PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN 1965

BAB III PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN 1965

– 1998

3.1 Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998

3.1.1 Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Sikeben tahun 1965-1998 mulai memasuki perubahan yang berkembang. Masyarakat sudah dipengaruhi budaya asing, masyarakat jadi mengenal budaya lain selain kebudayaan yang mereka dapat dari nenek monyangnya. Walaupun seperti itu kebudayaan dan adat istiadat tetap masih dipegang teguh masyarakat Desa Sikeben. Sikap peduli sesama masih mereka gunakan. Kegiatan menanam dan memanen padi masih dilakukan masyarakat secara gotong royong. Kegiatan acara suka dan duka masyarakat juga masih tetap ikut andil didalamnya. Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintahan desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokrasi, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Pemerintahan masyarakat desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa dan beberapa orang pembantu desa yang terdiri dari urusan pemerintahan urusan ekonomi dan pembangunan, urusan kesejahtraan rakyat, urusan keuangan dan urusan umum. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Memasuki tahun 1965 masyarakat Desa Sikeben mulai berkembang dimana pada masa ini yang menjadi pimpinan yang disebut kepala kampung ialah Nungkat Barus. Kehidupan masyarakat mulai berkembang dari perkembangan pemukiman yang ada. Masyarakat mulai keluar dari tempat tinggalnya di pedalamaan menuju pinggiran jalan. Keluarnya masyarakat ke pinggiran jalan menarik perhatian penduduk desa tetangga untuk ikut serta pindah ke pinggiran jalan tersebut. Alasan masyarakat pindah dan bermukim di pinggiran jalan untuk mendapatkan lahan dan suasana yang baru. Masyarakat juga mendapatkan sarana yang lebih memadai yang memudahkan akses menjual dan membeli kebutuhan. Pada masa kepemimpinan kepala kampung Nungkat Barus perkembangan yang terjadi masih lambat. Selain sulitnya akses terhadap alat transportasi akibat jalan yang belum memadai. Saat itu listrik juga belum masuk ke daerah tersebut. Dalam proses pengembangan pemukiman penduduk, tingkat perekonomian masyarakat Desa Sikeben masa ini dikatagorikan masyarakat sederhana karena kondisi perumahan yang masih terbuat dari bambu dan daun rumbia sehingga mudah rusak akibat curah hujan yang tingi yang turun terus- menerus dan juga akibat angin puting beliung. Lalu diadakan musyawarah dan usaha penggalangan dana bersama untuk memperbaiki dan membangun kembali rumah- rumah yang mengalami kerusakan karena tidak ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Kepala kampung Nungkat Barus memfokuskan pembangunan pemukiman penduduk dengan cara bergotong-royong karena keterbatasan dana untuk membayar pekerja bangunan dan letak desa yang terpencil sehingga sulit untuk meminta bantuan tenaga dari desa lain. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Masyarakat bekerjasama membangun pemukiman mereka. Satu kelompok berusaha menyelesaikan satu rumah dan begitu juga dengan kelompok yang lain sehingga pembangunan kembali rumah penduduk cepat selesai. Hal ini dilakukan dengan sesegera mungkin karena sedang musim hujan, untuk mencegah munculnya berbagai penyakit dan memastikan setiap rumah tangga memiliki tempat berteduh dari hujan. Kaum perempuan bertugas menyediakan minuman dan makanan bagi mereka semua. Setelah pemukiman penduduk selesai dibangun, mereka membangun jalan yang akan digunakan penduduk keluar atau masuk ke desa. Masyarakat bersama-sama mengangkat batu-batu untuk menutup tanah-tanah yang digenangi air agar tidak terlalu becek dan dapat dilalui saat hujan turun. Untuk mengantisipasi keperluan penduduk keluar dari desa pada saat musim penghujan. Karena sebelumnya seringkali terjadi longsor yang menyebabkan jalan tertimbun sehingga penduduk tak bisa keluar dari desa saat musim penghujan. Semasa Orde Baru, persoalan kemiskinan pedesaan hanya direduksi sebagai persoalan ekonomi semata. Sedangkan yang seringkali terjadi adalah penduduk kesulitan memasarkan hasil buminya dan sulit membeli kebutuhan sehari- harinya, akibat kurang memadainya sarana transportasi ke desa- desa yang terpencil letaknya. Padahal sebagai sebuah proses, kemiskinan mencerminkan kegagalan suatu sistem masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dan dana secara adil kepada seluruh angota masyarakat. 10 Selama Orde baru berlangsung perkembangan ekonomi 10 Madekhan Ali, Orang Desa Anak Tiri Perubahan, Jawa Timur : Averroes Press, 2007. Hal 8 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Indonesia meningkat, namun belum menyentuh desa kecil yang terpencil seperti Desa Sikeben. Kondisi sosial ekonomi dimulai dari keadaan yang terbelakang hingga mengalami perubahan berkat dorongan dan kreatifitas baru pada masyarakat itu yang dibawa oleh gereja. Sistem tanam padi ladang yang dilakukan secara turun- temurun mulai diubah menjadi sisitem tanam padi sawah. Untuk itu dibutuhkan kerjasama baik dalam dana maupun pengerjaan sistem baru tersebut. Gotong royong swadaya murni yang dilakukan masyarakat masih berlangsung hingga masa pemerintahan Nungkat Barus. Dana dikumpulkan guna pembangunan Desa Sikeben yang dimulai dengan pembangunan kebutuhan irigasi di desa ini. Tahun 1968 pembangunan irigasi sepanjang 5 Km dilaksanakan penduduk bersama-sama melalui bantuan dari gereja GBKP dan swadaya murni masyarakat. Pembuatan irigasi ini sangat membantu penduduk Desa Sikeben dalam mengolah pertanian sawah mereka. Memasuki tahun 1970 gotong royong yang ada di Desa Sikeben mengalami perkembangan. Gotong-royong di Desa Sikeben mempunyai arti khusus yang jarang terdapat pada desa-desa lainnya. Gotong-royong dilakukan pria maupun wanita sepanjang hari. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan dana yang nantinya menjadi uang kas bersama masyarakat Desa Sikeben. Khusus bagi kaum wanita setiap menanak nasi menyumbangkan sejumput beras dan memasukkan ke dalam satu tempat yang telah disediakan. Setiap minggu dalam satu kalinya bisa menghasilkan 1kg beras. Di Desa Sikeben ada 100 kepala keluarga, sehingga dalam satu bulan 400kg beras terkumpul dan kemudian beras tersebut dijual dan dananya menjadi dana kas bersama. Uang ini akan digunakan untuk pembangunan yang ada 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD di Desa Sikeben. Inilah yang disebut swadaya murni dari masyarakat. Sistem kekerabatan yang ada di Desa Sikeben ini berjalan sesuai dengan kebudayaan yang ada, karena penduduknya mayoritas suku Karo. Kegiatan lain yang terdapat di Desa Sikeben adalah Kerja Tahun yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Kerja tahun adalah kegiatan perayaan yang diadakan sebagai syukuran untuk meminta berkat dari Yang Maha Kuasa saat masa tanam. Tetapi waktu pelaksanaan kerja tahun berbeda-beda di masing-masing daerah yang termasuk dalam daerah kebudayaan Karo. Beberapa daerah hanya melaksanakan ritual kerja tahun pada tahapan tertentu dalam kegiatan pertanian. Ada yang merayakan di masa awal penanaman merdang merdem, masa pertumbuhan nimpa bunga benih, masa menjelang panen mahpah ataupun pada masa panen ngerires. 11 Kerja Tahun di Desa Sikeben dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus memiliki alasan tertentu. Awalnya masyarakat merayakan Kerja Tahun saat panen padi, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapat. Musim panen padi yang terjadi tidak tetap tanggalnya, sehingga masyarakat sepakat untuk membuat satu jadwal yang tepat untuk memperingati perayaan. Hasil kesepakatan masyarakat desa dan perantau menetapkan tanggal perayaan Kerja Tahun pada tanggal 17 Agustus. Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari kemerdekaan dan sebagai pesta Kerja Tahun bagi masyarakat Desa Sikeben. 11 Wawancara dengan Bapak Ponten Tarigan, Desa Sikeben 12 Januari 2013 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Kegiatan Kerja Tahun yang diadakan di desa Sikeben ini sangat meriah dan dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama, pagi-pagi masyarakat bersama- sama memasak makanan yang akan dimakan untuk acara malam dan esok harinya. Kegiatan memasak yang di lakukan masyarakat secara bersama sesuai dengan kebutuhan. Mulai dari memasak lauk dan sayur yang akan di makan pada saat perayaan. Di hari pertama ini biasanya masyarakat akan “ngerires” yang artinya memasak lemang, lemang ini merupakan makanan khas yang ada pada saat acara kerja tahun di Desa Sikeben. Selain dari lemang masyarakat juga memasak “cimpa” makanan terbuat dari tepung yang isinya gula merah dan kelapa di bungkus menggunakan daun pisang atau daun singkut. Terdapat juga berbagai penganan khas lainnya untuk menyambut tamu yang datang saat perayaan. Dalam kerja tahun biasanya teman dan sanak saudara dari luar daerah juga berdatangan untuk berkunjung dan mengikuti kemeriahan kegiatan kerja tahun. Selama kegiatan memasak berjalan, muda-mudi yang ada di Desa Sikeben menyiapkan acara “gendang” musik untuk acara pesta untuk acara malam hari. Mereka akan mempersiapkan tari-tarian dan juga lagu-lagu yang akan di bawa pada saat acara malam. Semua sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh muda-mudi sehingga pada saat malam harinya hasilnya baik. Malam harinya setelah selesai makan malam, masyarakat bersama-sama berkumpul di balai desa untuk menikmati acara yang ada. Keesokkan harinya merupakan acara puncak. Masyarakat mendatangi rumah- rumah penduduk untuk bersilaturahmi. Selama dua hari masyarakat menikmati setiap 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD acara yang ada karena selama setahun di hari itulah mereka dapat bertemu dengan keluarga yang berada di Desa Sikeben ataupun yang di luar wilayah Kecamatan Sibolangit. Masyarakat menikmati acara-acara yang disuguhkan dalam kegiatan kerja tahun ini, bersama-sama selama dua hari membuat hati masyarakat bahagia. Kerja tahun menjadi semacam perwujudan prinsip kebersamaan, silaturahmi dan rasa syukur dalam masyarakat Karo. Setelah satu tahun disibukkan oleh kegiatan bertani atau berladang yang juga dilaksanakan secara gotong royong, maka hasil dari aktivitas pertanian itu juga harus disyukuri dan dinikmati secara gotong royong pula. Pada masa kerja tahun, seluruh masyarakat desa saling berbagi kegembiraan. Masyarakat yang sudah pindah dan bermukim di daerah lain juga berdatangan ke Desa Sikeben. Arti lain dari kerja tahun ini adalah agar masyarakat tidak melupakan tanah kelahirannya dan bertemu dengan saudara-saudara yang masih bermukim di Desa Sikeben. Kegiatan sosial budaya yang ada di Desa Sikeben semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi masyarakat pendatang dan penduduk yang pergi meninggalkan Desa Sikeben untuk kehidupan yang lebih baik. Masuk dan perginya masyarakat menunjukan perubahan yang jelas bagi perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben. Mulai dari perkembangan masyarakat, pemukiman penduduk dan pemerintahan di desa semua di pengaruhi oleh masyarakat. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD

3.1.2. Kehidupan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Sikeben pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang dan tukang, namun tetap melakukan usaha di sektor pertanian. Mereka memahami cuaca dengan sistem kalender yang diajarkan secara turun temurun, sehingga dapat merencanakan waktu penanaman terbaik untuk komoditinya. Serangan hama dan penyakit terhadap tanaman, mereka hadapi dengan cara alami yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Pada umumnya penduduk desa Sikeben bercocok tanam pada permulaan musim hujan yaitu pada Bulan September dan panen pada Bulan Januari. Pengolahan tanah masih dilakukan dengan tenaga manusia, sebagian ada juga yang menggunakan tenaga hewan. Penduduk desa Sikeben hidup dengan mata pencaharian bertani yang menanam jenis tanaman muda dan keras. Tanaman muda yaitu, padi, jagung, sayur, tomat, buncis, cabe dan lain sebagainya. Tanaman keras yaitu, cengkeh, kopi, kayu manis, dan coklat. Masyarakat juga bergerak di bidang peternakan yang dianggap sebagai mata pencahariaan yang sangat digemari oleh penduduk desa setempat. Ternak dianggap memiliki dua fungsi yaitu memberi hasil juga dapat membantu penduduk mengolah tanah. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk untuk kesuburan tanah dan juga perkembangan tumbuhan. Tanah yang subur dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan membuat hasil panen menjadi baik. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Tabel.5 Jenis Ternak yang dipelihara Masyarakat Ternak Jumlah Kerbau 25 ekor Sapi 27 ekor Kuda 2 ekor Kambing 75 ekor Itik 50 ekor Ayam 70 ekor Babi 88 ekor Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981 Berdasarkan kondisi alam desa Sikeben dapat dikatakan bahwa dalam bidang peternakan dapat dikembangkan dengan melepaskan ternak secara bebas, karena telahtersedianya lapangan. Hal ini disebabkan masih luasnya kawasan yang belum digunakan masyarakat dan wilayahnya yang terpencil sehingga tidak kuatir terhadap pencurian ternak. Peternakan yang ada di Desa Sikeben cukup memberikan penambahan pendapatan bagi perekonomi penduduk. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Penduduk Sikeben menjual hasil panen ke Desa Bandar Baru dan juga Pekan Sibolangit, karena pasar hanya ada di Pekan Sibolangit. Mereka berjalan kaki dan memikul hasil panen yang akan mereka jual. Mereka selalu menggunakan jalan pintas agar lebih cepat sampai di tempat tujuan. Jalan yang cukup jauh membuat masyarakat mencari jalan pintas supaya cepat tiba d Pekan sibolangit dan mengurangi jarak tempuh mereka dalam berjalan kaki. Desa Sikeben merupakan desa dengan tingkat ekonomi di bawah rata-rata pada saat itu. Hal tersebut dapat kita lihat dari pemukiman mereka yang masih sederhana dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka, masyarakat mulai mengupayakan peningkatan pendidikan kepada anak-anak mereka. Mereka menyekolahkan anak mereka keluar dari desa supaya anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di tahun 1965-1998 mulai berubah ke hal-hal yang lebih maju lagi. Di mulai dari mata pencaharian yang dulunya hanya bertani ke sawah dan mengelola hasil hutan, sekarang masyarakat mulai membuka lahan baru dan menanam tanaman lainnya yang bisa digunakan sendiri atau dijual. Kehidupan sosial ekonomi yang semakin meningkat memberikan perubahan yang cukup besar bagi masyarakat Desa Sikeben akibat dari tuntutan kebutuhan masyarakat. Mata pencaharian penduduk ada juga dari peternakan, ataupun bekerja sebagai guru di sekolah SD yang ada sejak tahun 1970. SD yang dibangun di Desa Sikeben adalah hasil swadaya masyarakat yang menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Awalnya anak- anak bersekolah di SD yang ada di luar wilayah Desa Sikeben, yaitu SD yang berada di Desa Bandar Baru namun karena jarak yang terlalu jauh dan jalan yang seringkali 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD menjadi becek saat hujan menyebabkan anak- anak sulit pergi ke sekolah yang jauh dari rumah. Sebagian penduduk juga ada yang berprofesi sebagai penjual ataupun bekerja sebagai tukang bangunan setelah mendapat pengaruh dari luar mengenai pengetahuan berdagang dan bertukang sehingga menjadi petani bukan lagi satu- satunya alternative pekerjaan. Masyarakat sudah mengetahui pentingnya pendidikan dan perkembangan teknologi, sehingga mendorong mereka untuk lebih maju dan berkembang. Berakhirnya masa kepemimpinan Nungkat Barus 1970 digantikan oleh Jaktat Sembiring. Masa kepemimpinan Jaktat sebagai kepala kampung mulai terlihat perubahan yang lebih menonjol . Hal ini terlihat dari pembangunan jalan yang awalnya masih tanah bebatuan, yang bila hujan turun sangat licin. Pengerasan jalan yang dilakukan pada masa Jaktat dimulai dengan mengajak masyarakat bergotong – royong menimbun tanah dengan bebatuan dan pasir kerjasama mempermudah masyarakat untuk lebih cepat menggunakan jalan yang mereka bangun sendiri. Perubahan yang dialami masyarakat pada tahun ini dimulai dari sistem pertaniaan yang sudah mulai meningkat. Saat itu mulai dikembangkan cara bertani yang lebih baik, bagaimana cara merawatnya dan cara meningkatkan jumlah hasil panen. Masyarakat diajak bekerjasama untuk meningkatkan jumlah hasil pertanian dengan bantuan pemerintah desa memberikan penyuluhan. Masyarakat bersama-sama mempelajari apa-apa saja yang digunakan meningkatkan mutu dan kualitas dalam pertanian. Sehingga nantinya masyarakat mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Tahun 1974 pembangunan sebuah tempat penumbukan padi lesung dengan ukuran 3x4 meter dengan biaya murni dari masyarakat. Masa ini juga mulai masuk agama Katholik dan Islam. Perkembangan perekonomian penduduk mulai mengalami peningkatan walaupun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Di tahun ini juga masyarakat sudah ada yang memiliki kuda, yang digunakan untuk alat transportasi. Sebelum ada kuda masyarakat melakukan perjalanan dengan memikul barang yang ingin di jual ke Desa Bandar Baru dan Sibolangit. Saat itu fasilitas kesehatan belum ada sehingga bila ada penduduk yang sakit seringkali hanya menggunakan obat- obatan tradisional. Bila ada penduduk yang sakit berat dan harus di rawat oleh dokter maka si sakit harus dibawa ke Desa Bandar Baru yang jaraknya cukup jauh dan akan sulit dilakukan jika keadaan gawat terjadi di malam hari karena sulitnya kendaraan dan jalan yang gelap. Perubahan yang semakin meningkat di bidang sosial ekonomi juga merubah taraf hidup masyarakat yang ada di Desa Sikeben. Masyarakat mulai memikirkan peningkatan mutu kualitas hidup dalam perkembangan masyarakat yang ada. Masyarakat mulai memikirkan meningkatkan pendidikan anak untuk meningkatkan taraf hidup yang ada. Masyarakat mulai menyekolahkan anak mereka keluar desa. Memasuki tahun 1980 Ponten Tarigan diangkat menjadi Kepala Desa. Pada periode ini pengaruh pembangunan oleh pemerintah ke Desa Sikeben mulai dilakukan. Tahun 1978 pembangunan gereja Roma Katholik RK dengan ukuran 6x10 meter. Sekolah Dasar yang ada masih tetap sekolah yang berdiri dengan swadaya masyarakat. Fasilitas yang ada sangat tidak memadai baik dari segi tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana seperti gedung dan buku. Tahun 1980 SD di Desa Sikeben mengalami perbaikan gedung dan buku dengan 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD bantuan dari GBKP. Di tahun ini juga dilakukan pembangunan SMP dengan swadaya masyarakat. Bangunannya masih sederhana dan tenaga pengajar juga masih kurang. Hal ini sebagai upaya penduduk desa. Awalnya penduduk desa memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengambil dari sungai. Daerah Sibolangit memiliki banyak sumber mata air. Untuk memudahkan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih maka fasilitas air minum dibangun oleh masyarakat desa dengan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD sepanjang 4,8Km. Penduduk tidak perlu berjalan jauh mengambil air atau MCK. Sejak tahun ini beberapa bantuan dari pemerintah diberikan ke Desa Sikeben. Setelah dinyatakan sebagai desa terjorok maka Desa Sikeben melakukan banyak perbaikan terutama dalam hal kebersihan desa. Hal ini dilakukan secara perorangan maupun kelompok dengan bergotong royong. Sampah rumah tangga tidak lagi dibuang ke sungai. Pada tahun 1981, Desa Sikeben mengikuti lomba air bersih dan mendapat juara pertama. Perubahan dan kemajuan yang dicapai Desa Sikeben tersebut mengakibatkan terjadi perubahan pola pikir dalam masyarakat. Masyarakat mulai menghargai nilai tanah dan memohon kepada pemerintah untuk membuat sertifikat atas tanah mereka dengan kesadaran hak milik pribadi. Di tahun ini juga pembangunan Gereja Protestan berukuran 18x10 meter dilakukan. Tahun 1986 angin puting beliung merusak Sekolah Menengah Pertama SMP yang merupakan swadaya masyarakat. Setelah kejadian itu Pemerintah Daerah memberikan bantuan untuk membangun gedung sekolah tersebut menjadi permanen. Perkembangan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan listrik maka masyarakat berusaha agar Desa Sikeben memiliki akses terhadap listrik. Keadaan topografi jalan menuju Desa Sikeben yang berupa hutan, jurang dan bukit membuat pembangunan tiang listrik dari 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Bandar Baru menjadi sulit. Tahun 1985 bantuan dari gereja GBKP oleh Pdt. Em. Borong mengadakan pembangunan PLTA bagi masyarakat Desa Sikeben. Masyarakat bersama-sama membangun PLTA melalui bantuan dari gereja GBKP melalui program kerja gereja yang bernama PARPEM Partisipasi Pembangunan. Pada tahun 1985 juga masyarakat Desa Sikeben mendirikan gilingan padi tetapi melalui bantuan gereja dalam program kerja yang bernama MAMBRE yang artinya orang tua laki-laki. Tahun 1986 pembangunan puskesmas dilakukan dan mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga penduduk tidak lagi bergantung pada pengobatan tradisional. Setelah masuknya Agama katolik ke Desa Sikeben dan semakin banyak penduduk yang menganut baik di Desa Sikeben maupun dari desa lainnya maka, tahun 1992 dilakukan pembangunan gereja Santa Clara oleh Pastor Corado berkebangsaan Italia. Kepala biaranya yaitu Suster Run. Pada saat itu banyak pengunjung yang datang untuk berdoa, berziarah atau sekedar berwisata melihat pemandangan. Masa itu masyarakat boleh masuk ke kawasaan ini dengan bebas, sampai pembangunan gereja Santa Clara selesai pada tahun 1994. Meningkatnya jumlah pengunjung ke desa ini mendorong pengurus Santa Clara memperbaiki jalan dari Lau Petani hingga ke Biara Santa Clara mengunakan batu bata blok. Santa Clara juga melakukan perbaikan dengan memperluas daerahnya dan menambahkan bangunan- bangunan yang baru dan memagari semua wilayah gereja Santa Clara. Sejak saat itu pengunjung tidak bisa lagi masuk dengan bebas ke daerah itu tanpa seijin suster atau penjaga Biara Santa Clara. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD

BAB IV PENYEBAB TERJADINYA PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN TAHUN