Dari hasil perhitungan Tabel 5.13., di atas, maka selanjutnya dibuat peta kendali u yang dapat dilihat pada Gambar 5.9.
Gambar 5.9. Peta Kontrol U
5.2.7. Diagram Sebab Akibat Cause Effect Diagram
Pada tahap ini, dilakukan analisis penyebab terjadinya kecacatan pinggiran tablet pecah, tablet retak dan cetakan tablet tidak rapi dengan menggunakan fish
bone. Dalam hal ini, penyebab masalah ditinjau dari manusia, metode kerja dan mesin. Berikut merupakan uraian masing-masing penyebab masalah:
a. Manusia
Dalam hal ini, penyebabnya adalah operator kurang teliti karena kurang pengawasan dan kelelahan karena posisi yang terus berdiri sewaktu
mengawasi proses produksi berlangsung.. b.
Mesin Dalam hal ini, penyebabnya adalah pengaturan mesin yang belum sesuai.
Tidak adanya standar dalam penentuan pengaturan mesin.
c. Material
Dalam hal ini, penyebabnya adalah komposisi bahan yang tidak sesuai spesifikasi serta konsentrasi bahan kurang homogen.
Adapun ringkasan dari penyebab masalah kecacatan diatas dibuat ke dalam gambar fish bone yaitu pada Gambar 5.10.
Mesin Manusia
Kurang teliti
Pinggiran Tablet
Pecah
Settingan kurang sesuai
Material Konsentrasi Bahan
Kurang Homogen
Lelah Pengadukan
Kurang Lama
Kurang perawatan
Gambar 5.10. Cause and Effect Diagram Penyebab Cacat Pinggiran Tablet Pecah
Manusia Material
Konsentrasi bahan kurang homogen
Tablet Retak
Kurang teliti
Mesin
Settingan Kurang Sesuai
Lelah Kurang
Perawatan Pengadukan
Kurang Lama
Gambar 5.11. Cause and Effect Diagram Penyebab Cacat Tablet Retak
Manusia Mesin
Settingan kurang sesuai
Cetakan Tablet
Tidak Rapi
Kurang teliti
Material
Konsentrasi bahan kurang homogen
Lelah Pengadukan
Kurang Lama Kurang
Perawatan
Gambar 5.12. Cause and Effect Diagram Penyebab Cacat Cetakan Tablet Tidak Rapi
5.2.8. Failure Mode And Effect Analysis FMEA
FMEA Failure mode and effect analysis adalah metode untuk mengidentifikasi dan menganalisa potensi kegagalan dan akibatnya yang
bertujuan untuk merencakan proses produksi secara mantap dan dapat
menghindari kegagalan proses produksi dan kerugian yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah dalam pembuatan FMEA adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi proses atau produk.
2. Membuat daftar masalah-masalah potensial yang muncul. 3. Memberikan tingkatan pada masalah untuk severity, occurrence dan
detectability. 4. Menghitung risk probability number RPN dan menentukan prioritas tindakan
perbaikan.
5. Mengembangkan tindakan untuk mengurangi resiko. 6. Skala penilaian untuk perhitungan ini adalah 1-10. Penilaian tergantung dari
proses itu sendiri berada pada tingkat berapa bila diukur dari sisi severity, occurrence dan detectability.
7. Penilaian severity S, occurrence O dan detectability D terhadap proses ini dilakukan secara subyektif, dengan cara berdiskusi dengan manajer mutu,
manajer teknis dan customer service. 8. Risk priority number RPN merupakan perkalian dari rating severity S,
occurrence O dan detectability D. Skala penilaian untuk severity, occurrence dan detectability dapat dilihat
pada Tabel 5.14, Tabel 5.15, dan Tabel 5.16.
Tabel 5.14. Severity of Effect dalam FMEA Process
Effect Severity of Effect for FMEA
Rating
Tidak Ada •
Bentuk kegagalan tidak memiliki pengaruh 1
Sangat Minor •
Gangguan sangat minor pada lini produksi •
Hanya sebagian kecil yang di-rework dan sisanya sudah baik
• Pelanggan yang jeli menyadari defect tersebut
2
Minor •
Gangguan minor pada lini produksi •
Hanya sebagian kecil yang di-rework dan sisanya sudah baik
• Sebagian pelanggan menyadari defect tersebut
3
Sangat Rendah
• Gangguan minor pada lini produksi
• Sebagian besar menjadi scrap, dan sisanya sudah baik
• Kemungkinan produk dikembalikan oleh konsumen
4
Rendah •
Gangguan minor pada lini produksi •
100 produk harus di-rework 5
Sedang •
Gangguan minor pada lini produksi •
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah baik atau rework
6
Tinggi •
Gangguan minor pada lini produksi •
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah baik atau rework
• Pelanggan tidak puas
7
Tabel 5.14. Severity of Effect dalam FMEA Process Lanjutan
Effect Severity of Effect for FMEA
Rating
Sangat Tinggi •
Gangguan major pada lini produksi •
100 produk harus disortir •
Pelanggan tidak puas 8
Berbahaya dengan
peringatan •
Dapat membahayakan operator mesin •
Kegagalan dapat mempengaruhi keamanan operasional produk atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
• Kegagalan akan terjadi dengan didahului peringatan
9
Berbahaya tanpa adanya
peringatan •
Dapat membahayakan operator mesin •
Kegagalan dapat mempengaruhi keamanan operasional produk atau
tidak sesuai dengan peraturan pemerintah •
Kegagalan akan terjadinya tanpa adanya peringatan terlebih dahulu
10
Sumber : Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada:
CRC Press
Tabel 5.15. Occurrence dalam FMEA Process Probability of Failure
Occurrence Rating
Sangat tinggi 1 in 2
10 1 in 3
9 Tinggi
1 in 8 8
1 in 20 7
Sedang 1 in 80
6 1 in 400
5 1 in 2000
4 Rendah
1 in 15000 3
1 in 150000 2
Sangat rendah 1 in 1500000
1
Tabel 5.16. Detection dalam FMEA Process
Detection Rank
Likelihood of Detection
Hampir Tidak Mungkin
10 Tidak ada alat pengontrol yang mampu mendeteksi
Sangat Jarang 9
Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi bentuk atau penyebab kegagalan
Jarang 8
Alat pengontrol saat ini sulit mendeteksi bentuk atau penyebab kegagalan
Sangat Rendah
7 Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan
penyebab kegagalan sangat rendah
Rendah 6
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan rendah
Sedang 5
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sedang
Agak Tinggi 4
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk
dan penyebab kegagalan sedang sampai tinggi Tinggi
3 Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk
dan penyebab kegagalan tinggi Sangat
Tinggi 2
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sangat tinggi
5.2.8.1.Penentuan Jenis Kegagalan yang Potensial Pada Setiap Proses
Jenis kegagalan yang berpotensi besar terjadi selama proses produksi yaitu kecacatan pinggiran tablet pecah, tablet retak dan cetakan tablet tidak rapi. Dari
cause and effect diagram telah diperoleh penyebab kegagalan terhadap ketiga jenis kegagalan tersebut, maka langkah berikutnya dilakukan analisis untuk
mengetahui seberapa serius efek-efek yang ditimbulkan dan beberapa jauh penyebab kegagalan dapat dideteksi, kemudian dibuat FMEA terhadap tiga jenis
kegagalan tersebut.
5.2.8.2.Penentuan DampakEfek yang Ditimbulkan Oleh Kegagalan
Dari ketiga jenis kegagalan yang ada, maka dapat ditemukan efek yang dapat ditimbulkan bila kegagalan ini ditemukan, yaitu sebagai berikut:
1. Efek yang ditimbulkan oleh jenis kegagalan pinggiran tablet pecah, yaitu:
a. Obat tablet tidak sesuai standard produksi
b. Banyaknya produk yang di recycle
2. Efek yang ditimbulkan oleh jenis kegagalan tablet retak, yaitu:
a. Obat tablet tidak sesuai standard produksi
b. Banyaknya produk yang di recycle
3. Efek yang ditimbulkan oleh jenis kegagalan cetakan tablet tidak rapi,
yaitu: a.
Obat tablet tidak sesuai standard produksi b.
Banyaknya produk yang di recycle
5.2.8.3.Penentuan Nilai Efek Kegagalan Severity, S
Jenis kegagalan yang terjadi selama proses produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor utama yaitu manusia, mesin, dan material. Untuk itu, dilakukan
pemberian nilai efek kegagalan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai efek kegagalan
severity dari jenis kegagalan tersebut. Pedoman pemberian nilai, berdasarkan pada Tabel 5.14.
Adapun alasan pemberian nilai efek kegagalan severity adalah sebagai berikut:
1. Jenis kegagalan pinggiran tablet pecah
a. Efek kegagalan yang timbul karena faktor mesin, diberi nilai 7,
disebabkan: −
Dapat Gangguan minor pada lini produksi −
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah baik atau rework
− Pelanggan tidak puas
b. Efek kegagalan yang timbul karena faktor manusia, diberi nilai 8,
disebabkan: −
Gangguan major pada lini produksi −
100 produk harus disortir
−
Pelanggan tidak puas c.
Efek kegagalan yang timbul karena faktor material, diberi nilai 5, disebabkan:
− Gangguan minor pada lini produksi
−
100 produk harus di-rework
2. Jenis kegagalan tablet retak
a. Efek kegagalan yang timbul karena faktor mesin, diberi nilai 6,
disebabkan: −
Gangguan minor pada lini produksi −
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah baik atau rework
b.
Efek kegagalan yang timbul karena faktor manusia, diberi nilai 7, disebabkan:
− Gangguan minor pada lini produksi
− Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah
baik atau rework −
Pelanggan tidak puas
c. Efek kegagalan yang timbul karena faktor material, diberi nilai 8,
disebabkan: −
Gangguan major pada lini produksi −
100 produk harus disortir
−
Pelanggan tidak puas
3. Jenis kegagalan cetakan tablet tidak rapi
a. Efek kegagalan yang timbul karena faktor mesin, diberi nilai 9,
disebabkan: −
Dapat membahayakan operator mesin −
Kegagalan dapat mempengaruhi keamanan operasional produk atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
− Kegagalan akan terjadi dengan didahului peringatan
b. Efek kegagalan yang timbul karena faktor manusia, diberi nilai 8,
disebabkan: −
Gangguan major pada lini produksi −
100 produk harus disortir −
Pelanggan tidak puas c.
Efek kegagalan yang timbul karena faktor material, diberi nilai 5, disebabkan:
− Gangguan minor pada lini produksi
−
100 produk harus di-rework
5.2.8.4.Identifikasi Penyebab Potensial Dari Kegagalan
Adapun penyebab utama terjadinya kegagalan yaitu, 1.
Jenis kegagalan pinggiran tablet pecah a.
Mesin, yaitu settingan mesin tidak sesuai karena kurang perawatan. b.
Manusia, yaitu kurang teliti karena kelelahan c.
Material, yaitu, konsentrasi bahan kurang homogen karena kurang lamanya pengadukan.
2. Jenis kegagalan tablet retak
d. Mesin, yaitu settingan mesin tidak sesuai karena kurang perawatan.
e. Manusia, yaitu kurang teliti karena kelelahan
f. Material, yaitu, konsentrasi bahan kurang homogen karena kurang
lamanya pengadukan. 3.
Jenis kegagalan cetakan tablet tidak rapi a. Mesin, yaitu settingan mesin tidak sesuai karena kurang perawatan.
b. Manusia, yaitu kurang teliti karena kelelahan c. Material, yaitu, konsentrasi bahan kurang homogen karena kurang lamanya
pengadukan.
5.2.8.5.Penentuan Nilai Peluang Kegagalan Occurence, O
Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai peluang kegagalan occurence dari jenis kegagalan tersebut. Pedoman
pemberian nilai, berdasarkan pada Tabel 5.15.
Adapun alasan pemberian nilai peluang kegagalan occurence adalah sebagai berikut:
a. Jenis kegagalan pinggiran tablet retak
a. Settingan mesin tidak sesuai diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini
dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah
dengan nilai 4. b.
Kurang telitinya operator diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan.
Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah dengan nilai 4.
c. Konsentrasi bahan kurang homogen diberikan nilai 3, dikarenakan
penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 15.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori
rendah dengan nilai 3.
b. Jenis kegagalan kekerasan
a. Settingan mesin tidak sesuai diberikan nilai 3, dikarenakan penyebab ini
dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 15.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah
dengan nilai 3. b.
Kurang telitinya operator diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan.
Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah dengan nilai 4.
c. Konsentrasi bahan tidak homogen diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab
ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah
dengan nilai 4.
c. Jenis kegagalan bentuk
a. Settingan mesin tidak sesuai diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini
dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah dengan
nilai 4. b.
Kurang telitinya operator diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 2.000 pengamatan.
Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori rendah dengan nilai 4.
c. Konsentrasi bahan kurang homogen diberikan nilai 3, dikarenakan
penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 15.000 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 5.15, termasuk dalam ketegori
rendah dengan nilai 3.
5.2.8.6.Penentuan Nilai RPN
Setelah nilai severity s, occurance o, dan detection d diberikan, maka selanjutnya dihitung nilai RPN untuk menentukan prioritas dalam rekomendasi
tindakan perbaikan. Perhitungan nilai RPN Risk Priority Number pada penyebab kegagalan
yaitu: RPN = S x O x D
Tabel FMEA terhadap proses dengan nilai RPN dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. FMEA dengan Nilai RPN Jenis
Kegagalan Akibat dari Kegagalan
Faktor S
Penyebab Kegagalan O
Kendali yang Dilakukan D
RPN
Pinggiran Tablet
Pecah Obat tablet tidak sesuai
standar produksi, banyaknya produk yang
di recycle Mesin
7 Settingan mesin tidak sesuai
4 Menyusun jadwal maintenance mesin
8 224
Manusia 8
Kurang telitinya operator 4
Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan menyediakan tempat duduk operator.
7 224
Material 5
Konsentrasi bahan kurang homogen
3 Melakukan pengujian untuk memastikan
pencampuran bahan sudah homogen 6
90
Tablet Retak
Obat tablet tidak sesuai standar produksi,
banyaknya produk yang di recycle
Mesin 6
Settingan mesin tidak sesuai 3
Menyusun jadwal maintenance mesin 6
108 Manusia
7 Kurang telitinya operator
4 Melakukan pengawasan yang lebih ketat
dan melakukan briefing sebelum proses produksi dilakukan.
7 196
Material 8
Konsentrasi bahan kurang homogen
4 Melakukan pengujian untuk memastikan
pencampuran bahan sudah homogen 8
256
Cetakan Tidak Rapi
Obat tablet tidak sesuai standar produksi,
banyaknya produk yang di recycle
Mesin 9
Settingan mesin tidak sesuai 4
Menyusun jadwal maintenance mesin 8
288 Manusia
8 Kurang telitinya operator
4 Melakukan pengawasan yang lebih ketat
dan menyediakan tempat duduk operator. 7
224 Material
5 Konsentrasi bahan kurang
homogen 3
Melakukan pengujian untuk memastikan pencampuran bahan sudah homogen
6 90
Untuk pemberian skor pada masing-masing komponen yang ada, dilakukan dengan memberikan penilaian terlebih dahulu terhadap severity, occurance, detection,
dan hasil akhirnya yang berupa risk priority number. Dari perhitungan RPN ini dapat diketahui faktor penyebab kegagalan proses yang
mengakibatkan terjadinya produk cacat. Faktor-faktor tersebut kemudian diurutkan berdasarkan nilai RPN tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Urutan Penyebab Kegagalan Proses Berdasarkan RPN Jenis
Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada
Proses Kendali yang Dilakukan
RPN
Cetakan Tidak Rapi
Settingan mesin tidak sesuai Menyusun jadwal maintenance mesin
288 Tablet Retak
Konsentrasi bahan kurang homogen
Melakukan pengujian untuk memastikan pencampuran bahan sudah homogen
256 Pinggiran
Tablet Pecah Settingan mesin tidak sesuai
Menyusun jadwal maintenance mesin 224
Pinggiran Tablet Pecah
Kurang telitinya operator Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan
menyediakan tempat duduk opertaor. 224
Cetakan Tidak Rapi
Kurang telitinya operator Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan
menyediakan tempat duduk operator. 224
Tablet Retak Kurang telitinya operator
Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan melakukan briefing sebelum proses produksi
dilakukan. 196
Tablet Retak Settingan mesin tidak sesuai
Menyusun jadwal maintenance mesin 108
Pinggiran Tablet Pecah
Konsentrasi bahan kurang
homogen Melakukan pengujian untuk memastikan
pencampuran bahan sudah homogen 90
Cetakan Tidak Rapi
Komposisi bahan tidak sesuai spesifikasi
Melakukan pengujian untuk memastikan pencampuran bahan sudah homogen
90
Berdasarkan Tabel 5.18., diperoleh nilai RPN tertinggi sebesar 288 untuk penyebab kegagalan pinggiran tablet pecah yaitu settingan mesin tidak sesuai, yang
merupakan jenis kegagalan yang dijadikan prioritas pertama untuk segera dilakukan perbaikan.
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Mutu dengan Metode Statistical
Quality Control
Dari checksheet dapat dilihat jumlah produksi dan jumlah kecacatan produk tablet per-hari selama bulan Februari 2015. Selanjutnya dari proses stratifikasi dapat dilihat
jumlah kecacatan berdasarkan jenis kecacatan yang diambil datanya, yaitu cetakan tablet tidak rapi, warna permukaan tablet tidak merata, tablet retak, pinggiran tablet pecah, dan
permukaan tablet kasar. Dari histogram terlihat jelas bahwa urutan jenis kecacatan yang paling banyak terjadi pada saat produksi tablet, yaitu pinggiran tablet pecah, tablet retak,
cetakan tablet tidak rapi, permukaan tablet kasar dan warna permukaan tablet tidak merata, dan jumlah kecacatan produk tablet yang paling besar adalah pada jenis
kecacatan pinggiran tablet pecah. Setelah diurutkan jenis kecacatannya dari yang tertinggi hingga terendah maka
selanjutnya dibuat diagram pareto untuk menunjukkan permasalahan yang paling dominan dan yang perlu segera diatasi. Berdasarkan prinsip diagram pareto, jenis
kecacatan tertinggi yaitu jenis kecacatan pinggiran tablet pecah, tablet retak, dan cetakan tablet tidak rapi. Pada scatter diagram diperoleh nilai koefesien korelasi sebesar 0,884
untuk kecacatan pinggiran tablet pecah, 0,251 untuk kecacatan tablet retak, dan 0,549 untuk kecacatan cetakan tablet tidak rapi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
linier antara X jumlah tablet yang diproduksi dan Y jumlah tablet yang cacat. Pada peta kontrol terlihat bahwa jumlah kecacatan produk tablet masih berada dalam batas