HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Denpasar terletak diantara 08° 35" 31'-08° 44" 49' lintang selatan dan 115° 10" 23'-115° 16" 27' bujur timur. Ditinjau dari topografi Kota Denpasar secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut. Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5% namun dibagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15% (Pemerintah Kota Denpasar, 2015). Wilayah Denpasar dibagi menjadi empat kecamatan yaitu: Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Utara. Denpasar Utara merupakan salah satu kecamatan di Denpasar tempat penelitian ini dilakukan.

Denpasar merupakan salah satu kota besar di Indonesia, sebagai ibu kota Provinsi Bali sehingga pertumbuhan perekonomian sangat pesat. Begitu pula dengan penyediaan fasilitas umum dan tempat makan. Fast food telah menjadi gaya hidup warga perkotaan, sehingga terdapat banyak tempat makan cepat saji (fast food) yang tersebar di wilayah Denpasar dan kian menjamur. Data yang didapatkan dari dinas kesehatan bagian pengawasan makanan terdapat 396 rumah makan yang beberapa di antaranya merupakan tempat makan fast food (Dinkes Kota Denpasar, 2015). Selain itu terdapat dua lapangan untuk jogging track dan menjamurnya pusat kebugaran. Fitness juga menjadi gaya hidup warga perkotaan.

Terdapat 11 puskesmas yang tersebar di keempat kecamatan tersebut. Di

Utara, Puskesmas II Denpasar Utara, dan Puskesmas III Denpasar Utara (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2015). Terdapat 66 SMA dan SMK negeri dan swasta yang tersebar di Denpasar dengan jumlah siswa 35.121 siswa (BPS, 2013). Di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Utara terdapat 25 SMA dan SMK negeri dan swasta dengan jumlah siswa 13.718 (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2015).

Penelitian dilakukan di tiga SMA di Denpasar Utara. Masing-masing SMA mewakili wilayah kerja Puskesmas. SMA Dwijendra mewakili wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara, SMA Al Ma’ruf mewakili wilayah kerja Puskesmas

II Denpasar Utara, SMA Dharmapraja mewakili wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Utara.

5.2 Karakteristik Pelajar SMA Putri

5.2.1 Rerata Antropometri Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara Rerata antropometri pelajar putri SMA kelas 1 disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Rerata antropometri pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara

Antropometri Rerata±SD Berat badan (kg)

53,7 ±12,6 Tinggi badan (cm)

157,4 ± 5,6 IMT/U

0,073 ± 1,3 LILA (cm)

26,3 ± 3,6 LP (cm)

Keterangan :IMT/U: IMT berdasarkan umur, SD: standar deviasi, LILA: Lingkar Lengan Atas, LP: Lingkar Perut.

Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa rerata status gizi normal, baik berdasarkan IMT/U dengan rerata z-score 0,073 (z-score normal antara -2 SD hingga 2 SD). Berdasarkan LILA didapatkan rerata 26,3 cm (LILA normal sebagai indikator KEK adalah diatas 23,5 cm). Rerata distribusi lemak Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa rerata status gizi normal, baik berdasarkan IMT/U dengan rerata z-score 0,073 (z-score normal antara -2 SD hingga 2 SD). Berdasarkan LILA didapatkan rerata 26,3 cm (LILA normal sebagai indikator KEK adalah diatas 23,5 cm). Rerata distribusi lemak

5.2.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pelajar Putri SMA Kelas 1 Di Denpasar Utara

Tabel berikut menyajikan distribusi frekuensi status gizi responden:

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi status gizi pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara

f (%) Berdasarkan IMT/U

Status Gizi

Kurang 3 (4,0) Normal

66 (88,0) Lebih

6 (8,0) Berdasarkan LILA

KEK

14 (18,7) Non-KEK

61 (81,3) Berdasarkan LP

Keterangan: IMT/U: IMT berdasarkan umur, LILA: Lingkar Lengan Atas, LP: Lingkar Perut.

Permasalahan status gizi pelajar putri SMA yang muncul adalah status gizi kurang. Kurang gizi akut terjadi pada pelajar putri SMA sebanyak 4,0% yang ditandai nilai IMT/U <-2 SD. Kurang gizi kronik juga terjadi pada pelajar putri SMA yaitu sebanyak 18,7% dengan nilai LILA <23,5 cm. Sementara itu juga terjadi status gizi lebih. Obesitas sentral menunjukkan angka 8,0% ditandai dengan nilai IMT/U >2 SD dan LP >80 cm. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka nasional hasil Riskesdas 2013 yaitu 7,3% (BPPK RI, 2013). Selain itu, sebaran lemak sentral sebagai resiko terjadinya obesitas sentral terjadi pada 29,3% pelajar putri SMA (Tabel 5.2).

5.2.3 Distribusi Frekuensi Pola Aktivitas Fisik, Pola Makan, dan Status Tinggal Pelajar Putri SMA Kelas 1 Di Denpasar Utara

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pola aktivitas fisik, pola makan, dan status tinggal pada pelajar putri SMA Kelas 1

f (%) Aktivitas fisik

44 (44,0) Pola Makan

Tingkat kecukupan zat gizi makro

45 (60,0) Pengontrolan berat badan Ya

22 (29,3) Tidak

53 (70,7) Status tinggal Bersama orangtua

66 (88,0) Tidak bersama orangtua

9 (12,0)

Aktivitas pelajar putri SMA cenderung aktivitas berat (44,0%) dan aktivitas sedang (41,3%). Variasi aktivitas ini didominasi kegiatan olahraga, baik

olahraga wajib sebagai bagian dari mata pelajaran maupun olahraga di luar jam sekolah pada akhir pekan atau ekstrakurikuler. Tingkat kecukupan zat gizi total bervariasi, cut off untuk kecukupan gizi dikatakan kurang jika <80% AKG, cukup jika diantara 80-120% AKG dan lebih jika >120% AKG (Jayanti et al., 2011). Tingkat kecukupan energi dan lemak cenderung lebih, yaitu 37,33% dan 60%, tingkat kecukupan karbohidrat cenderung kurang (44%), sedangkan tingkat kecukupan protein seimbang antara cukup dan lebih yaitu 34,67%. Beberapa responden melakukan pengontrolan berat badan (29,3%) dan sebagian besar responden tinggal bersama orangtua (88%) (Tabel 5.3).

5.2.4 Rerata Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro Pada Pelajar Putri SMA Kelas1 Di Denpasar Utara

Tabel 5.4 Rerata tingkat kecukupan zat gizi makro pelajar putri SMA kelas 1

Zat Gizi Makro (% AKG) Rerata ±SD Karbohidrat

Keterangan: AKG: Angka Kecukupan Gizi, SD :Standar deviasi

Secara garis besar rerata tingkat kecukupan masing-masing zat gizi sudah tercapai, dengan nilai tingkat kecukupan karbohidrat 88,3%, protein 112,9%, dan energi 108,7%. Walaupun tingkat kecukupan karbohidrat sudah memenuhi angka kecukupan (80-120%) namun mendekati batas bawah rentang tingkat kecukupannya (88,3%). Sedangkan tingkat konsumsi lemak cenderung berlebih yaitu 145,0%. Angka ini sudah melebihi batas atas kecukupan lemak (Tabel 5.4).

5.3 Gambaran Pola Aktivitas Fisik Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara

Tabel 5.5 Gambaran jenis aktivitas fisik pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara

Tidak teratur

Tidak melakukan

f(%) Olahraga

62 (82,7) Jalan cepat

69 (92,0) Lompat tali

73 (97,3) Sepatu roda

74 (98,7) Jalan santai

9 (12,0) Tari dan yoga

47 (62,7) Ekstrakurikuler dan les

38 (50,7) Pembelajaran sore

67 (89,3) Karya Tulis Ilmiah

71 (94,7) Palang Merah Remaja

Aktivitas fisik dikatakan teratur jika dilakukan ≥ 3 kali per minggu dan tidak teratur jika <3 kali per minggu (Graha, 2010). Berdasarkan Tabel 5.5, jenis olahraga yang teratur dilakukan pelajar putri SMA kelas 1 adalah jogging (65,3%) dan badminton (46,7%). Aktivitas fisik lain yang paling teratur dilakukan adalah jalan santai (84%) dan aktivitas domestik (89,3%), seperti mengepel, menyapu, mencuci baju, memasak dan aktivitas rumah tangga lainnya. Sedangkan ekstrakurikuler dan les yang paling teratur dilakukan adalah pembelajaran sore (33,3%) yaitu les tambahan seusai jam pelajaran normal dan pramuka.

5.4 Gambaran Pola Konsumsi Makanan Pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara

Tabel berikut menyajikan gambaran pola konsumsi makanan pada pelajar putri SMA kelas 1di Denpasar Utara.

Tabel 5.6

Gambaran pola konsumsi makanan pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara

Kekerapan Sumber

Sering

Kadang Jarang

f(%) Karbohidrat Nasi

f(%)

f(%)

0 (0,0) 0 (0,0) Nasi kuning

22 (29,3) 18 (24,0) Nasi goreng

9 (12,0) 39 (52,0) Roti tawar

26 (34,7) 39 (52,0) Protein hewani Daging ayam

14 (18,7) 8 (10,7) Telur ayam

34 (45,3) 21 (28,0) Ikan segar

19 (25,3) 47 (62,7) Susu sapi

Kekerapan Sumber

Sering

Kadang Jarang

f(%) Protein nabati Tempe

34 (45,3) 37 (49,3) Sawi hijau

18 (24,0) 45 (60,0) Buah Jeruk

13 (17,3) 52 (69,4) Camilan Keripik

1 (1,3) 67 (89,3) Fast food Mie instan

37 (49,3) 9 (12,0) Ice cream

32 (42,7) 21 (28,0) Ayam fast food

32 (42,7) 40 (53,3) Kentang goreng

21 (28,0) 50 (66,7) Soft drink

Kekerapan pelajar putri SMA kelas 1 dalam mengkonsumsi makanan dibagi menjadi tiga kategori. Sering jika konsumsi makanan ≥3 kali per minggu, kadang bila konsumsi 1-3 kali per minggu, dan jarang jika konsumsi <1 kali per minggu. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi (100%) pada jenis karbohidrat, daging ayam (70,6%) pada jenis protein hewani, tempe (72%) pada protein nabati, sawi hijau (16%) pada sayuran, jeruk (21,3%) pada buah. Jenis-jenis makanan ini baik untuk dikonsumsi dengan jumlah yang seimbang.

dan mie instan (38,%) pada fast food. Kedua jenis makanan ini tinggi kalori namun rendah zat gizi sehingga konsumsinya perlu dibatasi. (Tabel 5.6).

5.5 Gambaran Pola Konsumsi Makanan Total Pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara

Tabel berikut menyajikan gambaran pola konsumsi makanan total.

Tabel 5.7 Gambaran pola konsumsi makanan total pelajar putri SMA kelas 1

Kekerapan Sumber

Sering

Kadang Jarang

f(%) Karbohidrat

f(%)

f(%)

0 (0,0) 0 (0,0) Protein hewani

2 (2,7) 0 (0,0) Protein nabati

6 (8,0) 11 (14,7) Fast food

Total konsumsi sumber makanan menunjukkan karbohidrat sering dikonsumsi (100%) namun variasinya sedikit. Sumber protein hewani dan nabati juga sering dikonsumsi pelajar putri SMA, begitu pula sayur dan buah. Secara garis besar camilan ( 77,3%) dan fast food ( 94,7%) sering dikonsumsi pelajar putri SMA. Kedua sumber makanan ini mengandung kalori yang tinggi namun sedikit mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga konsumsinya harus dibatasi (Tabel 5.7).

5.6 Hubungan Karakteristik, Pola Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Dengan Status Gizi Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara

5.6.1 Hubungan Karakteristik, Pola Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U

Tabel 5.8 Hubungan karakteristik, pola aktivitas fisik, dan pola makan dengan status gizi

berdasarkan IMT/U pada pelajar putri SMA kelas 1

Status gizi, f (%)

β Nilai p

Karakteristik Status tinggal Bersama orang tua

0,3140 0,009* Tidak bersama orang tua

Pola aktivitas fisik Ringan

Pola Makan Tingkat kecukupan zat gizi a. Energi Kurang

b. Karbohidrat Kurang

c. Protein Kurang

d. Lemak Kurang

Pengontrolan berat badan Ya

Keterangan : IMT/U:Indeks massa tubuh berdasarkan umur, β: koefisien korelasi, *:signifikan (p<0,05).

5.6.2 Hubungan Karakteristik, Pola Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Dengan Status Gizi Berdasarkan LILA Tabel berikut menyajikan hubungan beberapa variabel pada pelajar putri

SMA kelas 1 di Denpasar Utara

Tabel 5.9 Hubungan karakteristik, pola aktivitas fisik, dan pola makan dengan status gizi berdasarkan LILA pada pelajar putri SMA kelas 1

Status gizi

β Nilai p

f (%)

f (%)

Karakteristik Status tinggal Bersama orang tua

2,8485 0,024* Tidak bersama orang tua

Pola aktivitas Ringan

Pola Makan Tingkat kecukupan zat gizi a. Energi

Lebih b. Karbohidrat

Lebih c. Protein

Lebih d. Lemak

Lebih Pengontrolan berat badan Ya

Keterangan :LILA: Lingkar Lengan Atas, β : koefisien korelasi, *:signifikan (p<0,05).

5.6.3 Hubungan Karakteristik, Pola Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Dengan Status Gizi Berdasarkan LP Tabel berikut menyajikan hubungan beberapa variabel pada pelajar putri

SMA kelas 1 di Denpasar Utara

Tabel 5.10 Hubungan karakteristik, pola aktivitas fisik, dan pola makan dengan status gizi berdasarkan LP pada pelajar putri SMA kelas 1

Status gizi

β Nilai p

f (%)

f (%)

Karakteristik Status tinggal Bersama orang tua

0,3140 0,009* Tidak bersama orang tua

Pola aktivitas fisik Ringan

Pola Makan Tingkat kecukupan zat gizi a. Energi

Lebih b. Karbohidrat

Lebih c. Protein

Lebih d. Lemak

Lebih Pengontrolan berat badan Ya

Keterangan : LP: Lingkar Perut, β : koefisien korelasi, *:signifikan (p<0,05).

Karakteristik pelajar putri SMA kelas 1 yang diteliti adalah status tinggal yang berhubungan secara signifikan (nilai p<0,05) secara konsisten dengan status gizi berdasarkan semua indikator (IMT/U, LILA, dan LP). Hubungan bermakna dengan nilai p<0,05 juga didapatkan pada pengontrolan berat badan pada ketiga indikator status gizi (Tabel 5.8, 5.9, dan 5.10).

5.6.4 Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro <80% AKG Dengan Status Gizi Pelajar Putri SMA Kelas 1 Di Denpasar Utara Tabel berikut menyajikan analisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi

makro pada sub sampel yaitu pada sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi makro <80% AKG dengan status gizi pada pelajar putri SMA.

Tabel 5.11

Hubungan tingkat kecukupan zat gizi makro <80% AKG dengan status gizi pada

pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara

β Nilai p Terhadap IMT/U

Variabel

Energi

33 -0,03 0,009* Karbohidrat

33 -0,04 0,013* Protein

23 -0,01 0,745 Lemak

15 -0,03 0,248 Terhadap LILA Energi

33 -0,10 0,007* Karbohidrat

33 -0,12 0,013* Protein

23 -0,07 0,263 Lemak

15 -0,14 0,122 Terhadap LP Energi

33 -0,22 0,015* Karbohidrat

33 -0,25 0,046* Protein

23 -0,10 0,564 Lemak

15 -0,23 0,315

Keterangan: IMT/U: IMT berdasarkan umur, LILA: Lingkar Lengan Atas, LP: Lingkar Perut, β : koefisien regresi, *: signifikan (p<0,05).

Berdasarkan hasil analisis stratifikasi didapatkan tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan karbohidrat memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi, baik dengan indikator IMT/U, LILA, dan LP dengan nilai p<0,05. Hasil analisis stratifikasi dapat disimpulkan semakin meningkat tingkat kecukupan energi sebanyak 1% pada kelompok tingkat kecukupan energi kurang, maka IMT/U akan meningkat 0,03 mendekati status gizi normal, LILA akan meningkat 0,10 cm dan LP meningkat 0,22 cm. Selain itu pada analisis stratifikasi karbohidrat didapatkan hasil, semakin meningkat tingkat kecukupan karbohidrat sebanyak 1% maka IMT/U akan meningkat 0,04 mendekati status gizi normal, LILA meningkat 0,12 cm, dan LP meningkat 0,25 cm. Namun hubungan ini tidak berlaku ketika tingkat kecukupan energi dan karbohidrat telah mencukupi atau lebih dari 80% AKG (Tabel 5.11).

5.7 Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier. Analisis ini untuk mengetahui faktor yang secara mandiri (independent) berpengaruh terhadap status gizi. Pada penelitian ini yang masuk ke dalam model analisis multivariat jika nilai p hasil uji bivariat >0,25.

Tabel 5.12

Hubungan pola aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada pelajar putri

SMA kelas 1 Di Denpasar Utara

Variabel 2 β Nilai p R IMT/U

37,6 Status tinggal

0,008* Tingkat kecukupan lemak

0,265 Pengontrolan berat badan

34,6 Status tinggal

0,020* Tingkat kecukupan energi

0,175 Tingkat kecukupan protein

0,743 Tingkat kecukupan lemak

0,313 Pengontrolan berat badan

28,8 Status tinggal

0,083 Pengontrolan berat badan

Keterangan: IMT/U: IMT berdasarkan umur), LILA: Lingkar Lengan Atas, LP: Lingkar Perut β : koefisien regresi, R 2 : koefisien determinasi (explanatory power), *: signifikan (p<0,05).

Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi status gizi pelajar putri SMA kelas 1 secara konsisten setelah diuji secara multivariat dengan tiga indikator status gizi adalah pengontrolan berat badan. Berdasarkan hasil uji multivariat dapat disimpulkan bahwa pengontrolan berat badan berhubungan dengan status gizi dengan semua indikator. Bila remaja putri melakukan pengontrolan berat badan maka: nilai z score IMT/U akan turun 1,58 Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi status gizi pelajar putri SMA kelas 1 secara konsisten setelah diuji secara multivariat dengan tiga indikator status gizi adalah pengontrolan berat badan. Berdasarkan hasil uji multivariat dapat disimpulkan bahwa pengontrolan berat badan berhubungan dengan status gizi dengan semua indikator. Bila remaja putri melakukan pengontrolan berat badan maka: nilai z score IMT/U akan turun 1,58

Model analisis ini menunjukkan bahwa R 2 status gizi pelajar putri SMA kelas 1 berdasarkan indikator IMT/U adalah 0,376 yang berarti 37,6% variasi nilai

status gizi berdasarkan IMT/U dipengaruhi variabel status tinggal, tingkat kecukupan lemak, dan pengontrolan berat badan dan 62,4% dipengaruhi oleh

faktor lain. Sedangkan R 2 status gizi berdasarkan indikator LILA adalah 0,346 yang berarti 34,6% variasi nilai status gizi pelajar putri SMA kelas 1 berdasarkan

LILA dipengaruhi variabel status tinggal, tingkat kecukupan energi, protein, lemak, pengontrolan berat badan dan 65,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai R 2

status gizi pelajar putri SMA kelas 1 berdasarkan indikator LP adalah 0,288 yang berarti 28,8% variasi nilai status gizi berdasarkan LP dipengaruhi variabel status tinggal, pengontrolan berat badan dan 71,2% dipengaruhi oleh faktor lain.