Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma

(1)

USULAN PERBAIKAN MUTU PRODUK OBAT KAPLET

DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL DAN

FAULT TREE ANALYSIS PADA PT. MUTIARA MUKTI

FARMA.

T U G A S S A R J A N A

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh Dita Primalani N.

NIM. 080403149

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi obat-obatan. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Mutiara Mukti Farma adalah banyaknya produk yang mengalami kecacatan. Jumlah rata-rata kecacatan produk kaplet pada tahun 2014 mencapai 1.715.200 unit (6,7% dari total produksi). Jumlah ini masih melebihi standard yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu maksimum sebesar 5%. Berdasarkan kondisi tersebut maka Mutiara Mukti Farma perlu melakukan penyelesaian terhadap penyebab kecacatan produk agar jumlah produk cacat dapat dikendalikan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan, gambaran batas kontrol dari kualitas produk, penyebab terjadinya kecacatan, dan tindakan perbaikan terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dengan

seven tools dan Fault Tree Analysis (FTA)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan seven tools diperoleh jenis kecacatan yang paling dominan yaitu kecacatan ketebalan dan bentuk.. Metode Fault Tree Analysis dilakukan terhadap dua jenis kecacatan yang paling berpengaruh unntuk menganalisa secara lebih rinci penyebab-penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Penyebab terjadinya kecacatan menurut Metode Fault Tree Analysis yaitu kejenuhan, tidak disiplin, kurang terampil, kelalaian operator dan kesalahan komunikasi. Pada FTA dilakukan pengaplikasian aljabar boolean untuk memperoleh minimal cut set dan persentase dari setiap penyebab kecacatan yang menunjukkan bahwa penyebab kecacatan terbesar yaitu ketidakdisiplinan pegawai PT. Mutiara Mukti Farma serta kesalahan komunikasi antar pekerja.

Kata Kunci : Kualitas, Statistical Quality Control, Seven Tools, Fault Tree Analysis, Minimal Cut Set


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma”.

Penulis juga, mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir Dosen pembimbing I Bapak.Ir. Ukurta Tarigan, MT. dan Dosen pembimbing II Bapak Erwin Sitorus, ST. MT.dan Koordinator Tugas Akhir Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan Tugas Akhir.

Medan, Maret 2015 Penulis,

Dita Primalani N.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

3. Bapak Erwin Sitorus, ST. MT. Selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana. 5. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc, Selaku Koordinator Tugas Akhir

yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.


(7)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE. Selaku Ketua Bidang Manajemen dan Rekayasa Produksi yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.

8. Ibu Nuranti selaku Pembimbing Lapangan PT. Mutiara Mukti Farma yang memberikan dukungan dan informasi mengenai kondisi pabrik.

9. Para Karyawan di PT. Mutiara Mukti Farma yang telah memberikan informasi dalam hal pengambilan data.

10. Kepada kedua orang tua tercinta (James Nainggolan, dan Ibu Rosliana Sijabat), yang telah memberikan semangat dan batuan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

11. Kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi selama ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... I-4 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Pemasaran ... II-4


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5. Struktur Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.5.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.5.2. Tenaga Kerja dan jam kerja Perusahaan ... II-18 2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-19 2.6.1. Sistem Pengupahan ... II-19 2.6.2. Fasilitas Lainnya ... II-21 2.7. Proses Produksi ... II-22 2.7.1. Bahan Baku ... II-23 2.7.2. Bahan Tambahan ... II-24 2.7.3. Bahan Penolong ... II-26 2.8. Standar Mutu Bahan/ Produk ... II-27 2.9. Uraian Proses ... II-27 2.9.1. Penimbangan Bahan ... II-28 2.9.2. Proses Pencampuran ... II-28 2.9.3. Proses Granulasi Basah... II-28 2.9.4. Proses Pengeringan ... II-29 2.9.5. Proses Granulasi Kering ... II-29 2.9.6. Proses Lubrikasi... II-30 2.9.7. Proses Pencetakan ... II-30


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.9.8. Proses Pengayakan dan Pemeriksaaan... II-30 2.9.9. Pengemasan ... II-31 2.10. Mesin Produksi ... II-32 2.11. Peralatan ... II-37 2.12. Utilitas ... II-38 2.13. Safety and Fire Protection ... II-40 2.14. Waste Treatment ... II-42

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Kualitas... III-1 3.2. Perspektif Terhadap Kualitas.. ... III-1 3.3. Statistical Quality Control (SQC) ... III-3 3.4. Alat-Alat Statistical Quality Control ... III-4 3.5. Fault Tree Analysis (FTA) ... III-12 3.6. Simbol Dalam Fault Tree Analysis (FTA) ... III-13

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-3 4.4. Variabel Penelitian ... IV-3 4.5. Metode Pengumpulan Data ... IV-5


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6 Instrumen Penelitian... IV-6 4.7. Pelaksanaan Penelitian ... IV-7 4.8. Pengolahan Data... IV-7 4.9. Analisa Data ... IV-11

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Jumlah Kecacatan Produk ... V-1 5.1.2. Jenis Kecacatan Produk... V-2 5.1.3. Data Wawancara ... V-4 5.2. Pengolahan Data... V-5 5.2.1. Stratifikasi ... V-5

5.2.2. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)... V-6 5.2.3. Histogram ... V-8 5.2.4. Diagram Pareto... V-9 5.2.5. Diagram Pencar (Scatter Diagram) ... V-10 5.2.6. Peta Control (Control Chart) ... V-15

5.2.6.1. Perhitungan Proportion Nonconforming, UCL LCL, dengan Peta P pada Kecacatan


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6.2. Perhitungan Proportion Nonconforming, UCL LCL, dengan Peta P pada Kecacatan

Bentuk ... V-19 5.2.7. Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram) ... V-22 5.2.8. Fault Tree Analysis (FTA) ... V-23 5.2.9. Minimal Cut Set ... V-27

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas dengan

Seven Tools ... VI-1 6.2. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas dengan

Fault Tree Analysis (FTA) ... VI-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Persentase Kecacatan Produk PT. Mutiara Mukti Farma Tahun 2014 I-2 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma ... II-18 3.1. Check Sheet ... III-5 3.2. Istilah Dalam Fault Tree Analysis ... III-13 5.1. Jumlah Kecacatan Produk Kaplet Periode Januari 2014-Desember

2014 ... V-1 5.2. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Januari

2014-Desember 2014... V-3 5.3. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-4 5.4. Stratifikasi Kecacatan Kaplet Periode Februari 2015 ... V-5 5.5. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-6 5.6. Jumlah Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-8 5.7. Persentase Kecacatan Setelah Diurutkan ... V-9 5.8. Data Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015 ... V-11 5.9. Perhitungan Korelasi Jumlah Produksi Dengan Ketebalan ... V-13 5.10. Perhitungan Korelasi Jumlah Produksi Dengan Bentuk ... V-14 5.11. Hasil Perhitungan Kecacatan Produk, UCL dan LCL ... V-17 5.12. Hasil Perhitungan Kecacatan Bentuk, UCL dan LCL ... V-21 5.13. Istilah Dalam Metode Fault Tree Analysis ... V-24 5.14. Simbol-Simbol Dalam Fault Tree Analysis ... V-25


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma ... II-6 2.2. Uraian Proses Produksi Obat ... II-27 3.1. Stratification ... III-5 3.2. Scatter Diagram ... III-6 3.3. Diagram Pareto... III-7 3.4. Histogram ... III-8 3.5. Control Chart ... III-10 3.6. Cause and Effect Diagram ... III-11 3.7. Basic Event ... III-12 3.8. Undeveloped Event... III-13 3.9. Conditioning Event ... III-13 3.10. External Event ... III-13 3.11. Intermediate Event ... III-14 3.12. Gerbang Or... III-14 3.13. Gerbang And... III-14 3.14. Gerbang Inhibit ... III-15 3.15. GerbangEksklusif Or ... III-15 3.16. Gerbang Priority And ... III-15 3.17. Triangle In ... III-16 3.18. Triangle Out ... III-16


(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

4.1. Blok Diagram Langkah-Langkah Penelitian ... IV-2 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-10 5.1. Histogram Jumlah Kecacatan Produk Kaplet ... V-8 5.2. Diagram Pareto Jenis Kecacatan Produk Kaplet ... V-10 5.3. Diagram Pencar Produk Kaplet yang Mengalami Cacat Ketebalan . V-12 5.4. Diagram Pencar Produk Kaplet yang Mengalami Cacat Bentuk ... V-12 5.5. Peta Kontrol P pada Kecacatan Ketebalan ... V-19 5.6. Peta Kontrol P pada Kecacatan Bentuk ... V-22 5.8. Fish Bone ... V-23 5.9. Fault Tree Analysis ... V-26 5.9. Fault Tree Dengan Pemisalan ... V-28


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L.1 2. Form Penetapan Tugas Sarjana ... L.2 3. Surat Penjajakan ... L.3 4. Surat Balasan Perusahaan ... L.4 5. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.5 6. Lembar Asistensi Dosen ... L.6


(17)

(18)

ABSTRAK

Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi obat-obatan. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Mutiara Mukti Farma adalah banyaknya produk yang mengalami kecacatan. Jumlah rata-rata kecacatan produk kaplet pada tahun 2014 mencapai 1.715.200 unit (6,7% dari total produksi). Jumlah ini masih melebihi standard yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu maksimum sebesar 5%. Berdasarkan kondisi tersebut maka Mutiara Mukti Farma perlu melakukan penyelesaian terhadap penyebab kecacatan produk agar jumlah produk cacat dapat dikendalikan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan, gambaran batas kontrol dari kualitas produk, penyebab terjadinya kecacatan, dan tindakan perbaikan terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dengan

seven tools dan Fault Tree Analysis (FTA)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan seven tools diperoleh jenis kecacatan yang paling dominan yaitu kecacatan ketebalan dan bentuk.. Metode Fault Tree Analysis dilakukan terhadap dua jenis kecacatan yang paling berpengaruh unntuk menganalisa secara lebih rinci penyebab-penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Penyebab terjadinya kecacatan menurut Metode Fault Tree Analysis yaitu kejenuhan, tidak disiplin, kurang terampil, kelalaian operator dan kesalahan komunikasi. Pada FTA dilakukan pengaplikasian aljabar boolean untuk memperoleh minimal cut set dan persentase dari setiap penyebab kecacatan yang menunjukkan bahwa penyebab kecacatan terbesar yaitu ketidakdisiplinan pegawai PT. Mutiara Mukti Farma serta kesalahan komunikasi antar pekerja.

Kata Kunci : Kualitas, Statistical Quality Control, Seven Tools, Fault Tree Analysis, Minimal Cut Set


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen adalah kualitas produk dan jasa yang tertinggi. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Produk yang cacat adalah sumber utama pemborosan. Tidak sedikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacat yang menimbulkan klaim dari pelanggan. Jika produk cacat lolos kepada pelanggan dan kemudian menimbulkan kerugian, maka perusahaan harus mengganti kerugian yang dialami pelanggan. Salah satu dampak negatif yang diakibatkannya adalah runtuhnya reputasi perusahaan di mata pelanggan. Bila situasi demikian tidak diatasi dengan segera, perusahaan akan kehilangan pelanggan potensialnya. Dengan adanya pengendalian kualitas (Quality Control) secara baik dan benar, maka akan diperoleh produk yang dapat memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samadhan D. Bhosale dkk, pada perusahaan EKK Eagle Products India Pvt. Ltd yang memproduksi segel mekanik . Terjadi pemborosan biaya yang cukup besar pada perusahaan akibat adanya produk cacat. Dan untuk itu dilakukan pengendalian kualitas statistik yang mana menunjukkan bahwa dengan metode ini perusahaan dapat memonitor, mengontrol


(20)

dan meningkatkan proses dalam perusahaan sehingga dapat meminimisasi terjadinya kecacatan produk dalam produksi perusahaan.

Pada Perusahaan PT. Mutiara Muti Farma yang bergerak dalam pembuatan obat-obatan dalam proses produksinya perusahaan telah mampu memperoleh keuntungan yang tetap dari tahun ketahun, tetapi dari segi produksi masih banyak produk cacat yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan perusahaan. Adapun data produk cacat pada PT. Mutiara Mukti Farma pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.Persentase Kecacatan Produk PT. Mutiara Mukti Farma Tahun 2014

Bulan Produksi (unit)

Produk Cacat (unit)

Januari 1.700.000 153.000

Februari 2.500.000 152.000

Maret 2.700.000 126.000

April 1.800.000 126.000

Mei 1.900.000 138.000

Juni 2.500.000 150.000

Juli 2.900.000 145.000

Agustus 2.100.000 134.000

September 1.900.000 144.000

Oktober 2.100.000 143.600

November 1.800.000 154.000

Desember 1.700.000 149.600

Sumber : PT. Mutiara Mukti Farma

Melihat keadaan ini tentu saja menyebabkan kerugian pada perusahaan dan menyebabkan berkurangnya nilai efisiensi dan efektivitas. PT. Mutiara Mukti Farma pada dasarnya telah melakukan pengendalian kualitas untuk menghindari jatuhnya produk cacat ke tangan konsumen yaitu dengan cara menyortir produk


(21)

yang tidak sesuai spesifikasi perusahaan, tetapi belum pernah dilakukan analisa secara mendalam untuk melihat kecacatan yang paling berpengaruh maupun penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Melihat keadaan ini, maka penulis merasa perlu melakukan suatu analisa pengendalian kualitas dengan cara menganalisa berbagai proses dalam pembuatan obat yang menjadi penyebab terjadinya kecacatan produk dengan menggunakan metode Statistical Quality Control untuk analisa secara lebih terperinci sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya kecacatan hingga dapat diberi usulan perbaikan dilakukan analisa dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis. Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada pembuatan obat kaplet pada PT. Mutiara Mukti Farma.

1.2.Perumusan Permasalahan

Pada PT. Mutiara Mukti Farma masih terjadi kecacatan produk yang mengurangi efektifitas dan efisiensi perusahaan, tetapi perusahaan belum pernah melakukan analisa secara statistik untuk meminimisasi permasalahan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah untuk memberi usulan perbaikan pada PT Mutiara Mukti Farma berkenaan dengan masalahan perbaikan mutu produk perusahaan sesuai dengan hasil penelitian menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dan menganalisa penyebab terjadinya kecacatan agar dapat dengan metode Fault Tree Analysis (FTA) agar dapat ditemukan dasar permasalahan dan dilakukan usulan perbaikan.


(22)

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan usulan perbaikan mutu produk obat kaplet pada PT. Mutiara Mukti Farma sesuai dengan analisis permasalahan yang telah dilakukan.

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi proses penyebab kecacatan dengan metode SQC dan FTA b. Mengetahui penyebab utama dari besarnya persentase kecacatan produk di PT. Mutiara Mukti Farma

c. memberikan usulan perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas produk

Manfaat penelitian yang dilakukan pada produk kaplet PT Mutiara Mukti Farma ini adalah:

1. Manfaat bagi mahasiswa

menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada dengan permasalahan yang ada di perusahaan untuk meminimisasi kecacatan produk dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dan

Fault Tree Analysis (FTA). 2. Bagi Perusahaan

a. Dapat membantu perusahaan dalam menemuan faktor-faktor yang berpenfaruh dalam penyebab terjadinya kecacatan ataupun penurunan kualitas produk.

b. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan perbaikan kualitas dari hasil penelitian yang diperoleh.


(23)

3. Bagi universitas

a. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

b. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan untuk kecacatan proses produk kaplet pada PT Mutiara Mukti Farma

2. Masalah yang dianalisis adalah masalah kecacatan yang berpengaruh langsung dengan produk kaplet.

3. Pengolahan data menggunakan tools yang terdapat pada metode Statistical Quality Control (SQC) dan Fault Tree Analysis (FTA).

4. Pada penelitian ini tidak dibahas aspek biaya.

5. Penelitian hanya meneliti sampai pemberian usulan perbaikan kualitas.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Proses produksi perusahaan berjalan dengan baik dan tidak mengalami kegiatan yang mempengaruhi perkembangan perusahaan selama penelitian dilakukan.

2. Metode kerja yang dilaksanakan dalam memproduksi produk kaplet merupakan metode kerja yang telah sesuai dengan standar dan tidak mengalami perubahan.


(24)

3. Proses produksi dan mesin-mesin/peralatan yang digunakan tidak mengalami kerusakan.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan laporan bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun dan mempelajari bagian-bagian dari seluruh rangkaian penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan sistematika penulisan laporan tugas sarjana.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini berisi tentang sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi yang diterapkan perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, uraian proses produksi kaplet, jenis mesin, sistem pengupahan, tenaga kerja.

BAB III Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi teori-teori pendukung yang digunakan dalam analisa pemecahan masalah termasuk mengenai manfaat dan teori pendukung untk metode yang digunakan dalam pengolahan data.

BAB IV Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi identifikasi jenis penelitian, lokasi penelitin, kerangka konseptual penelitian yang menjadi dasar berpikir dalam melakukan


(25)

penelitian sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data. selanjutnya pada metodologi penelitian dijelaskan langkah penelitian dan langkah-langkah pengolahan data .

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan data

Bab ini berisi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian serta melanjutkan pengolahan data yang membantu pemecahan masalah. BAB VI Analisa Pemecahan Masalah

Bab ini membahas analisis hasil pengolahan data dan mencari solusi pemecahan masalah

BAB VII Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1.Sejarah Perusahaan

Pada awalnya perusahaan ini merupakan perusahaan milik perseorangan yang bernama H. T. M. Panggabean yang kemudian digunakan sebagai kantor

serta pabrik farmasi dengan nama “SEJATI” yang pada masa itu memproduksi anggur obat dengan merk “SIAGOGO”. Pabrik farmasi dahulunya didirikan

dengan surat izin bangunan No. 41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan Kodati II Medan.

Pada bulan Januari 1980, Bapak H. T. M. Panggabean menjual bangunan tersebut kepada Bapak Drs. Weslyn Siahaan dengan akte No. 112 per tanggal 31 Januari 1980 maka didirikanlah PT. Mutiara Mukti Farma dengan Bapak Drs. Weslyn Siahaan sebagai direktur utama.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.

0098/A/SK/PAB/I/81 memberi izin kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendirikan sebuah industri farmasi yang memproduksi obat-obatan serta menjualnya. Sejak saat itu dengan surat Izin Produksi Departemen Kesehatan RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81 PT. Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi obat-obatan sampai dengan saat ini.

Perusahaan yang disebut PT. Mutiara Mukti Farma didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 tanggal 10 Juni 1980 atas Keputusan Menteri Kehakiman RI No. Y. A. 5/289/10 tanggal 3 Juni 1980 dan


(27)

dicantumkan pada tambahan berita negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981

dengan merk/alamat: ”PT. MUTIARA MUKTI FARMA (PT. MUTIFA) INDUSTRI FARMASI” Jl. Brigjend. Katamso No. 200 Medan.

Kemudian dengan akte No. 35 yang dibuat pada tanggal 29 November 1988 diadakanlah akte perubahan pemegang saham serta manajemen perusahaan yang selanjutnya diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-1134/HT/01/04 tahun 1989 pada tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan bahwa sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Dalam perkembangannya PT. Mutiara Mukti Farma membeli sebidang tanah di Jalan Besar Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang seluas 8.622 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik baru dengan menggunakan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan dimulai pada tahun 1992 sedangkan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No. PO.01.2.01796 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI tanggal 22 Juli 1994. Demikianlah sejarah keberadaan PT. Mutiara Mukti Farma yang sampai dengan saat ini memproduksi berbagai jenis obat-obatan.


(28)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Adapun ruang lingkup bidang usaha pada PT. Mutiara Mukti Farma dalam memproduksi jenis obat-obatan yaitu :

1. Tablet

Obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk bulat . 2. Kapsul

Bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. 3. Kaplet

Obat yang menyerupai tablet tetapi memiliki bentuk panjang seperti kapsul. 4. Serbuk (Powder)

Obat yang berbentuk serbuk langsung di bungkus dalam plastik. 5. Salep

Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

6. Sirup

Obat yang berwujud cairan dalam botol. 7. Injeksi

Steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir.


(29)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Mutiara Mukti Farma terletak di Jalan Besar Namorambe No. 68 Km 8,5 Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Luas areal pabrik keseluruhan 9000 m2 dan luas bangunan 6259 m2. Dimana hasil peninjauan dapat disimpulkan bahwa lokasi perusahaan ini strategis karena: 1. Lokasi PT. Mutiara Mukti Farma tidak jauh dari Kotamadya Medan.

2. Disekitar Lokasi PT. Mutiara Mukti Farma terdapat banyak tenaga kerja yang memiliki keterampilan.

3. Sarana transportasi dan komunikasi yang menunjang untuk mempermudah penerimaan bahan baku, pengiriman barang jadi dan pemasaran produk.

2.4. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran PT. Mutiara Mukti Farma yang paling utama adalah Kota Medan, karena Kota Medan merupakan Kota yang terdekat. Sedangkan alternatif pemasaran daerah lain adalah seluruh Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Untuk sementara PT. Mutiara Mukti Farma berkonsentrasi dalam memasarkan produk-produknya didaerah provinsi Sumatera Utara. Namun ada juga beberapa produk obat-obatan yang dipasarkan sampai ke Pulau Jawa (terutama Jawa Barat), Aceh dan Kalimantan.

2.5. Struktur Organisasi dan Manajemen

Organisasi dan manajemen merupakan faktor yang paling penting untuk memperlancar aktivitas perusahaan sehingga tercapai sasaran dan target yang


(30)

diharapkan. Agar aktivitas perusahaan berjalan dengan lancar maka perusahaan harus memiliki organisasi dan manajemen yang baik. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran dan target perusahaan dengan efisiensi yang tinggi. Dalam pengorganisasian dari bagian yang berbeda-beda diperlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut juga diharapkan dapat diarahkan kepada orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut, sehingga mereka dapat dengan baik melaksanakan aktivitas yang mendukung tercapainya sasaran perusahaan disamping melaksanakan aktivitas masing-masing.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah struktur organisasi lini yang merupakan bentuk organisasi yang menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah yang dihubungkan dengan garis wewenang atau komando. Bentuk struktur organisasi PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada gambar 2.1.


(31)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma DEWAN KOMISARIS DIREKTUR ASISTEN DIREKTUR MANAGER PERSONALIA MANAGER AKUNTANSI MANAGER QUALITY CONTROL MANAGER PRODUKSI MANAGER R&D Ka. KEUANGAN Ka. PEMBELIAN Ka. PENJUALA N SUPERVISOR Ka.PERENCANAAN PRODUKSI Ka.TEKNISI KASIR DANRU SATPAM STAFF PENJUALA N STAFF PEMBELIAN STAFF LABORATORIU M Ka. Unit Tablet KA. Unit Kapsul Ka. Unit Injeksi Ka. Unit Sirup Ka. Unit Kaplet Ka. Gudang Kemasan Ka. Gudang Bahan Baku Ka. Gudang Bahan Jadi STAFF

R & D

Angota Satpam Shift A Angota Satpam Shift B Karyawan Tablet Karyawan Kapsul Karyawan Injeksi Karyawan Sirup Mekanik Karyawan Gudang Karyawan Gudang Karyawan Gudang Karyawan kaplet Ka.GUDANG


(32)

2.5.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma adalah sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris

 Mengadakan rapat Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk mengangkat dan memberhentikan Direktur.

 Mengadakan evaluasi terhadap tugas dan wewenang Direktur.

 Mengadakan rapat Pemegang Saham untuk mengevaluasi neraca, rugi, laba dan laporan keuangan setiap tahun.

2. Direktur

 Sebagai pelaksana harian dan pelaksana garis manajemen perusahaan

 Menentukan manajemen perusahaan yang akan dilakukan perusahaan

 Memberi perintah kepada wakil direktur dan bawahannya

 Mengadakan perubahan struktur organisasi perusahaan

 Mengadakan kontrak-kontrak dengan pihak lain

 Mengadakan persetujuan ataupun penolakan terhadap kebijakan bawahan

 Mengevaluasi jalannya perusahaan dan lintas keuangan. 3. Asisten Direktur

– Sebagai pelaksana garis yang ditentukan Direktur dan menyampaikan kepada bawahannya


(33)

 Melaksanakan instruksi pimpinan dalam bidang umum, keuangan, pengawasan, produksi, penjualan dan pembelian

 Bertanggung jawab kepada Direktur untuk terlaksananya aktivitas perusahaan dengan baik.

4. Manajer Personalia

– Melakukan dan menjaga komunikasi yang baik dengan pihak customer

dan perusahaan-perusahaan lain.

– Mengkoodinir tenaga kerja perusahaan seperti pembagian kerja dan lainnya.

– Melakukan penambahan atau pengurangan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

5. Manajer Akuntansi

– Melaksanakan ketentuan-ketentuan atau penggarisan tentang pelaksanaan dan garis akuntansi secara menyeluruh

– Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan instansi pemerintahan atau badan-badan yang bersangkutan dengan Akuntansi dan Personalia Umum

– Merupakan pembantu direksi dalam melaksanakan tugas umum dan fungsi yang berhubungan dengan seluruh kegiatan industri

– Mengadakan komunikasi aktif dengan bagian lain demi kelancaran tugas tiap bagian

– Membuat laporan kegiatan atau aktivitas perusahaan minimal sekali setahun kepada Direktur.


(34)

6. Manajer Quality Control

– Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tugas di laboratorium, pengawasan dalam proses maupun CPOB

– Bertanggung jawab atas analisa dan keputusan untuk menerima atau menolak hasil pemeriksaan kimia dan mikrobiologi atas bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

– Bertanggung jawab atas pengadaan dan pemakaian larutan pereaksi dan alat yang diperlukan

– Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi CPOB, sehingga pelaksanaannya senantiasa terjamin

– Berdiskusi dengan Manajer Produksi jika terjadi kegagalan produksi

– Membuat laporan bulanan pemeriksaan obat jadi yang diserahkan kepada Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan

– Menyimpan semua prosedur analisa

– Membuat anggaran tahunan bagi pengawasan mutu

– Mengupayakan perbaikan biaya pengawasan mutu.

7. Manajer Produksi

– Membuat perencanaan produksi, jumlah produksi, masa produksi, kapasitas terpakai suatu mesin dan kapasitas terpakai tenaga kerja

– Melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku, pengemas dan pengawasan terhadap hasil produksi

– Berdiskusi dengan Manajer Pengawasan Mutu apabila terjadi kegagalan produksi


(35)

– Bertanggung jawab terhadap pemakaian mesin dan peralatan produksi

– Turut membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga

dilaksanakannya CPOB

– Bertanggung jawab untuk menjaga semangat kerja yang tinggi di bagian produksi, serta pengembangan dan latihan karyawan yang dibawahinya

– Membuat laporan secara rutin dan tahunan untuk hasil produksi

– Mengupayakan perbaikan biaya produksi.

8. Manajer Research and Development

– Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan perusahaan, seperti minat konsumen terhadap obat

– Melaksanakan diversifikasi produk, seperti mengembangkan obat tradisional

– Membuat anggaran tahunan bagian riset dan pengembangan.

9. Kepala Keuangan

– Bertanggung jawab terhadap lalu lintas keuangan di perusahaan

– Mencatat pengeluaran dan pemasukan uang

– Membuat bukti pengeluaran dan pemasukan uang

– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur. 10. Kepala Penjualan

– Menerima P. O. (Purchase Order)

– Melayani P. O. Dan mengirimkan ke outlet dengan membuka faktur sesuai dengan pesanan yang diterima dengan stok yang ada


(36)

– Menjual barang yang diproduksi sesuai dengan garis-garis yang ditentukan

– Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi, misalnya membuat pembukuan tentang penjualan

– Melakukan promosi dan memasarkan obat-obatan keluaran PT. Mutiara Mukti Farma

– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur. 11. Kepala Pembelian

– Memesan bahan-bahan baku untuk kebutuhan produksi

– Memesan bahan-bahan pengemas sesuai kebutuhan

– Membuat surat pesanan ke relasi atau pemasok

– Meneliti bahan-bahan baku yang masuk dari pemasok, dengan pertimbangan mutu, harga, masa kadaluarsa dan sistem pengiriman

Quality Product bagian pembelian biasanya meminta lebih dahulu C. A. (Certificate of Analyze). Suatu produk baru, kemudian ditentukan apakah dapat dipesan/dibeli atau tidak

– Hal ini dikoordinasikan dengan Manager Quality Control dan Manajer Produksi

– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur. 12. Supervisor Laboratorium

– Mengatur agar semua contoh untuk pengujian dianalisa menurut prosedur yang telah ditentukan dengan urutan-urutan prioritas yang sesuai dengan kebutuhan


(37)

– Memeriksa dan menjamin kebenaran laporan pemeriksaan

– Mengatur semua peralatan dan pereaksi yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang digunakan secara efisien

– Menjaga alat-alat dan ruangan laboratorium

– Mengatur ketertiban/disiplin bawahan, menjaga suasana kerja yang baik dan membimbing bawahan bidang teknis analisa.

13. Kepala Perencanaan Produksi

– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi

– Melaksanakan proses pembuatan obat sesuai dengan prosedur yang ditugaskan oleh Manajer Produksi

– Mengisi dengan benar catatan pengolahan dan pengemasan

– Mengusulkan permintaan alat-alat kerja

– Mencatat semua kegiatan harian dalam formulir yang disediakan Manajer Produksi

– Membuat daftar inventaris alat-alat di bagian produksi. 14. Kepala Teknisi

– Memperbaiki mesin-mesin dan peralatan pabrik yang mengalami kerusakan

– Mengatur semua kebutuhan peralatan termasuk spare parts mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi

– Menjalankan sanitasi dan hygiene peralatan, mesin dan bangunan serta lingkungan sesuai dengan yang ditetapkan


(38)

– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. 15. Kepala Gudang

 Melakukan penerimaan barang dan meneliti apakah barang yang sesuai dengan faktur pembelian dan surat pesanan.

 Mengecek kesesuaian antara surat pesanan (SP) pembelian dengan fakturnya.

 Membuat Bukti Barang Masuk .

 Membuat laporan bulanan stock barang

 Mengkoordinir kepala gudang kemasan, bahan baku dan bahan jadi

16. Kepala Gudang Bahan Baku

– Menerima dan menyimpan bahan-bahan keperluan produksi

– Menyalurkan barang-barang yang ada di dalam gudang pada bagian-bagian yang memerlukannya

– Melaksanakan segala urusan yang berkaitan dengan bahan baku yang diterima

– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. 17. Kepala Gudang Barang Jadi

– Menerima, menyimpan dan menyalurkan obat-obatan yang ada di gudang produk jadi

– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi

18. Kepala Gudang Kemasan

– Melaksanakan proses penyerahan bahan kemasan yang ditugaskan oleh Manajer Produksi menurut prosedur yang ditetapkan


(39)

– Mengawasi dan mengatur keberadaan bahan pengemas di gudang.

19. Karyawan

– Bertanggung jawab kepada Kepala Unit.

– Bertugas membantu Kepala Unit dalam menjalankan tugasnya.

20. Danru Satpam

– Bertanggung jawab secara langsung kepada Manajer Personalia berkaitan dengan pelaksanaan kerja security dan bertanggung jawab terhadap pengamanan area project kerja.

– Bertanggung jawab pada pelayanan penjagaan sebagai penunjang kelancaran operasional kerja.

– Membina, mengawasi dan mengontrol tugas anggota security di lapangan.

21. Kasir

– Menjalankan proses penjualan dan pembayaran

– Melakukan pencatatan atas semua transaksi

– Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada Ka. Keuangan.

22. Staff Penjualan

– Menjaga dan meningkatkan volume penjualan

– Memastikan pencapaian target penjualan

– Membuat laporan penjualan perusahaan

– Melaporkan aktivitas penjualan perusahaan kepada Ka. Penjualan. 23. Staff Pembelian


(40)

– Melakukan pengelolaan pengadaan barang melalui perencanaan secara sistematis dan terkontrol

– Bekerjasama dengan departemen terkait untuk memastikan kelancaran operasional

– Memastikan kesedian barang/material melalui mekanisme audit / cotrol stock dll.

24. Staff Laboratorium

– Melakukan pemeriksaan terhadap jalannya proses produksi untuk memastikan kesesuaian prosedur

– Memonitor kualitas material serta hasil produksi dengan perbandingan kualitas standar

– Menganalisa permasalahan yang timbul pada kualitas proses dan hasil produksi

– Bertanggung jawab kepada supervisor laboratorium. 25. Ka. Unit Tablet

– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi dari Ka. Perencanaan Produksi.

– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan Produksi.

– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan tablet.

– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya produksi tablet.


(41)

– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.

26. Ka. Unit Kapsul

– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi dari Ka. Perencanaan Produksi.

– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan Produksi.

– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Kapsul.

– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya produksi Kapsul.

– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.

27. Ka. Unit Injeksi

– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi dari Ka. Perencanaan Produksi.

– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan Produksi.

– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Injeksi.

– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya produksi Injeksi.

– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.


(42)

28. Ka. Unit Sirup

– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi dari Ka. Perencanaan Produksi.

– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan Produksi.

– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Sirup.

– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya produksi Sirup.

– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.

29. Ka. Unit Kapsul

– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi dari Ka. Perencanaan Produksi.

– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan Produksi.

– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Kapsul.

– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya produksi Kapsul.

– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.

30. Staff R&D

– melakukan test dan mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.


(43)

– Bertanggung jawab kepada Manager R&D.

2.5.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Kegiatan penerimaan dan penempatan tenaga kerja pada PT. Mutiara Mukti Farma diatur sendiri oleh perusahaan dengan terlebih dahulu melihat situasi kegiatan yang ada, apakah perusahaan memerlukan karyawan atau tidak.

Dalam menjalankan operasional sehari-hari, PT Mutiara Mukti Farma memiliki tenaga kerja sebanyak 152 orang. Rincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma

No Uraian Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur Utama 1

2 Asisten Direktur 1

3 Manajer 7

4 Administrasi Kantor 4

5 Riset dan Pengembangan 5

6 Administrasi Produksi 7

7 Laboratorium 7

8 Penjualan 4

9 Karyawan Bagian Produksi 80

10 Keuangan 3

11 Satpam 4

12 Gudang 15

13 Teknisi 8

14 Cleaning Service 6

Jumlah 152

Sumber: Kantor HRD PT. Mutiara Mukti Farma

Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian kantor, bagian produksi dan bagian keamanan.


(44)

a. Bagian Admintrasi Kantor

Pada hari Senin sampai dengan Jum’at:

Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) Pukul 13.00 – 16.30 WIB (bekerja) b. Bagian Produksi

Pada hari Senin sampai dengan Jum’at: Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) Pukul 13.00 – 17.00 WIB (bekerja) Pada hari Sabtu:

Pukul 08.30 – 13.00 WIB (bekerja)

c. Bagian Keamanan

Pada hari Senin sampai dengan Minggu dibagi dalam 2 shift, yaitu:

– Shift I : Pukul 07.00 – 19.00 WIB

– Shift II : Pukul 19.00 – 07.00 WIB

2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.6.1. Sistem Pengupahan

Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dalam memberi upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan juga meningkatkan produktivitas kerja.


(45)

Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutiara Mukti Farma berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah.

Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali, yaitu setiap awal bulan

2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja, yaitu:

a. Jam pertama sebesar 1,5 kali upah setiap jam kerja normal b. Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal

c. Jam ketiga ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap jam kerja normal

3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.

Selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran dari kegiatan organisasi karyawan, seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) yakni sebesar 2% dari gaji karyawan.

Selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum 1 tahun. Hak cuti yang


(46)

diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja dalam setahun. Selain itu bagi karyawan yang sedang hamil atau melahirkan, berhak mendapatkan cuti selama 3 bulan, sedang cuti haid selama 2 hari kerja setiap bulannya.

2.6.2 Fasilitas Lainnya

Fasilitas yang diberikan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma adalah: a. Imbalan resmi (gaji) dan kompensasi tambahan yang diperoleh setiap

karyawan

b. Catu beras diberikan 2 kali 1 bulan

c. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan

d. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target produksi yang ditetapkan perusahaan

e. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat adanya pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan khusus. Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat Manajer

f. Tunjangan hari raya

g. Uang transport, hanya diberikan kepada karyawan tetap sebagai tambahan untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang transport disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.

Selain fasilitas diatas, perusahaan juga melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, seperti:


(47)

– Jaminan hari tua atau uang pensiun

– Jaminan kecelakaan kerja, jaminan ini dilakukan dengan cara pemberian sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Jaminan kecelakaan kerja ini diberikan apabila tenaga kerja tersebut mengalami kecelakaan dalam tugasnya

– Beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi

– Apabila karyawan meninggal setelah berdinas selama 10 tahun, maka diberikan tunjangan janda dan yang berdinas dibawah 10 tahun akan diberikan tunjangan sebesar 2 bulan gaji dan tunjangan kemalangan dari Astek

– Karyawan yang telah berdinas selama 25 tahun diberikan insentif sebesar 2 bulan gaji.

2.7. Proses Produksi

Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya seperti tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan baku/material, manajemen,sumber energi, metode dan uang yang ada.

Terdapat berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh PT. Mutiara Mukti Farma . Tetapi dalam pelaksanaan penelitian kali ini, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis kaplet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, dan tenaga kerja. Dalam kegiatan operasinya, obat


(48)

yang telah dihasilkan akan diuji oleh tenaga ahli dengan suatu sistem pengendalian mutu yang baik dari manajemen.

2.7.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan ini memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dalam pembuatan tablet, bahan baku yang digunakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Bahan Berkhasiat (zat aktif)

Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang mana bahan inilah yang berfugsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Berkhasiat : Antalgin b. Bahan Pengisi

Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan berkhasiatnya berkompisisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan pengisi tablet


(49)

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengisi : Lactose, Corn Starch

2.7.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan suatu bahan yang ditambahkan dalam proses pembuatan suatu produk dalam meningkatkan mutu produk dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan terdiri dari :

a. Bahan Pengikat

Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan bahan baku obat sehingga dapat bersatu. Bahan pengikat berupa pasta yaitu campuran air dan tepung. Pasta kanji merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai, dibuat dengan cara melarutkan kanji ke dalam air kemudian dipanaskan selama beberapa waktu tertentu.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengikat : Amylum b. Bahan Penghancur

Bahan pengahancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya kaplet ketika bercampur dengan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan. Bahan berfungsi untuk menarik air ke dalam kaplet, mengembangkannya dan menyebabkan kaplet pecah menjadi partikel-partikel.


(50)

c. Bahan Pelicin dan Anti Lekat

Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelicin. Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah : anti lekat berusaha mengurangi melekatnya bubuk atau granul pada permukaan cetakan atau pada dinding cetakan. Pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul untuk masuk kedalam cetakan. Bahan-bahan yang digunakan agar dalam proses pencetakan obat dapat dengan mudah dicetak.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pelicin : Mangnesium Stearat, Talcum d. Bahan Pengawet

Bahan pengawet berguna untuk mengawetkan obat dan memperlambat proses perkembangan mikroorganisme seperti dan jamur.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengawet : Nipagin, Nipasol e. Bahan Perwarna

Bahan perwarna diberikan kepada obat untuk memberikan daya tarik terhadap suatu obat. Bahan perwarna yang digunakan berbentuk tepung dan sesuai dengan ketentuan Depkes, yaitu bahan perwarna untuk makanan dan obat-obatan. Manfaat dari pemberi warna antar lain : menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi menarik.

- Nama Obat : Antalgin


(51)

f. Bahan Pemberi Rasa

Bahan pemberi rasa gunanya untuk menghilangkan rasa obat dan memberikan rasa baru pada obat tersebut, seperti rasa jeruk, rasa apel, dan lain-lain. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada obat kunyah atau pada obat lain yang ditunjukan untuk larut dalam mulut.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pemberi Rasa : Vaniline g. Bahan Pengembang

Bahan Pengembang digunakan untuk mempercepat proses penguraian obat di dalam usus ataupun lambung. Bahan pengembang yang digunakan seperti Primojel.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengembang : Primojel h. Bahan Kemasan

Bahan kemasan digunakan pada proses pengepakan produk jadi, seperti karton, botol, label, silcap, etiket, dan plastik.

2.7.3. Bahan Penolong

Pengertian dari bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah air. Air digunakan dalam pembuatan bahan pengikat, misalnya pembuatan kanji.


(52)

2.8. Standar Mutu Bahan/Produk

PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) mempunyai standarisasi dalam menghasilkan produk. Setiap bahan dan produk harus melewati proses pengawasan mtu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan standar CPOB. Produk yang bermutu dan pelayanan yang baik merupakan usaha perusahaan dalam menjual produknya pada konsumen.

2.9. Uraian Proses

Proses Produksi yang dihasilkan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari beberapa tahapan, antara lain


(53)

2.9.1. Penimbangan Bahan

Bahan baku, baik yang berupa zat berkhasiat maupun yang obat tidak berkhasiat ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan dalam surat perintah pembuatan obat. Bahan-bahan sebelum tiba digudang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan pemasok bahan baku dan mutunya terjamin.

2.9.2. Proses Pencampuran (Compounding)

Setelah masing-masing bahan sudah ditimbang, kemudian dimasukkan kedalama sebuah mixer dan di aduk sampai tercampur rata. Kemudian dimasukkan pasta yang berfungsi sebagai zat pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata bahan kemudian dibawa ke bagian Granulasi Basah.

2.9.3. Proses Granulasi Basah

Proses ini yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau butiran kecil dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Jadi granulasi basah adalah gumpalan-gumpalan atau butiran kecil dari bahan yang telah dicampur yang masih dalam keadaan basah. Bahan yang sudah dicampur digranulasi secara basah (wet granulation) untuk


(54)

membentuk granul-granul kecil yang ukurannya lebih seragam. Pembentukan granul-granul akan mempermudah proses pengeringan.

2.9.4. Proses Pengeringan

Setelah bahan digranul secarah basah, kemudian bahan obat tersebut dikeringkan. Bahan yang dikeringkan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat menggunakan oven pengeringan ataua Fluid Bed Dryer. Proses pengeringan dengan menggunakan Fluid Bed Dryer akan memberikan waktu yang lebih singkat dan massa yang lebih homogen dibandingkan dengan menggunakan oven pengering. Proses pengeringan pada Fluid Bed Dryer

dilakukan pada suhu berkisar antara 60oC samapai 100oC, tergantung jenis obat yang akan dibuat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Pengeringan dengan oven juga dilakukan pada suhu berkisar anatara 60oC sampai 100oC selama 8 jam sampai 10 jam.

2.9.5. Proses Granulasi Kering

Granulasi kering ini berfungsi untuk mendapatkan ukuran gumpalan-gumpalan yang lebih halus setelah granul basah dikeringkan. Bahan obat yang sudah dikeringkan digranulasi kembali sehingga terbentuk granul-granul yang lebih halus lagi dan memiliki ukuran yang relatif sama sehingga bobotnya seragam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pencetakan.


(55)

2.9.6. Proses Lubrikasi

Lubrikasi adalah proses pencmpuran zat pelicin dengan bahan obat agar dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang akan lebih baik. Setelah mengalami granulasi kering, bahan obat yang sudah halus dilubrikasi. Pada prosesnya ditambahkan zat pelicin seperti Magnesium Stearat

dan Talcum. Pemberian zat pelicin akan memperbaiki daya alir bahan ketika masuk dalam pencetakan dan juga berguna dalam proses pencetakan agar obat tidak lengket sewaktu dicetak dan memberikan permukaan obat yang licin mengkilap.

2.9.7. Proses Pencetakan

Pada proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan percobaaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan kemudian dicetak lagi. Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut.

2.9.8. Proses Pengayakan dan Pemeriksaan

Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan ayakan 10 mesh untuk meghilangkan debu obat dan sekaligus untuk memeriksa


(56)

apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Untuk mengetahui apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.

2.9.9. Pengemasan

Pengemasan untuk jenis tablet ada tiga jenis, yaitu : a. Kemasan botol

Obat dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang untuk setiap seribu butir tablet. Penimbangan berdasarkan berat obat dalam mg yang telah ditetapkan sewaktu pencetakan, kemudian dimasukkan pengawet kedalamnya lalu plastik dipress dengan panas. Plastik obat kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol plastik berikut dengan brosur tentang obat tersebut. Untuk menjamin kemsan obat, maka tutup botol diberi segel.

b. Kemasan Strip

Dalam pengemasan strip digunakan mesin sesuai dengan obat yang akan dikemas. Obat yang sudah dikemas kemudian distempel nomor batch dan batas waktu untuk obat yang mempunyai batas waktu. Setiap strip berisi 10 butir obat. Obat yang telah dikemas dengan strip dimasukkan ke dalam kotak yang berisi 10 kemasan strip dan siisolasi. Kotak-kotak kemudian dimasukkan ke dalam kardus dimana tiap kardus berisi 60 kotak.


(57)

c. Kemasan Blister

Proses pengemasan blister ini sama dengan proses pengemasan strip, hanya bentuk kemasannya saja yang berbeda yaitu permukaan atasnya transparan.

2.10. Mesin Produksi

Dalam melakukan proses produksinya mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma melakukan modifikasi terhadap mesin dan peralatan yang dilakukan oleh bagian teknik perusahaan ini. Adapun

spesifikasi mesin produksi pembuatan obat kaplet yang ada di PT. Mutiara Mukti Farma adalah sebagai berikut:

a. Oven Pengering

Type : A/MB

Jumlah : 6 unit

Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat Kapasitas : 50 kg/ jam

Power motor : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

b. Mesin Bed Dryer

Kapasitas : 30kg/ jam

Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat

Jumlah : 1 unit

Power motor : 1 HP


(58)

c. Mixer (lubrikasi)

Type : MLA 21366

Fungsi : Untuk mencampur bahan pelicin dengan tepung obat

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

d. Mixer (pencampuran) Kapasitas : 75 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencampur tepung obat dengan bahan tambahan Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

e. Mesin cetak

Type : ZP – 19 C Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencetak tepung obat kaplet

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

f. Mesin cetak

Type : ZP – 19 G Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam


(59)

Jumlah : 1 unit Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

g. Mesin Blister

Merek : Ziangnan

Kapasitas Hopper : 8 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak ke dalam bentuk blister

Jumlah : 4 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

h. Mesin Strip

Kapasitas : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

i. Mesin Strip Tunggal

Type : CY - AP - A

Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Power (motor) : 1 HP


(60)

j. Mesin Strip Tunggal

Type : CY - AP - C

Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 2 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

k. Mesin Strip High Speed

Type : F – 220 V

Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

l. Mesin Strip High Speed

Type : SQ 4 – APM - A

Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP


(61)

m.Mesin Granulator (kering)

Kapasitas tepung : 120 kg/ jam

Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam

bentuk granul - granul kecil

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

n. Mesin Granulator (basah)

Type : MLA 2133 G

Kapasitas tepung : 75 kg/ jam

Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam

bentuk granul - granul kecil

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

o. Mesin hitung kaplet

Type : KDC 101

Fungsi : Untuk menghitung jumlah obat dalam satu

kemasan

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP


(62)

2.11. Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma merupakan sebagai alat bantu dalam melancarkan proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku hingga penyimpanan produk jadi.

1. Belt Conveyor

Arus : 7, 09 A

Daya : 5 HP

Kapasitas : 850 kg/jam

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat transportasi untuk membawa bahan baku

2. Timbangan duduk

Merek : Toledo

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku

Buatan : Ohio, Amerika Serikat

Kapasitas : 0-1 kg

3. Timbangan Halus Digital

Merek : Toledo

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat


(63)

Kapasitas : 26 - 60 mg

4. Timbangan Berkoz

Merek : Berkoz

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat

Buatan : Indonesia

Kapasitas : 0 - 300 kg

2.12. Utilitas

Utilitas adalah sarana penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. Utilitas yang dimiliki oleh PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendukung kegiatan produksinya yaitu:

1. Listrik

PT. Mutiara Mukti Farma menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan generator untuk mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan produksi. Selain itu perusahaan juga menggunakan listrik PLN sebagai penerangan pada area kerja, kantor-kantor dan area-area pendukung lainnya seperti pos satpam, area parkir.

2. Air

Untuk kegiatan produksi pada pabrik pembuatan obat air sangatlah penting, pemakaian air pada proses pengolahan di PT. Mutiara Mukti Farma untuk fasilitas para karyawan sebelum memasuki area produksi agar karyawan


(64)

dalam keadaan steril dengan mencuci tangan dan sebagainya. Selain untuk keperluan pabrik, air juga digunakan untuk kebutuhan air karyawan perusahaan terutama pada kamar mandi. Sumber air di PT. Mutiara Mukti Farma bersumber dari 2 yakni:

a. PDAM Tirtanadi b. Mata air dan sumur bor 3. Laboratorium

Dengan adanya laboratorium, maka dapat diadakan analisa yang teliti terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk. Laboratorium di PT. Mutiara Mukti Farma langsung ditangani oleh bagian Quality Control Departement. Laboratorium mempunyai paranan yang sangat penting dalam menunjang mutu produk yang dihasilkan oleh pabrik. Hasil analisa di informasikan ke bagian produksi sehingga dapat diketahui apakah mutu produk yang dihasilkan semakin buruk atau semakin baik. Dengan adanya informasi yang diterima maka bagian produksi dapat mengambil keputusan atau tindakan-tindakan yang diperlukan agar mutu produk tetap baik sehinga kerugian-kerugian yang terjadi dapat dihindarkan.

d. Gudang dan Bengkel

a. Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan juga peralatan untuk keperluan produksi.

b. Bengkel merupakan tempat memperbaiki mesin dan peraltan produksi, bengkel berada dalam lokasi pabrik agar kerusakan yang terjadi pada mesin


(65)

dan peralatan dapat segera diatasi sehingga proses produksi tidak terganggu.

2.13. Safety and Fire Protection

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang paling penting diperhatikan oleh setiap perusahaan selama proses produksi berlangsung. Oleh karena itu usaha pencegahan gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat turut meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.

PT. Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi beberapa saat dapat menyebabkan tingginya biaya produksi.

Salah satu untuk memperkecil biaya produksi adalah menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat pelindung guna memperkecil akibat yang timbul jika terjadi kecelakaan. Masalah keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan pada saat perancangan dan bukan difikirkan kemudian setelah pabrik didirikan.

Namun sekalipun pabrik sudah beroperasi, perencanaan tetap penting untuk mencapai standard keselamatan kerja yang tinggi. Terdapat beberapa prinsip dalam perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi yaitu:


(66)

a. Ciptakan keadaan yang aman untuk berjalan di lantai produksi, tangga-tangga, tempat dan daerah kerja, lorong-lorong dan sebagainya.

b. Sediakan lantai yang cukup bagi mesin dan peralatan.

c. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang menjadi tujuan tenaga kerja.

d. Fasilitasi alat transportasi yang disertai perlengkapan keselamatan. e. Mengisolasi daerah-daerah yang berbahaya.

f. Tersedianya alat-alat pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai tempat yang rawan kebakaran.

Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan mengunakan peralatan pelindung diri pada jenis pekerjaan di lapangan. Adapun alat-alat pelindung diri yang digunakan yaitu:

a. Pelindung telinga khusus digunakan bagi pekerja yang mendapatkan kebisingan dari mesin-mesin dan peralatan produksi.

b. Sepatu pengaman berupa sepatu bots untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat, benda tajam, lantai kerja yang licin dan sebagainya.

c. Sarung tangan khusus untuk melindungi tangan pekerja dari tusukan, sayatan, benda panas, bahan kimia, aliran listrik dan sebagainya. Ini banyak digunakan di bagian laboratorium.

d. Pelindung pernafasan berupa masker khusus untuk melindungi pekerja dari gangguan udara yang disebabkan zat-zat kimia di bagian laboratorium.


(67)

Khusus untuk Fire Protection, perusahaan menyediakan alat pemadam kebakaran pada tempat-tempat yang rawan kebakaran. Untuk pengamanan arus listrik maka saklar-saklar harus ditempatkan pada posisi yang mudah dijangkau dan tertutup, sekring harus pada panel tertutup, kabel listrik harus dipasang yang bagus agar tidak terjadi korslet antara kabel dan putuskan arus listrik bila terjadi hal-hal yang membahayakan keselamatan pekerja.

2.14. Waste Treatment

Pada PT. Mutiara Mukti Farma hasil sampingan yang terjadi akibat kegiatan pabrik adalah berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari pencucian alat dan proses pembuatan obat sirup. Sedangkan limbah padat bersal dari tepung sisa-sisa pembuatan obat, botol, kertas, debu, plastik, karton, strip, dan blister. Adapun pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Limbah Padat

Pengolahan limbah padat menggunakan incinerator dan tungku pembakaran. Incinerator berfungsi untuk membakar tepung sisa pembuatan obat pada suhu 800-1000oC. tungku pembakaran berfungsi untuk membakar karton, kertas, dan plastic. Untuk limbah padat berupa botol dan besi hanya ditumpuk dan kemudian dijual. Sedangkan untuk plastik-plastik blister dan strip tidak dibakar dlam tungku atau incinerator melainkan dibuang ke tempat


(68)

pembuangan akhir (TPA). Karena plastik jika dibakar dapat menimpulkan bau yang mengganggu penduduk di sekitar pabrik tersebut.

2. Limbah cair

Sistem pengelolaan limbah cir terdiri dari enam kolam yaitu : a. Kolam Pertama

Air buangan pada kolam pertama berasal dari cucian alat dan proses pembuatan sirup. Setiap hari senin ditambahkan PAC (Poly Aluminium Clorida) dan Koaret dengan cara sebagai berikut :

1. Larutkan PAC (Poly Aluminium Clorida) sebanyak 1,5 kg dalam 20 liter air bersih

2. Larutkan bahan koaret sebanyak 0,25 Kg dalam 20 liter air bersih 3. Periksa pH air limbah (standar :6,5-8,5), setelah diperiksa pH awal :7 4. Mikser air limbah selama 30 menit

5. Masukkan lauratan PAC (Poly Aluminium Clorida) ke dalam air limbah dalam posisi mikser

6. Mikser air limbah selama 30 menit

7. Masukkan kaoret ke dalam air limbah pada posisi mikser 8. Mikser air limbah selama 30 menit

9. Diamkan air limbah selama 2,5 jam 10.Alirkan air ke kolam kedua

b. Kolam Kedua

Pada kolam kedua tidak ada perlakuan apapun. Air buangan mengalir secara gravitasi ke kolam ketiga


(69)

c. Kolam Ketiga

Kolam ketiga sudah terbentuk lumpur, kemudiaan lumpur diangkat dan dibuang ke tanah (kolam enam)

d. Kolam Keempat

Air limbah pad kolam keempat berasal dari kamar mandi, laundry dan aliran air hujan. Air limbah akan secara gravitasi ke kolam ke lima

e. Kolam Kelima

Pada kolam ke lima terdpat tanah, kerikil, dan pasir, kemudian air akan mengalir secara gravitasi ke kolam keenam

f. Pada kolam keenam terdapat endapan lumpur yang dikeringkan yang berasal dari kolam ketiga. Pada endapan lumpur tumbuh tanaman seperti kangkung dan labu. Tumbuhnya tanaman tersebut digunakan sebagai indikator bahwa air limbah tidak mengandung zat kimia berbahaya

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan perusahaan bahwa pH air limbah adalah sekitar 6,20 dan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep/51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri yaitu 6-9 maka pH air limbah PT. Mutiara Mukti Farma sudah memenuhi syarat.


(70)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Kualitas

Dalam situasi persaingan global yang semakin kompetitif, persoalan kualitas produk menjadi isu sentral bagi setiap perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas akan menjadi senjata untuk memenangkan persaingan, karena dengan memberikan produk berkualitas, kepuasan konsumen akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan defenisi yang tepat dan pemahaman yang akurat tentang kualitas yang tepat. Menurut American Society Of Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau layanan menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut filsafat jepang

kualitas adalah “zero defect” yaitu mengerjakan pertama kali dengan benar.

3.2. Perspektif Terhadap Kualitas

Menurut Garvin (1995) terdapat lima perspektif terhadap kualitas produk, yaitu:

a. Trancendent Approach

Pendekatan ini dikembangkan dari filosofi dan meminjam diskusiplato tentang kecantikan. Menurut sudut pandang kecantikan, Quality is innate excellent (kualitas adalah kesempurnaan). Menurut pendekatan pendefinisian kualitas sangat subyektif dan sulit didefinisikan dan digambarkan secara


(71)

konkrit, tetapi dapat dirasakan atau diekspresikan. Perspektif ini biasa digunakan untuk menggambarkan kualitas produk seni. Ungkapan persetujuan terhadap kualitas biasanya diwujudkan dalam ekspresi kegembiraan, kegirangan maupun antusias yang besar. Pendekatan ini kemudian dipakai untuk mempromosikan prodk yyang bisa membawa ke suasana senang, misalnya deprtment store dipromosikan sebagai tempat berbelanja yang menyenangkan.

b. Product-based approach

Kualittas produk digambarkan dalam beberapa atribut produk yang bisa diukur. Artinya penilaian terhadap kualitas produk didasarkan pada pengukuran dari beberapa atribut-atribut yang melekat pada produk.

c. User-based approach

Kualitas produk terealisasi jika kepuasan konsumen maksimal. Artinya jika kepuasan yang diperoleh konsumen maksimalmenunjukkan bahwa kualitas produk sudah tercapai.

d. Manufacturing-based approach

Perspektif ini menggunakan dasar ukuran atau standar yang telah dilakukan oleh pemanufaktur.

e. Value-based approach

Kualitas produk ditentukan oleh kinerja atau manfaat produkyang dikaitkan dengan harga yang bisa diterima.


(72)

3.3.Statistical Quality Control (SQC)

Kualitas dan manajemen kualitas telah mengalami evolusi menjadi TQM (Total Qulaity Manajemen), filosofi TQM berisi dua komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik. Sistem manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas produk atau jasa. Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas dalam desain produk, perencanaan, desain proses, dan pengendalian (bahan baku, produk dalam proses, dan produk jadi). Statistic Quality Control (SQC) atau pengendalian kualitas statistic merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, memperbaiki produk, dan proses menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik (Statistic Quality Control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (Statistical Process Control/ SPC). Pengendalian kualitas statistik dan pengendalian proses statistik memang merupakan dua istilah yang saling dipertukarkan, yang apabila dilakukan bersama-sama maka pengguna akan melihat gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang (Cawuley dan Harrold, 1999). Sementara itu, menurut (Mayelett, 1994), pengendalian kualitas statistic mempunyai cakupan yang lebih luas karena di dalamnya terdapat pengendalian proses statistik, pengendalian produk (Acceptance Sampling) dan analisis kemampuan proses.


(73)

3.4. Alat-Alat Statistical Quality Control

Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa alat yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik tersebut sebenarnya lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas perusahaan atau organisasi. Alat dan teknik tersebut biasanya digunakan untuk menemukan kesalahan, mencari penyebab kesalahan-kesalahan tersebut. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka perbaikan kualitas atau continuous quality improvment dapat tercapai (Ariani, 1999). Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SQC (Statistical Quality Control) mempunyai tujuh alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain:

a. Lembar Periksa

Data tanpa tujuan yang jelas atau data yang tidak andal adalah tidak bernnilai. Data yang diperlukan adalah data yang memiliki tujuan yang jelas dan merefleksikan kebenaran. Kemudian permasalahan selanjutnya adalah membuat data mudah didapat dan digunakan. Inilah mengapa banyak lembar pemeriksaan digunakan di dalam pabrik. Lembaran pemeriksaan memiliki banyak tujuan, tapi yang terutama adalah untuk mempermudah pengumpulan data dan dalam bentuk yang mudah digunakan dan dianalisis. Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.


(74)

Tabel 3.1. Check Sheet

b. Stratification

Tool ini mengelompokkan sekumpulan data yang mempunyai karakteristik sama.

Gambar 3.1. Stratification

c. Diagram Sebar

Diagram sebar atau disebut juga peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang memengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan.


(75)

Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karasteristik kuat dan faktor yang memengaruhinya. Diagram sebar (scatter) adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan masalah atau kesalahan yang lain.

Gambar 3.2. Scatter Diagram d. Diagram Pareto

Diagram pareto (pareto chart) adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Diagram ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20% saja. Pareto diagram yang merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian yang disusun menurut


(76)

ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis, sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut.

Gambar 3.3. Diagram Pareto e. Histogram

Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang muncul. Histogram menunjukkan peristiwa yang paling seringterjadi dan juga variasi dalam pengukurannya. Statistika deskriptif seperti rata-rata dan standar deviasi dapat dihitung untuk menjelaskan distribusinya. Walaupun demikian, datanya harus selalu dipetakan sehingga bentuk distribusinya dapat “terlihat”. Sebuah gambaran visual dari distribusi juga dapat memberikan informasi mengenai penyebab variasinya. Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun.


(77)

Gambar 3.4. Histogram

f.Peta Kendali (Control Chart)

Peta kendali adalah alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu kewaktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali. Grafik kendali adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. Batas pengendalian yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit) dapat membantu untuk menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses, yang menunjukkan bahwa proses tersebut konsisten. Dengan mengetahui kondisi proses, maka kita dapat mengetahui sumber variasi proses, pada dasarnya variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada produk yang sama. Terdapat dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu penyebab umum (common cause) adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses operasi yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum menimbulkan variasi acak (random variation) dalam batas-batas yang dapat


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

10 100 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

6 88 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Sarung Tangan dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. Medisafe Technologies

8 46 131

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 9 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 1 11

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 44

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 17

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

0 0 15