Sejarah dan Perkembangan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, 1988 – 1998

(1)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT

UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988 - 1998

Skripsi Sarjana

Disusun Oleh,

ODORANTA SEMBIRING NIM : 040706003

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988-1998

Yang Diajukan Oleh : Nama : Odoranta Sembiring

NIM : 040706003

Telah disetujui untuk selanjutnya diajukan dalam ujian skripsi sarjana sastra. Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U.

NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………

Ketua Departemen Sejarah,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U.

NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, 1988-1998

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh :

Nama : Odoranta Sembiring NIM : 040706003

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U.

NIP : 195406031983032001 Tanggal : ………..

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

dalam bidang Ilmu Sejarah.

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Pengesahan Ketua

Disetujui oleh,

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sejarah Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U. NIP : 195406031983032001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana oleh Dekan dan Panitia Ujian

Pengesahan

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Fastra USU

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra Dalam Bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara di Medan

Pada

Hari/Tanggal : ……….

Waktu : ……….

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP : 195110131976031001

Panitia Ujian,

No. Nama Ttg.

1. ………. ( ……….. )

2. ………. ( ……….. )

3. ………. ( ……….. )

4. ………. ( ……….. )


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNyalah penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Koperasi

Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, 1988 – 1998.” Penulis

menganggap hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan pendapat dan masukan yang positif melalui kritik dan saran dari berbagai pihak dalam menyempurnakannya lagi. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah suatu kejadian yang sangat umum terjadi di daerah-daerah pedesaan, tidak hanya di pedesaan saja melainkan juga meliputi daerah-daerah perkotaan, dimana kekurangan modal adalah suatu hal yang sangat menonjol dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Terkadang untuk menutupi kekurangan modal tadi masyarakat harus lebih bisa mengatur manajemen keuangan rumah tangganya dengan lebih efisien untuk memenuhi kekurangan modal dan memenuhi kebutuhan ekonominya.

Keadaan seperti inilah yang sering dimanfaatkan para rentenir untuk menjalankan pekerjaannya. Penduduk desa yang kekurangan modal tadi dengan terpaksa harus meminjam kepada rentenir tersebut, dengan suku bunga yang sangat tinggi. Inilah latar belakang berdirinya Credit Union Gunanta Desa


(7)

Namo Rambe yaitu untuk menolong masyarakat desa dari jeratan para rentenir.

Selain untuk memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu sejarah, sekripsi ini juga menjadi sebuah referensi yang baik dalam memahami fenomena sosial yang ditransformasikan dalam pendekatan ilmu sejarah. Dengan demikian, uraian dalam skripsi dapat membantu kepada semua pihak, terutama kepada generasi sejarawan muda, dalam memahami masalah-masalah sosial di sekitar kita yang dideskripsikan secara lebih khusus dalam ruang lingkup mikro.

Medan, September 2010


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung dan membantu bukan hanya dalam penyelesaian tugas akhir ini tetapi juga sejak awal mengikuti kegiatan perkuliahan pada program Strata I Ilmu Sejarah, Departemen Sejarah, Fakultas Sastra USU.

Sebagai ucapan terima kasih yang paling utama penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan anugerah berupa kesehatan, rezeki, kemampuan berpikir dan lainnya, sehingga penulis merasa mampu dan dapat menyelesaikan pendidikan Strata I dengan lancar dan sukses.

Penulis juga mempersembahkan skripsi ini khusus untuk keluarga penulis sebagai ucapan terima kasih dan do’a yang sedalam-dalamnya, terutama kepada kedua orang tua penulis, masing-masing Bapakku yang tersayang

Nurdin Sembiring dan Ibuku yang terkasih Rosmailim Br Saragih Sigaringging. Selain itu penulis juga memberikan semangat kepada adik-adik

kandung penulis, masing-masing Imelda Mawarni Br Sembiring yang sedang menimba ilmu pada program Strata I Jurusan Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan dan Fransiska Br Sembiring yang sedang mendalami pekerjaannya, semoga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik lagi dari abangnya.


(9)

Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada segenap pejabat, staf pengajar, dan staf administrasi Fakultas Sastra, dan Departemen Sejarah USU, yang telah memberikan sumbangan dan bantuan berharga, baik dalam penyelesaian masalah-masalah administrasi maupun kegiatan perkuliahan, diantaranya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultras Sastra USU.

2. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U., selaku Ketua Departemen Sejarah USU

dan Dosen Pembimbing Skripsi bagi penulis.

3. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Sejarah USU.

4. Segenap Staf Pengajar pada Departemen Sejarah USU, seperti Bapak Drs.

J. Fachruddin Daulay, Ibu Dra. Farida Hanum, M.SP., Ibu Dra. Ratna, M.S., Bapak Drs. Samsul Tarigan, Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum., Bapak Drs. Bebas Surbakti, Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum., Bapak Drs. Budi Agustono, M.S., Ibu Dra. Penina, M.S., Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., Bapak Drs. Timbun Ritonga, Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP., Ibu Dra. Haswita, M.SP., Ibu Dra. Junita S. Ginting M.Si., Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si., Ibu Dra. S.P. Dewi Murni, M.A., Bapak Drs. Sofyan Effendi, Dplm.H., dan seluruh staf pengajar yang tidak mungkin

disebutkan secara keseluruhan.

5. Para Staf Pengajar Departemen Sejarah yang telah tiada, seperti Ibu Dra.

Fatimah, S.U. (alm.), Bapak Drs. Nadzief Chatib (alm.), Bapak Drs. Saifuddin Mahyuddin, S.U. (alm.) dan Drs. Indera Afkhar, M.Hum.


(10)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dewan penasehat dan para pengurus Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe yang memberikan waktunya sehingga penulis dapat mengumpulkan data-data yang sangat berharga untuk penyelesaian tugas akhir. Adapun diantaranya kepada Ketua Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe Ibu Ras Kita

Br Tarigan, Yayasan Ate Keleng Sibolangit, juga kepada Ibu Kelara Br Singarimbun, Kakak Rutnawati Br Sinuhaji, Kakak Cinta Ria Br Barus

dan ibu-ibu lainnya.

Terima kasih juga kepada Kepala dan Staf Kecamatan Namo Rambe, serta Kepala dan Perangkat Desa Namo Rambe atas bantuan-bantuan yang diberikan selama penulis mengadakan studi kearsipan mengenai Desa Namo Rambe, termasuk juga kepada Kepala dan Staf BPS Kabupaten Deli Serdang.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan akademis yang telah mendukung dan membantu secara moril dan materil sejak awal kegiatan perkuliahan hingga penyelesaian skripsi, masing-masing kepada: 1. Para senioran Program Studi Ilmu Sejarah, seperti Nasrul Hamdani, S.S.,

Bohal Prayudi, S.S., Dedi Supriadi, S.S., dan lain-lain yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

2. Rekan-rekan seangkatan 2004, seperti Deni, Ain, Oriza, Debi, Piolina,

Wardika, Topan, Maya, Elisabeth, Yefri, Jernita, Fitri, Nissye, Nando, Arif, Roganda, Jhon, Tongam, Osmail, dan Julius.


(11)

3. Rekan-rekan junioran, seperti Firman, Halason (Wa’ Genk), Jomenda,

Edu, Putra, Jackson, A’an, Budi, Aka, Derni, Mohan dan

semua-semuanya.

Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan, kenalan, teman dan orang-orang yang telah dianggap sebagai keluarga, seperti: 1. Kawan-kawan satu gang pembangunan, terutama Danny Simanjuntak

(Dayak), Iwan Simorangkir (Kedan Iwox), Jhon Purba dan satu

gerombolan STM Satahi Saholoan.

2. Keluarga T. Simorangkir, terutama kepada kekasihku Nengli Sartika

Simorangkir yang telah banyak memberikan bantuan do’a kepada penulis.

3. Kepada keluarga besar GBKP Runggun Teladan Medan.

4. Kepada seluruh keluarga Wardika Aryandi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir penulis.

5. Orang-orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu kegiatan akademis penulis baik secara langsung maupun tidak.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN………. ix

ABSTRAK………. xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Rumusan Masalah……… 6

1.3. Tujuan dan Manfaat……….. 7

1.4. Tinjauan Pustaka………. 8

1.5. Metode Penelitian……… 10

1.6. Sistematika Penulisan………. 11

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA NAMO RAMBE HINGGA TAHUN 1998 2.1. Kondisi Geografis………. 13

2.2. Struktur Pemerintahan………... 15

2.3. Keadaan Penduduk………. 17

BAB III. BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 – 1998 3.1. Sejarah dan Perkembangan Koperasi Credit Union di Indonesia……… …. 23

3.2. Latar Belakang Berdirinya Koperasi Credit Union Desa Namo Rambe Pada Tahun 1988……… 29

3.3. Mekanisme Kerja Koperasi Credit Union Desa Namo Rambe………. 32


(13)

BAB IV. DAMPAK BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 – 1998

4.1. Dalam Bidang Ekonomi……… … 52 4.2. Dalam Bidang Sosial……….. … 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………... … 57 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

I. TABEL

Tabel 1. Penduduk Desa namo Rambe tahun 1998,

menurut Suku Bangsa……….. 17 Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pertumbuhan Penduduk

Desa Namo Rambe 1988 – 1998……….. 18 Tabel 3. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998,

menurut Kelompok Umur………... …. 19 Tabel 4. Peduduk Desa Namo Rambe tahun 1998,

menurut Mata Pencaharian………. 20 Tabel 5. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998,

menurut Agama………. 21 Tabel 6. Penduduk Desa namo Rambe tahun 1998,

menurut Tingkat Pendidikan……….. 22 Tabel 7. Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi

Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe,

pada tahun 1988 – 1998……… 40 Tabel 8. Jumlah Anggota Koperasi Credit Union

Gunanta Ras Desa namo Rambe pada tahun

1988 – 1998, menurut Sistem Keanggotaannya……… 42 Tabel 9. Anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras

Desa Namo Rambe pada tahun 1988 – 1998,

di Luar Suku Karo………... 43 Tabel 10. Sisa Hasil Usaha Koperasi Credit Union

Gunanta Ras Desa Namo Rambe

pada tahun 1988 – 1998……… 45 Tabel 11. Jumlah Kekayaan Koperasi Credit Union

Gunanta Ras Desa Namo Rambe


(15)

Tabel 12. Penyesuaian Besar dan Jangka Waktu Pinjaman pada Koperasi Credit Union Gunanta Ras

Desa Namo Rambe hingga tahun 1998…... … 48

II. BAGAN

Bagan 1. Struktur Pemerintahan Desa Namo Rambe………....…. 16 Bagan 2. Struktur Kepengurusan Koperasi Credit Union


(16)

ABSTRAK

Ketersediaan modal yang terbatas menjadi ciri umum ekonomi pedesaan di

Indonesia. Masyarakat pedesaan biasanya mengalami kesulitan permodalan

akibat mengadopsi sistem manajemen keuangan yang salah dan kurang adaptif

dalam menghadapi proses globalisasi ekonomi yang semakin meluas. Perilaku

ekonomi yang cenderung statis seperti ini menyebabkan kehidupan ekonomi

masyarakat pedesaan selalu tergantung pada sistem ekonomi yang telah ada.

Ketergantungan terhadap sistem ekonomi yang statis inilah yang kemudian

semakin menekan kemampuan permodalan tiap individu, sehingga aktifitas

ekonomi menjadi terhambat sepenuhnya. Kemampuan permodalan yang rendah

sebaiknya diselesaikan dengan metode ekonomi yang lebih teratur dan efektif.

Solusi ekonomi yang paling baik ialah memberikan pemahaman kepada

masyarakat pedesaan tentang manajemen keuangan yang tepat sesuai dengan

kondisi ekonomi yang sedang berjalan. Salah satu orientasinya ialah

mengarahkan masayarakat pedesaan untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi

komunal melalui media koperasi dengan mementingkan azas kekeluargaan dan

kepercayaan di masing-masing individu dalam mengatasi masalah-masalah

ekonomi yang dihadapinya, terutama akibat keterbatasan modal ekonomi dan


(17)

ABSTRAK

Ketersediaan modal yang terbatas menjadi ciri umum ekonomi pedesaan di

Indonesia. Masyarakat pedesaan biasanya mengalami kesulitan permodalan

akibat mengadopsi sistem manajemen keuangan yang salah dan kurang adaptif

dalam menghadapi proses globalisasi ekonomi yang semakin meluas. Perilaku

ekonomi yang cenderung statis seperti ini menyebabkan kehidupan ekonomi

masyarakat pedesaan selalu tergantung pada sistem ekonomi yang telah ada.

Ketergantungan terhadap sistem ekonomi yang statis inilah yang kemudian

semakin menekan kemampuan permodalan tiap individu, sehingga aktifitas

ekonomi menjadi terhambat sepenuhnya. Kemampuan permodalan yang rendah

sebaiknya diselesaikan dengan metode ekonomi yang lebih teratur dan efektif.

Solusi ekonomi yang paling baik ialah memberikan pemahaman kepada

masyarakat pedesaan tentang manajemen keuangan yang tepat sesuai dengan

kondisi ekonomi yang sedang berjalan. Salah satu orientasinya ialah

mengarahkan masayarakat pedesaan untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi

komunal melalui media koperasi dengan mementingkan azas kekeluargaan dan

kepercayaan di masing-masing individu dalam mengatasi masalah-masalah

ekonomi yang dihadapinya, terutama akibat keterbatasan modal ekonomi dan


(18)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu ciri umum yang melekat dalam masyarakat pedesaan Indonesia adalah permodalan yang lemah.1 Hal ini disebabkan oleh aktifitas ekonomi yang cenderung statis karena gambaran pedesaan di Indonesia pada umumnya ditentukan oleh pola agraris yang ada. Padahal, permodalan merupakan unsur yang utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri.2

Walaupun demikian, di daerah pedesaan banyak pihak yang telah beroperasi menawarkan permodalan atau dana melalui sistem kredit.

Kekurangan modal ini sangat membatasi ruang gerak aktifitas usaha masyarakat pedesan, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dengan kepemilikan dana yang terbatas, sementara sumber dana dari luar yang biasa membantu mengatasi kekurangan modal ini tidak mudah diperoleh, telah membuat semakin sulitnya usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan itu dengan cepat.

3

1

Modal lemah merupakan suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan produksi untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.

2

Dalam dunia ekonomi, modal dapat dikatakan sebagai seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh orang-perorang atau perusahaan, sehingga keberadaannya menjadi faktor produksi yang paling penting. Lihat dalam: Anwas Adiwilaga, Ilmu Usaha Tani, Bandung: Alumni, 1975, hal. 82-112

3

Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi kepada suatu masa tertentu yang akan disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Lihat: Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar Kredit dan Teknik Managemen Kredit, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal. 3


(19)

kredit menjadi metode pengembangan ekonomi yang paling efektif di wilayah pedesaan, karena proses pengembalian pinjaman dilakukan secara bertahap, sehingga paling cocok diterapkan di daerah pedesaan dengan kemampuan ekonomi yang rendah. Rentenir atau pelepas uang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses permodalan dalam pedesaan.4

Di saat inilah lembaga kredit formal, baik yang berasal dari perusahaan keuangan (BANK) maupun lembaga pedesaan dapat menunjukkan kinerjanya. Solusi permodalan seperti ini di Indonesia umumnya disebut sebagai kredit umum pedesaan (KUPEDES), yaitu kredit modal yang diberikan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha-usaha kecil yang sudah ada di pedesaan, baik usaha-usaha yang sebelumnya pernah dibantu dengan fasilitas kredit mini (kredit) midi dan jenis kredit yang lain maupun usaha-usaha dari calon nasabah baru. Adapun tujuannya ialah untuk membiayai keperluan investasi maupun modal kerja dalam rangka peningkatan usaha di semua sektor

Penduduk pedesaan biasanya memberikan jaminan berupa harta benda yang dimilikinya atau memberikan bunga pinjaman yang cukup besar kepada kreditor perorangan tersebut, sehingga terkadang menyulitkan dikemudian hari apabila efektifitas modal tidak berjalan dengan baik, yang menyebabkan akumulasi pinjaman dan bunga semakin besar dan sulit untuk ditanggulangi.

4


(20)

ekonomi di pedesaan, selain juga diharapkan dapat mengurangi ruang gerak para kreditor perorangan atau rentenir di pedesaan.5

Walaupun lembaga kredit formal telah cukup membantu dalam pengadaan modal di pedesaan, namun demikian, banyak juga lembaga kredit nonformal yang berdiri sendiri untuk mempermudah pengadaan modal dengan persyaratan administrasi yang lebih mudah.

Semenjak ditetapkannya Undang-Undang No.11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia dan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1955 tentang Pengawasan Terhadap Urusan Kredit, sistem kredit di Indonesia telah berada pada posisi yang legal dan dapat menjamin investasi positif di seluruh wilayah Indonesia. Sejak saat itu lembaga-lembaga kredit formal mulai memperlihatkan fungsinya dalam meningkatkan roda perekonomian nasional, termasuk di wilayah pedesaan yang memiliki banyak masalah dalam hal permodalan.

6

5

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 47-50.

6

Lembaga kredit nonformal adalah lembaga kredit yang bukan berada dalam naungan pemerintah dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat yang bersangkutan.

Biasanya lembaga kredit nonformal ini hanya melayani proses kredit di wilayah-wilayah tertentu dan diawasi serta diselenggarakan oleh masyarakatnya sendiri sebagai anggota demi kemajuan ekonomi wilayah mereka sendiri. Selain itu, aparatur desa dapat berperan dalam menjaga dan mengawasi kinerja lembaga-lembaga kredit nonformal ini, demi kenyamanan masyarakat dalam menjalankan aktifitas ekonominya dan proses investasi yang positif di pedesaan.


(21)

Salah satu lembaga kredit nonformal yang sangat berperan dalam membangun perekonomian dalam wilayah pedesaan, terutama di Indonesia adalah Koperasi Credit Union. Lembaga ini pada dasarnya merupakan lembaga kredit yang mengusahakan pengadaan modal bagi para anggotanya secara swadaya, sehingga tidak memerlukan proses administrasi yang rumit. Selain itu, proses kredit yang berjalan dapat terjamin keamanan dan kenyamanannya karena anggota-anggotanya memiliki latar belakang yang cenderung sama, baik dalam lingkungan tempat tinggal, profesi maupun kegiatan kelembagaan, sehingga mereka sudah saling mengenal sifat satu sama lainnya.

Koperasi Credit Union pertama kali terbentuk di Eropa, tepatnya di Jerman pada tahun 1849. Gagasan ini dipelopori oleh Walikota Flammersfield yang bernama Frederich Wilhelm Raiffeisen. Model pengusahaan modalnya sangat sederhana dan dikenal dengan 3 (tiga) prinsip utama Credit Union, yaitu;

1. Tabungan (modal), yang diperoleh hanya dari anggotanya sendiri. 2. Pinjaman, yang hanya diberikan kepada anggotanya sendiri. 3. Watak, sebagai jaminan terbaik bagi peminjam.

Sementara itu, Kredit Credit Union di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh seorang Pastor katolik asal Jerman bernama Karl Albrecht Karim Arbie S.J. pada tahun 1967, yang selanjutnya di tahun 1970 membentuk

CUCO (Credit Union Concelling Office) di Jakarta. Pada tahun 1981, diadakan


(22)

Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan Robby Tulus sebagai ketuanya. Adapun fungsi dari Credit Union Conceling Office (BK3I), yaitu:

1. Memberikan konsultasi.

2. Menyediakan bahan dan program pelatihan. 3. Menyelanggarakan kursus-kursus dan pelatihan. 4. Menyebarkan informasi tentang Credit Union.

5. Merintis pembentukan badan koordinasi koperasi kredit di daerah.7

Di Propinsi Sumatera Utara, sistem Koperasi Credit Union sebenarnya telah berkembang dengan cukup baik. Salah satu contoh model Koperasi Credit Union yang cukup dikenal di wilayah pedesaan ialah Koperasi Credit Union Gunanta Ras di Desa Namo Rambe. Sejak berdiri pada tahun 1988, pengaruh yang positif tampak jelas dengan meningkatnya ketersediaan modal dalam menjamin berkembangnya proses investasi jangka panjang. Selain disebabkan oleh proses kredit yang lebih mudah, manajemen dalam kelembagaan ini juga berjalan dengan baik. Dengan kata lain, Koperasi Credit Union Gunanta Ras menjadi salah satu lembaga kredit nonformal yang menonjol dalam membangun ekonomi pedesaan di Indonesia.

Sebelum hadirnya Koperasi Credit Union Gunanta Ras, kehidupan penduduk Desa Namo Rambe tidak lepas dari lilitan hutang. Kekurangan modal adalah faktor utama yang menyebabkan mereka jatuh ketangan para “ijon” atau para “rentenir.” Tidak jarang untuk membayar hutang yang mereka

7

Mengenai penjelasan yang lebih lengkap tentang sejarah Credit Union internasional dan di Indonesia dapat diakses melalui website: www.kreditunion.com


(23)

pinjam dari para rentenir tesebut, mereka terpaksa menjual tanah mereka. Ini sangatlah membahayakan, karena pada umumnya para penduduk Desa Namo Rambe hidup dari sektor pertanian, dan apabila tanah yang digunakan sebagai tempat mereka mencari nafkah terjual maka sangatlah membahayakan bagi mereka, karena para petani akan mengalami kehilangan mata pencaharian mereka.

Melihat keadaan yang memprihatinkan ini, maka dibentuklah progam Koperasi CU (Credit Union) Gunanta Ras di Desa Namo Rambe pada tahun 1988 yang di bentuk dari Lembaga Gereja (Partisipasi Pembangunan GBKP). Anggota Partisipasi Pembangunan (Parpem) yang pertama membawa dan memperkenalkan program Koperasi Credit Union ini adalah Ibu Sarintan Br Barus. Sebelum berdirinya koperasi ini, beliau sudah aktif memperkenalkan apa itu sistem Koperasi Credit Union dan apa-apa yang menjadi kelebihan kalau kita membentuk dan masuk menjadi anggota.

1.2. Rumusan Masalah.

Menonjolnya peranan Koperasi Credit Union Gunanta Ras dalam meningkatkan pengadaan modal ekonomi di wilayah pedesaan, khususnya dalam memperbaharui kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Namo Rambe menyebabkan peneliti berkeinginan untuk membahas salah satu lembaga kredit nonformal pedesaan ini secara lebih mendalam.


(24)

Berpedoman dari permasalahan tersebut maka pokok permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang dan proses berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988?

2. Bagaimana mekanisme kerja dan perkembangan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sejak tahun 1988-1998?

3. Dampak berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras bagi kehidupan ekonomi anggotanya?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulis untuk mengadakan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan latar belakang dan proses berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988.

2. Untuk menjelaskan mekanisme kerja dan perkembangan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sejak tahun 1988-1998.

3. Untuk menjelaskan dampak berdirinya Credit Union Gunanta Ras bagi kehidupan ekonomi anggotanya.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya ialah:

1. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai sarana meningkatkan kreatifitas dan motivasi bagi peneliti untuk menghasilkan karya-karya historiografi yang lebih baik, sekaligus melengkapi persyaratan tugas akhir (skripsi) pada Program Studi Ilmu Sejarah, Departemen Sejarah, Fakultas Sastra USU.


(25)

2. Memberikan tambahan referensi bagi dunia akademis mengenai dinamika permasalahan sosial yang penting untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

3. Memberikan solusi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah pembangunan ekonomi, khususnya dalam hal permodalan di wilayah pedesaan.

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk memudahkan penelitian, digunakan beberapa literatur penunjang yang dapat membatu dan memahami masalah penelitian. Dalam buku yang disunting oleh Thomas Suyatno, dkk berjudul Dasar-Dasar Perkreditan, menjelaskan bahwa kebutuhan manusia yang beraneka ragam akan selalu meningkat, sementara kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan cenderung terbatas, sehingga terjadilah kesenjangan antara kemampuan dan cita-cita. Dalam proses ekonomi, untuk meningkatkan usaha atau daya guna suatu barang, diperlukan bantuan dalam bentuk tambahan modal. Di saat inilah kredit menjadi solusi ekonomi yang paling tepat dan efisien. Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas dasar kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan modal pinjaman kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak.


(26)

Mubyarto dan Edy Suandi Hamid dalam bukunya yang berjudul Kredit

Pedesaan di Indonesia, menyatakan bahwa permodalan merupakan unsur yang

sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan. Berbagai penjelasan mengenai sistem perkreditan di pedesaan beserta masalah-masalah yang kemudian dihadapi oleh penduduk pedesaan menjadi fokus utamanya. Akan tetapi, masalah yang paling disoroti adalah terhadap peran negatif dari para rentenir yang turut memperburuk kemampuan ekonomi penduduk pedesaan. Dengan demikian, penjelasan dalam buku tersebut sangat berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Lembaga penelitian pertanian dan pedesaan bernama Prosiding Patanas, meluncurkan sebuah buku yang berjudul Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju

Struktur Ekonomi Berimbang juga memberikan pemahaman bahwa dinamika

pedesaan merupakan salah satu kunci utama dalam perumusan kebijaksanaan pembangunan pertanian yang tangguh. Pentingnya pemahaman tersebut lebih menonjol lagi karena sektor pertanian masih tetap menjadi sektor penting dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian tetap diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, mendorong menyediakan kesempatan kerja, dan penghasil devisa. Sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlanjut, ekonomi pedesaan mengalami perubahan sturktural secara dinamis. Peningkatan rata-rata tingkat pendidikan dan pendapatan rill serta makin terbukanya daerah pedesaan merupakan faktor positif yang membawa perubahan-perubahan tersebut.


(27)

Anne Booth dan Peter McCawley dalam buku yang berjudul Ekonomi

Orde Baru, menyatakan kebijaksanaan pangan pada masa awal Orde Baru,

seperti diungkapkan dalam Repelita I, memberi tekanan dalam bidang produksi dan konsumsi beras. Pada waktu itu kebijaksanaan beras adalah identik dengan kebijakan pangan. Alat-alat kebijaksanaan yang digunakan tidak banyak berbeda dengan alat-alat kebijaksanaan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada perencanaan yang lebih baik, keahlian yang lebih mantap dan konsistensi yang makin besar dalam pelaksaaan alat-alat kebijaksanaan tersebut. Menjelang akhir tahun 70-an, setelah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia dihadapkan pada pilihan sulit di bidang kebijaksanaan pangan, yang merupakan konsekuensi dari keberhasilan kebijaksanaan beras pembangunan ekonomi.

1.5. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan suatu karya historiografi yang baik, maka metode sejarah merupakan langkah yang paling tepat. Metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan suatu sejarah.8

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau mengumpulkan bahan-bahan sebanyak-banyaknya yang memberi penjelasan tentang masalah penelitian ini. Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan berbagai sumber, baik sumber lisan berupa hasil wawancara maupun sumber


(28)

tertulis yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, notulen, hasil laporan penelitian, dan data-data yang diperoleh dari jaringan internet.

Setelah itu, dilakukan kritik sumber, untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang ditujukan untuk memperoleh fakta yang kredibel dengan cara menganalisis isi atau penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik ekstern, untuk memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti keaslian sumber.

Interpretasi menjadi metode yang dilakukan selanjutnya, yang ditujukan untuk menafsirkan fakta-fakta terpilih dan menghasilkan data yang valid. Terakhir, dilakukan metode penulisan sejarah atau hisoriografi, dengan menyusun data-data secara kronologis dan sistematis, sehingga hasil penelitian berbentuk deskriptif naratif.

1.6. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dibuat dalam bentuk karya historiografi, yaitu terdiri dari 5 (lima) bab utama. Bab I merupakan uraian tentang latar belakang masalah penelitian, yang berfungsi sebagai pengantar dalam memahami masalah penelitian. Uraian ini pula yang pada awalnya merupakan bagian dari rencana penelitian formal. Adapun uraiannya berhubungan dengan uraian yang mendasar tentang masalah permodalan secara umum, yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.


(29)

Bab II menguraikan tentang gambaran umum wilayah penelitian, yaitu tentang gambaran umum Desa Namo Rambe hingga tahun 1998. Sub-sub Babnya menguraikan tentang kondisi geografis, struktur pemerintahan dan keadaan penduduk Desa Namo Rambe.

Bab III akan dipaparkan penjelasan mengenai berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988.

Kemudian bab IV menguraikan tentang dampak berdirinya Koperasi Credit Union Gunata Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988-1998 terhadap kehidupan ekonomi anggota-anggotanya.

Selanjutnya pada bab V berisi tentang kesimpulan hasil penelitian ini, yang disertai dengan saran-saran.


(30)

BAB II.

DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988

2.1. Kondisi Geografis

Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 Ha atau sekitar 6,25 % dari seluruh wilayah Kecamatan Namo Rambe.9

Secara geografis, Desa Namo Rambe terletak pada ketinggian 51-427 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan antara 4º - 7º. Wilayahnya dipengaruhi oleh iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 18º - 36º C. Curah hujan rata-rata sekitar 2.256 mm per tahun.

Posisi Desa ini di Kecamatan Namo Rambe sangatlah strategis karena menjadi ibukota sebagai pusat pemerintahan kecamatan.

10

Tanah-tanah di Desa Namo Rambe terdiri atas lapisan tanah aluvial sehingga sangat cocok untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar penggarapan lahan diusahakan sebagai lahan tanaman pangan dan lahan perkebunan. Adapun hasil-hasil pertanian di Desa Namo Rambe sebagian besar Di desa ini juga terdapat 3 aliran sungai utama yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka, yaitu Sungai Petani, Sungai Bahorok dan Sungai Deli.

9

Kantor Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang Dalam Tahun 1995, Lubuk Pakam, 1996, hal.2

10


(31)

dipasarkan ke Kota Medan, seperti buah-buahan, beras, palawija dan sayur-sayuran.

Adapun batas-batas wilayah administratif Desa Namo Rambe adalah sebagai berikut;

- Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Kuta Tengah - Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Tangkahan

- Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Namo Landur dan Desa Gunung Berita

- Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu11

Letak Desa Namo Rambe dengan Kota Medan sangatlah dekat, hanya berkisar 30 Km saja. Dengan jaraknya yang begitu dekat, maka dapat dipastikan kalau masyarakat Desa Namorambe sudah sangat mudah untuk melakukan interaksi dan beraktivitas secara tidak terbatas ke Kota Medan, seperti melakukan aktifitas perdagangan, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya.


(32)

2.2 Struktur Pemerintahan

Desa Namo Rambe12 merupakan salah satu dari 36 desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berjarak ± 1 Km dari Kuta Tengah sebagai ibukota kecamatan. Desa Namo Rambe secara resmi dibentuk sejak tahun 1981,13

12

Berdasarkan cerita yang dituturkan secara turun-temurun, Namo Rambe berasal dari kata “Namo” dan “Rambe” yang artinya tanaman rambe yang tumbuh di hulu. Pada awalnya Namo Rambe merupakan sebuah “Kuta” (kampung) dibuka oleh Raja Samuara. Secara turun-temurun, kepemimpinannya kemudian dilanjutkan kepada keturunan-keturunannya sebagai penghulu atau kepala kampung.

13

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Profil Kabupaten Deli Serdang, Lubuk Pakam, 2005, hal.2

yang terbagi dalam 4 wilayah dusun.

Kepala pemerintahan di Desa Namo Rambe dipegang oleh seorang kepala desa. Dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, ia dibantu oleh seorang sekretaris desa, beberapa staf/perangkat desa dan para kepala dusun. Sementara itu, untuk menampung aspirasi masyarakat Desa Namo Rambe terdapat pula Lembaga Musyawarah Desa (LMD) yang merupakan sarana pertemuan aparatur desa, para pemuka masyarakat dan kepala dusun. Dalam meningkatkan pembangunan pedesaan, maka kepala desa memerlukan masukan-masukan pembangunan yang berasal dari masyarakat dalam bentuk organisasi pedesaan, seperti LKMD, PKK dan lain-lain, termasuk pula Koperasi Credit Union Gunanta Ras.


(33)

Bagan 1. Struktur Pemerintahan Desa Namo Rambe

Sumber : Kantor Desa Namo Rambe

Berikut ini adalah nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Desa Namo Rambe sejak tahun 1988 – 1998.

1. Satar Tarigan (1986 – 1991) 2. Mesin Pandia (1991 – 1996) 3. Poungik Barus (1996 – 2004)

Kepala Desa Organisasi Pedesaan

Lembaga Musyawarah Desa

Kepala Dusun


(34)

2.3. Keadaan Penduduk

Mayoritas penduduk Desa Namo Rambe merupakan masyarakat Karo. Mereka merupakan suku asli di desa ini dan menggunakan Bahasa Karo sebagai bahasa kesehariannya. Selain orang-orang Karo, banyak juga masyarakat pendatang yang bermukim di desa ini, seperti masyarakat yang berasal dari wilayah Tapanuli, Simalungun, Jawa dan Nias.

Tabel 1. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Suku Bangsa

No. Suku Bangsa Jumlah %

1. Karo 1.378 86,4

2. Jawa 78 4,9

3. Simalungun 49 3,1

4. Batak Toba 38 2,4

5. Lainnya 52 3,2

Jumlah 1.595 100,0

Sumber: Kantor Desa Namo Rambe, tahun 1998

Berdasarkan data penduduk pada tahun 1998, jumlah penduduk Desa Namo Rambe sebanyak 1595 jiwa yang terdiri dari 415 kepala keluarga (kk), dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 658 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 937 jiwa. Jumlah penduduk produktif terhitung rendah, karena hampir sebagian besar penduduknya didominasi oleh anak-anak antara


(35)

usia 0 - 14 tahun. Ini menunjukan bahwa Desa Namo Rambe memiliki angka kelahiran penduduk yang tinggi. Walaupun demikian, laju pertumbuhan penduduk Desa Namo Rambe tergolong sangat rendah. Ini disebabkan karena sebagian besar penduduk usia produktif meninggalkan desanya untuk bekerja, sekolah ataupun menetap secara permanen di desa atau wilayah lain karena pernikahan.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pertumbuhan Penduduk Desa Namo Rambe, 1988 – 1998

No. Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%)

1. 1988 1.461 1,03

2. 1989 1.475 0,95

3. 1990 1.487 0,81

4. 1991 1.499 0,80

5. 1992 1.523 1,58

6. 1993 1.542 1,23

7. 1994 1.563 1,34

8. 1995 1.579 1,01

9. 1996 1.588 0,57

10. 1997 1.593 0,31

11. 1998 1.595 0,12

Sumber: Diolah dari Data Kantor Desa Namo Rambe, pada tahun 1988 - 1998


(36)

Tabel 3. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut kelompok Umur

No. Kelompok Umur Jumlah %

1. 0 - 4 tahun 289 jiwa 18,1

2. 5 - 9 tahun 406 jiwa 25,5

3. 10 - 14 tahun 192 jiwa 12,0

4. 15 - 24 tahun 351 jiwa 22,0

5. 25 - 49 tahun 187 jiwa 11,7

6. Di atas 50 tahun 170 jiwa 10,7

Jumlah 1.595 jiwa 100,0

Sumber : Kantor Desa Namorambe

Dengan kondisi wilayah yang sangat mendukung untuk usaha pertanian, maka sebagian besar penduduk Desa Namo Rambe bermatapencaharian sebagai petani/peladang. Mereka pada umumnya menanam jenis tanaman pangan, seperti padi, jagung dan kacang-kacangan, serta sayur-sayuran seperti cabai, jagung, kacang panjang, timun, buncis, dan tomat. Selain itu, penduduk juga menanam tanaman keras seperti kelapa, cokelat, rambutan, durian, langsat dan lain sebagainya. Selain bercocok tanam penduduk Desa Namo Rambe juga banyak memelihara hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, unggas, babi, dan ikan-ikan air tawar. Namun demikian, penduduk Desa Namo Rambe juga mempunyai mata pencaharian lain selain sebagai petani, seperti pegawai negeri, wiraswasta, pedagang, dan buruh tani.


(37)

Tabel 4. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah %

1. Pegawai Negeri Sipil 25 orang 6,0

2. Pegawai Swasta 35 orang 8,4

3. Wiraswasta 38 orang 9,1

4. Pedagang 15 orang 3,3

5. Petani 303 orang 73,2

Jumlah 413 orang 100,0

Sumber : Kantor Desa Namo Rambe

Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir sebagian penduduk Desa Namo Rambe mempunyai mata pencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani memiliki lahan pertanian sendiri. Dari 303 penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani, sebanyak 71 orang diantaranya adalah petani penyewa lahan dari penduduk setempat. Selain dari itu, terdapat juga di antara mereka yang bekerja sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 15 penduduk.14 Dalam tradisi masyarakat Karo para buruh tani ini juga disebut sebagai aron,15

14

Laporan Tahunan Desa Namo Rambe, tahun 1998, hal.3

dimana aron-aron ini dibagi dalam dua kelompok yaitu aron yang bekerja secara tetap (aron tetap) dan aron harian atau aron lepas.


(38)

Dilihat dari sistem kepercayaannya, sebagian besar penduduk Desa Namo Rambe menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Sebelum mengenal agama, masyarakat Desa Namo Rambe mengenal sistem kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang, dan benda-benda yang mereka anggap keramat. Kepercayaan ini memang merupakan kepercayaan awal masyarakat Karo sejak jaman dahulu. Aliran kepercayaan ini disebut dengan istilah Pemena atau Parbegu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Agama

No. Agama Jumlah %

1. Kristen Protestan 987 orang 61,5

2. Kriten Katolik 389 orang 24,1

3. Islam 201 orang 12,3

4. Lainnya 18 orang 0,1

Jumlah 1.595 orang 100,0

Sumber: Kantor Desa Namo Rambe

Untuk ukuran pedesaan, dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Namo Rambe memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Lebih dari 50 % jumlah penduduknya mampu menamatkan pendidikannya hingga tingkat menengah atas. Ini cukup menunjukan bahwa masyarakat Desa Namo Rambe sangat mengerti


(39)

akan pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan sumber daya manusia masyarakatnya.

Tabel 6. Penduduk Desa Namo Rambe tahun 1998, menurut Tingkat Pendidikan.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Tidak Tamat SD 30 orang 1,9

2. Tamat SD 52 orang 3,3

3. Tamat SLTP 688 orang 43,1

4. Tamat SMU 772 orang 48,4

5. Tamat Universitas 53 orang 3,3

Jumlah 1.595 orang 100,0 Sumber: Kantor Desa Namo Rambe 1998


(40)

BAB III.

BERDIRINYA KOPERASI CREDIT UNION DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 - 1998

3.1 Sejarah Dan Perkembangan Koperasi Credit Union Di Indonesia

“Kredit” (credit) berasal dari bahasa latin Credere atau Credo yang artinya percaya, sedangkan kata “Union” berarti perkumpulan. Jadi, Credit Union berarti perkumpulan orang-orang yang saling percaya. Koperasi Credit Union muncul pertama kalinya di Eropa tepatnya di Jerman. Gagasan ini dipelopori pertama kali oleh Walikota Flammersfield yang bernama Frederich Wilhelm Raiffeisen. Hal ini dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan di Eropa dan pengurangan fungsi sumber daya manusia akibat revolusi industri, sehingga tingkat pengangguran yang tinggi memaksa penduduk miskin untuk berhutang dan menjadi korban lintah darat.

Langkah-langkah awal yang ditempuh oleh Frederich Wilhelm Raiffeisen untuk menanggulangi masalah ini, antara lain ialah menghimpun dana (uang) dari para dermawan dan mengumpulkan bahan makanan untuk selanjutnya dibagikan kepada penduduk miskin. Namun upaya ini tidak berhasil karena penduduk miskin menjadi terlalu bergantung dan bencana kelaparan tetap saja terjadi. Ketidakberhasilan itu mengantarkan sang walikota pada suatu kesimpulan, bahwa kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi dengan cara mengumpulkan uang dari mereka dan dipinjamkan kembali kepada mereka.


(41)

Sumbangan tidak menolong diri sendiri tetapi sebaliknya merendahkan martabat manusia yang menerimanya..

Prinsip ini pula yang kemudian dikenal dengan tiga prinsip utama Koperasi Credit Union, yaitu :

1. Tabungan (modal) diperoleh hanya dari anggota. 2. Pinjaman diberikan hanya kepada anggota. 3. Jaminan terbaik bagi peminjam adalah “watak.“16

Pada tahun 1898 Alphonso Desyading, seorang jurnalis Kanada merasa tertarik dan menaruh perhatiannya terhadap Koperasi Credit Union. Ia juga mengadakan korespondensi dengan Hennry A. Walff, seorang yang ahli di bidang koperasi di Eropa. Pada tanggal 1 Desember 1900 ia berhasil mendirikan Koperasi Credit Union pertama, dengan anggota lebih dari 80 orang. Koperasi Credit Union itu diberi nama Caisse Populaire de Levis. Koperasi Credit Union ini berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kanada dan menjadi badan koperasi yang paling berkembang di seluruh dunia.

Kerberhasilan dan pengaruh yang sangat positif dari pembentukan Koperasi Credit Union di Kanada memicu kemunculan organisasi yang sama di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Koperasi Credit Union didirikan oleh seorang saudagar kaya yang bernama Edward A. Fillene pada tahun 1907. Sementara itu, di Filipina Koperasi Credit Union didirikan oleh 2 orang Misionaris Protestan dari Amerika Serikat yaitu Rew Allan dan R. Huller sejak tahun 1937. Koperasi Credit Union ini berkembang pesat di Filipina dan


(42)

kebanyakan dikelola lewat pelayanan gereja, dan tidak terbatas hanya di kota-kota tetapi juga hingga di pedesaan.17

17

Ibid.

Di Indonesia pembentukan koperasi telah dimulai sebelum adanya peraturan-peraturan tentang perkoperasian. Pada tahun 1895 di Purwokerto misalnya, Raden Wiriatmadja mendirikan semacam koperasi simpan-pinjam (koperasi kredit) yang sama seperti dibentuk oleh Raiffesien dan dinamakan ”bank pertolongan dan simpanan.” Pada awalnya pembentukan koperasi kredit ini adalah untuk menolong kaum pegawai (priyayi) agar mereka terlepas dari ikatan hutang oleh para pelepas uang atau “rentenir.” Dengan bantuan E. Seibrugh dan de Wolf van Westerode, maka pada tahun 1898 usaha Patih Wiriatmadja dikembangkan menjadi “Bank Penolong Tabungan dan Kredit Pertanian” untuk selanjutnya memperluas jangkauan keanggotaannya di kalangan kaum petani.

Selain itu, terdapat pula rintisan usaha yang sama diberbagai daerah pada saat itu. Di Mojowarno muncul semacam bank simpan-pinjam yang dikhususkan bagi kaum bumiputera pada tahun 1895. Berikutnya mulai bermunculan pula usaha-usaha serupa di Garut, Probolinggo dan Lamongan. Namun demikian, bentuk usaha yang dijalankan itu masih belum menetapkan cara kerja koperasi yang sesungguhnya.


(43)

Di awal kebangkitan nasional pada tahun 1908, para perintis kemerdekaan mulai mengembangkan koperasi yang memiliki nilai-nilai demokrasi. Pada saat itu Boedi Oetomo mulai mengembangkan pendirian koperasi kredit. Koperasi juga dimaksudkan sebagai upaya penyebarluasan semangat kebangsaan dan alat perjuangan rakyat di masa pergerakan nasional. Walaupun demikian, pada akhirnya hal ini dipandang sebagai ancaman yang dapat membahayakan kedudukan pemerintah kolonial.

Dalam mengantisipasi berdirinya badan koperasi yang dapat membahayakan kedudukan pemerintah kolonial, maka dikeluarkanlah peraturan koperasi yang pertama di Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1915. Keputusan tersebut selajutnya sangat membatasi pertumbuhan dan perkembangan koperasi di kalangan masyarakat bumiputera, bahkan banyak koperasi yang ditutup karena tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai peraturan juga dikeluarkan pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 1933, akan tetapi tetap saja tidak membawa perubahan yang berarti.

Pada masa pemerintahan Jepang, cara kerja dan ruang gerak koperasi semakin jauh bertentangan dengan prinsip-prinsip koperasi yang sebenarnya. Koperasi-koperasi yang ada kemudian dirubah bentuknya menjadi “kumiai,“ yang berfungsi sebagai alat ekonomi perang atau sebagai sarana pengumpulan dan pendistribusian bahan makanan untuk keperluan perang. Akibatnya kepercayaan rakyat terhadap koperasi sebagai lembaga yang dapat memperbaiki


(44)

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mendirikan semacam “jawatan koperasi” pada tahun 1946. Sejak saat itu mulai timbul gagasan-gagasan untuk membentuk koperasi desa yang melaksanakan berbagai kegiatan produksi serta pemasaran hasil-hasil pertanian. Akhirnya pada tanggal 11-14 Juli 1947 diselenggarkanlah “Kongres Gerakan Koperasi Indonesia” yang pertama di Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut dianjurkan agar diadakan pendidikan di kalangan pengurus, pegawai, dan anggota-anggotanya. Namun belum sempat hasil keputusan itu dilaksanakan, berkobar pula Agresi Militer Belanda dan pemberontakan PKI di Madiun, yang menyebabkan terjadinya krisis dan banyak koperasi yang mengalami kerugian dan gulung tikar.

Memasuki Tahun 1950 hingga pertengahan 1960, diawali dengan pembubaran Negara Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada tanggal 17 agustus 1950 keadaan koperasi jauh lebih baik jika dibandingkan pada masa sebelumnya. Lahirnya Orde Baru kemudian menandai penataan dan penertiban kembali struktur perekonomian di Indonesia secara umum, termasuk mengaktifkan peran dan fungsi koperasi secara lebih maksimal. Pada masa ini pula, Koperasi Credit Union di Indonesia mengawali perjalanannya.

Pengaruh gereja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengawali perkembangan Koperasi Credit Union di Indonesia. Pada tahun 1967, World

Council of Credit Union (WOCCU) atau Dewan Koperasi Kredit Dunia

diundang ke Indonesia yang diwakili oleh Mr. A.A. Baily untuk memperkenalkan gagasan Koperasi Credit Union. Pada tahun 1970, dibentuklah


(45)

Credit Union Concelling Office (CUCO) di Jakarta yang dipelopori oleh

seorang misionaris bernama Pastor Karl Albrecth Karim Arbie S.J.. Namun demikian, ia kemudian meninggal dunia pada tanggal 11 September 1999 akibat terbunuh dalam peristiwa Dili (Timor-Timur).

Peran pemerintah juga menjadi sarana yang penting bagi perkembangan Koperasi Credit Union di Indonesia. Pada tahun 1975, BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia) menyelenggarakan kursus dasar Koperasi Credit Union pertama di Nyarumkop dan Sangau (Kalimantan). Dan pada tahun 1976, diadakan pula Konferensi Nasional Credit Union di Ambarawa (Jawa Tengah), yang dihadiri oleh Ir. Ibnu Soejono selaku Dirjen Koperasi saat itu. Tahun 1981 kembali diadakan Konferensi Nasional Kopdit yang melahirkan Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan Robby Tulus sebagai ketuanya. Adapun fungsi dari BK3I diantaranya, yaitu:

1. Memberikan konsultasi

2. Menyediakan bahan dan program pelatihan 3. Menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan

4. Menyebarkan informasi tentang gerakan Koperasi Credit Union 5. Merintis pembentukan Badan Koordinasi Kopdit Daerah.18


(46)

3.2. Latar Belakang Berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe Pada Tahun 1988

Menghindarkan diri dari jeratan “rentenir” atau “ijon” adalah tujuan utama berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras di Desa Namo Rambe. Ini diawali sejak tahun 1988, ketika banyak penduduk Desa Namo Rambe yang terlilit hutang pada rentenir. Mereka yang pada umumnya berprofesi sebagai petani sering mengalami kekurangan modal dan terpaksa meminjam uang kepada para ”ijon” atau “rentenir” untuk menutupi kebutuhan akan modal tersebut. Peminjaman uang kepada ”rentenir” dilakukan karena karena prosesnya yang cepat dan tidak melalui prosedur administrasi yang terlalu rumit, dimana para petani peminjam uang hanya melakukan perjanjian penjualan hasil panen mereka kepada “rentenir” dengan harga yang murah atau pengembalian pinjaman uang disertai bunga yang tinggi.

Masalah yang kemudian muncul ialah apabila sang peminjam uang tidak mampu mengembalikan pinjamannya pada waktu yang telah ditentukan, bahkan dengan hasil panen yang mereka dapatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut terkadang banyak diantara mereka yang menjual tanah persawahannya untuk melunasi hutang. Hal yang tentunya sangatlah membahayakan bagi kehidupan para petani karena pada umumnya mereka hidup dengan mengandalkan ketersediaan sumber daya alam.


(47)

Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, maka kemudian dibentuklah suatu badan koperasi kredit yang bernama Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988. Badan kopersi ini awalnya dibentuk dari sebuah Lembaga Gereja, yaitu Partisipasi Pembangunan (Parpem) GBKP Pusat di Sibolangit, yang pada saat itu pun badan koperasi ini masih berkantor di lingkungan GBKP Desa Namo Rambe karena masih mengawali kinerjanya dan belum memiliki kantor sendiri. Koperasi Credit Union ini pada awalnya dikelola oleh seorang anggota Partisipasi Pembangunan GBKP Sibolangit bernama Ibu Sarintan Br Barus.

Sebelum berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras, Ibu Sarintan Br Barus sebenarnya sudah aktif dalam memotivasi penduduk Desa Namo Rambe untuk masuk menjadi anggotanya. Namun untuk mengajak masyarakat desa menjadi anggotanya bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini dikarenakan masih kentalnya budaya Karo yang dikenal sangat selektif dalam mengadaptasi pengaruh asing. Masyarakat Desa Namo Rambe yang sebagian besar adalah orang-orang Karo mengartikan kata “koperasi” dengan makna “disunat,” sehingga hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat desa masih takut untuk masuk menjadi anggotanya.

Dengan pendekatan yang dilakukan secara bertahap dengan penuh kesabaran, Ibu Sarintan br Barus mulai menjelaskan dengan berhati-hati bahwa sistem ini juga merupakan perwujudan ajaran Gereja yang sangat penting. Sistem kredit yang diterapkan akan berfungsi maksimal sebagai pedoman dalam


(48)

Setelah melalui proses yang bertahap, pembetukan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tanggal 28 Oktober 1988 akhirnya mendapatkan sebanyak 9 orang anggota awal.19

Perspektif masyarakat yang seperti ini kemudian semakin menekan dan membuat perempuan kehilangan fungsi sosialnya untuk dapat dianggap mampu menjalankan suatu organisasi. Padahal, pada dasarnya semua manusia itu sama, sederajat dan mempunyai kemampuan masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan para perempuan susah diajak untuk masuk menjadi anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Akan tetapi dengan

Pada saat itu semua anggotanya adalah para perempuan atau ibu-ibu rumah tangga. Mengapa semua anggotanya perempuan? Karena perempuan dinilai lebih tekun dalam mengatur anggaran rumah tangga, terutama apabila berhadapan langsung dengan kebutuhan rumah tangga. Sebagai contoh, seorang anak akan meminta uang terlebih dahulu pada seorang ibu daripada kepada ayahnya.

Ide untuk menjadikan Koperasi Credit Union sebagai sarana pemecahan masalah keuangan anggota juga menimbulkan masalah lain. Ini disebabkan karena pengelola dan para anggotanya yang seluruhnya adalah ibu-ibu rumah tangga harus berhadapan dengan tanggungjawab dan ketentuan-ketentuan khususnya sebagai seorang istri. Ini dikarenakan dalam adat-istiadat Karo, seorang perempuan telah “ditukur” (dibeli secara adat) oleh suaminya sehingga melahirkan suatu struktur soaial dan ketentuan adat yang kuat di dalam sebuah keluarga.

19


(49)

sangat kuatnya dukungan terhadap Parpem dan fasilitas maksimal yang diberikan oleh pihak GBKP, maka semua kecurigaan dan pandangan negatif masyarakat terhadap badan koperasi ini akhirnya secara perlahan mulai menghilang dan masyarakat desa mulai menerima beroperasinya koperasi ini.

3.3. Mekanisme Kerja Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe

A. Struktur Organisasi

Kepengurusan di dalam Koperasi Credit Union lebih lengkap dan teratur jika dibandingkan dengan sistem kepengurusan pada organisasi kredit lainnya. Dalam badan koperasi terdapat empat bagian struktur yang masing-masing mempunyai fungsi, hak, dan kewajiban sendiri-sendiri. Akan tetapi bagian-bagian struktur yang satu dengan yang lainnya yang saling mendukung serta mempunyai hubungan timbal-balik yang khas, sehingga di antara mereka akan selalu saling membutuhkan satu dengan yang lain.

Berikut adalah bagian-bagian dari struktur kepengurusan inti dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe.


(50)

1. Ketua

Ketua koperasi merupakan pimpinan dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Dalam menjalankan tugasnya seorang ketua koperasi dibantu oleh 2 orang wakil ketua. Tugas-tugas ketua koperasi antara lain ialah :

- Wajib mengetahui segala hal dan kegiatan yang ada dalam Koperasi Credit Union tersebut.

- Mengawasi tugas-tugas dan kewajiban setiap anggota kepengurusan.

2. Wakil Ketua

Wakil ketua koperasi memilki tanggungjawab langsung pada ketua koperasi dalam memperlancar dan mengawasi segala hal yang berhubungan dengan kegiatan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Adapun tugas-tugasnya ialah :

- Mengontrol dan mengawasi seluruh catatan iuran dan pinjaman setiap anggota.

- Mengetahui dan mencatat keberadaan, penambahan dan keluarnya setiap anggota.


(51)

3. Bendahara

Bendahara memiliki fungsi yang sangat penting di dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Sebagai pemegang keuangan yang utama, seorang bendahara koperasi bertugas untuk :

- Melakukan transaksi keuangan yang dibutuhkan oleh koperasi maupun anggotanya kepada Bank.

- Mencatat mengetahui segala transaksi keuangan koperasi secara keseluruhan.

4. Sekretaris

Sekretaris merupakan orang yang harus menguasai masalah administrasi dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Tugas-tugasnya antara lain :

- Mengerjakan semua keperluan administrasi keuangan setiap anggota. - Melakukan rekapitulasi terhadap data-data pembukuan koperasi dan

transasksi keuangan.

- Melakukan koordinasi dengan bendahara koperasi apabila akan dilakukannya proses transaksi keuangan dengan anggota.


(52)

5. Panitia Pendidikan

Panitia pendidikan adalah orang-orang yang memliki wawasan yang luas tentang masalah perkoperasian dan masalah-masalah sosial-ekonomi, terutama untuk menjawab dan memberikan solusi-solusi penting dalam mengatasi keluhan-keluhan ekonomi anggota maupun calon anggotanya. Tugas utamanya ialah memberikan pengarahan kepada setiap anggota baru tentang hak dan kewajiban mereka.

6. Badan Pemeriksa

Dalam memberikan pinjaman kredit dan kegiatan transaksi keuangan lainnya, maka diperlukan suatu perhitungan terhadap kelayakan keuangan koperasi untuk pinjaman dan kemampuan ekonomi anggotanya. Untuk itu, diperlukanlah suatu badan pemeriksa keuangan koperasi, yang bertugas untuk :

- Memeriksa kelayakan saham Koperasi Credit Union apabila terdapat anggota yang hendak melakukan transaksi peminjaman.

- Memperhitungkan dan menentukan pemberian dan pembatalan pinjaman kepada anggota.

7. Panitia Kredit

Panitia kredit merupakan bagian dari staf administrasi Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, dengan tugas utamanya ialah melayani permohonan pinjaman dan angsuran setiap anggota koperasi.


(53)

Adapun para pejabat koperasi yang menjadi bagian dari struktur kepengurusan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini.

Bagan 2. Struktur Kepengurusan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe

Sumber ; Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras

Dewan

Penasehat

Dewan

Pimpinan

Panitia

Pendidikan

Badan

Pengawas

Panitia

Kredit


(54)

Dengan perincian,

I. Dewan Penasehat, terdiri dari : - Kepala GBKP Namo Rambe - Kepala Desa Namo Rambe II. Dewan Pimpinan, terdiri dari :

- Ketua - Wakil ketua - Sekretaris - Bendahara - Anggota III. Panitia Kredit

- Ketua - Sekretaris IV. Panitia Pendidikan

- Ketua - Sekretaris V. Badan Pengawas

- Ketua - Sekretaris - Anggota20

20


(55)

B. Sistem Keanggotaan

Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe bersifat terbuka untuk masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di Desa Namo Rambe. Setiap calon anggota harus mengikuti bimbingan dan pendidikan tentang sistem Koperasi Credit Union yang diberikan oleh panitia pendidikan. Kegiatan tersebut hanya berlangsung dalam kurun waktu satu bulan dan akan langsung mendapatkan kartu anggota. Calon anggota baru akan diajarkan tentang hak-hal dasar tentang Koperasi Credit Union, seperti maksud dan tujuan koperasi, hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban anggota, prosedur penabungan dan peminjaman uang, serta hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menambah pengetahuan dan solusi keuangan yang berguna bagi setiap anggotanya. Selain itu, para anggotanya juga dibina dan diajarkan mengenai sistem manajemen keuangan yang efektif dan terbiasa untuk menabung.

Peranan seorang anggota sangatlah berpengaruh penting dalam mendukung berkembangnya Koperasi Credit Union. Namun dalam peraturan Koperasi Credit Union Gunanta Ras seseorang yang telah menjadi anggota harus rajin mengikuti pendidikan. Apabila calon anggota dan anggota tidak memperdulikan pentingnya kegiatan pendidikan koperasi dan kebiasaan untuk menabung, maka pengurus koperasi akan langsung mendatangi mereka ke rumahnya masing-masing untuk selanjutnya diberikan pengarahan dan masukan-masukan, serta ditanyakan kembali mengenai kesediaan mereka sebagai anggota yang aktif. Selain itu juga, selama calon anggota masih mengikuti kegiatan


(56)

pendidikan koperasi maka mereka tidak diperkenankan untuk melakukan peminjaman uang.

Adapun beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi oleh calon anggota baru Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, antara lain :

1. Membayar uang pangkal.

2. Membayar uang simpanan pokok. 3. Membayar uang simpanan wajib.

4. Membayar uang simpanan sukarela minimal. 5. Membayar uang peralatan pesta.

6. Maksimal berusia 50 tahun.

7. Bertempat tinggal di Desa Namo Rambe.

8. Disetujui oleh suami atau kepala keluarga sebagai penanggungjawab.21

Walaupun prosedur untuk menjadi anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe cukup ketat, namun hal ini tidaklah menjadi penghalang untuk meningkatkan jumlah anggotanya. Pertambahan jumlah anggota koperasi ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sangat efektif dalam memberikan solusi ekonomi yang bermanfaat bagi setiap anggotanya. Tabel

21

Laporan Pertanggunajawaban Pengurus dan Pengawas CU Gunanta Ras Namo Rambe tahun 1997, hal.5


(57)

dibawah ini memperlihatkan perkembangan anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe selama periode tahun 1988 - 1998.

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Anggota Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988-1998

No. Tahun Jumlah

1. 1988 9 orang

2. 1989 22 orang

3. 1990 35 orang

4. 1991 40 orang

5. 1992 46 orang

6. 1993 52 orang

7. 1994 67 orang

8. 1995 72 orang

9. 1996 87 orang

10. 1997 96 orang

11. 1998 120 orang

Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anggota setiap tahunnya terus meningkat, dan pada tahun 1998 menunjukan jumlah anggota Kooperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe mengalami peningkatan yang cukup drastis sekitar 25% jika dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, bahkan dengan periode setelahnya.


(58)

Dalam sistem keanggotaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe, anggota koperasi terdiri atas 2 jenis :

1. Anggota biasa, yaitu anggota yang sudah berkeluarga termasuk di dalamnya anggota yang sudah dewasa tetapi belum berkeluarga atau anggota yang sudah mandiri atau tidak tergantung lagi kepada orang tua karena sudah mempunyai pekerjaan atau usaha sendiri.

2. Anggota luar biasa, yaitu anggota yang masih sekolah atau yang masih bergantung pada orang tua namun belum mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum, dimana setiap anggota luar biasa ini hanya bisa menabung dan menarik sahamnya tetapi tidak diperkenankan untuk meminjam.

Tabel berikut ini dapat dilihat pertambahan jumlah anggota biasa dan anggota luar biasa Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Dapat dilihat juga, bahwa anggota luar biasa baru terdaftar sejak tahun 1998.


(59)

Tabel 8. Jumlah Anggota Koperasi Credit Union Desa Namo Rambe pada tahun 1988 – 1998, menurut Sistem Keanggotaannya

No. Tahun Anggota biasa Anggota luar biasa

1. 1988 9 orang -

2. 1989 22 orang -

3. 1990 35 orang -

4. 1991 40 orang -

5. 1992 46 orang -

6. 1993 52 orang -

7. 1994 67 orang -

8. 1995 72 orang -

9. 1996 87 orang -

10. 1997 96 orang -

11. 1998 115 orang 5 orang

Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998

Walaupun Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe berada dibawah naungan Gereja GBKP yang mengkhususkan anggotanya berasal dari masyarat Karo Desa Namo Rambe yang beragama Kristen Protestan, namun tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat lain yang berbeda suku maupun agama untuk dapat masuk menjadi anggota koperasi ini. Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah anggota yang berasal dari suku-suku lain di luar suku Karo.


(60)

Tabel 9. Anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras pada tahun 1988 – 1998, di Luar Suku Karo

No. Tahun Batak Toba Simalungun

1. 1988 - -

2. 1989 - -

3. 1990 - -

4. 1991 - -

5. 1992 - -

6. 1993 - -

7. 1994 - -

8. 1995 1 orang -

9. 1996 1 orang -

10. 1997 1 orang 1 orang

11. 1998 - 1 orang

Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1995 - 1997, terdapat 3 orang anggota yang berasal dari suku Batak Toba dan pada tahun 1997 - 1998 terdapat pula 2 orang anggota dari suku Simalungun. Keadaan ini cukup membuktikan bahwa Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe sudah membuka diri kepada suku-suku bangsa lain selain suku Karo.


(61)

C. Prosedur Perkreditan

1. Sistem Penabungan

Simpanan dalam Koperasi Credit Credit Union terbagi atas beberapa

jenis, yaitu:

- Simpanan pokok, yaitu simpanan yang menjadi modal awal anggota ketika baru masuk menjadi anggota baru dan dilakukan hanya sekali saja.

- Simpanan wajib, yaitu simpanan yang wajib disetorkan oleh setiap anggota yang besarnya telah ditentukan melalui kesepakatan bersama.

- Simpanan sukarela yaitu simpanan yang bersifat sukarela dimana anggota tidak diberi patokan untuk menyetorkan kepada pihak koperasi.22

Simpanan dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe diatur dalam bentuk saham dan setiap anggota harus menabungkan sahamnya setiap bulannya. Setiap anggota yang akan menabung juga diwajibkan membawa buku anggota dan mengantarkannya langsung tanpa melalui perantara kepada komisaris. Apabila seorang anggota secara berturut-turut dalam kurun waktu 3 bulan tidak melakukan penabungan atau memberikan simpanan wajib, maka anggota tersebut akan dikunjungi oleh pengurus koperasi untuk diberikan pengarahan agar ia mau kembali aktif dalam melakukan penabungan. Apabila seorang anggota ingin berhenti dan menarik


(62)

semua sahamnya, maka ia harus melunasi seluruh tunggakannya terlebih dahulu dan meninggalkan simpanan pokoknya.

Simpanan dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe tidak memberikan bunga setiap bulannya, melainkan akan menghasilkan keuntungan di akhir tahun dalam bentuk “deviden” atau yang disebut sebagai “Sisa Hasil Usaha” (SHU). Jumlah SHU ini setiap tahunnya juga akan mengalami peningkatan. Berikut adalah tabel mengenai jumlah SHU Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe selama tahun 1988 - 1998.

Tabel 10. Sisa Hasil Usaha Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988 – 1998

No. Tahun Sisa Hasil Usaha (SHU)

1. 1988 – 1989 Rp 913.875,-

2. 1989 – 1990 Rp 3.127.350,-

3. 1990 – 1991 Rp 10.518.464,-

4. 1991 – 1992 Rp 8.860.000,-

5. 1992 – 1993 Rp 13.450.000,-

6. 1993 – 1994 Rp 20.130.000,-

7. 1994 – 1995 Rp 25.750.000,-

8. 1995 – 1996 Rp 32.029.492,-

9. 1996 – 1997 Rp 53.987.775,-

10. 1997 – 1998 Rp 84.239.300,-

Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998


(63)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah SHU Credit Union Gunanta Ras dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 1991-1992 Hal ini di sebabkan kebanyakan anggota yang meminjam kepada Credit Union Gunanta Ras melunasi pinjamannya sebelum batas pengembalian pinjaman yang telah ditentukan. Semua SHU ini akan dikembalikan kepada setiap anggota menurut banyaknya serta lamanya saham yang tersimpan dalam Credit Union Gunanta Ras.

Tabel 11. Jumlah Kekayaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988-1998

No. Tahun Jumlah Kekayaan (Rp)

1. 1988 51.750

2. 1989 728.505

3. 1990 2.513.350

4. 1991 5.258.850

5. 1992 4.989.100

6. 1993 7.324.725

7. 1994 13.417.975

8. 1995 18.987.485

9. 1996 26.152.250

10. 1997 41.043.775

11. 1998 56.304.739

Sumber : Diolah dari Data Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras, tahun 1988 - 1998


(64)

Bertambahnya jumlah SHU tidak terlepas dari jumlah kekayaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe yang terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah anggota. Berikut adalah tabel kekayaan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe selama tahun 1988 - 1998.

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa peningkatan jumlah kekayaan Credit Union Gunanta Ras dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Terutama sejak awal terbentuknya Koperasi Credit Union Gunanta Ras pada tahun 1988 hingga tahun 1998. Hal ini disebabkan mulai munculnya rasa kepercayaaan para anggota terhadap koperasi ini, sehingga para anggotanya tidak ragu-ragu lagi untuk menyimpan uangnya.

3. Sistem Peminjaman

Prosedur peminjaman uang dalam Koperasi Credit Union Gunanta Ras dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi formulir pinjaman yang disertai dengan jaminan. Adapun jaminan yang paling utama adalah kepribadian dan watak si peminjam, serta partisipasi aktif dalam setiap pertemuan. Selain itu, masih ada syarat-syarat yang lain, diantaranya :

1. Sudah menjadi anggota koperasi minimal selama 1 tahun. Bagi anggota koperasi yang belum menjadi anggota selama 1 tahun tidak diperbolehkan untuk melakukan peminjaman uang.


(65)

2. Besar pinjaman ditentukan oleh usia keanggotaannya. Untuk anggota koperasi yang baru, besar pinjaman adalah 2 kali saham yang ia miliki. Apabila ia memiliki saham sebesar Rp 100.000,- maka ia dapat meminjam uang sebesar Rp 200.000,-. Sementara itu, untuk anggota lama dengan usia keanggotaannya lebih dari 5 tahun, besar pinjamannya bisa mencapai 4 kali besar saham yang mereka miliki.

3. Jangka waktu peminjaman di sesuaikan dengan besar pinjaman. Dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 12. Penyesuaian Besar dengan Jangka Waktu Pinjaman pada Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe hingga tahun 1998

No. Besar Pinjaman (Rp) Jangka Waktu Peminjaman

1. 50.000 - 500.000 8 bulan

2. 510.000 - 1.000.000 10 bulan

3. 1.100.000 - 2.000.000 15 bulan

4. 2.100.000 - 5.000.000 22 bulan

5. 5.100.000 - 10.000.000 28 bulan

6. 10.100.000 - 15.000.000 36 bulan

Sumber : Kantor Koperasi Credit Union Gunanta Ras

Dengan angsuran yang tergolong lama maka para anggota yang umumnya bermatapencaharian sebagai petani tidak mengalami kesulitan untuk mengembalikan uang yang mereka pinjam. Akan tetapi, pinjaman dapat dibayarkan sekaligus apabila si pemijam telah mempunyai cukup uang.


(66)

4. Tingkat bunga pinjaman sebesar 2,5 % yang dihitung menurun dari sisa pinjaman. Apabila anggota koperasi meminjam uang sebesar Rp 400.000,-, maka bunga pinjaman yang kita miliki sebesar Rp 10.000, kemudian cicilan hutang dapat terbayarkan sebesar Rp 100.000,-, dan hutang yang kita miliki tersisa Rp 300.000,-, maka bunga pinjaman yang kita miliki akan menurun hanya sebesar Rp.7.500,-, dan seterusnya.

5. Denda akan diberlakukan atas ketelambatan angsuran pinjaman sebesar 25% dari besar bunga pinjaman yang tertunggak.

6. Peminjaman di atas Rp 1.000.000 harus dengan sepengetahuan suami dan ditanda tangani oleh suami.

7. Orang yang berhak atas fasilitas ini adalah orang yang telah menjadi anggota penuh selama 1 bulan dan bagi anggota-anggota biasa, sedangkan anggota-anggota luar biasa tidak dibenarkan meminjam uang, tetapi mereka hanya diperbolehkan menarik sahamnya, dengan syarat meninggalkan simpanan pokoknya. Anggota luar biasa tidak dibenarkan meminjam karena mereka masih bergantung pada orang tuanya.23

23


(67)

Pengambilan kredit oleh anggota harus disertai dengan alasan dan tujuan yang jelas untuk apa kredit diambil. Dalam hal ini, Koperasi Credit Union Gunanta Ras juga menetapkan bahwa anggota akan diijinkan meminjam uang untuk alasan peningkatan usaha produktif, Dengan demikian, pinjaman akan dijadikan sebagai modal usaha demi meningkatkan hasil-hasil produksi untuk kesejahteraan anggotanya. Selain itu, anggota koperasi juga dapat meminjam uang untuk keperluan primer yang lain misalnya untuk pembangunan rumah dan juga pendidikan anggota keluarga. Koperasi Credit Union Gunanta Ras juga memberikan pinjaman darurat kepada anggotanya yang mengalami hal-hal yang tidak diinginkan atau mendadak misalnya terkena penyakit parah dan bencana alam.


(68)

BAB IV.

DAMPAK BERDIRINYA CREDIT UNION GUNANTA RAS DESA NAMO RAMBE, PADA TAHUN 1988-1998

Salah satu ciri umum yang melekat dalam masyarakat pedesaan di Indonesia adalah pemodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktifitas ekonomi yang cenderung statis karena gambaran pedesaan di Indonesia pada umumnya ditentukan oleh pola agraris yang ada. Padahal permodalan adalah unsur utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri. Kekurangan modal seperti ini sangat membatasi ruang gerak dan aktifitas usaha masyarakat pedesaan.

Ketersediaan dan penggunaan modal usaha ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kepemilikan dana yang terbatas. Di sisi lain, tambahan modal potensial sangat sulit diperoleh dengan cepat, sehingga aktifitas ekonomi pedesaan akan selalu dalam kondisi yang statis.

Walaupun demikian, di daerah pedesaaan banyak pihak yang telah beroperasi menawarkan permodalan atau dana melalui sitstem kredit. Sistem kredit menjadi metode pengembangan ekonomi yang paling efektif di wilayah pedesaan. Karena proses pengembalian peminjaman dilakukan secara bertahap, sehingga paling cocok diterapkan di daerah pedesaan dengan kemampuan ekonomi yang rendah. Lembaga perkeditan bukan hanya sebagai lembaga ikatan antara orang yang tidak memiliki dan yang memiliki, tetapi merupakan suatu bentuk tenggang rasa antar sesama umat manusia.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adiwilaga, Anwas, Ilmu Usaha Tani, Bandung: Alumni, 1975

Booth, Anne, dan Peter McCawley, Ekonomi Orde Baru, Jakarta: LP3ES, 1985 Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, 1985

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994

Lindblad, J.Thomas, Sejarah Ekonomi Modern Indonesia Sebagai Tantangan

Baru, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2000

Mubyarto, dan Edy Suandi Hamid, Kredit Pedesaan di Indonesia, Yogyakarta: BPFE, 1986

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Profil Daerah Kabupaten Deli Serdang, Lubuk Pakam, 2005

Prosiding Patanas, Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi

Berimbang, Bogor: Pusat Penelitian Agro Ekonomi Badan Litbang

Pertanian, Departemen Pertanian, 1988

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Sinungan, Muchdarsyah, Dasar-Dasar Kredit dan Teknik Managemen Kredit, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Soedjatmoko, Dimensi Manusia dalam Pembangunan, Pilihan Karangan, Jakarta: LP3ES, 1986

Suyatno, Thomas, dkk., Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003

Tarigan, Henry Guntur, Percikan Budaya Karo, Bandung: Yayasan Merga Silima, 1988


(2)

Arsip dan Laporan Resmi

Kantor Kecamatan Namo Rambe, Peta Kecamatan Namo Rambe tahun 1990 Kantor Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang Dalam

Angka Tahun 1995, Lubuk Pakam, 1996

, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka Tahun 1998, Lubuk Pakam, 1999

Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas CU Gunanta Ras Namo Rambe, tahun 1988 – 1998

Laporan Tahunan Desa Namo Rambe, tahun 1995 – 2000

Laporan Tahunan Kecamatan Namo Rambe, Tahun 1990 – 1998

Website


(3)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Sarintan Br Barus Usia : 58 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Namo Rambe

Keterangan : Ketua koperasi (1988 -1991)

2. Nama : Nurlela Br Keliat Usia : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Namo Rambe

Keterangan : Anggota koperasi (1988 – 2007)

3. Nama : Kelara Br Singarimbun Usia : 58 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani


(4)

Keterangan : Asisten Bendahara (2010)

4. Nama : Satar Tarigan Usia : 73 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Deli Tua

Keterangan : Kepala Desa Namo Rambe (1986 – 1991)

5. Nama : Pdt. Gustinus Pengarapen Purba Usia : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pendeta GBKP Alamat : Sibolangit

Keterangan : Direktur Yayasan Ate Keleng

6. Nama : Marsudi Barus Usia : 67 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Namo Rambe


(5)

(6)