Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Methodist-2 Kota Medan Tahun 2010 Tentang Faktor Risiko Penyebab Obesitas

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA

METHODIST-2 KOTA MEDAN TAHUN 2010

TENTANG FAKTOR RISIKO PENYEBAB OBESITAS

Oleh :

ANDREAS

070100089

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA

METHODIST-2 KOTA MEDAN TAHUN 2010

TENTANG FAKTOR RISIKO PENYEBAB OBESITAS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ANDREAS

NIM: 070100089

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Methodist-2 Kota Medan Tahun 2010 Tentang Faktor Risiko Penyebab Obesitas

Nama : ANDREAS NIM : 070100089

Pembimbing Penguji I

(Prof.DR.dr.Harun Alrasyid,Sp.PD,Sp.GK.) (dr.Isti Ilmiati Fujiati, MSc.

CM- NIP. 19501105 197903 1004 FM, MPd.Ked)

NIP. 19670527 199903 2001

Penguji II

(dr.Muhammad Ali,Sp.A)

NIP. 19690524 199903 1001

15 Desember 2010

Dekan Fakultas Kedokteran USU

(Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Beberapa survey yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta dan 15,8% di Denpasar. Gambaran status gizi dan pengetahuan remaja di masa sekarang berdampak besar pada gambaran status gizi remaja di masa mendatang. Informasi mengenai gambaran pengetahuan remaja khususnya siswa/siswi SMA tentang faktor risiko penyebab obesitas sangat diperlukan agar faktor risiko tersebut dapat diidentifikasi sedini mungkin dan ditanggulangi dengan baik.

Penelitian potong lintang (cross-sectional) dengan menggunakan pendekatan deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist-2 Kota Medan tahun 2010 terhadap faktor risiko penyebab obesitas. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 100 orang siswa yang dipilih secara consecutive sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% siswa-siswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 memiliki gambaran pengetahuan yang baik terhadap faktor risiko obesitas, 42% memiliki pengetahuan sedang dan 1% memiliki pengetahuan buruk. Sebanyak 29% laki-laki dan 28% perempuan memiliki gambaran pengetahuan baik, 21% laki-laki dan 21% perempuan memiliki gambaran pengetahuan sedang, dan 1% perempuan memiliki gambaran pengetahuan buruk.

Dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist-2 Kota Medan tahun 2010 terhadap faktor risiko penyebab obesitas adalah baik, dengan perbandingan pengetahuan laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan. Disarankan kepada pihak-pihak terkait (sekolah, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan Kota Medan) untuk melakukan upaya promotif-preventif terhadap kejadian obesitas secara terpadu. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencegah obesitas secara mandiri.


(5)

ABSTRACT

Some surveys which were done separately in some cities show that obesity prevalence in elementary school is reaching 9,7% in Yogyakarta and 15,8% in Denpasar. The image of nutritional status and knowledge of adolescents nowadays will impact their image of nutritional status in the future. Information about the knowledge of adolescence especially high school students about obesity risk factors is necessary so that the risk factors can be identified as early as possible and be overcome well.

This descriptive cross-sectional study has a purpose to know the knowledge of Methodist-2 high school students 2010 in Medan about obesity risk factors. This study used questionnaires given to 100 students who were selected through consecutive sampling method. The collected data then were analyzed by using SPSS.

The result of this study indicates that 57% of first high school students of Methodist-2 Medan have a good knowledge about obesity risk factors, 42% of them have a medium knowledge and 1% has a bad knowledge. It is 29% of male and 28% of female students have a good knowledge, 21% male as much as female have a medium knowledge, and 1% of the female students has a bad knowledge.

It is concluded that the knowledge of high school students of Methodist-2 Medan 2010 about obesity risk factors is good, with the comparison that male’s knowledge is better than female’s knowledge. It is suggested that the interlaced side (school, Education Office, and District Health Office of Medan) take a promotion and preventive integrated action for the occurrence of obesity. The adolescent needs to understand the occurrence of obesity and the influencing factors so that they can make an effort to prevent or manage obesity autonomously.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kuasaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih dan sayang disampaikan kepada kedua orangtua saya, Poniran dan Melinda atas kasih sayang, doa, dan dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa juga disampaikan kepada saudara-saudari saya tercinta Timotius Erikson, dan Hana Onika atas semangat dan dukungan, serta bantuannya dalam bentuk tenaga dan materiil selama ini sehingga karya tulis ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis memperoleh dukungan dan bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD, Sp.GK., selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselasaikan.

4. Dr. Muhammad Ali, Sp.A., selaku Dosen Penguji I dan dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd.Ked, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam


(7)

5. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Univeristas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

6. Bapak Pdt. Paulus Subyanto, S.Th., selaku Kepala Sekolah SMA Methodist-2 Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMA Methodist-2 Medan.

7. Bapak Drs. Ramlan Tarigan, selaku Pembina Tingkat I Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan surat izin penelitian.

8. Para sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas masukan, nasihat dan dorongan yang telah diberikan.

9. Seluruh subjek yang terlibat, atas partisipasinya dan bersedia ikut dalam penelitian ini.

Penulis menyadari pada penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu diharapkan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Penulis juga mengharapkan semoga karya tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 22 November 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pengetahuan... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan... 4

2.1.2. Domain Kognitif Pengetahuan Pengetahuan……....…... 5

2.2. Obesitas... 6

2.2.1. Defenisi Obesitas……...……….……... 6

2.2.2. Klasifikasi Obesitas...……….………….... 7

2.2.3. Metode Penilaian Antopometri……….…... 8

2.2.4. Penggolongan Indeks Antropometri Untuk Orang Dewasa 9

2.2.4.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur... 10

2.2.4.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur... 10


(9)

2.2.4.4. Indeks Massa Tubuh (IMT)... 11

2.2.4.5. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia... 11

2.2.5. Faktor-Faktor Penyebab Obesitas... 12

2.2.5.1. Pola Makan... 12

2.2.5.2. Kurang Gerak... 15

2.2.5.3. Genetik... 16

2.2.5.4. Lingkungan... 17

2.2.5.5. Faktor Psikologi... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 21

3.2. Definisi Operasional... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN... 23

4.1. Rancangan Penelitian... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 23

4.3.1. Populasi... 23

4.3.2. Sampel... 23

4.3.3. Besar Sampel... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 24

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

5.1. Hasil Penelitian... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 27


(10)

5.2. Pembahasan... 32

5.2.1. Gambaran Pengetahuan Responden... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 37

6.1. Kesimpulan... 37

6.2. Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA... 38 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antopometri... 10 Tabel 2.2 Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Indikator Berat (BB),

Tinggi (TB), dan Usia (U)... 11 Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia... 14 Tabel 2.4 Nilai Energi Karbohidrat Pada Berbagai Jenis Bahan Makanan 17 Tabel 2.5 Kadar Lemak Beberapa Jenis Makanan... 18 Tabel 2.6 Nilai Energi Protein Pada Berbagai Jenis Bahan Makanan... 19 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner... 32 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin... 34 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden... 35


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori... 27 Gambar 5.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa... 37 Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Jenis


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Uji Reabilitas Kuesioner

Lampiran 6 Data induk Penelitian

Lampiran 7 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi

Lampiran 8 Ethical Clearance


(14)

ABSTRAK

Beberapa survey yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta dan 15,8% di Denpasar. Gambaran status gizi dan pengetahuan remaja di masa sekarang berdampak besar pada gambaran status gizi remaja di masa mendatang. Informasi mengenai gambaran pengetahuan remaja khususnya siswa/siswi SMA tentang faktor risiko penyebab obesitas sangat diperlukan agar faktor risiko tersebut dapat diidentifikasi sedini mungkin dan ditanggulangi dengan baik.

Penelitian potong lintang (cross-sectional) dengan menggunakan pendekatan deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist-2 Kota Medan tahun 2010 terhadap faktor risiko penyebab obesitas. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 100 orang siswa yang dipilih secara consecutive sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% siswa-siswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 memiliki gambaran pengetahuan yang baik terhadap faktor risiko obesitas, 42% memiliki pengetahuan sedang dan 1% memiliki pengetahuan buruk. Sebanyak 29% laki-laki dan 28% perempuan memiliki gambaran pengetahuan baik, 21% laki-laki dan 21% perempuan memiliki gambaran pengetahuan sedang, dan 1% perempuan memiliki gambaran pengetahuan buruk.

Dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist-2 Kota Medan tahun 2010 terhadap faktor risiko penyebab obesitas adalah baik, dengan perbandingan pengetahuan laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan. Disarankan kepada pihak-pihak terkait (sekolah, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan Kota Medan) untuk melakukan upaya promotif-preventif terhadap kejadian obesitas secara terpadu. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencegah obesitas secara mandiri.


(15)

ABSTRACT

Some surveys which were done separately in some cities show that obesity prevalence in elementary school is reaching 9,7% in Yogyakarta and 15,8% in Denpasar. The image of nutritional status and knowledge of adolescents nowadays will impact their image of nutritional status in the future. Information about the knowledge of adolescence especially high school students about obesity risk factors is necessary so that the risk factors can be identified as early as possible and be overcome well.

This descriptive cross-sectional study has a purpose to know the knowledge of Methodist-2 high school students 2010 in Medan about obesity risk factors. This study used questionnaires given to 100 students who were selected through consecutive sampling method. The collected data then were analyzed by using SPSS.

The result of this study indicates that 57% of first high school students of Methodist-2 Medan have a good knowledge about obesity risk factors, 42% of them have a medium knowledge and 1% has a bad knowledge. It is 29% of male and 28% of female students have a good knowledge, 21% male as much as female have a medium knowledge, and 1% of the female students has a bad knowledge.

It is concluded that the knowledge of high school students of Methodist-2 Medan 2010 about obesity risk factors is good, with the comparison that male’s knowledge is better than female’s knowledge. It is suggested that the interlaced side (school, Education Office, and District Health Office of Medan) take a promotion and preventive integrated action for the occurrence of obesity. The adolescent needs to understand the occurrence of obesity and the influencing factors so that they can make an effort to prevent or manage obesity autonomously.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obesitas saat ini merupakan permasalahan yang mendunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global. Menurut Lembaga Obesitas Internasional di London Inggris dalam Wandansari (2007) diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Prevalensinya meningkat tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di negara – negara berkembang termasuk Indonesia.

Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak dalam tubuh. Umumnya, obesitas dapat ditentukan menggunakan indeks massa tubuh (IMT)/ Body Mass Index (BMI), yaitu perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Pada usia 0-20 tahun, indeks massa tubuh ditentukan dengan memplot IMT menggunakan grafik indeks-massa-tubuh CDC 2000, yaitu di atas persentil ke-95. Sedangkan pada usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria WHO untuk kawasan Asia Pasifik, obesitas ditentukan jika IMT > 25. Penelitian di Indonesia tentang obesitas masih sedikit dibandingkan dengan di luar negeri. Hal ini disebabkan penelitian di Indonesia lebih banyak difokuskan dengan masalah gizi kurang dibandingkan dengan masalah gizi lebih. Menurut Survey Kesehatan Nasional pada tahun 1989 sebanyak 0,77% anak mengalami obesitas dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,26% dan meningkat lagi menjadi 4,58% pada tahun 1999 (Wandansari, 2007).

Menurut Sugih dalam Salim dalam Wandansari (2007) jumlah penduduk Indonesia yang mengalami obesitas menunjukkan kenaikan, pada tahun 1999 baru 15% – 20% tetapi pada tahun 2002 kejadian obesitas tersebut meningkat menjadi 22% - 24%, jadi sekitar 48-53 juta penduduk Indonesia mengalami obesitas. Masalah obesitas banyak dialami oleh beberapa golongan di masyarakat, antara lain balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa dan orang lanjut usia.


(17)

Beberapa survey yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta dan 15,8% di Denpasar (Wandansari, 2007). Survey obesitas yang dilakukan akhir-akhir ini pada anak remaja siswa/siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di pedesaan mengalami obesitas. Angka prevalensi obesitas di atas baik pada anak-anak maupun remaja dan orang dewasa sudah merupakan tanda peringatan bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar.

Perubahan gizi pada remaja jika tidak diupayakan perbaikannya akan mempengaruhi kualitas masyarakat di masa mendatang. Gambaran status gizi dan pengetahuan di masa sekarang berdampak besar pada gambaran status gizi di masa mendatang, sehingga perlu dicari informasi mengenai gambaran pengetahuan remaja, khususnya siswa/siswi SMA tentang faktor risiko penyebab obesitas agar faktor risiko tersebut dapat diidentifikasi sedini mungkin dan ditanggulangi dengan baik.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengetahuan siswa/siswi SMA tentang faktor-faktor risiko penyebab obesitas. Penulis memilih SMA Methodist-2 sebagai lokasi penelitian dikarenakan Metodhist-2 merupakan sekolah swasta yang berlokasi di daerah perkotaan dan memiliki kegiatan belajar dan ekstrakurikuler yang cukup padat sehingga siswa-siswinya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan cepat saji , dengan pola makan yang tidak seimbang sehingga kemungkinan terpapar dengan faktor-faktor risiko penyebab obesitas juga semakin besar. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya pada sekolah tersebut.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan siswa/siswi SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 tentang faktor-faktor risiko penyebab obesitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa/siswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 tentang faktor-faktor risiko penyebab obesitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan masyarakat terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian obesitas.

2. Sebagai bahan informasi bagi siswa/siswi tentang berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas sehingga dapat diantisipasi sejak dini. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah tentang gambaran pengetahuan

siswa/siswi terhadap faktor-faktor risiko penyebab obesitas sehingga dapat memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada siswa/siswi di sekolah mengenai obesitas.

4. Mengkaji secara ilmiah suatu permasalahan dengan mengaplikasikan teori yang pernah peneliti peroleh sepanjang mengikuti kuliah dan menambah pengetahuan peneliti tentang obesitas.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”,dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manuasi,yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo,2007).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran),dimana orang tersebut menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.Di sini subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial,dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption,dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini , dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Sebagai contoh dapat ditemukan disini, mahasiswa mempelajari mata kuliah gizi


(20)

dan fisiologis tubuh sehingga mahasiswa mengetahui makna dan tujuan dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari (Notoatmodjo,2007).

2.1.2 Domain Kognitif Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Sintesis (syntesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan


(21)

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kiteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,2007).

2.2 Obesitas

2.2.1 Definisi Obesitas

Obesitas diartikan sebagai kelebihan berat badan akibat terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan tubuh (Pudjiadi, 1987). Secara klinis obesitas secara mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada menggembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X. Pada anak laki-laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak.

Obesitas berbeda dengan overweight. Overweight ialah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang bisa terjadi karena penimbunan lemak atau nonlemak (Wandansari, 2007).

Menurut Dedi Subardja (2004), obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal atau peningkatan jumlah energi yang ditimbun sebagai lemak akibat proses adaptasi yang salah.


(22)

2.2.2 Klasifikasi Obesitas

Berdasarkan penyebabnya, obesitas dibagi 2, yaitu : 1. Obesitas Primer

Obesitas primer merupakan suatu keadaan kegemukan pada seseorang yang terjadi tanpa terdeteksi penyakit secara jelas, tetapi semata-mata disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan. Bentuk obesitas seperti ini paling sering didapatkan pada anak dan secara klinis maupun epidemiologis lebih memerlukan perhatian. Obesitas primer pada anak telah lama menjadi masalah kesehatan anak baik di negara maju dan berkembang seperti di Indonesia. Obesitas jenis ini sering dikaitkan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat dan juga sebagai dampak era globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pangan pada anak.

2. Obesitas Sekunder

Obesitas sekunder merupakan suatu bentuk obesitas yang jelas kaitannya atau timbulnya bersamaan sebagai bagian dari penyakit atau sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Obesitas jenis ini lebih jarang terjadi pada anak dan jumlahnya kurang dari 1 % dari jumlah total anak yang obesitas.

2.2.3 Metode Penilaian Antropometri

Antropometri gizi merupakan salah satu cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan dalam masyarakat. Jenis parameter yang digunakan meliputi umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Arisman, 2010)

Faktor umur sangatlah penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (completed month) (Arisman,2010).


(23)

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf. Agar berat dapat dijadikan satu ukuran yang valid, parameter lain seperti tinggi, ukuran rangka, proporsi lemak, otot, tulang, serta komponen “berat patologis” (misalnya edema, splenomogali) harus dipertimbangkan. Dengan kata lain, ukuran berat harus dikombinasikan dengan parameter antropometris yang lain. Alat penimbang yang dipilih haruslah kuat, tidak mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gram. Di samping itu, timbangan harus diperiksa ulang (kalibrasi) setiap akan digunakan. Anak-anak dan orang dewasa yang akan ditimbang harus tidak memakai alas kaki, dan tidak mengantongi serta memakai benda-benda yang dapat menambah berat badan. Sedangkan pada bayi, penimbangan dilakukan dengan keadaan bayi telanjang. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (vertex) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subjek berambut tebal. Parameter antopometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi beberapa parameter tersebut disebut Indeks Antropometri (Arisman,2010).


(24)

2.2.4 Penggolongan Indeks Antropometri Untuk Orang Dewasa Tabel 2.1 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri STATUS

GIZI

Ambang Batas Baku untuk Keadaan Gizi Berdasarkan Indeks

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%

Gizi Kurang

61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤80% ≤70% ≤75%

(Sumber: Arisman, 2010. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antopometri dan Penentuan Gizi)

Tabel 2.2 Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Indikator Berat (BB), Tinggi (TB), dan Usia (U)

Indikator Kombinasi Interpretasi Status Gizi

BB/TB normal + BB/U rendah + TB/U rendah

Sekarang normal, dulu pernah KKP BB/TB normal + BB/U rendah + TB/U Normal

BB/TB normal + BB/U tinggi + TB/U Tinggi, normal

BB/TB rendah + BB/U rendah + TB/U Kini kurang gizi++ (parah) BB/TB rendah + BB/U rendah + TB/U Kini kurang gizi+ (sedang) BB/TB rendah + BB/U normal + TB/U Kini kurang gizi (ringan) BB/TB tinggi + BB/U tinggi + TB/U Obese++

BB/TB tinggi + BB/U normal + TB/U Kini gizi lebih, dulu pernah gizi kurang

BB/TB tinggi + BB/U tinggi + TB/U Gizi lebih tapi tidak obese

(Sumber: Arisman,2010)

2.2.4.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah parameter yang sangat labil, bisa berubah-ubah dalam sesaat. Jika keadaan seimbang atau normal, berat badan mengikuti pertambahan umur, tetapi jika dalam keadaan sebaliknya terdapat dua kemungkinan, yaitu kemungkinan dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara


(25)

pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang sesaat (current nutritional status).

2.2.4.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan bertumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang pendek. Defisiensi zat gizi baru berdampak terhadap tinggi badan bila telah berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan keadaan ini, maka status gizi ini menggambarkan status gizi masa lalu. Disamping menggambarkan status gizi masa lampau, indeks TB/U juga erat kaitannya dengan status sosial ekonomi (Arisman, 2010).

2.2.4.3 Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan mempunyai hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/BT adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2.2.4.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT atau yang disebut Body Mass Index (BMI) ialah indeks untuk mengukur masalah kekurangan dan kelebihan gizi. Secara operasional obesitas dan/atau overweight didasarkan pada indeks massa badan (BMI), yang berkorelasi erat dengan lemak badan (Arisman, 2010).

Berat Badan (kg) BMI= ---


(26)

Batasan nilai IMT ini umumnya diambil pada orang dewasa, pada anak batas nilai IMT bervariasi. IMT lebih cocok bila digunakan pada orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas. Pada anak dan remaja obesitas diukur dengan mengukur ketebalan lemak dengan alat ukur lemak pada skin fold di bahu dan perut atau menggunakan skala berat badan yang direkomendasikan oleh Center of Disease Control (CDC) untuk umur 2-20 tahun pada pria dan wanita (Arisman, 2010). Diagnosa obesitas dapat ditentukan dengan nilai BMI atau/dan nilai Waist Circumference (WC) atau/dan nilai Waist Hip Ratio (WHR).

2.3.5. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya dibuat kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia seperti tabel berikut:

Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

KATEGORI IMT

KURUS Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat <17,0

Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan 17,0 – 18,5

NORMAL >18,5 – 25,0

GEMUK Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat >27,0

Sumber: Arisman, 2010

2.2.5. Faktor – Faktor Penyebab Obesitas

Menurut para ahli, dan didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (multifaktor). Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, pola makan yang berlebihan, kurang gerak/olahraga, faktor lingkungan, dan faktor psikologi (Wandansari, 2007). Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Keadaan ini biasanya terdapat pada anak yang merasa cepat lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada


(27)

umumnya berbagai faktor lain juga dapat turut menentukan keadaan obesitas seseorang, yaitu bangsa atau ras, gangguan emosi, dan gangguan hormon.

2.2.5.1. Pola Makan

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada dalam makanan. Faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Wandansari, 2007).

Orang yang mengalami kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang yang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti bau makanan atau waktu makan (Wandansari, 2007). Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan dan bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan/ frekuensi makan berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika individu tersebut tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar dan kudapan memiliki andil dalam meningkatkan berat badan. karena makanan jenis ini biasanya tinggi lemak/kalori dan rendah serat. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan karena makanan dan minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi.

Pola makan praktis dan cepat saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas (Virgianto, 2006).

Energi, Karbohidrat, Lemak, dan Protein (1) Energi

Kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energi. Keseimbangan energi adalah hasil selisih antara masukan energi


(28)

yang dapat dimetabolisme dan pengeluaran energi total (Almatsier, 2004). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah Basal Metabolic Rate (BMR). Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernafasan, sirkulasi darah, peristaltik usus, tonus otot, temperature tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Berlebihannya ambilan energi dibandingkan pengeluarannya dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas.

(2) Karbohidrat

Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan yang dikonsumsi, terutama pada bahan makanan yang banyak mengandung zat tepung/pati dan gula. Bahan pangan yang dikonsumsi rakyat Indonesia kandungan karbohdratnya cukup tinggi, yaitu sekitar 70% sampai 80%, terutama pada serealia (padi-padian), umbi-umbian, dan bahan pangan lainnya. Tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan, Almatsier (2004) mengutip data WHO (1990), menganjurkan agar 55% sampai 75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana.

(3) Lemak

Menurut sumbernya, lemak dibedakan atas lemak nabati dan lemak hewani. Fungsi lemak adalah sebagai cadangan energi tubuh yang paling besar, alat angkut vitamin yang larut dalam lemak, memberi rasa kenyang dan kelezatan, memelihara suhu tubuh dan sebagai pelindung organ tubuh. WHO (1990) dalam Almatsier (2004) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15–30 % dari kebutuhan energi total. Penyakit obesitas memberikan gejala kelebihan jaringan lemak di dalam tubuh, tetapi penyebab yang sebenarnya adalah konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh.


(29)

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh setelah air (Almatsier, 2004). Seperlima bagian tubuh adalah protein yang disimpan di otot, tulang, kulit jaringan dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yaitu sebagai zat pembangun. Selain itu protein juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh karena protein juga berfungsi sebagai buffer, pembentukan antibodi, memgangkut zat gizi, sumber energi.

Pola makan yang berkaitan erat dengan tingkat kecukupan energi ini juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti pendapatan orangtua dan pengetahuan orangtua. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Tingkat pendapatan orang tua sangat berpengaruh terhadap konsumsi kalori (Wandansari, 2007). Orang tua yang mempunyai pendapatan per bulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan pada kebutuhan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah pada pertimbangan prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk makanan jenis fast food.

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat. Makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan karena umumnya mengandung kalori dalam jumlah tinggi dan kandungan seratnya yang rendah. Biasanya, makanan yang enak cenderung mengandung lemak serta protein yang tinggi, dan tingginya konsumsi kalori terutama yang berasal dari lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas Selain itu, banyak makanan cepat saji yang mengandung pengawet dan bahan kimia lainnya. Yang tergolong dalam makanan cepat saji antara lain kentang goreng, mie instan, hamburger, makanan gorengan dan ayam goreng yang biasanya dijual di restoran cepat saji.

Penghasilan yang berlebih juga mendorong masyarakat memilih makanan yang berkualitas lebih tinggi, tetapi pemilihan makanan pada masyarakat mulai bergeser ke arah penggunaan lebih banyak makanan terolah yang telah mengalami pemurnian (refined) (Wandansari, 2007). Bahan – bahan yang telah mengalami


(30)

pemurnian itu sering sudah kehilangan sebagian kandungan zat gizinya, terutama serat yang justru sangat diperlukan tubuh. Serat dapat mencegah naiknya kadar lemak, kolesterol, kadar gula darah, mencegah terjadinya sembelit bahkan diduga dapat mencegah penyakit kanker usus.

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, disamping pendidikan orang tua itu sendiri, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media massa juga mempengaruhi status gizi. Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang (Wandansari,2007).

2.2.5.2 Kurang Gerak (Aktivitas Fisik)

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2004). Selama melakukan aktivitas fisik tubuh memerlukan energi di luar metabolisme untuk dapat bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan juga untuk mengeluarkan sisa dari tubuh. Fisik yang tidak aktif menjadi penyebab utama obesitas di antara semua kelompok umur, terutama di antara anak – anak dan remaja. Padahal sebagian besar penderita obesitas di kalangan anak dan remaja makan dalam jumlah yang tidak lebih banyak di banding mereka yang beratnya normal. Tetapi mereka sangat tidak aktif meskipun memiliki nafsu makan yang sedang dan mereka makan lebih banyak dari yang mereka butuhkan sehingga terkumpullah lemak yang berlebihan.

Tingkat aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya obesitas, karena aktivitas fisik yang dilakukan untuk menyeimbangkan masukan energi yang didapat dari makanan. Aktivitas fisik yang dimaksud disini adalah aktivitas disekolah, dirumah dan lain-lain. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat. Berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisik (Wandansari, 2007). Hal ini didukung dengan berbagai kemudahan dan


(31)

perubahan kebiasaan hidup. Alat transportasi yang mudah dan murah, alat – alat rumah tangga yang serba otomatis yang dapat dilakukan hanya dengan menekan tombol saja menyebabkan aktivitas fisik menjadi turun yang berarti setiap hari terjadi kelebihan kalori yang disimpan tubuh sebagai lemak. Lemak merupakan pangkal terjadinya obesitas serta penyakit – penyakit lain.

Pada anak berkurangnya aktivitas fisik lebih banyak disebabkan oleh kegiatan nonton televisi (TV). Menonton TV tergolong ke dalam aktivitas fisik ringan, ini berarti tidak banyak energi tubuh yang terpakai, sementara itu bila konsumsi energi dari makanan tetap atau meningkat maka terjadilah ketidakseimbangan antara pemasukan dan kebutuhan energi. Risiko terjadinya obesitas lebih besar apabila dalam kegiatan menonton TV anak mengkonsumsi cemilan (Wandansari, 2007).

Menurut Herini (1999) ada hubungan antara menonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain.

2.2.5.3 Genetik

Masalah kegemukan sering dikaitkan dengan keturunan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya sering dijumpai orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula (Williams, 2007). Dalam hal ini tampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas ini hamil maka unsur sel lemak jumlahnya besar dan ukuranya melebihi normal, dan secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidaklah mengherankan bila bayi yang lahir juga memiliki unsur lemak yang relatif sama besar.

Hereditas tampaknya menjadi faktor yang penting sebagai penyebab obesitas, khususnya obesitas morbiditas/ obesitas sekunder. Banyak penyakit genetis menyebabkan obesitas secara klinis. Beberapa penelitian pada anak-anak


(32)

kembar identik yang diadopsi oleh keluarga yang berbeda dan dibesarkan terpisah menunjukkan hubungan yang besar dalam komposisi tubuh dan berat badan terhadap orangtua biologisnya dibandingkan dengan orangtua asuhnya. Faktor genetik sebagai penyebab obesitas mencapai 25-40 persen (Williams, 2007). Hal ini menandakan bahwa faktor hereditas dapat menentukan faktor-faktor internal tubuh yang menyebabkan seseorang rentan mendapatkan pertambahan berat badan (predisposisi).

Lebih dari 340 gen terlibat dalam pengaturan berat badan (Williams, 2007). Faktor genetik tersebut dapat menjadi predisposisi dengan berbagai mekanisme, diantaranya menjadikan seseorang rentan terhadap makanan manis dan makanan tinggi lemak, fungsi hormon seperti insulin dan kortikol yang rusak, konsentrasi plasma leptin yang rendah, ketidakmampuan nutrient dan hormon dalam darah menekan pusat pengaturan nafsu makan, meningkatkan jumlah sel lemak, meningkatkan efisiensi metabolisme dalam penyimpanan lemak, oksidasi lemak yang rendah, menurunkan level aktivitas fisik spontan sepanjang hari, menurunkan level pengeluaran energi selama latihan ringan, dan masih banyak yang lainnya.

2.2.5.4 Lingkungan

Terjadinya peningkatan kejadian obesitas di negara maju maupun negara – negara berkembang terutama pada golongan masyarakat tertentu memberi kesan bahwa faktor lingkungan seorang anak seperti di rumah (keluarga), di sekolah dan lingkungan sosial mempengaruhi perilaku makan anak (Subardja, 2004). Lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya obesitas yang dimaksud disini adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. Lingkungan keluarga memberikan pengaruh dalam membentuk pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas karena lingkungan bertindak sebagai suatu model untuk individu yang sedang berkembang. Sebagian besar kebiasaan makan seseorang ditentukan oleh kebiasaan makannya sewaktu masa anak – anak. Kebiasaan makan ini berasal dari pengalaman seorang anak karena


(33)

makan ini berkembang menjadi sikap, perasaan suka maupun rasa puas terhadap makanan tertentu . Jadi bagaimana seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu, misalnya sayur – sayuran, dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang tua dan anggota keluarganya. Suasana dalam keluarga juga akan mempengaruhi pola makan anak.

Lingkungan sekolah yang dimaksud adalah keadaan di lingkungan sekolah yang mendukung kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan membawa bekal dari rumah, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola makan anak (Subardja, 2004). Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Kadang–kadang anak menolak untuk sarapan di rumah dan meminta uang jajan untuk membeli jajan yang mereka sukai. Padahal banyak sekali jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga justru mengancam kesehatan. Selain itu, sebagian besar jajanan terbuat dari karbohidrat yang lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Hal ini dapat diatasi dengan memberi bekal makanan dari rumah, karena bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan yang sekaligus berarti menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak bersih. Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makanan adalah kandungan kalori dan protein, kekurangan unsur-unsur yang lain dapat diberikan dalam makanan di rumah.

Lingkungan sosial atau masyarakat berkaitan erat dengan perubahan budaya yang dapat mendorong terjadinya kegemukan khususnya di negara – negara maju dan sebagian masyarakat di perkotaan di negara berkembang. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan di mana seorang anak hidup. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak, sedangkan pola makan akan mempengaruhi penyusunan menu. Kebiasaan makan dan selera makan seorang anak dapat terbentuk dari kebiasaan makan dalam masyarakatnya. Menurut Friedmen (1990) dalam Dedi Subardja (2004), perubahan budaya yang dapat mendorong anak mengalami obesitas berhubungan dengan banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sehingga akan terjadi peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji (fast food) yang diperoleh dari luar rumah dan juga terhadap penyediaan makanan dengan


(34)

pemanasan serta waktu makan yang singkat. Makanan ini cenderung tinggi lemak sehingga merugikan individu yang bersangkutan karena adipositas pada manusia berkorelasi positif dengan kandungan lemak makanan dan berkorelasi negatif dengan karbohidrat dan protein nabati. Selain itu banyak diantara penduduk Indonesia yang enggan mengkonsumsi beberapa makanan tertentu baik karena pantangan yang menurun yang salah diwariskan oleh leluhurnya maupun karena gaya kehidupan sehari–hari (Kartaspoetra,2003).

2.2.5.5 Faktor Psikologi

Faktor psikologi dapat menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat tekanan psikologi dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga orang tersebut menjadikan makanaan sebagai pelariannya. Pada anak, makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka atau depresi, respon terhadap rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan sehingga terjadi obesitas. Tekanan perasaan, misalnya sangat kecewa dapat mengakibatkan beberapa orang berhenti melakukan kegiatan fisik dan pada saat yang bersamaan orang tersebut makan lebih banyak dari biasa, sehingga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Iklan makanan dapat mempengaruhi kesukaan maupun pilihan makanan seorang anak, sedangkan sedikit sekali iklan makanan anak yang bergizi (Arisman, 2003). Iklan tersebut berisikan produk makanan yang rendah nilai nutrisinya seperti sereal yang tinggi gula sederhananya serta makanan kudapan yang tinggi gula, lemak, garam. Pada anak yang usianya lebih besar, makan baginya merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam mencapai kasih sayang (Wandansari, 2007). Jadi gangguan psikologis dapat menjadi salah satu faktor penyebab atau akibat dari obesitas.


(35)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Hereditas/ Genetik Kurang Gerak/

aktivitas fisik Pola Makan 1. Jenis Makanan 2. Frekuensi

Makan

3. Jumlah E, P, L,

Faktor Lingkungan:

1. Keluarga 2. Sekolah 3. Sosial

Kejadian Obesitas

Pendapatan

orang tua

Pengetahuan

orangtua


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa SMA kelas 1 Methodist-2 kota Medan tahun 2010 mengenai faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas, yang mencakup pola makan, kurang gerak/ aktivitas fisik, genetik, pengaruh lingkungan, dan faktor psikologi.

Obesitas adalah adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal atau peningkatan jumlah energi yang ditimbun sebagai lemak akibat proses adaptasi yang salah (Subardja, 2004).

b. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan metode pengisian kuesioner.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup.

Pengetahuan

Faktor Risiko Obesitas


(37)

d. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran dinyatakan sebagai gambaran pengetahuan (baik, sedang, dan kurang). Pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban (multiple choice).

o Jawaban benar diberi skor 1 o Jawaban salah diberi skor 0

Pengukuran gambaran pengetahuan dikelompokkan dalam 3 tingkatan, yaitu:

o Baik, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian atau seluruhnya (skor jawaban responden >75%), berarti responden menjawab 16-20 pertanyaan dengan benar.

o Sedang, apabila responden menjawab sebagian pertanyaan dengan benar (skor jawaban responden 40-75%), berarti responden menjawab 8-15 pertanyaan dengan benar.

o Buruk, apabila responden hanya menjawab sebagian kecil pertanyaan dengan benar(skor jawaban responden <40%), berarti responden menjawab kurang dari 8 pertanyaan dengan benar.

e. Skala Pengukuran


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross-sectional) dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Methodist-2 Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah lokasi sekolah yang di daerah perkotaan dengan banyak siswa/siswi berasal dari golongan menengah ke atas yang rentan dengan faktor-faktor risiko penyebab obesitas. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya di sekolah ini. Peneliti memilih siswa/siswi kelas 1 SMA sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan masa awal SMA merupakan masa peralihan yang dapat melibatkan banyak perubahan pada perilaku remaja, termasuk gaya hidup, yang dapat menyebabkan siswa/siswi tersebut rentan dengan faktor risiko penyebab obesitas.

Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai Agustus 2010 sampai dengan September 2010 setiap hari kerja, mulai pukul 07.00 sampai 13.30 WIB. Pertimbangan pemilihan waktu penelitian dengan mempertimbangkan waktu siswa belajar di sekolah.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah siswa-siswi yang bersekolah di SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 yang berjumlah 586 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu siswa-siswi kelas 1 SMA yang bersekolah di


(39)

adalah siswa siswa-siswi kelas 1 SMA yang bersekolah di SMA Methodist-2 Medan yang tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.

4.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel minimal ditentukan dari rumus : N.Z²1- α/2 .p. (1-p)

n = --- (N-1)d2 + Z²1- α/2. p. (1-p)

586 x (1,962) x 0,5 x 0,5 562,76

n= --- = --- = 82, 64 = 83 orang 585 x (0,12) + (1,962) x 0,5 x 0,5 6,81

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1- α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1,96) P = harga proporsi di populasi (0,50)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,10) N = jumlah populasi

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu memperoleh izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan kemudian surat izin yang diperoleh akan diberikan kepada Kepala Sekolah SMA Methodist-2 Medan agar memberi izin untuk melakukan penelitian di SMA Methodist-2 Medan sebagai lokasi penelitian. Kemudian peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria.

Setelah mendapatkan reponden, peneliti menjelaskan pada responden tentang tujuan penelitian kemudian meminta persetujuan responden secara lisan dan tulisan. Selanjutnya responden diminta mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Kuesioner yang diberikan telah terlebih dahulu dilakukan uji validitas


(40)

dengan metode korelasi pearson untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan uji reliabilitas dengan rumus koefisien reliabilitas alpha. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.388 Valid 0.832 Reliabel

2 0.695 Valid Reliabel

3 0.556 Valid Reliabel

4 0.532 Valid Reliabel

5 0.457 Valid Reliabel

6 0.381 Valid Reliabel

7 0.480 Valid Reliabel

8 0.486 Valid Reliabel

9 0.455 Valid Reliabel

10 0.619 Valid 0.832 Reliabel

11 0.450 Valid Reliabel

12 0.532 Valid Reliabel

13 0.439 Valid Reliabel

14 0.503 Valid Reliabel

15 0.457 Valid Reliabel

16 0.503 Valid Reliabel

17 0.514 Valid Reliabel

18 0.385 Valid Reliabel

19 0.499 Valid Reliabel


(41)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap, yaitu tahap pertama editing, dengan mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), tahap keempat melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk memeriksa jika terdapat kesalahan. Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Methodist-2 Medan terletak di Jalan H. M. Thamrin No.96, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Madya Medan. Sekolah Methodist-2 didirikan pada bulan Juli 1949 dengan nama Methodist China School. Pada bulan Juli 1957 dibuka Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan tahun 1962 dibuka Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). Pendidikan SMA dan SMP di Sekolah Methodist-2 sampai hari ini berlokasi di tempat yang sama. Sekolah Methodist-2 ini memiliki memiliki 36 ruang kelas untuk tingkatan SMA dan 13 ruang kelas diantaranya adalah ruang kelas untuk siswa/siswi kelas 1 SMA. Jumlah siswa/siswi SMA tahun 2010 ada sebanyak 1656 orang dan 586 orang diantaranya adalah siswa kelas 1 SMA.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 1 SMA Methodist-2 kota Medan tahun 2010. Dengan menggunakan metode consecutive sampling, diperoleh 100 orang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. . Dari 100 orang sampel, 50 sampel (50%) diantaranya adalah laki-laki dan 50 sampel lainnya (50%) adalah perempuan. Dalam penelitian ini jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dibuat seimbang karena akan dibandingkan gambaran pengetahuan antara siswa dan siswi dari sampel tersebut.


(43)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 50 50

Perempuan 50 50

Total 100 100

5.1.3. Distribusi Pengetahuan Responden

Penelitian ini menggunakan 20 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang faktor-faktor risiko penyebab obesitas. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas melalui validitas konstrak (construct validity) sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap faktor-faktor risiko penyebab obesitas. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.


(44)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden (n=100)

No. Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

% %

1. Mengetahui keadaan obesitas berdasarkan berat badan dan tinggi badan

72 28

2. Mengetahui parameter terbaik dalam mengukur status gizi

90 10

3. Mengetahui pengertian obesitas 88 12

4. Mengetahui penyebab utama dari obesitas 75 25

5. Mengetahui pengertian makanan cepat saji 86 14

6. Mengetahui apakah mengkonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan obesitas

85 15

7. Mengetahui jenis makanan cepat saji 98 2

8. Mengetahui kandungan gizi makanan cepat saji 68 32

9. Mengetahui zat gizi yang seharusnya dikonsumsi dalam porsi tertinggi

28 72

10. Mengetahui frekuensi makan ideal per hari 93 7

11. Mengetahui jenis makanan utama 93 7

12. Mengetahui jenis makanan selingan 72 28

13. Mengetahui cara melakukan aktivitas fisik terbaik

95 5

14. Mengetahui jenis aktivitas ringan 70 30

15. Mengetahui jenis aktivitas berat 90 10

16. Peranan faktor genetik turut dalam menyebabkan obesitas

76 24

17. Peranan pendapatan orangtua secara tidak langsung sebagai penyebab obesitas

41 59

18. Mengetahui dampak pengetahuan gizi terhadap kebiasaan makan.

87 13

19. Mengetahui pengaruh terbesar lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan obesitas

69 31

20. Peranan tekanan psikologis (depresi) dalam menyebabkan obesitas


(45)

Gambar 5.1 Grafik Distribusi Jawaban Benar Responden

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Jawaban Salah Responden

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, pertanyaan-pertanyaan yang kebanyakan dijawab dengan benar (>80%) adalah pertanyaan pada nomor 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 15, 18, dan 20 ,yaitu berturut-turut sebesar 90%, 88%, 86%, 85%, 98%, 93%, 93%, 95%, 90%, 87%, dan 81%. Sedangkan pertanyaan yang paling


(46)

banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 9 dan 17, yaitu sebesar 72%, dan 59%. Berdasarkan hasil pengolahan jawaban dalam kuesioner tersebut, maka gambaran pengetahuan siswa/siswi SMA Methodist-2 kota Medan tahun 2010 terhadap faktor-faktor risiko penyebab obesitas dapat dikategorikan pada tabel 5.4 di bawah ini.

Gambar 5.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa (n=100)

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan baik dimiliki oleh 57 orang (57%), 42 orang (42%) memiliki gambaran pengetahuan sedang dan 1 orang (1%) memiliki gambaran pengetahuan buruk.


(47)

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, dari 50 responden laki-laki, sejumlah 29 orang (29%) memiliki gambaran pengetahuan baik, 21 orang (21%) memiliki pengetahuan sedang, dan tidak terdapat responden yang memiliki gambaran pengetahuan buruk. Dari 50 responden perempuan, terdapat 28 orang (28%) yang memiliki gambaran pengetahuan baik, 21 orang (21%) memiliki gambaran pengetahuan sedang, dan 1 orang (1%) memiliki gambaran pengetahuan buruk.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57 orang (57%) siswa/siswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 mengetahui dengan baik faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya pola makan, aktivitas fisik, genetik, psikologi, dan faktor lingkungan. Hal ini menunjukkan siswa/siswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan cukup mendapatkan informasi tentang faktor risiko penyebab obesitas yang dapat dapat diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang didapatkan dari informasi yang didapat dari berbagai sumber. Informasi yang


(48)

lengkap tentang suatu objek dapat memberikan pengetahuan yang utuh tentang suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari informasi tersebut.

Sebanyak 42 responden (42%) memiliki pengetahuan sedang. Gambaran pengetahuan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden (kelas 1 SMA) yang kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi diri sendiri cenderung masih kurang, dalam hal ini tentang faktor risiko penyebab obesitas, sehingga 42% responden masih kurang mencari tahu dan tidak mendapatkan informasi yang cukup baik tentang faktor risiko penyebab obesitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana (1998) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungan yang dapat mempengaruhi atau mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Gambaran pengetahuan responden laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh. Sebanyak 29 responden laki-laki (29%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik terhadap faktor risiko penyebab obesitas, dan sebanyak 28 orang responden perempuan (28%) juga memiliki gambaran pengetahuan yang baik. Gambaran pengetahuan sedang juga dimiliki secara seimbang oleh 21 responden laki-laki (21%) dan 21 responden perempuan (21%). Gambaran pengetahuan yang berimbang ini mungkin disebabkan tingkat pendidikan yang sama (kelas 1 SMA) diantara responden laki-laki dan perempuan.

Beberapa responden tidak mengetahui atau salah dalam mempersepsikan apakah mereka mengalami obesitas berdasarkan berat badan dan tinggi badan, yaitu sebanyak 28 orang (28%). Data ini didukung juga oleh jawaban responden yang salah atau tidak mengetahui pengertian obesitas , yaitu sebanyak 12 orang (12%). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas 1 SMA masih tidak mengetahui pengertian obesitas, sehingga mereka ragu atau tidak mengetahui apakah mereka tergolong obesitas atau tidak. Menurut Pudjiadi, obesitas diartikan sebagai kelebihan berat badan akibat terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan tubuh. Akan tetapi, hasil ini agaknya tidak


(49)

berat badan dan tinggi badan adalah parameter yang digunakan untuk mengukur status gizi seseorang, sesuai dengan pendapat Arisman (2010) yang mendasarkan status gizi dan keadaan obesitas menurut perhitungan BMI (Body Mass Index) yang memiliki komponen berat badan dan tinggi badan.

Dari hasil penelitian ini, responden yang mengetahui prinsip/ penyebab utama obesitas, yaitu mengko nsumsi makanan secara berlebihan/ melebihi kebutuhan, ada sebanyak 75 orang (75%), sedangkan 25 responden (25%) tidak tahu ataupun memiliki pandangan bahwa penyebab utama obesitas adalah malas bergerak, dan sering makan makanan di pinggir jalan. Menurut Wandansari (2007) faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan.

Sebanyak 98 responden (98%)mengetahui jenis-jenis makanan cepat saji. Ini dapat menggambarkan bahwa hampir seluruh responden familiar dengan jenis makanan cepat saji, namun hanya 85 responden (85%) yang mengetahui bahwa makanan cepat saji dapat menjadi faktor risiko penyebab obesitas bila dikonsumsi dalam jumlah dan frekuensi tertentu. Menurut Virgianto (2006) pola makan praktis dan cepat saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas.

Responden memiliki pengetahuan yang buruk mengenai proporsi zat gizi yang seharusnya/ idealnya dikonsumsi. Sebanyak 72 responden (72%) memiliki pandangan bahwa zat gizi yang seharusnya dikonsumsi dalam proporsi tertinggi adalah lemak, vitamin, protein, ataupun mineral. Hanya 28 orang responden (28%)yang mengetahui karbohidrat sebagai zat gizi yang seharusnya dikonsumsi dalam porsi tertinggi. Untuk memelihara kesehatan, Almatsier (2004) , mengutip data WHO (1990), menganjurkan agar 55% sampai 75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana, 15-30% konsumsi energi berasal dari lemak, dan sisanya berasal dari protein. Teori ini didukung oleh hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul yang menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan


(50)

adanya hubungan kontribusi lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas (Medawati, 2005).

Dari hasil penelitian ini, sebanyak 95 orang responden (95%) mempunyai pemahaman yang benar mengenai cara melakukan aktivitas fisik yang terbaik. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat (Wandansari, 2007). Sebanyak 70 orang (70%) mampu mengidentifikasi jenis aktivitas ringan dan 90 orang (90%) mampu mengidentifikasi jenis aktivitas berat. Menurut Huriyati (2004) yang tergolong aktivitas ringan adalah membaca, menulis, menonton televisi. Sedangkan yang tergolong aktivitas berat adalah berlari, bersepeda, naik turun tangga. Mengidentifikasi jenis aktivitas sangatlah penting sebagai upaya pencegahan obesitas. Tingkat aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya obesitas, karena aktivitas fisik dilakukan untuk menyeimbangkan masukan energi yang didapat dari makanan (Wandansari, 2007). Hal ini sesuai dengan pendapat Rosenbaum (1998) yaitu bila asupan energi dari konsumsi makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas fisik sehari-hari, maka kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan lemak.

Dari hasil penelitian ini dijumpai sebanyak 76 orang (76%) mengetahui bahwa faktor genetik turut berperan sebagai penyebab obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Williams (2007) yang menyatakan bahwa orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula. Sebanyak 41 orang (41%) memiliki pandangan bahwa pendapatan orangtua tidak dapat menyebabkan obesitas secara tidak langsung. Menurut Wandansari (2007) besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Orang tua yang mempunyai pendapatan per bulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan pada kebutuhan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah pada pertimbangan prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk makanan jenis fast food. Hal ini tentunya akan menjadi faktor risiko


(51)

Dari hasil penelitian ini juga dijumpai sebanyak 87 orang (87%) mengetahui dan setuju bahwa pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Wandansari (2007) bahwa pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga (termasuk kebiasaan makan sayur-sayuran), karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan gizi dapat menjadi faktor yang penting dalam menentukan kejadian obesitas.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa 69 orang (69%) mengetahui pengaruh terbesar lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan obesitas adalah kebiasaan jajan yang selaras dengan pengaruh teman sebaya. Menurut Subardja (2004) kebiasaan jajan adalah pengaruh di lingkungan sekolah yang akan mempengaruhi pola makan anak. Menurut Arisman (2010) teman sebaya berpengaruh besar dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan akan mengakibatkan remaja terkucil dan merusak kepercayaan dirinya.

Pengetahuan responden mengenai peranan faktor psikologis dalam menyebabkan obesitas cukup baik. Sebanyak 81 orang (81%) tahu bahwa depresi dapat menjadikan makanan sebagai pelarian masalah dan menguragi aktivitas fisik. Sebanyak 19 orang (19%) salah mengerti akan peranan psikologis dalam menyebabkan obesitas. Menurut Dariyo (2004) ketidakstabilan emosi menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Methodist-2 Medan tahun 2010, dapat diambil kesimpulan gambaran pengetahuan siswa kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 secara keseluruhan adalah baik (57%) dengan gambaran pengetahuan laki-laki (29%) yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan (28%).

6.2 Saran

1. Penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian analitik yang menghubungkan tingkat pengetahuan dengan kejadian obesitas.

2. Pihak sekolah perlu melakukan upaya penyuluhan dan konsultasi gizi (khususnya mengenai obesitas) agar siswa/siswi dapat memahami dan mengenali bahaya obesitas serta faktor-faktor risikonya sejak dini. Pihak sekolah juga perlu memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mencantumkan materi gizi khususnya obesitas dalam pelajaran pendidikan jasmani (penjas).

3. Siswa-siswi perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor risiko penyebabnya agar dapat melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan obesitas secara mandiri dengan cara memantau berat badan secara rutin, mengatur pola makan serta meningkatkan aktivitas fisiknya.

4. Dinas Kesehatan perlu menggalakkan progam penanggulangan gizi lebih (obesitas) pada remaja dengan memberikan pendidikan gizi dan kesehatan kepada remaja maupun masyarakat tentang perilaku makan yang sehat sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 132-150. Arisman, M.B., 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Giz. Edisi ke

2. Jakarta: EGC. 30-60

Baliwati, Y.F., 2006. Pengantar Pangan dan Gizi. Edisi kedua. Depok : Penabur Swadaya.

Budiyanto,, 2009. Dasar- Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Dariyo, A., 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. 35-37.

Dietz, W.H., Robinson, T.N., 2005. Overweight Children and Adolescents. Massachusetts: The New England Journal of Medicine. Available from:

Domingo, K.B., Pletcher, M.J., Lightwood, James, 2007. Adolescent Overweight and Future Adult Coronary Heart Disease. Massachusetts: The New England Journal of Medicine. Available from:

Heinberg, L.J., Thompson, J.K., 2009. Obesity in Youth: Causes, Consequences, and Cures. Massachusetts: The New England Journal of Medicine.

Available from:

Herini, E.S., P. Hagung, W., E.P. Prawirohartono, T. Sadjimin, 1999. Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, Berita Kedokteran Masyarakat XV. 2. 41-85.

Huriyati, E., Hadi, H., Julia, M., 2004. Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3: 54-60.

Kartasapoetra, G., Marsetyo, H., 2008. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. 27-41.


(54)

Korner, Judith, Leibel, R.L., 2003. To Eat or Not to Eat – How the Gut Talks to the Brain. Massachusetts: The New England Journal of Medicine. Available

from:

Mahan, K.L., Stump, S.E., 2003. Krause’s Food,Nutrition and Diet Therapy. 11th ed. USA: W.B.Saunders. 288-294; 565-567.

Medawati, A., Hadi, H., Pramantara, I.D.P., 2005. Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Lemak, dan Obesitas Pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3: 119-129.

Mulyana, Nana, 1998. Operasional Pemeriksaan di Posyandu dengan Strategi Pemasaran sosial di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jakarta: FKM-UI. 20-30.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 121-128.

Pudjiadi, S., 1987. Obesitas Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran vol 27 Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 25-28.

Ridker, P.M., Glynn, R.J., 2009. Obesity and Risk of Death. Massachusetts: The

New England Journal of Medicine. Available from:

Rosenbaum, M., Leibel, R.L., 1998. The Physiology of Body Weight Regulation: Relevance to the Etiology of Obesity in Children. Pediatric. (101): 525-539. Sastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke

3. Jakarta : Sagung Seto.

Subardja, Dedi, 2004. Obesitas Primer Pada Anak. Bandung: Kiblat Buku Utama. 12-22.

Virgianto, G., Purwaningsih, E., 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja. Available from: http://www.m3undip.org/ [Accessed 20 Agustus 2010].


(55)

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication. 108-122.

Wandansari, 2007. Profil Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Siswa kelas V

SD H. Isriati Baiturrahman Kota Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Available from:

Williams, M. H.,2007. Nutrition for Health, Fitness, & Sport. 8th ed. New York: The Mc Graw-Hill Companies, Inc. 565-570.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/p/index/assoc/HASH9441.dir/doc.pdf

Waluyo, K., Irianto, K., 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV.Irama Widya.


(56)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andreas

Tempar / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 8 September 1989

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Percut No.39, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Kalam Kudus Pematangsiantar (1995-1996)

2. SD Kalam Kudus Pematangsiantar (1997 - 2002)

3. SMP Kalam Kudus Pematangsiantar (2002-2004)

4. SMA Kalam Kudus Pematangsiantar ( 2004 - 2007)

Riwayat Organisasi : 1. Wakil Ketua OSIS SMA Kalam Kudus

Pematangsiantar periode 2004-2005.

2. Pengurus Komisi Remaja Gereja Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar periode 2005-2007.


(1)

LAMPIRAN 5

HASIL UJI REABILITAS KUESIONER

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 28 100.0

Excludeda 0 .0

Total 28 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.832 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Pertanyaan 1 .82 .390 28

Pertanyaan 2 .71 .460 28

Pertanyaan 3 .54 .508 28

Pertanyaan4 .57 .504 28

Pertanyaan 5 .82 .390 28

Pertanyaan 6 .68 .476 28

Pertanyaan 7 .71 .460 28

Pertanyaan 8 .86 .356 28

Pertanyaan 9 .64 .488 28

Pertanyaan 10 .89 .315 28

Pertanyaan 11 .93 .262 28

Pertanyaan 12 .68 .476 28

Pertanyaan 13 .61 .497 28

Pertanyaan 14 .82 .390 28

Pertanyaan 15 .82 .390 28

Pertanyaan 16 .82 .390 28

Pertanyaan 17 .57 .504 28

Pertanyaan 18 .61 .497 28

Pertanyaan 19 .71 .460 28

Pertanyaan 20 .54 .508 28


(2)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pertanyaan 1 13.54 17.443 .311 .829

Pertanyaan 2 13.64 16.016 .647 .813

Pertanyaan 3 13.82 16.300 .500 .820

Pertanyaan4 13.79 16.545 .441 .823

Pertanyaan 5 13.54 17.147 .405 .825

Pertanyaan 6 13.68 17.263 .283 .831

Pertanyaan 7 13.64 16.831 .415 .824

Pertanyaan 8 13.50 17.296 .400 .825

Pertanyaan 9 13.71 17.026 .334 .829

Pertanyaan 10 13.46 16.999 .582 .820

Pertanyaan 11 13.43 17.661 .398 .827

Pertanyaan 12 13.68 16.597 .461 .822

Pertanyaan 13 13.75 16.861 .367 .827

Pertanyaan 14 13.54 17.147 .405 .825

Pertanyaan 15 13.54 17.221 .382 .826

Pertanyaan 16 13.54 17.147 .405 .825

Pertanyaan 17 13.79 16.619 .422 .824

Pertanyaan 18 13.75 17.083 .311 .830

Pertanyaan 19 13.64 16.905 .394 .825

Pertanyaan 20 13.82 16.745 .386 .826

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

LAMPIRAN 6

DATA INDUK PENELITIAN DI SMA METHODIST-2

MEDAN TAHUN 2010

No Inisial Nama

Umur Jenis

Kelamin

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

1. VW 16 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

2. SS 16 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1

3. FC 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

4. AS 15 Laki-Laki 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

5. SL 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

6. LV 16 Laki-Laki 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0

7. NC 16 Laki-Laki 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

8. AR 16 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

9. AI 15 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

10. WR 15 Laki-Laki 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1

11. HS 16 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12. TA 17 Laki-Laki 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13. ST 15 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

14. SR 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

15. DW 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

16. TS 15 Laki-Laki 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0

17. HL 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0

18. HK 15 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

19. JS 15 Laki-Laki 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

20. FX 15 Laki-Laki 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1

21. RY 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0

22. JK 15 Laki-Laki 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0

23. JA 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

24. AD 15 Laki-Laki 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1

25. AT 15 Laki-Laki 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1


(4)

27. JL 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0

28. RN 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

29. ED 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

30. KH 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

31. DL 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

32. RB 15 Laki-Laki 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1

33. SG 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0

34. DC 15 Laki-Laki 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1

35. VC 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

36. KN 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

27. DN 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

38. SU 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

39. DY 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

40. HT 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

41. FE 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

42. JW 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

43. DI 15 Laki-Laki 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0

44. ER 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

45. FR 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0

46. DO 15 Laki-Laki 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

47. JU 15 Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

48. WS 15 Laki-Laki 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1

49. ZK 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1

50. DD 15 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

51. WN 15 Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1

52. OD 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

53. DR 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1


(5)

55. CL 16 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

56. CY 16 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

57. ST 16 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

58. NK 15 Perempuan 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0

59. EA 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1

60. AT 15 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

61. JS 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

62. WC 15 Perempuan 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

63. ET 15 Perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1

64. ME 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

65. CH 15 Perempuan 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

66. NV 15 Perempuan 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1

67. JE 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

68. ME 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

69. SS 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

70. ES 15 Perempuan 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

71. JG 15 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

72. WY 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

73. IP 15 Perempuan 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

74. HN 15 Perempuan 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

75. DT 15 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

76. TR 15 Perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

77. DA 15 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0


(6)

79. FC 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

80. VN 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

81. IY 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

82. VS 16 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

83. TI 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

84. BN 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

85. TR 16 Perempuan 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1

86. SH 16 Perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1

87. CA 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

88. NT 15 Perempuan 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0

89. JR 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

90. BY 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1

91. MI 15 Perempuan 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1

92. EN 15 Perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

93. EV 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

94. AI 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

95. RY 15 Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

96. EL 15 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

97. JN 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

98. JI 15 Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

99. CT 16 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1