43
ayahnya, kakeknya, neneknya atau siapapun yang dipilihnya
77
. Namun Mazhab Malikiyyah berbeda pendapat tentang hal tersebut, menurut Mazhab ini berakhirnya
hadhanah anak laki-laki yaitu ketika ia baligh, sedangkan terhadap anak perempuan
yaitu hingga ia dicampuri suaminya, kecuali jika ada sesuatu yang ditakutkan setelah baligh
, “Ibnu Hazm berkata, bahwa seorang ibu berhak melakukan hadhanahterhadap anak laki-laki atau perempuan hingga haid atau bermimpi, disertai dengan mumayyiz
dan kesehatan badan.”
78
Mengenai batas waktu pemeliharaan anak menurut Pasal 45 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi:
1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik- baiknya.
2 Kewajiban yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun
perkawinan antara kedua orang tua putus. Jadi pemeliharaan anak akan terus menjadi tanggung jawab orang tua selama
belum berakhirnya masa hadhanah. Hadhanah berakhir apabila anak tersebut telah mandiri atau mampu menghidupi dirinya sendiri.
B. Orang Yang Berhak Mengasuh Anak Pada Saat Tenggang Waktu Penentuan Hak Hadhanah Anak
1. Urutan Orang-Orang Yang Berhak Melaksanakan tugas Hadhanah
Pada dasarnya pelaksana hadhanah dalam keluarga adalah suami isteri atas hadhanah
anak-anaknya. Apabila karena adanya sesuatu hal yang menyebabkan
77
Jail Mubarok, Pengadilan Agama di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm.196.
78
Yusuf Qasim, Huquq Al-Usrah, hlm. 398, Lihat juga Abdul Majid Mahmud Matyhlub, Panduan HUkum Keluarga Sakinah,
TerjamahanHarits Fadly dan Ahmad Khotib, Solo: Era Intermedia, 2005, hlm. 596.
Universitas Sumatera Utara
44
orang tua tidak dapat melaksanakan hadhanah, maka hadhanah terhadap anaknya itu diserahkan kepada orang lain dalam lingkungan keluarga yang sekiranya mampu dan
memenuhi syarat untuk melaksanakan hadhanah tersebut. Menurut Ibnu Rusyd, hadhanah
diberikan berdasarkan kedekatan dan kelemah lembutan bukan dengan dasar kekuatan perwalian, seperti nikah, mawali, wala’, walad dan warisan.
79
Bisa saja orang tidak mewarisi tetapi berhak hadhanahseperti orang yang diberi wasiat,
adik perempuan ayah, adik perempuan ibu, anak saudara laki-laki dan anak saudara perempuan.
80
Sementara menurut Al Hamdanibahwa orang yang berhak pengasuhan anak adalah orang yang lebih mampu mengasuh dan mendidik anak tersebut, karena
orang yang mengabaikan pemeliharaan anak atau tidak bertanggungjawab terhadap anak tidak layak mendapatkan hak pengasuhan anak.
81
Ulama memberikan urutan dan skala prioritas hak hadhanah atas anak bagi para wanita, sesuai dengan kemaslahatan anak tersebut.Menurut mereka naluri keibuan
lebih sesuai untuk merawat dan mendidik anak, serta adanya kesabaran dalam menghadapi permasalahan kehidupan anak-anak lebih tinggi dibanding kesabaran
seorang laki-laki. Selanjutnya ulama fiqih juga mengemukan bahwa apabila anak tesebut telah mencapai usia tertentu, maka pihak laki-laki dapat dianggap lebih sesuai
dan lebih mampu untuk merawat, mendidik, dan menghadapi berbagai persoalan anak
79
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid II, Terjemahan Imam Ghazali Said, Jakarta:Pustaka Amani, 2007, hlm. 526.
80
Ibnu Rusyd, Maqaddimah Ibn Rusyd, Juz II, Darul Fikr, tth, hlm 258-259
81
Al Hamdani, Risalah Nikah, Terjemahan Agus Salim, Jakarta: Pustaka Amani, 1989, hlm. 265.
Universitas Sumatera Utara
45
tersebut sebagai pelindung.Oleh sebab itu maka ulama fiqih lebih mendahulukan kaum wanita daripada kaum pria.
82
Urutan mereka yang berhak melaksanakan tugas hadhanah anak, menurut ulama fiqih adalah sabagi berikut:
1 Ibu dari si anak;Ibu lebih berhak mengasuh anak apabila terjadi perceraian atau meninggalnya suaminya, sebab ia merupakan orang yang paling sayang dan
lembut terhadap si anak daripada orang lain. Hal ini juga diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan, bahwa seorang perempuan datang kepada Rasulullah SAW,
kemudian berkata,“wahai Rasulullah,sesungguhnya anak laki-lakiku ini,baginya perutku itu waddah, kamarku itu hawa, dan kedua putting susuku itu minuman,
namun bapaknya menceraikanku dan ingin merebutnya dariku.” Selanjutnya Rasulullah bersabda, “kamu lebih berhak atasnya, sepanjang kamu tidak menikah
lagi”.Namun hak hadhanah ibu atas anaknya dapat beralihkarena disebab ibu penzina, pencuridanistri yang telah menikah lagi dengan laki-laki yang bukan
muhrim dari anak yang diasuh.
83
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pengasuhan anak berada ditangan ibunya, selama tidak ada sesuatu alasan yang dapat menghalangi si ibu melakukan
pekerjaan pengasuhan anak.Membentuk anak-anak agar menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya adalah tujuan dari pendidikan Islam. Oleh karena itu,
82
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Hak-Hak Anak, Wasiat, Wakaf, Warisan Jilid 10,Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta:Darul fikir, 2011 hlm. 61.
83
Abdul Majid Mahmud Mathlub, Al-Wajiz fi Ahkam Al-Usrah Al-Islamiyah Panduan Hukum Keluarga Sakinah,
Terjemahan Harits Fadli dan Ahmad Khotib, Solo: Era Intermedia, 2005, hlm. 585.
Universitas Sumatera Utara
46
untuk mencapai tujuan dimaksud diperlukan pembinaan dan pemeliharaan yang tepat, karena anakmerupakan potensi bangsa dan agama sehingga perlu
dikembangkan untuk kematangan pribadinya. 2 Jika hak hadhanah seorang ibu telah gugur, maka hak pengasuhan anak pindah
kepada ibunya istri nenek si anak. Selain itu, seorang nenek adalah keluarga terdekat setelah ibu. Selanjutnya biasanya nenek lebih menjaga dan menyayangi
anak yang diasuhnya dibanding yang lainnya.
84
3 Selanjtunya setelah hak asuh ibu dan nenek ibu dari ibu tiada, maka hak tersebut di ambil alih oleh nenek ibu dari ayah dari anak tersebut.
85
Penyebab nenek dari ibu ibu dari ibu lebih diutamakan dari pada nenek dari ayah ibu dari ayah,
meskipun kedua-duanya sama-sama dekat namun karena nenek dari ibu merupakan kerabat dari ibu sianak, sedangkan hak hadhanah atas anak lebih
diutamakan pada garis keturunan ibu, sehingga kerabat dari ibu lebih diutamakan dibanding kerabat dari pihak ayah.
86
Namun hal yang berbeda dikemukan oleh Saleh.Al- Fauzan, menurutnya jika setelah hak asuh ibu dan nenek ibu dari ibu
tiada, maka hak tersebut diambil ahli oleh ayah kandung si anak. Hal ini karenaayah juga memiliki kedekatan dengan anaknya di banding yang lain setelah
ibu dan nenek.
87
84
Al- Fauzan Saleh Fiqih Sehari-hari, Terjemahan Abdul Hayyie Al-Kattani, Jakarta: Gema Insani, 2006, hlm.750.
85
Wahbah Az-Zuhaili, Jilid 10, Op.Cit. hlm. 62.
86
Ibid.
87
Al- Fauzan Saleh, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
47
4 Setelah orang-orang telah di sebutkan di atas gugur haknya, maka yang
seterusnya yang melaksanakan tugas hadhanah adalah saudara kandung perempuan dari ibu si anak. Sebab, mereka memiliki hubungan yang lebih kuat
dengannya dalam masalah warisan.
88
5 Kemudian baru saudara perempuan seibu, yang dianggap keibuan, sebab ibu
lebih diutamakan dibandingkan ayah, baru kemudian saudara perempuan seayah. 6
Anak perempuan dari saudara perempuan sekandung selanjutnya barulah anak perempuan dari saudara seayah.
7 Bibi yang sekandung dengan ayah
8 Bibi yang seibu dengan ayah
9 Bibi yang seayah dengan ayah
10 Bibinya ibu dari pihak ibunya 11 Bibinya ayah dari pihak ibunya
12 Bibinya ibu dari pihak ayahnya 13 Bibinya ayah dari pihak ayah.
Namun hal berdbeda dikemukan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah ia berkata, bahwa:
“Bibi dari ayah itu lebih utama dari bibi yang berasal dari pihak ibu.Demikian pula wanita dari pihak ayah lebih utama dari wanita dari pihak ibu.Maka, mereka
lebih berhak mengasuh anak dibanding wanita dari pihak ibu. Karena hak perwalian ada pada pihak sang ayah. Demikian pula kerabatnya.Walaupun, itu
dengan ayah kandungnya sendiri.Dalam syariah di sebutkan bahwa bibinya Hamzah didahulukan dari bibinya Shafiyah.Oleh karena Shafiyah sendiri tidak
88
Saleh.Al- Fauzan, Op.Cit.hlm.751.
Universitas Sumatera Utara
48
memintanya, sedang Ja’far telah meminta untuk menjadi wakil dari bibinya Hamzah.Maka jika dia tidak ada, tetap seperti ini.”
89
Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa, “Semua dasar syariat menyebutkan bahwa kerabat ayah itu harus didahulukan daripada kerabat ibu. Barangsiapa
yang mendahulukan kerabat ibu daripada kerabat ayah dalam hak asuh anak, maka ia telah menyalahi ushul dan syariah.”
90
Jika anak tersebut tidak mempunyai kerabat perempuan dari kalangan mahram di atas, atauada tapi tidak memenuhi syarat untuk melakukan pemeliharaan atas
anak, maka hak hadahanah atas anak tersebut dapat beralih kepada kerabat laki- laki yang masih mahramnya atau memilih hubungan darah. Hak hadhanah anak
beralih kepada
91
: 14 Kakek dari pihak ayah dan terus ke atas ayah dari ayah si anak
15 Saudara laki-laki sekandung 16 Saudara laki-laki seayah
17 Saudara laki-laki dari saudara laki-laki sekandung 18 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
19 Paman yang sekandung dengan ayah 20 Paman yang seayah dengan ayah
21 Pamannya ayah yang sekandung 22 Pamannya ayah yang seayah dengan ayah
Jika tidak ada seorangpun kerabat dari muhrim laki-laki tersebut di atas maka hak hadhanah beralih pada muhrim-muhrimnya yang laki-laki selain kerabat
dekat yaitu diantaranya
92
: 23 Ayah ibu kakek
89
Ibid.
90
Ibid.
91
Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.Cit, hlm. 588.
92
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
49
24 Saudara laki-laki seibu 25 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu
26 Paman yang seibu dengan ayah 27 Paman yang sekandung dengan ibu
28 Paman yang seayah dengan ibu 29 Paman yang seayah dengan ayahe
Akan tetapi jika anak tersebut tidak mempunyai kerabat baik dari sisi ibu maupun sisi ayah, maka hakim yang akan menunjuk seorang wanita yang sanggup
dan patut mengasuh serta mendidiknya.
93
Sementara urutan mereka yang berhak melaksanakan tugas hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Pasal 156 yang berbunyi:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: 1. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya,
kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh:
a. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;
ayah; b.
wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah; c.
Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; d.
Wanita- wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah. 2. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah
dari ayahatau ibunya; 3. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan
jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaann kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat
memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah
pula; 4. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut
kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri 21 tahun.
5. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf a,b, dan d;
93
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta:Al-Hidayah, 1968, hlm.395.
Universitas Sumatera Utara
50
6. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut
padanya. Maksud dari urut-urutan ini adalah agar hadhanah anak tetap bersama
kerabatnya sehingga ia tidak merasa asing hidup dalam sebuah rumah tangga. Selanjutnya tujuan dari urutan ini dalam rangka menjaga sistem mahram bagi seorang
muslim, apalagi bila nanti sudah dewasa, tidak boleh berkhalwat bersama seorang dari lain jenis yang bukan dari mahramnya. Urutan mereka yang melaksanakan tugas
hadhanah, yang satu lebih diutamakan daripada yang lain juga mendahulukan para
wali sianak karena wewenang mereka untuk memelihara anak kecil, jadi jika para walinya sudah tidak ada, atau ada tapi ada sesuatu alasan yang mencegah untuk
melakukan tugas hadhanah ini, maka berpindahlah ia ke tangan kerabat lainnya yang lebih dekat.
2. Pihak Yang Berhak Mengasuh Anak Pada Saat Tenggang Waktu Penentuan Hak Hadhanah Anak