujuan

Meningkatkan kinerja organisasi
Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku
kepentingan
Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang

signifikan dalam pengelolaan organisasi
Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak
dirugikan
Mengatur dan mempertegas kembali hubungan ,peran ,
wewenang, dan tanggung jawab:
Dalam arti sempit : antar pemilik/pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi
Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan

Mekanisme
Sumber: Sukrisno Agoes dan Icenik. Etika Bisnis dan Profesi

hlm.103. 2009. Salemba Empat

Universitas Sumatera Utara

PRINSIP-PRINSIP GCG
Prinsip yang dikemukakan oleh NCG (National Committee On Governance)
tahun 2006 hampir sama dengan yang diungkapkan Menteri Negara BUMN
sesuai dengan Keputusan nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG.

Ada 5 prinsip GCG yaitu :
Perlakuan yang Setara (Fairness)
Prinsip Transparansi
Prinsip Akuntabilitas
Prinsip Responsibilitas
Kemandirian
Perlakuan yang setara (Fairness)
Prinsip dimana para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan
secara adil dan merata baik pemangku kepentingan primer (pelanggan, karyawan,
pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan
yang lainnya). Pengelolaan perusahaan menekankan kepada kejujuran, terutama
untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas
tentang kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk
melindungi hak-haknya.

PrinsipAkuntabilitas
Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi
yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban setiap
organisasi sehingga pengelolaan berjalan efektif seperti integritas manajemen

yang tinggi, etika bisnis yang baik, dan aturan hukum yang jelas.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip Transparansi (Prinsip Keterbukaan)
Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk menjalankan prinsip
keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Informasi yang
disampaikan harus lengkap, benar, tepat waktu kepada semua pemangku
kepentingan. Tidak Boleh ada hal yang dirahasiakan, disembunyikan, ditutuptutupi dan ditunda pengungkapannya. Pengungkapan yang memadai sangat
diperlukan oleh investor dalam kemampuannya untuk membuat keputusan
terhadap resiko dan keuntungan dari investasinya.
Prinsip Resposibilitas
Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku
kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang telah diberikan. Oleh para
pemangku kepentingan kepada pengelola perusahaan. Tanggung jawab ini
mempunyai 5 diemensi yaitu : ekonomi, hukum, moral, sosial,dan spiritual.
Tujuan seharusnya adalah selalu mendorong perlakuan yang bertanggung jawab
daripada hanya mencegah perbuatan salah. Akhirnya, kita harus terus-menerus
membuat perubahan (improvement) dalam sistem hukum, penyelenggaraan

hukum, pemeriksaan, dan pelaporan sesuai hukum untuk mengilhami kembali
kepercayaan investor dan menopang reformasi corporate governance.

Prinsip Kemandirian
Prinsip dimana para pengelola dalam mengambil keputusan bersifat profesional,
mandiri, bebas,dari konflik kepentingan dan bebas dari tekanan atau pengaruh

Universitas Sumatera Utara

manapun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.

MANFAAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Adapun menurut Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007). Tujuan dan
Manfaat menerapkan GCG adalah:
Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
Mendapatkan biaya modal yang lebih murah
Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkankinerjaekonomi
perusahaan
Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan

terhadap perusahaan.
Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Mekanisme Corporate Governance
Menurut Bernhart dan Rosenstein (1998) dalam Andhika (2014), mekanisme
corporate governance dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal corporate
governance. Komisaris independen, kepemilikan saham institusional, ukuran
dewan direksi, komite audit, merupakan bagian dari mekanisme internal corporate
governance. Latar belakang pendidikan dan kualitas audit merupakan mekanisme
eksternal

corporate

governance.Elemen-elemen

yang

digunakan

dalam


pengukuran struktur corporate governance adalah

Komisaris Independen
Adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen
(pemegang saham minoritas). Ketentuan dalam penetapan dan perhentian anggota
komisaris dan direksi akan selalu berasal dari kepentingan pemegang saham
mayoritas.Oleh karena itu sering sekali komisaris dan anggota direksi

Universitas Sumatera Utara

mengutamakan dan berpihak kepada kepentingan pemegang saham mayoritas dan
mengesampingkan pemegang saham minoritas dan lainnya. Untuk melindungi
kepentingan pemegang saham independen maka harus ada sistem yang baik yaitu
Good corporate governance yang mewajibkan keberadaan komisaris independen.
Komisaris dan direktur Independen adalah pihak yang ditunjuk
menjalankan Tugas demi kepentingan Perusahaan.

sepenuhnya

Dimana Komisaris dan

Direktur diangkat berdasarkan Profesionalisme. Dan kepentingan perusahaan
yang dimaksud disini merupakan kepentingan seluruh Pemangku kepentingan
perusahaan, tidak hanya mayoritas saja melainkan semua pemangku kepentingan
yang ada diperusahaan.Pengertian yang juga sering dipakai dalam kode etik
akuntan publik sering disebut independent fact dan independent in appearance.
Independent in fact menekankan sikap mental dalam mengambil keputusan dan
tindakan yang semata-mata didasarkan atas pertimbangan profesionalisme diri
yang bersangkutan tanpa campur tangan, pengaruh, atau tekanan dari pihak
luar.Independent appereance dilihat dari sudut pandang eksternal

yang

mengharapkan calon yang bersangkutan secara fisik memiliki hubungan darah
dengan pemangku kepentingan lainnya yang mampu mempengaruhi pihak luar
yang meragukan independensi perusahan.

Kepemilikan Saham Institusional
Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi
keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan
institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al 2006) dalam Winanda (2009).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah

Universitas Sumatera Utara

kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan
akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang
dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.
Penmgawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada
besarnya investasi yang dilakukan.
Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen
dan

akibatnya

akan

memberikan

dorongan

yang

lebih

besar

untuk

mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.
Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi
sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham Solomon (2004) dalam Sabrina (2010). Hal
ini disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat berdampak
buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti
jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki memiliki posisi yang
kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang
saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para
manajer tersebut.

Dewan Direksi
Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada

Universitas Sumatera Utara

(Rapat Umum Pemegang Saham) RUPS. Pertanggungjawaban Direksi kepada
RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka
pelaksanaan prinsip-prinsip Corporate Governance. Kinerja Direksi dievaluasi
oleh Dewan Komisaris baik secara individual maupun kolektif berdasarkan unsurunsur penilaian kinerja yang disusun oleh Komite Nominasi. Pelaksanaan
penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tahun buku. Hasil penilaian kinerja
Direksi oleh Dewan Komisaris disampaikan dalam RUPS.
Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perusahaan dengan itikad baik.
Tanggung jawab direksi melekat penuh secara pribadi atas kerugian Perusahaan,
apabila anggota direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya.
Tanggung jawab direksi yang terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Pengecualian
terhadap tanggung jawab secara renteng oleh anggota direksi terjadi apabila dapat
membuktikan:
Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung mapun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.

2.1.2.3.4 Komite Audit
UU PT Pasal 121 memungkinkan Dewan Komisaris untuk membentuk komite
tertentu yang dianggap perlu untuk membantu tugas pengawasan yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu komite tambahan yang membantu Dewan Komisaris adalah Komite
Audit. Komite ini dibentuk karena semakin meningkatnya penyelewengan yang
dilakukan oleh para direktur dan komisaris yang terjadi di AS maupun Indonesia
yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasan .Dinyatakan oleh
Hasnati (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2006)Tugas , tanggung jawab, dan
wewenang Komite Audit adalah :
Mendorong terbentuknya system pengendalian Internal yang memadai.
Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan.
Mengkaji ruang lingkup auditor eksternal, kewajaran biaya, kemandirian,
objektivitas audit eksternal.
Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun
buku yang sedang diperiksa pihak eksternal juga.
2.1.2.3.5 Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan menjadi salah satu karakteristik yang penting untuk
memastikan bahwa komite audit melaksanakan tugas mereka secara efektif.
Pengetahuan tentang akuntansi dan keuangan memberikan dasar yang baik bagi
anggota komite audit untuk memeriksa dan menganalisis informasi keuangan
(Rahmat et al., 2009). Komite audit yang memiliki anggota dengan latar belakang
pendidikan akuntansi atau keuangan akan memiliki standar yang tinggi dalam
melaksanakan tugasnya dan akan selalu berusaha untuk menghasilkan kinerja dan
imageyang baik bagi perusahaan (Rahmat et al., 2009). FCGI (2002) berpendapat
bahwa komite audit minimal harus memiliki satu orang anggota yang mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang keuangan dan akuntansi. Anggota komite
audit yang menguasai keuangan akanlebih profesional dan cepat beradaptasi
terhadap perubahan dan inovasi (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Rahmat et al.,
2008). Komite audit dengan anggota berlatar belakang pendidikan dibidang

Universitas Sumatera Utara

akuntansi dan keuangan diharapkan akan menjadi lebih efektif. Hal ini sesuai
dengan penelitian Rahmat et al. (2008) yang membuktikan bahwa komite audit
dengan latar belakang pendidikan dibidang akuntansi dan keuangan yang baik
dapat memiliki kinerja yang baik sehingga perusahaan tidak mengalami
mengalami financial distressdibandingkan perusahaan yang memiliki komite audit
dengan latar belakang pendidikan dibidang akuntansi dan keuangan yang lebih
rendah. Penelitian Pembayun dan Januarti (2012) serta penelitian Nuresa dan
Hadiprajitni (2013) sama-sama menunjukan hasil bahwa pengetahuan keuangan
komite audit yang diukur melalui latar belakang pendidikan berpengaruh negatif
terhadap financial distresskarena komite audit dengan anggota yang memiliki latar
belakang pendidikan yang lebih sesuai akan secara nyata mampu untuk
mengontrol kondisi operasional keuangan perusahaan sejak dini sehingga
perusahaan dapat terhindar dari financial distress.
Keberadaan komite audit dimaksudkan untuk memantau prilaku manajemen yang
berhubungan dengan kebijakan keuangan,sehingga dalam hal ini keberadaan
komite audit diharapkan dapat memperkecil upayaagent untuk memanipulasi
masalah data-data yang berkaitan dengan keuangan dan prosedur akuntansi serta
mengoptimalkan kinerja agent tersebut agar mampu mencegah konflik keagenan
dalam perusahaan yang dapat menyebabkan kondisi financialdistress, sehingga
dalam hal ini diperlukan pengetahuan yang cukup dari anggota komite audit yang
diukur melalui latar belakang pendidikan. Semakin banyak anggota komite audit
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan maka akan
semakin efektif dalam memitigasi perusahaan dari financial distress. Sedikitnya

Universitas Sumatera Utara

jumlah anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi
atau keuangan akan membuat perusahaan mengalami penurunan kinerja sehingga
menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Kurangnya anggota
komite audit dengan latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan membuat
komite audit audit tidak mampu melakukan pengawasan secara efektif sehingga
menyebabkan penurunan kinerja perusahaan.
Kualitas Audit
Dalam penelitian sebelumnya, belum ada yang menguji pengaruh dari kualitas
audit terhadap kondisi financial distresssuatu perusahaan. Namun, dalam konteks
pengauditan, penelitian yang dilakukan oleh Li et al menunjukan hasil bahwa
opini audit berpengaruh terhadap financial distress. Menurut Li et al(2007), opini
audit berguna untuk memberikan informasi mengenai baik buruknya kualitas
keuangan

dan

manajerial

perusahaan.

Dengan

demikian,

opini

audit

dapatdigunakan sebagai salah satu indikator kemungkinan kondisi perusahaan
mengalami financial distress.
Penerimaan selain opini audit wajar tanpa pengecualian tampaknya dikaitkan
dengan sisi negatif status perusahaan. Secara empiris, berbagai studi telah meneliti
kekuatan penjelas dari opini-opini audit. Sebagai contoh, Altman dan McGough
(1974) dan Menon dan Schwartz (1986) menemukan bahwa sekitar lima puluh
persen dari sampel mereka yang menerima opini goingconcernsebelum, pada
akhirnya benar-benar mengalami financialdistress.Flagg et al(1993) menemukan
hubungan positif antara pendapat going concerndan kondisi financial distress.
Demikian pula Wu dan Wu (2005) menunjukkan bahwa perusahaan dengan hasil

Universitas Sumatera Utara

audit standar negatif akan meningkatkan kemungkinanperusahaan berjalan ke
dalam situasi kemerosotan keuangan yang signifikan.
Terdapat keterkaitan antara opini audit dengan kualitas audit, De Angelo (1981)
mendefinisikan

kualitas

audit

sebagai

kemungkinan

bahwa

auditorakan

menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan
pengetahuan dan keahlian auditor. Jika suatu perusahaan memiliki kualitas audit
yang baik, maka auditor tersebut akan dapat lebih baik mendeteksi serta
menemukan kesalahan dalam penyajian laporan keuangan. Salah satu penyebab
financial distress yangdikemukakan oleh Lizal (2002) adalah neoclassical model,
yaitu kondisi ketika alokasi sumber daya tidak dilakukan secara tepat. Di dalam
model ini, pengestimasian financial distress dilakukan berdasarkan data di neraca
sertalaporan laba rugi. Apabila perusahaan yang mengalami financial distress
disebabkan karena kesalahan dalam penyajian data keuangan di neraca dan
laporan laba rugi, maka hal tersebut dapat dimitigasi dengan adanya kualitas audit
yang baik. Melalui kemampuannya, auditor dengan kualitas yang baik akan
menemukan serta melaporkan kesalahan dalam laporan keuangan yang menjadi
sebab perusahaan tersebut mengalami financial distress, sehingga ketika hal ini
telah dilakukan, perusahaan yang pada awalnya terindikasi mengalami kondisi
financial distress akan dapat melakukan tindakan perbaikan yang pada akhirnya
akan membawa perusahaan terhindar dari kondisi financial distress.

2.1.2.3.7 Rasio Utang (Debt Equity Ratio)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur

Universitas Sumatera Utara

hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebutjuga rasio
leverage.Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur

modal

adalah

pembelanjaan

permanen

dimana

mencerminkan

pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau
berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta
dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara
total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan
menggunakan modal yang ada.Penelitian Opier dan Titman (1994), menemukan
bahwa rasio utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko
kebangkrutan. Dengan demikian resiko kegagalan bisnis lebih besar terjadi
kepada perusahaan yang memiliki hutang tinggi dibandingkan perusahaan yang
rasio hutangnya lebih Rendah.

2.1.2.3.8 Return on Asset (ROA)
Return on Assetadalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai
aktiva) dikeluarkan dari analisis.

Universitas Sumatera Utara

ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan.
(Bambang R, 1997). Return On Asset (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang
dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
Salah satu penguukuran kinerja operasional perusahaan adalah return on assets.
Penelitian Vasiliou et al (2003) menunjukan return on assets memiliki pengaruh
negatif terhadap resiko kebangkrutan perusahaan. Artinya Kinerja perusahaan
yang baik memiliki peluang kebangkrutan sangat rendah dibandungkan dengan
perusahaan yang kinerja operasionalnya kurang baik.

2.1.2.3.9 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size nilai
pasar saham, jumlah karyawan, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan
menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm).
Berdasarkan uraian tentang ukuran perusahaan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan
suatu kondisi atau karakteristik suatu organisasi atau perusahaan dimana terdapat
beberapa

parameter

yang

dapat

digunakan

untuk

menentukan

ukuran

(besar/kecilnya) suatu perusahaan, seperti banyaknya jumlah karyawan yang
digunakan dalam perusahaan untuk melakukan aktivitas operasional perusahaan,

Universitas Sumatera Utara

jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan dalam suatu periode, serta jumlah saham yang beredar.
Penelitian secara umum membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. McKoewn et. Al, (1991) dalam Arga dkk
(2007) dan Vassalou dan Xing (2004) dalam Wei Ting et al, (2009)
menyimpulkan bahwa perusahaan besar memiliki sedikit kemungkinan untuk
gagal dalam kegiatan perusahaannya. Indikator yang mewakili ukuran perusahaan
adalah Total aktiva yang dimiliki perusahaan, Hay et al., (2008) dalam Widiasari
(2009).

2.1.2.4 Financial Distress
Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai kondisi di mana hasil
operasi

perusahaan

tidak

cukup

untuk

memenuhi

kewajiban

perusahaan (Insolvency). Insolvency dapat dibedakan dalam 2 kategori, (Emery,
Finnery, Stowe, 2004 dalam Suroso 2006), yaitu:
1. Technical Insolvency
Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan kas untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.
2. Bankruptcy Insolvency
Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang melebihi nilai total
aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan

perusahaan

menghadapi financial

distress yaitu

antara

lain

Universitas Sumatera Utara

kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi
persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan
aktifitas perdagangan industri (Wruck, 1990 dalam Whitaker, 1999). Dalam
kondisi

ekonomi

yang

tidak

buruk,

kebanyakan

perusahaan

yang

mengalami financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen (Whitaker,
1999). Menurut Martin (1995) dalam Supardi & Mastuti (2003), kebangkrutan
didefinisikan ke dalam beberapa pengertian, yaitu:
1. Economic distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan
sehingga tidak mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang lebih kecil
dari biaya modal atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenanya jauh di bawah
arus kas yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan
investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk
sebuah investasi.
2. Financial distress, berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan
atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada
kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan
aset. Definisi financial distress yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi dari
kesulitan ringan sampai berat bahkan sampai mengalami kebangkrutan.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Christina

dan

Fajar

CorporateGovernance

(

2008)

dengan

dalam Perusahaan

Judul

penelitian

“Mekanisme

yang Mengalami Permasalahan

Universitas Sumatera Utara

Keuangan”. Dengan Variabel Penelitian Independen: Ukuran Dewan Komisaris,
Ukuran Direksi, Komite Audit, Komisaris Independen, Turnover Dewan Direksi,
Kepemilikan Institusional, dan dengan variabel Dependen: Financial Distress.
Hasil Penelitian ini mengungkapkan Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran komite
audit, jumlah komisaris Independen, turnover direksi dan kepemilikan
institusional

tidak

berpengaruh

terhadap

perusahaan

yang

mengalami

financialdistressed. Tetapi terdapat perbedaan dalam ukuran dewan direksi pada
perusahaan yang mengalami financialdistress dan yang tidak.

Daniel Butar-Butar (2011) dengan Judul “pengaruh kompensasi eksekutif dan
manajemen laba terhadap risiko kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dengan Variabel Independen: Kompensansi
Eksekutif, Menejem Laba, dan variabel Dependen yaitu Resiko Kebangkrutan.
Dan Hasil Penelitian Besaran kompensasi yang diterima oleh eksekutif turut
mempengaruhi motivasi mereka dalam bertindak bagi kepentingan perusahaan.
Ada pengaruh yang signifikan antara tindakan manajemen laba terhadap risiko
kebangkrutan tetapi dengan arah yang berlawanan (negatif).

Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators Terhadap
kondisi Financial Distress. Oktita Earning dan Agus Purwanto (2013) Variabel
Independen :Ukuran Dewan Direksi, Ukuran

Dewan Komisaris, Komisaris

Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite
Audit, Likuiditas, Leverage, profitabilitas, Operating Capacity. Variabel
Dependen:Financial Distress. Ukuran dewan direksi, kepemilikan menajerial,

Universitas Sumatera Utara

kepemilikan institusional, leverage, dan operating activity berpengaruh terhadap
financial distress. Dan hipotesis yang lainnya ditolak.

Siti

Muntiah

(2013)

dengan

judul

penelitian

“Pengaruh

Mekanisme

CorporateGovernance terhadap Kinerja Perusahaan”. Dengan variabel penelitian
Variabel Independen : InstisusionalOwnership, Kepemilikan Menajerial, Ukuran
Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris, Komite Audit. Dependen : Kinerja
Perusahaan. Hasil penelitian InstitusionalOwnership,Proporsi dewan komisaris,
dan komite audit memberikan peningkatan kinerja perusahaan. Dengan diterapkan
GCG yang baik akan memberikan citra (nilai) baik bagi perusahaan.Proporsi
dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja
perusahaan artinya semakin besar dewan komisaris maka keputusan yang dibuat
dewan komisaris akan mengutamakan kepentingan perusahaan.

Xavier Bredart (2014) dengan Judul Penelitian “Financial Distress and Corporate
Governance : The Impact of Board Configuration” . Dan variabel penelitian
Variabel Independen: The Board of Directors, Independence of the Board, Board
Activity, Duality as CEOandChairman of the Board. Dependen : Financial
Distress dan Filing Bankruptcy Protection. Dengan hasil penelitian bahwa dewan
direksi berpengaruh kecil terhadap perusahaan yang mengalami Financial
Distress. Pada umumnya, jumlah pertemuan rapat pemegang saham (RUPS) yang
diadakan setiap tahun sebelum mengalami likuidasi sangat berpengaruh terhadap
kondisi perusahaan yang mengalami Financial Distress.

Universitas Sumatera Utara

Revina, Yeni Januarsi, dan Muhtar (2015) dengan judul penelitian “ Mekanisme
Internal dan Eksternal Corporate Governance dalam Memitigasi Financial
Distress pada Industri Transportasi Di Indonesia.” Penelitian ini menggunakan
variabel independen Mekanisme internal dan eksternal Corporate Governance
yang di proyeksikan dengan variabel dependen yaitu Financial Distress dan
dengan variabel kontrol DER (Debt Equity Ratio). Hasil penelitian ini
mengungkapkan Pengaruh Komisaris Independen , Pengaruh Latar Belakang
Pendidikan Audit, Kualitas Audit dapat memitigasi kondisi Financial Distress.
.

No Judul Penelitian
1
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
terhadap Kinerja
Perusahaan

2

Peneliti
Siti
Muntiah
(2003)

Tabel: 2.2
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Variabel
-Institusional Ownership, Proporsi dewan
Independen :
komisaris, dan komite audit memberikan
Instisusional
peningkatan kinerja perusahaan. Dengan
Ownership,
diterapkan GCG yang baik akan
Kepemilikan
memberikan citra (nilai) baik bagi
Menajerial, Ukuran perusahaan.
Dewan Komisaris, -Proporsi dewan komisaris independen
Proporsi
Dewan memiliki pengaruh yang besar terhadap
Komisaris, Komite kinerja perusahaan artinya semakin besar
Audit.
dewan komisaris maka keputusan yang
Dependen :
dibuat
dewan
komisaris
akan
Kinerja Perusahaan mengutamakan kepentingan perusahaan.

Mekanisme
Christina, Independen:
Corporate
Fajar
Ukuran
Dewan
Governance
(2008)
Komisaris
dalam
Ukuran Direksi
Perusahaan yang
Komite Audit
Mengalami
Komisaris
Permasalahan
Independen
Keuangan.
Turnover Dewan
Direksi
Kepemilikan
Institusional

Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran komite
audit, jumlah komisaris Independen,
turnover
direksi
dan
kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap
perusahaan yang mengalami financial
distressed.
Tetapi terdapat perbedaan dalam ukuran
dewan direksi pada perusahaan yang
mengalami financial distress dan yang
tidak.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pengaruh
kompensasi
eksekutif
dan
manajemen laba
terhadap
risiko
kebangkrutan
pada perusahaan
m
anufaktur yang
terdaftar
di
Bursa
Efek Indonesia

Daniel
ButarButar
(2011)

4.

Pengaruh
Struktur
Corporate
Governance dan
Financial
Indicators
Terhadap kondisi
Financial
Distress.

Oktita
Earning
dan Agus
Purwanto
(2013)

5.

Financial
Xavier
Distress
and Bredart
Corporate
(2014)
Governance
:
The Impact of
Board
Configuration

Dependen:
Financial Distress
Variabel
Independen :
Kompensansi
Eksekutif,
Menejem Laba
Dependen :
Resiko
Kebangkrutan

Variabel
Independen :
Ukuran
Dewan
Direksi,
Ukuran
Dewan Komisaris,
Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Ukuran
Komite
Audit, Likuiditas,
Leverage,
profitabilitas,
Operating
Capacity.
Variabel
Dependen:
Financial Distress
Variabel
Independen:
The
Board
of
Directors,
Independence of
the Board, Board
Activity, Duality as
CEO
and
Chairman of the
Board.

-Besaran kompensasi yang
diterima
oleh
eksekutif
turut
mempengaruhi motivasi
mereka dalam
bertindak bagi kepentingan perusahaan,
-ada pengaruh yang signifikan antara
tindakan manajemen laba
terhadap risiko kebangkrutan tetapi dengan
arah yang
berlawanan
(negatif)
.

Ukuran dewan direksi, kepemilikan
menajerial, kepemilikan institusional,
leverage,
dan
operating
activity
berpengaruh terhadap financial distress.
Dan hipotesis yang lainnya ditolak.

Dengan hasil penelitian bahwa dewan
direksi berpengaruh kecil terhadap
perusahaan yang mengalami Financial
Distress.
Pada
umumnya,
jumlah
pertemuan rapat pemegang saham (RUPS)
yang diadakan setiap tahun sebelum
mengalami likuidasi sangat berpengaruh
terhadap
kondisi
perusahaan
yang
mengalami Financial Distress.

Universitas Sumatera Utara

6

Dependen :
Financial Distress
and
Filing
Bankruptcy
Protection.
Mekanisme
Revina,
Variabel
Internal
dan Yeni, dan Independen :
Eksternal
Muhtar
Komisaris
ssssCorporate
(2015)
Independen, Latar
Governance
Belakang
dalam
Pendidikan Komite
memitigasi
Audit,
Kualitas
Financial
Audit
Dependen :
Distress
Pada
Perusahaan
Financial Distress
Industri
Transportasi di
Indonesia.

Pengaruh
Komisaris
Independen
,
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan
Audit, Kualitas Audit dapat memitigasi
kondisi Financial Distress.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Variabel IndependenVariabelDependen
Komisaris Independen (X1)
Kepemilikan Saham Institusional
(X2)
Ukuran Dewan Direksi (X3)

Financial
Distress

Komite Audit (X4)
Latar Belakang Pendidikan (X5)
Kualitas Audit (X6)

Universitas Sumatera Utara

Variabel control

Total Debt to Equity Ratio

Return on Asset

Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1

2.4 Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variable atau
lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis adalah
sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis penelitian diusun berdasarkan logika teoritik peneliti berdasarkan pada
kajian teori atau berdasarkan kesimpulan-kesimpulan penelitian sejenis yang telah
dilakukan peneliti terdahulu (Hadi, 2006:89).
Perumusan hipotesis dikembangkan berdasarkan hubungan antara pengaruh
mekanisme internal dan eksternal corporate governance terhadap financial
distress.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan Komisaris Independen terhadap kondisi Financial Distress.
Komisaris Independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang
saham independen (pemegang saham minoritas). Dan ketentuan dalam penetapan
dan perhentian anggota komisaris

dan direksi akan selalu berasal dari

kepentingan pemegang saham mayoritas.
Oleh karena itu sering sekali komisaris dan anggota direksi mengutamakan dan
berpihak kepada kepentingan pemegang saham mayoritas dan mengesampingkan
pemegang saham minoritas dan lainnya. Untuk melindungi kepentingan
pemegang saham

independen maka harus ada sistem yang baik yaitu Good

corporate governance yang

mewajibkan

keberadaan komisaris independen.

Sehingga, pengendalian kinerja manajemen tidak merugikan salah satu pihak agar
terciptanya nilai perusahaan yang baik.
Berdasarkan alur pemikiran diatas maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Komisaris Independen berpengaruh negative pada financial distress.

Hubungan Kepemilikan Saham Institusional dengan kondisi Financial
Distress
Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen
dan

akibatnya

akan

memberikan

dorongan

yang

lebih

besar

untuk

mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi
sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham Solomon (2004) dalam Sabrina (2010).
Hal ini disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat
berdampak buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan,
yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki memiliki
posisi yang kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak
pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan
tindakan para manajer tersebut.
Berdasarkan alur pemikiran diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Kepemilikan Saham Institusional berpengaruh negative terhadap
Financial Distress.

Hubungan Ukuran Dewan Direksi terhadap kondisi Financial Distress.
Dewan Direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan
diambil secara jangka pendek maupun jangka panjang. Ukuran dewan direksi
dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Peningkatan ukuran
dan diversitas dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena
terciptanya network dengan pihak luat perusahaan dan menjamin ketersediaan
sumberdaya . Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam
memonitoring menejemen , sebaliknya jumlah dewan direksi yang relative kecil
dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat menghindari kondisi
financial distress.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan alur pemikiran diatas , maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh negative terhadap financial distress.

Hubungan Porporsi Komite Audit terhadap kondisi Financial Distress
UU PT Pasal 121 memungkinkan Dewan Komisaris untuk membentuk komite
tertentu yang dianggap perlu untuk membantu tugas pengawasan yang diperlukan.
Salah satu komite tambahan yang membantu Dewan Komisaris adalah Komite
Audit. Komite ini dibentuk karena semakin meningkatnya penyelewengan yang
dilakukan oleh para direktur dan komisaris yang terjadi di AS maupun Indonesia
yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasanDinyatakan oleh
Hasnati ( Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2006). Komite audit bertugas
membantu Dewan Komisaris untuk mengawasi pihak menejemn dalam
pengelolaan perusahaan, dengan berjalannya pengawasan yang baik diharapkan
perusahaan dapat menghindari kondisi financial distress.
Berdasarkan alur pemikiran diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Proporsi Komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Hubungan Latar Belakang Pendidikan Komite Audit dengan kondisi
Financial Distress
Keberadaan komite audit dimaksudkan untuk memantau prilaku manajemen yang
berhubungan dengan kebijakan keuangan,sehingga dalam hal ini keberadaan
komite audit diharapkan dapat memperkecil upayaagent untuk memanipulasi

Universitas Sumatera Utara

masalah data-data yang berkaitan dengan keuangan dan prosedur akuntansi serta
mengoptimalkan kinerja agent tersebut agar mampu mencegah konflik keagenan
dalam perusahaan yang dapat menyebabkan kondisi financial distress, sehingga
dalam hal ini diperlukan pengetahuan yang cukup dari anggota komite audit yang
diukur melalui latar belakang pendidikan. Semakin banyak anggota komite audit
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan maka akan
semakin efektif dalam

menghindarkan perusahaan dari financial distress.

Sedikitnya jumlah anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi atau keuangan akan membuat perusahaan mengalami penurunan kinerja
sehingga menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Kurangnya
anggota komite audit dengan latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan
membuat komite audit audit tidak mampu melakukan pengawasan secara efektif
sehingga menyebabkan penurunan kinerja perusahaan.
Berdasarkan alur pemikiran diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Latar belakang pendidikan Komite Audit berpengaruh negative terhadap
financial distress.

Hubungan Kualitas Audit terhadap kondisi Financial Distress.
Terdapat keterkaitan antara opini audit dengan kualitas audit, De Angelo (1981)
mendefinisikan

kualitas

audit

sebagai

kemungkinan

bahwa

auditorakan

menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan
pengetahuan dan keahlian auditor. Jika suatu perusahaan memiliki kualitas audit
yang baik, maka auditor tersebut akan dapat lebih baik mendeteksi serta

Universitas Sumatera Utara

menemukan kesalahan dalam penyajian laporan keuangan. Salah satu penyebab
financial distress yangdikemukakan oleh Lizal (2002) adalah neoclassical model,
yaitu kondisi ketika alokasi sumber daya tidak dilakukan secara tepat. Di dalam
model ini, pengestimasian financial distress dilakukan berdasarkan data di neraca
sertalaporan laba rugi. Apabila perusahaan yang mengalami financial distress
disebabkan karena kesalahan dalam penyajian data keuangan di neraca dan
laporan laba rugi, maka hal tersebut dapat dimitigasi dengan adanya kualitas audit
yang baik. Melalui kemampuannya, auditor dengan kualitas yang baik akan
menemukan serta melaporkan kesalahan dalam laporan keuangan yang menjadi
sebab perusahaan tersebut mengalami financial distress, sehingga ketika hal ini
telah dilakukan, perusahaan yang pada awalnya terindikasi mengalami kondisi
financial distress akan dapat melakukan tindakan perbaikan yang pada akhirnya
akan membawa perusahaan terhindar dari kondisi financial distress. Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kualitas audit dapat
memitigasi kondisi financial distress di dalam perusahaan.
Berdasarkan alur pemikiran diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
: Kualitas audit berpengaruh negative terhadap financial distress.

Universitas Sumatera Utara