Pengaruh Mekanisme Good Coorporate Governance Terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya
(input),

diprosesuntuk

pelanggan. Tujuan

dari

menghasilkan
perusahaan

barang
secara

dan
umum


jasa

(output)

ialah

laba

bagi
atau

keuntungan. Serangkaian rencana dan tindakan terintegrasi yang didesain bagi
perusahaan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan melebihi pesaingnya
dan sekaligus memaksimalkan laba. Perusahaan menurut pasal 6 KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana), dagang adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang
didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Pada kenyataannya perusahaan
juga memiliki sasaran yang ingin dicapai semua pihak yang berkepentingan

khususnya stakeholders dan juga meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran para pemehang saham atau shareholders.Hal yang
sangat dihindari perusahaan adalahkesulitan keuangan yang panjang, pangsa pasar
yang menurun secara signifikan, kehilangan kepercayaan karyawan, pemegang
saham dan masyarakat luas, hingga terancam bangkrut. Semua ini adalah tandatanda perusahaan yang mengalami kondisi perusahaan yang tidak baik.
Dalam menjalankan kegiatannya ada dua kepentingan yang paling
menonjol dalam pergerakan perusahaan yaitu direksi (manajemen) dan pemegang

Universitas Sumatera Utara

saham. Masalah konflik kepentingan yang muncul antara pemegang saham
sebagai penyedia dan fasilitator untuk operasi perusahaan, sedangkan pihak
manajemen atau direksi sebagai pengelola yang akan menerima gaji dan
kompensasi lainnya sehingga keputusan direksi diharapkan yang terbaik bagi
pemegang

saham

yaitu


meningkatkan

kemakmuran.(Tapanjeh,

2006).

Menyatakan bahwa Corporate Governance merupakan prosedur yang dikemas
aturan dan mekanisme yang mengendalikan suatu organisasi atau suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan
jangka panjang pemegang saham.Menurut (Jensen dan Meckling, 2006)
menyatakan bahwa tidak jarang tindakan manajer bukan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara pemilik saham
dan manajer. Kondisi antara manajemen dan pihak lain tidak mempunyai sumber
dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk
memonitor tindakan manajemen dapat menimbulkan asimetri informasi. Salah
satu cara untuk mengendalikan prilaku manajer dan melindungi pemegang saham
adalah dengan mekanisme Corporate Governance.
PenerapanCorporate Governancebertujuan untuk menekan potensi konflik
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, mencegah terjadinya

asimetri informasi. Sistem Corporate Governance yang baik seharusnya mampu
mengarahkan, mengendalikan, mengatur, dan untuk memastikan bahwa semua
bekerja dengan baik untuk kepentingan perusahaan. Sistem corporate governance
memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga

Universitas Sumatera Utara

menumbuhkan kepercayaan bahwa investor akan memperoleh return sesuai
dengan investasi yang dilakukannya. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan
bahwa Corporate governance adalah suatu mekanisme yang dapat melindungi
pihak minoritas dari ekspropiasi yang dilakukan oleh para manajer serta
pemegang saham pengendali (mayoritas) dengan menekankan pada mekanisme
legal.
Investor harus merasa aman terhadap pelaksanaan regulator dan
pengadilan perlindungan investor. Negara yang lemah dalam perlindungan
investor akan jauh lebih besar terkena dampak negatif guncangan ekonomi
sewaktu-waktu. Johnson, Boone, Breach, dan Friedman dalam penelitiannya
membuktikan bahwa pelaksanaan Corporate Governance dalam sistem hukum
yang lemah menyebabkan krisis ekonomi yang meluas ketika terjadinya krisis
ekonomi di Asia. Negara- negara yang tidak mampu melindungi pemegang saham

minoritas, industri pasar modalnya tidak berkembang. Perusahaan yang berada
pada kondisi seperti itu pembiayaannya tidak bisa mengandalkan pasar modal, dan
memiliki rasio utang yang sangat besar yang akan membuatnya rentan untuk jatuh
sewaktu-waktu. Negara dan perusahaan yang memiliki kelemahan dalam
melaksanakan corporate governance akan mengalami krisis yang jauh lebih buruk
jika terjadi goncangan sewaktu-waktu.
Memasuki era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin kompetitif Good
Corporate Governance (GCG) atau yang lebih dikenal dengan “tata kelola
perusahaan yang baik”telah menjadi kebutuhan mendasar bagi Perusahaan.
Beberapa

prinsip

menurutOrganization

for

Economic

Cooperation


and

Universitas Sumatera Utara

Development(OECD) yang harus ditetapkan agar sistem tata kelola perusahaan
berjalan dengan baik adalah transparency, accountability, responsibility,
independency, dan fairness. Prinsip tersebut ditujukan untuk mewujudkan good
corporate governance yang merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi stakeholders, dan menekankan
pentingnya hak pemegan saham untuk memperoleh informasi yang transparan,
benar, akurat, dan tepat waktu mengenai semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholders (YPPMI & SC, 2002 dalam Darmawati, 2003).
Pada tahun 1997-1998 terjadi krisis ekonomi di Asia Timur yang disebabkan oleh
corporate governance yang buruk. Beberapa hal yang memperburuk sistem
tersebut diantaranya adalah sistem hukum yang buruk, tidak konsistennya standat
akuntansi dan audit, praktek-praktek perbankan yang lemah dan kurangnya
perhatian Board of Directors

terhadap hak-hak pemegang saham minoritas,


lemahnya pengawasan komisaris, dan pasar modal yang masih unerregulated
(Shalahuddin,2009). Perusahaan besar sekelas Enron, Worldcom di America
Serikat, HIH Insurance dan One-tel di Australia, Tyco, dan Global Crossing pada
awal dekade 2000-an menyebabkan kajian tentang coorporate governance
semakin meningkat pesat saat ini. Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan
untuk menerapkan mekanisme corporate governance.
Beberapa perusahaan di Indonesia yang bermasalah dan bahkan tidak mampu lagi
meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan tata kelola perusahaan yang
buruk (bad corporate governance). Contohnya antara lain : PT.Indorayon, PT
Dirgantara

Indonesia,

PT

Lapindo

Brantas,


PT.Indofarma

dan

lain

Universitas Sumatera Utara

sebagainya.Kebangkrutan perusahaan seringkali diakibatkan oleh pertanggung
jawaban tata kelola yang tidak baik dari pihak internal maupun eksternal untuk
menghindari kesulitan ekonomi.Budaya corporate governance memang harus
dimasyarakatkan. Repotnya, praktik-praktik perusahaan yang tercela sering
tumpang tindih dengan masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sementara
banyak pengusaha atau direksi yang belum memahami atau malah sengaja
melanggar prinsip-prinsip corporate governance.
Akibatnya sampai saat ini masih banyak perusahaan yang mengalami kondisi
kesulitan keuangan atau disebut juga dengan financial distress atau bahkan
sampai mengalami kebangkrutan.Beberapa perusahaan manufaktur mengalami
delisting dikarenakan mengalami financial distress. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Pramowo (2010) yang menyebutkan bahwa terjadinya delisting pada

perusaahaan public di BEI disebabkan karena adanya kesulitan keuangan atau
berada pada kondisi Financial Distress.Menurut Almilia dan Kristijadi (2013),
financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Hal ini dipertegas oleh Platt
(2002), yang mendefinisikan financial distresssebagai tahap penurunan kondisi
keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Perusahaan sejak dini
diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi
yang mengarah kepada financial distress, sangat penting bagi perusahaan untuk
mencari mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perusahaan sebelum
mengalami Financial Distress.Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
mekanisme internal dan eksternal Corporate Governance terhadap kondisi
Financial Distress Perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Corporate governance digunakan untuk mengontrol perusahaan yang bertindak
bagi kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka. Mekanisme Good Corporate Governance dibagi menjadi
dua bagian yaitu internal dan eksternal. Mekanisme internal dilakukan komisaris
independen, kepemilikan saham institusional, ukuran dewan komisaris dan komite
audit.Mekanisme eksternal di diukur dengan Kualitas audit , danlatar belakang

pendidikan komite audit. Dengan berjalannya kedua mekanisme tersebut dengan
baik, maka sistem Corporate Governance perusahaan mencoba memotivasi
manajer agar memaksimalkan nilai pemegang saham (Alexander dan Matts,
2003). Corporate Governance menjadi pedoman bagi para manajer dalam
mengelola perusahaan secara best practice Dalam Penelitian ini, peneliti
menggunakan TotalDebt to Equity Ratio (Solvency), Return on Asset, Ukuran
Perusahaan sebagai variabelkontrol.
Lizal (dalam Fachrudin,2008) salah satu penyebab financial distress
perusahaan yaitu ketika perusahaan memiliki susunan aset yang tepat dan struktur
keuangan yang baik namun, dikelola dengan buruk. Pengelolaan yang buruk
tersebut dapat disebabkan karena adanya konflik keagenan antara manajer dan
pemegang saham. Menurut Plat dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress
sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan atau likuidasi. Kegunaan informasi jika suatu perusahaan
mengalami financial distress adalah :
Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum
terjadinya kebangkrutan.

Universitas Sumatera Utara


Pihak manajemen dapat mengambil keputusan tindakan merger atau take over
agar perusahan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan
dengan lebih baik,
Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan
datang.
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat research gap yaitu perbedaan hasil
penelitian (Oktita, 2013), dan (Christina dan Fajar, 2008) mengenai pengaruh
komisaris Independen terhadap Financial Distress adalah tidak berpengaruh.
Perbandingan lain ditunjukan kepada ( Revina,dkk (2015) menemukan adanya
pengaruh komisaris independen terhadap Financial Distress.
Penelitian ini bermaksud melakukan penelitian terhadap mekanisme
internal dan eksternal corporate governance dalam menghindari kondisi Financial
distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 – 2014. Untuk
itu

penelitian

ini

berjudul

:PengaruhMekanisme

Good

Corporate

Governanceterhadapkondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI Tahun 2012 -2014.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian yang dijelaskan diatas , peneliti
menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :
Apakahmekanisme

Corporate Governance(yang terdiri dari : Komisaris

Independen, Kepemilikan saham Institusional, Ukuran dewan direksi, Komite
Audit, Latar belakang pendidikan komite audit, dan kualitas audit) berpengaruh
secara parsial dan simultan pada kondisi financial distress ?

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme
CorporateGovernance terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2012 – 2014 .

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
khususnya mengenai pengaruh mekanisme internal dan eksternal Corporate
Governance terhadap Financial Distress.
Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajemen
perusahaan untuk lebih memperhatikan penerapan tata kelola perusahaan yang
baik dan benar untuk menghindari kondisifinancial distress.
Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor untuk lebih
berhati-hati dalam menilai kondisi keuangan perusahaan sebelum melakukan
investasi kepada perusahaan yang berpotensi mengalami kondisifinancial distress.

Bagi Peneliti selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi bagi
penelitian berikutnya yang mengambil Judul yang sama sebagai bahan penelitian.

Universitas Sumatera Utara