Kondisi Sosial dan Keagamaan masyarakat Karawang

34 Jenis mata pencaharian penduduk Karawang umumnya adalah sebagai petani, masyarakat petani jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sementara itu untuk kelompok usia anak-anak, laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak berjenis kelamin perempuan. Kondisi yang berbeda pun dapat dilihat oleh masyarakat pribumi yang bukan petani karena baik usia dewasa maupun anak-anak, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk karawang yang berprofesi sebagai petani diperkirakan 91,56 , sedangkan jumlah penduduk karawang yang berprofesi di luar pertanian sekitar 8,44 . Memasuki pada awal abad ke-20, penduduk pribumi Karawang memiliki berbagai macam pencaharian yang beranekaragam antara lain pertanian, perdagangan dan kerajinan, serta perikanan. Sementara itu kabupaten Karawang termasuk salah satu kabupaten yang yang menjadi sentra pembudidayaan padi. Pembudidayaan padi tidak hanya dilakukan di areal persawahan, melainkan juga sebagian masyarakat membudidayakan tanaman tersebut di ladang. Jumlah penduduk kabupaten Karawang pada tahun 2012 berdasarkan agama yang dianut adalah sebagi berikut: Islam sebanyak 98,55, Katolik 0,22, Protestan 0,93, Budha 0,26, dan Hindu 0,04. 96 Berdasarkan jumlah persentase tersebut maka jumlah sarana peribadatan seperti masjid, langgar, 96 Ibid., h. 49 35 musholla, gereja klenteng, dan vihara terdapat diberbagai tempat yang berada di wilayah Karawang. Agama Islam masuk ke Karawang dibawa oleh ulama Besar yang bernama Syeh Hasanudin bin Yusuf Idofi dari Campa, yang terkenal dengan sebutan Syeh Quro. Ia merupakan putra ulama besar perguruan Islam di Campa yang bernama Syeh Yusuf Sidik. Syeh Quro datang ke pelabuhan Karawang melalui jalur laut, ketika sampai di Pelabuhan Karawang bersama rombongannya meminta izin kepada penguasa setempat untuk mendirikan bangunan disekitar pelabuhan. Setelah mendapatkan izin oleh penguasa setempat mendirikan bangunan dari pelabuhan tempat kapal berlabuh. Bangunan ini kemudian terkenal dengan sebutan Pesantren Quro Masjid Agung Karawang. Tahapan-tahapan dalam menyebarkan agama Islam yang dilakukan oleh Syeh Quro adalah membangung Langgar Pesantren, Musholla sebagai tempat ibadah, serta tempat tinggal. Dakwah yang disampaikan oleh Syeh Quro mudah dipahami oleh masyarakat Karawang, sehingga banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk menganut agama Islam. Bukti adanya penyebaran agama Islam yang pertama kali oleh Syeh Quro adalah Masjid agung 97 Karawang letaknya berdekatan dengan alun-alun Kabupaten Karawang. Di masjid terdapat potongan balok Tiang utama empat tiang yang masih utuh, kayu balok bagian atap Masjid Agung lama dan kayu lain bagian dinding masjid yang masih tersimpan di lantai tiga masjid agung Karawang. 97 Tjetjep Supriadi, Sejarah berdirinya Kabupaten Karawang, Bandung : Theme, 1976, h. 33. 36 Tabel jumlah Sarana Peribadatan berdasarkan Kecamatan tahun 2012 Kecamatan Masjid Musholla Langgar Gereja Vihara Pangkalan 72 8 79 - - Tegalwaru 44 - 34 - - Ciampel 52 - 34 - - Telukjambe Timur 104 - 102 1 Telukjambe Barat 58 - 202 - Klari 128 216 Cikampek 69 7 99 10 Purwasari 56 79 Tirtamulya 57 93 Jatisari 284 196 Banyusari 44 145 Kotabaru 78 97 Cilamaya Wetan 51 10 220 2 Cilamaya Kulon 46 10 198 Lemahabang 59 5 122 Telagasari 53 187 37 Majalaya 34 82 Karawang Timur 93 1 131 1 1 Karawang Barat 79 134 14 Rawamerta 48 133 Tempuran 56 129 Kutawaluya 50 138 Rengasdengklok 52 202 4 Jayakarta 27 9 182 Pedes 48 216 Cilebar 47 112 Cibuaya 39 160 Tirtajaya 71 5 121 Batujaya 40 130 Pakisjaya 34 3 64 Total 1.973 4.090 4.037 2 31 2011 1.728 2.567 1.735 16 11 2010 1.667 1.355 3.006 8 11 2009 1.575 1.285 3.066 13 11 2008 1.648 1.344 3.004 13 11 Sumber: Kantor Depertemen Agama Kabupaten Karawang 38 Tabel jumlah penganut agama di Karawang 2012 Kecamatan Islam Katolik Protestan Budha Hindu Total Pangkalan 40.062 5 57 9 9 40.142 Tegalwaru 38.697 2 11 1 38.711 Ciampel 42.803 31 113 15 12 42.974 Telukjambe Timur 53.643 1.471 4.067 456 162 59.799 Telukjambe Barat 127.728 25 218 2 5 127.378 Klari 183.730 655 2.435 137 71 187.028 Cikampek 117.988 582 2.938 346 11 121.865 Purwasari 65.590 114 602 37 5 66.348 Tirtamulya 55.153 6 13 7 55.179 Jatisari 86.623 84 517 19 15 87.258 Banyusari 59.530 6 7 5 59.548 Kotabaru 134.464 592 2.664 283 77 137.979 Cilamaya Wetan 94.187 21 318 28 67 94.621 Cilamaya Kulon 80.396 36 34 80.466 39 Lemahabang 87.104 3 175 12 87.294 Telagasari 75.083 13 106 3 11 75. 216 Majalaya 130.268 892 3.278 1.213 84 135.735 Karawang Timur 171.400 1.312 5.466 2.228 122 180.528 Karawang Barat 46.850 174 429 30 24 47.507 Rawamerta 59.724 1 12 6 59.743 Tempuran 70.044 9 54 1 5 70.113 Kutawaluya 69.668 2 36 30 13 69.749 Rengasdengklok 143.358 304 3.130 1.171 126 148.089 Jayakarta 73.066 4 45 11 8 73.134 Pedes 79.685 11 29 56 5 79.789 Cilebar 53.440 1 11 2 8 53.462 Cibuaya 59.849 18 351 990 20 61.228 Tirtajaya 89.740 15 6 5 89.766 Batujaya 102.758 10 41 12 1 102.822 Pakisjaya 47.469 2 30 11 6 46.518 40 Total 2.539.999 6.350 27.204 7.101 932 2.414.897 2011 2.200.571 4.826 20.760 5.838 977 2.232.972 2010 1.969.881 3.499 14.877 5.836 1.015 1.995.048 2009 1.873.051 4.677 10.816 6.414 1.177 1.896.135 2008 1.873.051 4.667 10.816 6.414 1.177 1.896.135 Sumber: Kantor Depertemen Agama Kabupaten Karawang 41

BAB III DESKRIPSI TRADISI ZIARAH KUBUR

A. Makna ziarah kubur

Ziarah dalam kamus bahasa arab diambil dari kata ا ا - ي - ي Yang berarti menziarahi, mengunjungi. 98 Sedangkan menurut Munzir Al-Muswa ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan mendatangi ahli kubur sebagai pelajaran bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. 99 Ziarah Kubur juga dapat dikatakan sebagai mengunjungi suatu tempat yang dimuliakan atau dianggap suci, misalnya mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di Madinah seperti yang sering dilakukan oleh jama‟ah Haji. Makam yang menjadi perhatian para peziarah khususnya bagi kaum muslim biasanya makam orang-orang yang semasa hidupnya membawa misi kebaikan terhadap lingkungannya, yaitu: 100 a. Para Nabi dan Pemimpin Agama, mereka yang telah menyebarkan agama serta mengajarkan mereka terhadap hal-hal kebaikan yang sesuai dengan syariat. b. Para wali, ulama dan ilmuan besar yang memberikan ilmu pengetahuan serta mengenalkan manusia terhadap Kitab Tuhan serta ilmu alam dan ilmu ciptaan. 98 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989, h. 159. 99 Munzir Al-Muswa, Kenalilah Aqidahmu, Jakarta: Majelis Rasulullah, 2007, h. 56. 100 Syaikh Ja‟far Subhani, Tawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karomah Wali, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989, h. 55. 42 c. Kelompok orang-orang tertentu seperti: kerabat, sahabat, saudara terdekat, mereka yang mempunyai tali kasih atau pengorbanan semasa hidupnya. Ziarah kubur merupakan satu titik temu yang istimewa antar agama, hampir di belahan dunia manapun terdapat makam-makam khusus yang dikunjungi baik oleh orang Islam maupun non Islam. Menurut „Ali al-Harawi yang menulis sebuah Pedoman Tempat-Tempat Ziarah Kubur bahwa ziarah kubur ziyarat al-qubur adalah suatu bentuk ritual yang sudah berakar di masyarakat sejak zaman dahulu. 101 Ziarah kubur yang dilakukan di makam telah memberikan tambahan ekonomi kepada penduduk sekitar lokasi kuburan keramat, sehingga masyarakat banyak yang berjualan makanan, keperluan ziarah, oleh-oleh bagi para peziarah kubur. 102 Bagi tokoh-tokoh agama tertentu, terutama bagi kalangan tradisional upacara tardisi lokal ini bermanfaat untuk alat mobilisasi masyarakat kelas bawah, alat poltik bagi tokoh-tokohnya, dan menjadikan sumber ekonomi yang mencukupi bagi sang tokoh keagamaan bisa dijadikan untuk memperkuat kharismanya. Ziarah kubur merupakan satu dari sekian tradisi yang ada dan berkembang di masyarakat, berbagai maksud dan tujuan serta motivasi selalu menyertai aktivitas ziarah kubur. Ziarah kubur yang dilakukan oleh masyarakat ke kuburan dianggap keramat karena sebenarnya ziarah kubur adalah tradisi agama Hindu yang pada masa lampau memuja terhadap roh leluhur. 101 Henri, Chambert-Loir dan Claude Guillot, Ziarah dan Wali di Dunia Islam, Depok: Komunitas Bambu, 2010, h. 2 102 Hasil peneleitian penulis hal ini juga sama seperti di makam Syeh Quro,terutama pada malam Sabtu