Reformasi Kepemimpinan Dalam Partai Komunis Cina 1950-1978

BAB II KEBANGKITAN EKONOMI CINA

1. Reformasi Kepemimpinan Dalam Partai Komunis Cina 1950-1978

Sejak awal didirikannya, pergolakan politik dalam tubuh partai komunis cina tidak pernah berhenti. Di mulai dari generasi Chen Duxiu hingga Deng Xiaoping selalu beralangsung tanpa henti. Di samping karena adanya permusuhan pribadi, permusuhan antar kelompok kian mempertajam pertentangan mengingat terdapatnya perbedaan dalam garis pemikiran dan perjuangan yang dianut masing-masing kelompok. Pada mulanya struktur kepemimpinan partai komunis cina di dominasi oleh orang-orang yang berorientasi Soviet. 43 Garis pemikiran tersebut tidak terlepas dari pemikiran para pendiri partai komunis Cina yaitu Li Dazhao, Chen Duxiu dan juga Mao Zedong. Secara khusus Mao Zedong menekankan bahwa sangat penting bagi Cina untuk meniru konsep revolusi seperti yang terjadi pada bangsa Rusia yang berhasil mendirikan negara sosialis pertama di dunia. 44 Namun dalam sejarah perkembangannya, konsep revolusi Rusia yang di adopsi oleh Cina ternyata terbukti gagal. Kegagalan tersebut di tandai dengan kandasnya perjuangan kaum buruh Cina dalam memelopori revolusi di kota-kota besar akibat Dan oleh sebab itu doktrin Sosialisme-Komunisme yang diadopsi dari ajaran Marxisme-Leninisme menjadi landasan sikap perjuangan bangsa Cina. 43 Harold Issac, The Tragedy Of The Chinese Revolution, California : Stanford University Press, 1961, Hal. 184 44 Franklin Houn, A Short History Of Chinese Communism, New Jersey : Prentice Hall, 1967, Hal. 1-20 Universitas Sumatera Utara serangan pasukan kaum nasionalis dan hebatnya pemberontakan kaum petani Cina dalam insiden 30 Mei 1925. 45 Keberhasilan perjuangan kaum petani tersebut membuka pemikiran Mao Zedong tentang pentingnya kelompok petani untuk mensukseskan revolusi sosialis di negeri Cina. Oleh karena itu, dalam perjalanan sejarah partai komunis Cina PKC selanjutnya terjadi rekonstruksi terhadap pemikiran dasar gerakan komunisme Cina, yaitu : 46 1 Mengutamakan kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi. Jadi berbeda dengan Uni Soviet yang mengandalkan kaum petani 2 Mementingkan pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi kelangsungan hidup partai. Pemikiran tersebut berbeda dengan keinginan Soviet yang menghendaki agar PKC bersatu dengan kaum nasionalis dalam membentuk tentara nasional. 3 Menjadikan daerah pedesaan, tempat tinggal kaum petani Cina yang revolusioner, sebagai prinsip basis perjuangan dan bukan kota-kota besar di mana berpusat kaum buruh. Kedudukan Mao Zedong sebagai ketua partai dan bahkan merangkap sebagai kepala negara—sejak berdirinya RRC pada tahun 1949—tidak tergoyahkan hingga dasawarsa 1950. sedangkan sesudah lima tahun pertama dari tahun 1950, kepemimpinan ketua Mao mendapat tantangan yang serius dari Gao Gang dan Rao Shushih. Setelah kebijakan-kebijakan pembangunan Mao memperlihatkan pemikiran yang cendrung utopis, yang ditandai dengan pelaksanaan sistem komune rakyat yang ekstrem dan gagalnya program lompatan jauh kemuka, tokoh-tokoh seperti Deng Xiaoping dan 45 Poltak Partogi, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995, Hal 33 46 Lie Tek Tjeng, RRC Sebagai Kekuatan Di Asia, Jakarta : LIPI, 1982, Hal. 19 Universitas Sumatera Utara Liu Shaoqi mulai tampil ke depan mendesak kedudukan Mao di dalam PKC. Meskipun Mao masih mampu mempertahankan jabatannya sebagai ketua partai komunis Cina, tetapi jelas kekuasaannya di dalam partai komunis Cina telah jauh berkurang. Sebaliknya, orang-orang yang berpikiran pragmatis-realis yang diwakili oleh kekuatan Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping yang cendrung berpikir realistis dalam merancang strategi pembangunan ekonomi semakin dominan posisinya di dalam struktur kekuasaan partai komunis Cina sebagaimana tergambar dalam susunan pimpinan komite tetap politburo PKC pra-sidang pleno ke-11 komite sentral VIII, yaitu menempatkan Deng Xiaoping sebagai pemegang kedudukan sekjen PKC. 47 Posisi kepemimpinan di dalam partai komunis Cina mulai menunjukan perubahannya ketika Deng Xiaoping benar-benar mencapai puncak kejayaannya ketika jabatan ketua partai yang selama ini diperlambangakan dengan sosok Mao yang kharismatik. Dengan demikian, kelompok pragmatis-realis menjadi penguasa tertinggi PKC, organ supremasi dalam politik RRC. Setelah posisi Deng Xiaoping sebagai orang kuat RRC tidak tergoyahkan lagi, karena sudah mendominasi kekuasaan di segenap kepemimpinan nasional, barulah Deng xiaoping secara leluasa dapat mengaplikasikan pemikiran-pemikirannya dalam suatu kebijakan reformasi ekonomi negara. 47 Lihat Partogi, Op.Cit, Hal. 36 Universitas Sumatera Utara

2. REFORMASI EKONOMI CINA