TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

8 - 15 fungsi lembaga-lembaga trias politica dan peran penting lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi MK dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK diharapkan meningkat dengan berbagai pemberitaan dan analisis politik melalui media massa tersebut.

8.1.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Dalam rangka mendorong proses demokratisasi, Pemerintah akan berusaha terus menciptakan hubungan komunikasi politik yang dinamis antara Pemerintah dengan lembaga penyelenggara negara lainnya termasuk di dalamnya dengan DPR RI dan DPD RI dalam rangka memelihara checks and balances. Hal penting lainnya adalah melanjutkan penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang kepemiluan, organisasi politik dan kemasyarakatan, yakni UU Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD; penyempurnaan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan perlu direvisi untuk mengakomodasi dinamika masyarakat dan perkembangan demokrasi yang sedang berlangsung dewasa ini. Sementara itu, revisi atas beberapa peraturan perundangan bidang politik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas struktur dan proses politik dalam rangka mengembangkan demokrasi di Indonesia. Selain itu, Pemerintah juga akan melakukan kajian terhadap peraturan pemerintah mengenai partai politik lokal di Aceh dan peraturan pemerintah mengenai bantuan keuangan bagi partai politik. Pemerintah akan terus berupaya menjembatani dan memfasilitasi peningkatan kualitas pemilukada. Fasilitasi akan terus diberikan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota agar dapat mengoptimalkan bantuan dan fasilitas kepada KPUD untuk kelancaran penyelenggaraan pemilukada, termasuk membenahi administrasi kependudukan sebagai bahan DPT. Fasilitasi diberikan juga kepada pemerintah daerah agar dapat melakukan sosialisasi pemilukada secara optimal untuk meningkatkan partisipasi pemilih dan memelihara ketenteraman serta 8 - 16 ketertiban masyarakat. Pemerintah juga akan memberikan fasilitasi yang optimal apabila memang diperlukan draft RUU Pemilukada yang memisahkan pemilukada dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah akan terus melanjutkan komitmennya memperkuat OMS dan organisasi politik karena dua organisasi inilah yang akan menjadi ujung tombak masyarakat dalam memperkuat konsolidasi demokrasi Indonesia. Penguatan OMS ditekankan pada peningkatan manajemen, peningkatan kualitas SDM, proses pengkaderan, pengembangan jaringan, dan penggalangan dana operasional organisasi yang dapat menjamin keberlanjutan OMS. Fasilitasi pemerintah melalui bantuan keuangan untuk parpol akan tetap dilaksanakan sepanjang diperlukan untuk mendukung peran optimal parpol dalam mendorong proses demokratisasi di Indonesia. Pada waktu 3-4 tahun mendatang, pemerintah melihat perlunya pengembangan dana perwalian untuk demokrasi atau democracy trust fund DTF dalam rangka pembangunan sistem dukungan bagi keberlanjutan peran OMS dalam proses demokratisasi, khususnya keberlanjutan dalam hal pendanaan program dan kegiatan OMS secara mandiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian atas beberapa peraturan perundangan-undangan terkait seperti UU No. 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang, dan pengembangan forum untuk menghimpun masukan terhadap penyusunan naskah akademis dan konsep draft RPP Insentif Perpajakan. Pemerintah saat ini makin menyadari pentingnya investasi jangka panjang untuk memastikan keberhasilan konsolidasi demokrasi Indonesia, berupa perlunya pendidikan politik yang terus menerus dan dilakukan secara komprehensif bersama-sama masyarakat sipil. Pendidikan politik akan memajukan agenda-agenda penting pendidikan pemilih, pendidikan politik demokratis, dan pendidikan kewarganegaraan, serta pengembangan budaya dan etika politik demokrasi yang berdasarkan empat pilar bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Dalam rangka itu, pemerintah memandang perlu dilakukan pengembangan pusat pendidikan politik dan kebangsaan. Pendidikan politik tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat, tetapi juga bagi aparatur 8 - 17 pemerintah yang diharapkan dapat memberikan keteladanan dan menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Permasalahan konflik akan terus dikelola secara sistematis dan dialogis agar seluruh pihak yang terlibat menyadari secara sungguh- sungguh persoalannya apabila konflik muncul sehingga tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah tidak akan menempatkan diri sebagai pihak yang paling tahu persoalan yang muncul di dalam masyarakat, tetapi pemerintah memiliki kewajiban memelihara keadaan stabilitas politik dan tanggung jawab terhadap keamanan rakyat agar tidak menjadi korban tindak kekerasan apabila terjadi konflik. Dengan kesadaran bahwa masyarakat sendirilah yang mengetahui secara persis permasalahannya, forum dialog masyarakat yang efektif dan meningkatnya kapasitas masyarakat dalam menangani konflik menjadi sangat penting untuk terus dilembagakan. Pemerintah juga perlu melakukan kerja sama dengan OMS yang berkecimpung dalam penanganan konflik untuk mendorong masyarakat sipil di daerah melakukan pengelolaan konflik dengan efektif. Kelompok Kerja Demokrasi Provinsi sebagai forum multipihak multistakeholder juga perlu diperkuat sebagai wadah untuk membantu perumusan kebijakan publik pemajuan demokrasi dan melakukan penilaian terhadap perkembangan demokrasi di daerah masing-masing. Kedua fungsi kelompok kerja demokrasi tersebut akan membantu pemerintah daerah dalam merumuskan agenda pembangunan politik untuk memperbaiki kinerja demokrasi di daerah. Pada masa mendatang perlu lebih dimantapkan mekanisme penyusunan kebijakan publik untuk menyalurkan dan menguatkan interaksi dan komunikasi yang lebih intensif antara para pembuat kebijakan dan masyarakat sipil agar kebijakan yang dibuat memiliki relevansi dengan kebutuhan nyata masyarakat dan dapat menyelesaikan persoalan di dalam masyarakat. Berkenaan dengan implementasi Otsus Papua, Pemerintah akan memfasilitasi percepatan penyelesaian perdasus dan perdasi sebagai pelaksanaan UU tentang Otsus di Provinsi Papua dan Papua Barat. Sementara itu, terkait dengan penjabaran UU No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tindak lanjut yang diperlukan 8 - 18 adalah memfasilitasi dan mendukung penyelesaian RPP tentang Kawasan Sabang, RPP tentang Pengelolaan Minyak dan Gas, dan Kewenangan Nasional, Rancangan Perpres tentang Penghapusan Kantor Wilayah BPN dan Kantor BPN di Aceh menjadi Perangkat Daerah. Terkait dengan informasi dan komunikasi, efektivitas pelaksanaan UU KIP akan terus didorong dengan melanjutkan sosialisasi UU tersebut sampai pada tataran substansi teknis pelaksanaan baik di tingkat pusat maupun daerah hingga menjangkau seluruh provinsi. Diharapkan PP tentang Pelaksanaan UU KIP dan peraturan pelaksanaan lainnya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dapat ditetapkan pada tahun ini sehingga dapat menjadi pedomanacuan yang jelas bagi pelaksanabadan publik. Dengan demikian, PPID juga harus segera dibentuk di setiap badan publik karena akan menjadi ujung tombak pelaksanaannya. Komisi Informasi Pusat KI Pusat - sebagai lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik; dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi danatau ajudikasi non- litigasi - akan terus difasilitasi dalam menjalankan perannya. Komisi Informasi Daerah KI Daerah juga diharapkan akan terbentuk di semua provinsi pada tahun 2010 untuk mengawal pelaksanaan UU KIP di daerah. Untuk mendorong penyediaan dan penyebaran informasi publik dan penyediaan akses terhadap informasi publik, akan dilanjutkan pembangunan dan penguatan media center di berbagai provinsi dan kabupatenkota termasuk peningkatan kapasitas pengelolanya. Peningkatan citra positif pemerintah melalui Humas Pemerintah atau Government Public Relations GPR, dan sosialisasi, serta diseminasi informasi programkebijakan pemerintah lainnya juga terus didorong untuk menjamin tersedianya informasi bagi masyarakat. Di samping itu, juga kerjasama kemitraan dengan media pusat dan daerah, serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap keterbukaan informasi. SDM bidang komunikasi dan informasi juga terus ditingkatkan baik melalui pendidikan formal S2S3 maupun pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan budaya dokumentasi, 8 - 19 CIO. Di samping itu, kerjasama antarlembaga juga akan dilanjutkan, antara lain, melalui fasilitasi peran dan fungsi Komisi Penyiaran Indonesia KPI, Komisi Informasi Pusat KI Pusat, Dewan Pers, Museum Penerangan, serta dengan lembaga informasi dan komunikasi di daerah baik pemerintah maupun kemasyarakatan. Pada tahun mendatang pembangunan informasi dan komunikasi akan dilaksanakan dengan meningkatkan peran informasi dan komunikasi melalui penyediaan dan pengelolaan informasi dengan lebih terarah. Upaya tersebut akan diwujudkan dengan penyusunan grand design penyebaran informasi publik, penyusunan database nasional, sektoral dan regional mengenai informasi publik, dan penyusunan konten informasi publik yang siap dimanfaatkan oleh pemda. Di samping itu, juga akan dilakukan penyebaran dan diseminasi informasi publik yang diawali dengan penyusunan grand design media center, selain terus memperkuat keberadaan media center di berbagai provinsi dan kabupatenkota yang dibangun sejak tahun 2007. Untuk memfasilitasi penyediaan informasi publik di daerah terluarterdepan dan pascakonflik akan dibangun media center yang disyaratkan sesuai dengan standar dan dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, akan terus dilakukan penyebaran informasi langsung kepada masyarakat melalui berbagai media forum, dialog, Kelompok Informasi Masyarakat KIM, media tradisional termasuk media cetak dan media elektronik. Peningkatan peran media publik, pengembangan kemitraan, dan dukungan manajemen dengan lembaga komunikasi juga merupakan agenda penting yang akan terus dilaksanakan. Kegiatan- kegiatan tersebut akan dilengkapi dengan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan bidang komunikasi dan informatika.

8.2 SUBBIDANG POLITIK LUAR NEGERI