Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pencurian

Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pencurian
1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian
Beberapa kejahatan terhadap milik (harta benda) orang, misalnya: pencurian (Pasal 362 s/d
367 KUHP), pemerasan (368 s/d 371), penipuan (Pasal 378 s/d 397 KUHP), merusak barang
orang lain ( pasa1406 s/d 412 KUHP ) dan lain - lain. Diantara kejahatan - kejahatan terhadap
harta benda yang paling banyak terjadi khususnya di DKI Jakarta adalah pencurian. Yang
dinamakan pencurian menurut Pasal 362 KUHP adalah :
"Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah".
Kalau kita telaah Pasal 362 KUHP, terdapat unsur - unsur sebagai berikut :
a. Perbuatan "mengambil",
b. Yang diambil adalah suatu "barang",
c. Barang itu harus "seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain" dan
d. Mengambil itu harus dilakukan "dengan maksud hendak memiliki barang itu dengan
melawan hukum".
"Mengambil" artinya dengan sengaja menaruh sesuatu kedalam kekuasaannya. Menurut
pendapat beberapa sarjana hukum diantaranya prof. Simon, maka penebang pohon belum
dapat diartikan "mangambil", tetapi baru merupakan "percobaan", mengambil baru selesai
dilakukan apabila pencuri melakukan tindakan yang mengakibatkan barang itu pindah tempat.
Sebelum di tebang pohon merupakan barang yang tidak bergerak (onroerend goed), sehabis

ditebang barulah menjadi barang yang bergerak (roereng goed). Sebelum diambil barang itu belum
berada didalam kekuasaan si pengambil, apabila pada waktu memilikinya barang itu sudah ada
ditangannya, maka perbuatannya ini bukan pencurian , akan tetapi masuk dalam penggelapan
(Pasal 372 KUHP). Sedangkan menurut Mr. Tresna, bahwa mengambil berarti membawa
barang - barang itu dari ternpat - tempat asalnya ke tempat - tempat lainnya, jadi barang barang itu yang sifatnya harus diangkat atau dipindalikan dari suatu tempat ketempat lain, maka
barang yang tetap atau tidak bergerak seperti tanah, rumah, dan sebagainya tidak dapat dicuri.
Yang dimaksud barang yaitu segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (manusia
tidak). Bukan barang tidak bergerak (onroerend goed), tetapi barang yang dapat bergerak (roerend
goed), karena dalam mencuri barang itu harus dapat dipindahkan.
Apabila orang yang menguasai barang - barang kepunyaan orang lain yang tidak bergerak
seperti sawah dan lainnya itu, sehingga menjualnya bukan digunakan Pasal pencurian, tetapi
Pasal 385 KUHP yang digolongkan dalam kejahatan penipuan (perbuatan curang).
Walaupun dalam prakteknya pencurian itu hampir senantiasa mengenai barang - barang yang
berharga, tetapi sebenarnya harga ekonomis dari barang itu tidak perlu, misalnya seorang yang
mengambil beberapa helai rambut wanita (harga ekonomisnya tidak ada) untuk di pakai
melakukan guna - guna dapat pula di persalahkan mencuri. Daya listrik dan gas, walaupun tidak
berwujud jika dialirkan pada kawat merupakan barang yang dapat dicuri, barang - barang yang
tidak dimiliki seseorang, burung atau binatang liar yang hidup dan sebagainya, walaupun yang
punya tidak dikenal belum merupakan barang tanpa pemilik, sehingga yang dimiliki oleh yang
menemukan merupakan pencurian.

Barang itu "seluruhnya atau sebagainya" harus kepunyaan orang lain. barang yang "untuk
sebagainya" kepunyaan orang lain, misalnya : A bersama - sama B membeli sebuah sepeda
telah dibayar oleh dua orang bersama - sama, sehingga sepeda itu adalah milik A dan B. Andai
kata sepeda itu disimpan di rumah A dan kemudian di ambil dan dimiliki oleh B dengan
melawan hak, maka B telah melakukan pencurian terhadap barang yang untuk sebagian

kepunyaan A. Pengambilan harus dilakukan dengan maksud hendak memiliki barang itu
dengan melawan hukum. "Memiliki artinya bertindak sebagai orang yang punya, sedangkan
"melawan hukum" berarti tidak berhak bertentangan dengan hak orang lain tidak minta izin
dahulu dari orang yang berhak seseorang yang oleh karena keliru sangka miliknya, mengambil
suatu barang yang ternyata kepunyaan orang lain, itu tidak dipermasalahk.an mencuri, oleh
karena unsur melawan hukum tidak ada.
2. Macam - Macam Tindak Pidana Pencurian
Dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana Indonesia dapat digolongkan menjadi 4
(empat) macam pencurian yaitu :
1. Pencurian biasa
Pencurian biasa adalah pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP, yang berbunyi sebagai
berikut :
"Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang sepenuhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan

pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh tupiah".
Dengan memperhatikan rumusan Pasal 362 KUHP, maka yang dilarang clan diancam dengan
hukuman dalam kejahatan ini adalah perbuatan "mengambil' sesuatu barang yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain untuk dikuasai, maksudnya dengan segala mengambil
sesuatu barang yang bukan miliknya untuk dimiliki atau melakukan suatu perbuatan sehingga
barang yang bahkan menjadi miliknya tersebut ada dalam kekuasaannya secara melawan hak.
Unsur melawan hak disini harus ada, dengan demikian orang baru dapat dikatakan sebagai
pencuri apabila ia berbuat dengan tidak izinnya yang punya untuk menguasai suatu barang
seutuhnya atau sebagian milik orang lain untuk dia kuasai, sebab jika perbuatan itu dilakukan
seizin oleh yang punya atau diketahui oleh yang punya, maka hal demikian bukanlah dinamakan
tindak pidana pencurian, karena unsur melawan hak untuk menguasai barang tersebut tidak
ada. Sedangkan yang dapat menjadi objek dari kejahatan pencurian lazimnya hanyalah terbatas
pada benda - benda yang berwujud dan dapat bergerak. Walaupun demikian tidak menutup
suatu kemungkinan bahwa benda - benda yang tidak berwujudpun dapat dijadikan objek dari
kejahatan pencurian misalnya, pencurian aliran listrik akhir - akhir ini sering dilakukan oleh
perusahaan - perusahaan besar atau kecil di DKI Jakarta maupun di luar Jakarta.
Sifat tindak pidana pencurian biasanya adalah merugikan kekayaan dari si korban, maka sudah
barang tentu barang yang diambil harus berharga, akan tetapi juga bisa yang berharga atau
mempunyai nilai yang tinggi bagi si pemilik, tetapi tidak ada harganya sama sekali bagi si
pencuri barang tersebut, misalnya pencuri yang mengambil surat wasiat yang tidak ada

hubungannya sama sekali dengan dia sebagai pencuri. Hukuman atau ancaman pidana
maksimum yang dijatuhkan untuk tindak pidana pencurian biasanya adalah lima tahun penjara
atau denda setinggi - setingginya yang sejak tahun 1960 denda tersebut diubah dari enam puluh
rupiah menjadi sembilan ratus rupiah.
2. Pecurian ringan
Pencurian ringan adalah yang diatur dalarn Pasal 364 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut :
"Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 ke 4, begitupun perbuatan yang
diterangkan dalam Pasal 363 ke 5 apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan
yang tertutup yang ada rumahnya, jika barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima
rupiah, dikenai karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak enam puluh rupiah".
Dengan melihat rumusan Pasal 364 KUHP, maka dinamakan dengan pencurian ringan adalah
pencurian biasa yang diatur dalam Pasal 362 KUHP, akan tetapi banyak yang diambil tidak

melebihi harga yang sejak tahun 1960 berubah yang semula dua puluh lima rupiah menjadi tiga
ratus tujuh puluh lima rupiah, atau pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
(pasa1363 sub 4) namun harga barang yang dicuri tidak lebih dari tiga ratus tujuh puluh lima
rupiah dan dapat pula dikatakan pencurian ringan apabila pencurian itu masuk ke tempat di
mana barang itu bisa juga dengan cara memanjat di mana pencurian itu tidak dilakukan di
dalam suatu rumah atau pekarangan halaman, pekarangan tertutup yang ada rumahnya ( Pasal

363 sub 5 ) serta barang yang dicuri tidak lebih dari harganya tiga ratus lima puluh rupiah.
Kalau lebih diperhatikan lagi dari rumusan Pasal 364 KUHP, maka yang tidak masuk dalam
pencurian ringan yaitu :
a. Pencurian ternak (Pasal 363 sub 1 KUHP ).
b. Pencurian pada waktu kebakaran. Gempa bumi clan macam - macam malapetaka yang
lainnya ( Pasal 363 sub
3. Pencurian dengan pemberatan
Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian yang di atur dalam Pasal 363 KUHP, yang
menyatakan sebagai berikut :
Ayat ( 1 ) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
ke -1 : Pecurian ternak.
ke - 2 : Pencurian pada waktu kebakaran, letusan bajir, gempa bumi, atau gempa laut,
gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakan kereta api. Huru-hara,
pemberontakan atau banyak perang.
ke – 3 : Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ dan diketahui atau tidak dikehendaki
oleh yang berhak.
ke - 4 : Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
ke - 5 : Pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan atau untuk sampai
kebarang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat dengan

memakai anak kunci palsu atau pakaian palsu.
Ayat ( 2 ). Jika pencurian yang diterangkan dalam ke - 3 disertai dengan salah satu tersebut ke
- 4 dan 5, maka dikenakan pidana paling lama sembilan tahun
Dengan melihat rumusan Pasal diatas, maka yang dinamakan pencurian berat atau dengan
pemberatan adalah pencurian biasa (Pasal 362 KUHP) disertai dengan cara - cara tertentu dan
keadaan - keadaan tertentu, sehingga mempunyai sifat yang lebih berat oleh karenanya
hukuman maksimumnya pun lebih berat dari hukuman maksimum pencurian biasa. Dalam hal
ini akan menguraikan satu persatu pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP.
Yang menjadikan beratnya hukuman dalam pencurian ini, karena yang dicuri adalan hewan
ternak seperti yang dimaksud dalam rumusan Pasal 363 Ayat 1 KUHP, ternak disini ternak
berkaki empat dan memamah biak seperti kambing, sapi, kerbau, dan kuda selain dari hewan
- hewan itu bukan dinamakan ternak. Mengapa hukumannya menjadi berat, hal ini disebabkan
hewan - hewan atau ternak -ternak tersebut mempunyai nilai tersendiri bagi seorang petani.
Selain pencurian ternak juga pencurian yang di lakukan pada waktu ada macam - macam
malapetaka seperti kebakaran, gempa bumi, banjir dan lain sebagainya. Alasan untuk
memberatkan hukuman atas pencurian ini, dikarenakan bahwa peristiwa - peristiwa semacam
ini biasanya akan menimbulkan keributan dan kekhawatiran di khalayak ramai yang
memudahkan seorang jahat melakukan tindak pidana pencurian, seharusnya orang - orang
harus sebaliknya memberikan pertolongan kepada korban bukannya melakukan pencurian.
Untuk kejahatan seperti di atas, tidak perlu bahwa yang di curi itu meliputi barang - barang

yang kena bencana atau yang di selamatkan dari bencana melainkan juga meliputi barang di
sekitarnya yang oleh karena ada bencana, maka tidak di jaga oleh yang punya. Sehingga antara

terjadinya malapetaka dan terjadinya dengan pencurian itu harus ada hubungannya, artinya
pencuri betul - betul mempergunakan kesempatan itu untuk mencuri, tetapi tidak temasuk di
sini misalnya, seorang yang mencuri dalam suatu rumah yang letaknya jauh dari terjadinya
malapetaka tersebut, karena di sini pencuri tidak atau tidak tahu memakai kesempatan yang
ada karena peristiwa malapetaka tersebut, seperti yang di maksud dalam pasa1363 Ayat 1 sub
2 KUHP.
Pencurian yang di lakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya. Malam di sini adalah waktu antara matahari terbenam dan terbit,
sedangkan yang dimaksud dengan rumah adalah tempat yang di pergunakan untuk berdiam
siang dan malam, artinya untuk makan, tidur, mandi dan lain sebagainya, sedangkan gudang
atau toko yang tidak didiami siang dan malam tidak termasuk pengertian rumah, sedangkan
yang dinamakan pekarangan tertutup yaitu suatu sekelilingnya ada tanda - tanda batas yang
kelihatan nyata seperti pagar, sehingga ada kesan bagi orang kalau mau memasuki pekarangan
tersebut harus izin terlebih dahulu kepada pemiliknya..
Dengan demikian seorang baru dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana pencurian berat
apabila ia betul - betul telah masuk kedalam rumah tersebut atau memasuki pekarangan
tertutup dan setelah sampai di dalamnya melakukan tindakan pencurian dan apabila ia hanya

berdiri di luar lalu menggait pakaian melalui pagar atau melalui jendela dengan bantuan suatu
alat lain atau bisa juga dengan cara mengulurkan tangannya saja untuk mengambil barang yang
dia kehendaki, maka hal seperti yang dimaksud dalam Pasal 363 Ayat 1 sub 3 KUHP.
Pencurian berat atau dengan pemberatan seperti apa yang di atur dalam Pasal 363 Ayat 1 sub
4 -KUHP yaitu pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu. Hal ini
menujukan pada dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam melakukan tindak pidana
pencurian, seperti mereka melakukan pencurian bersama - sama untuk mengambil barang barang yang ada dengan kehendak bersama yang mendahului pencurian, akan tetapi tidak
cukup apa bila mereka secara kebetulan pada persamaan waktu melakukan pencurian.
Dengan dipergunakan kata dilakukan, bukannya kata diadakan, maka yang termasuk dalam
rumusan Pasal 363 Ayat 1 sub 4 KUHP, yaitu apa bila ada dua orang atau lebih yang masuk
istilah Medeplegen atau turut melakukan dari pasa1 55 Ayat 1 KUHP serta memenuhi syarat
bekerja sama. Jadi yang tidak atau bukan termasuk dalam rumusan Pasal 363 Ayat 1 sub 4
KUHP disini apabila hanya ada seorang pelaku dan ada seorang pembantu dari Pasal 55 Ayat
1 sub 2 KUHP.
Bekerja sama ini misalnya, apabila mereka merencanakan niatnya untuk bekerja sama dalam
melakukan tindak pidana pencurian, tetap hal ini bukan syarat mutlak kerja sama secara sadar.
Di anggap ada apabila pada saat mereka melakukan tindak pidana pencurian ada saling
pengertian diantara para peserta bahwa mereka bekerja sama untuk melaksanakan kehendak
yang sama.
Jadi untuk membuktikan tentang terjadinya suatu pencurian yang dilakukan oleh dua orang

atau lebih secara bersama - sama adalah cukup apabila disitu sudah jelas bahwa pencurian itu
telah secara langsung turut ambil bagian di dalam pencurian tersebut.
Pencurian berat yang terakhir yang diatur dalam Pasal 363 KUHP adalah pencurian yang
dilakukan dengan cara merusak, membongkar, memotong atau memanjat atau dengan
memakai anak kunci palsu, seperti diatur dalam Pasal 363 Ayat 1 sub 5 KUHP. Maksud dari
Pasal ini yaitu pencuri yang akan melaksanakan tindak pidana pencurian untuk mencapai pada
sasarannya ia harus melakukan pengrusakan yang telah dilakukan barulah ia dapat mencapai
barang yang ia inginkan untuk dimiliki secara melawan hukum. Jadi unsur membongkar atau
merusak disini harus benar - benar nyata dan terlihat maksudnya lempat dimana barang ilu
berada benar - benar menjadi rusak berat, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai pencurian

berat dengan cara membongkar atau merusak kalau yang dilakukan hanya memutus suatu
rantai yang mengikat pintu atau kunci dari suatu peti dirusak. Hal seperti ini belum bisa
dikategorikan sebagai yang dimaksud oleh Pasal 363 Ayat 1 sub 5 KUHP. Selain daripada apa
yang ada di atas juga diatur dalam Pasal 363 Ayat 1 sub 5 KUHP yaitu pencurian yang dilakukan
dengan cara memakai kunci palsu untuk dapai mengambil barang yang terdapat di dalamnya,
misalnya, mengambil barang yang ada di lemari dengan mempergunakan anak kunci palsu
tanpa seizin yang punya atau dapat juga mengambil mobil dengan mempergunakan kunci
palsu. Hal ini semua termasuk tindak pidana pencurian berat, sedangkan pencurian berat
dengan cara mempergunakan perintah palsu atau pakaian jabatan palsu juga termasuk dalam

pencurian ini, hanya saja hal tersebut jarang-dijumpai dalam kenyataan sehari-hari.
Dalam Pasa1363 Ayat (2) KUHP menyatakan bahwa jika pencurian yang diterangkan dalam
sub 3 disertai dengan salah satu hal yang seperti diatur dalam sub 4 dan sub 5, maka dikenakan
pidana paling lama sembilan tahun. Dengan demikian pencurian yang dilakukan di waktu
malam dalam sebuah rumah akan menjadi berat hukumannya apabila hal tersebut dilakukan
seperti apa yang dirumuskan dalam Pasal 363 Ayat (1) sub 5 yaitu hukumannya menjadi
sembilan tahun penjara.
4. Pencurian dengan kekerasan
Pencurian dengan kekerasan adalah pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP, yaitu :
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud
untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang
yang dicurinya.
2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :
Ke-1 jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang
berjalan.
Ke-2 Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
Ke-3 Jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau

dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
Ke-4 Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
3) Bila pembuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan
oleh orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan
dalam No.l dan 3.
Setelah memperhatikan rumusan Pasal 365 KUHP secara keseluruhan, maka dapatlah
dikatakan bahwa dalam pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP ini ada unsur istimewa
yang tidak terdapat pada pencurian biasa Pasal 362 KUHP. Unsur istimewa tersebut adalah
mempergunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Maksud menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan disini adalah untuk mempersiapkan pencurian dan untuk mempermudah
dilakukannya pencurian.
Maksud untuk mempersiapkan pencurian. Artinya perbuatan kekerasan atau ancaman
kekerasan itu dilakukan sebelum adanya tindakan pengambilan barang yang ingin dikuasai,
misalnya dengan cara memukul, membacok, menembak dan lain sebagainya, setelah itu
pencuri mengambil barang yang dia inginkan.

Sedangkan maksud untuk mempermudah pencurian, artinya dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan pencuri tersebut akan dengan mudah melakukan tindakan pencurian. Misalnya
dengan cara mengikat si penghuni rumah atau dengan cara menodongkan sebuah golok atau
pistol agar mereka tadi (penghuni rumah) diam saja tidak dapat berbuat sesuatu dan si pencuri
atau kawannya akan dengan mudah mengambil barang-barang yang ada untuk di kuasainya.
Kekerasan atau ancaman kekerasan ini harus dilakukan pada orangnya bukan pada barangnya
dan dapat dilakukan. Maksudnya untuk menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika
tertangkap tangan ada kesempatan bagi dirinya atau bagi karyawannya yang ikut serta dalam
pencurian itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap berada dalam
kuasanya. Sedangkan pengertian tertangkap tangan itu sendiri meliputi beberapa hal, yaitu .
a. Apabila tindak pidana sedang dilakukan, pelakunya diketahui.
b. Apabila segera setelah tindak pidana dilakukan, pelakunya diketahui.
c. Apabila segera setelah tindak pidana itu dilakukan, seseorang dikejar oleh khalayak ramai
sebagai pelakunya.
d. Apabila seseorang ditemukan barang-harang, senjata, alat-alat atau surat-surat yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau pembantunya.
Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan pada waktu mencuri dipandang sebagai keadaan
yang memberatkan hukuman, hal ini dapatlah dimengerti oleh karenanya ancaman
hukumannya adalah sembilan tahun penjara dan hukuman ini dapat diperberat lagi menjadi
dua belas tahun penjara apabila memenuhi unsur dari pada Pasal 365 Ayat (2) KUHP yaitu
apabila kejahatan pencurian itu disertai lagi dengan hal-hat yang sebagian sama dengan hal-hal
yang memberatkan hukuman dari pencurian yang terdapat dalam Pasal 363 Ayat (1) sub 3
sampai dengan sub 5 KUHP. Hal yang tidak terdapat dalam Pasal 363 KUHP yaitu melakukan
pencurian di jalan umum atau di dalam kereta api atau kendaraan umum yang sedang berjalan,
hal lain yang tidak ada juga yaitu apabila akibat dari perbuatan pencurian itu mengakibatkan
orang mendapat luka berat. Disamping itu dapat diperberat lagi hukumannya menjadi
hukuman penjara selama lima belas tahun, jika perbuatannya mengakibatkan matinya orang
dan diperberat lagi menjadi hukuman mati atau seumur hidup atau hukuman penjara dua puluh
tahun, jika perbuatannya mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersama-sama yang disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam Pasal
365 Ayat 2 dan sub 3 KUHP.
Jadi kesimpulannya, bahwa berat ringannya sangsi hukuman tindak pidana pencurian selalu
dihubungkan dengan tindak pidana pencurian yang dilakukan.
NB : Perhatikan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 02 Tahun
2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda
Dalam KUHP
Sumber :
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Soesilo R. Pokok Hukum Dan Delik Khusus (Bogor: Politea, 1974.
Tresna, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: Tirta Limitet, 1959.
Muhammad Anwar H.A.K, Hukum Pidana Bagian Khusus, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.