Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Perluasan Infeksi Tuberkulosis Paru (Pemeriksaan Rontgen Paru) pada Pasien Diabetes Melitus dengan Tuberkulosis Paru Chapter III VI

14

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen

Gambar 3.1. Skema Kerangka Teori Penelitian dan Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

15

3.2. Definisi Operasional
1) KGD sewaktu adalah yang diukur setelah makan melebihi waktu 2
jam atau ketika tidak puasa.
Alat Pengukuran


: Rekam Medik

Hasil Pengukuran

:

A. Normal

: < 140mg/dl

B. TGT

: 140 - < 200mg/dl

C. DM

: > 200mg/dl

Skala Pengukuran


: Kategori

2) Lesi TB Paru yang tampak pada rontgen paru untuk kepentingan
pengobatan.
Alat Pengukuran

: Rekam Medik

Hasil Pengukuran

: Zona 1-6

a. Zona 1-3 : Paru kiri (Atas, Tengah, Bawah)
b. Zona 4-6 : Paru kanan (Atas, Tengah, Bawah)
c. Zona 1-6 : Kedua Paru
Skala Pengukuran : Kategori

Universitas Sumatera Utara


16

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan cross
sectional (potong melintang) dimana setiap subjek penelitian diobservasi hanya
untuk satu kali waktu pengukuran.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 - November 2016.
4.2.2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan rekam medik penderita DM
disertai TB paru yang berobat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam
Malik Medan dengan kurun waktu 1 tahun.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah rekam medik semua pasien penderita DM dengan
TB paru yang berobat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Juni 2015 – Juni 2016.
4.3.2. Sampel Penelitian
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
total sampling, yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi ketika jumlah populasi yang didapatkan kurang dari 100. Sampel
dianalisa dengan memenuhi kriteria :
1) Kriteria Inklusi
a.

Penderita DM dengan TB paru dengan semua kategori

b.

Tidak disertai penyakit paru lain

Universitas Sumatera Utara

17

c.


Umur ≥ 20 tahun

2) Kriteria Eksklusi
a.

Rekam medik yang tidak lengkap

4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan di dalam penelitian diperoleh secara sekunder, yaitu
peneliti mengambil data diperoleh atau dikumpulkan dari sumber yang telah
adapada pasien RSUP H. Adam Malik di bagian paru. Dari data-data tersebut,
kemudian dipilih data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi
kriteria eksklusi.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah didapatkan kemudian akan dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan software pengolahan data Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Uji statistik
dengan Fisher’s Exact Test.


Universitas Sumatera Utara

18

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di
Jalan Bunga Lau No.17, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, Kota Medan,
Sumatera Utara. Tanggal berdiri 21 Juli 1993, merupakan Rumah Sakit umum
dengan kelas A yang menjadi pusat rujukan di daerah Sumatera Utara.
5.1.2 Deskripsi Karateristik Sampel
Dalam Penelitian ini terdapat sampel 33 pasien Diabetes Melitus dengan
Tuberkulosis paru yang diambil dari rekam medik pasien yang rawat jalan
maupun rawat inap di Poliklinik DM dan Poliklinik Paru di RSUP H. Adam Malik
Medan.
Karakteristik sampel pada penelitian adalah sebagai berikut :
5.1.2.1 Jenis Kelamin& Usia

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan :
Jenis kelamin& Usia

n

%

Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan

23
10

69,7
30,3

Total

33


100,0

Usia
31-40
41-50
51-60
61-70

3
8
12
10

9,1
24,2
36,4
30,3

Total


33

100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa sampel terbanyak yang
menderita Diabetes Melitus dengan Tuberkulosis Paru adalah jenis kelamin laki-

Universitas Sumatera Utara

19

laki yaitu sebesar 23 orang ( 69,7%), sedangkan jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 10 orang (30,3%).Dan didapati kelompok usia terbanyak adalah
kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 12 orang ( 36,4%). Kemudian diikuti
dengan kelompok usia 61-70 tahun yaitu 10 orang (30,3%) dan kelompok usia 4150 tahun yaitu 8 orang (24,2%), sedangkan kelompok usia yang paling sedikit
adalah kelompok usia 31-40 tahun yaitu 3 orang (9,1%).
5.1.2.2 Kadar Gula Darah Sewaktu
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan Kadar Gula Darah
Sewaktu

Kadar Gula Darah
Sewaktu

n

%

< 140mg/dl

4

12,1

140 - > 200 mg/dl

2

6,1

>200 mg/dl


27

81,8

Total

33

100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa kelompok kadar gula darah
sewaktu terbanyak dengan KGD sewaktu > 200 mg/dl yaitu sebanyak 27 orang
(81,8%). Selanjutnya diikuti dengan kelompok KGD sewaktu dengan < 140 mg/dl
yaitu sebanyak 4 orang ( 12,1%). Sedangkan kelompok KGD sewaktu paling
sedikit dengan KGD sewaktu 140 - 70 tahun. Ini membuktikan bahwa tidak di jumpai
perbedaan pada umur 40 - 65 tahun. Jadi dari kedua penelitian ini tidak
menunjukkan perbedaan yang begitu besar. Salah satunya karena pada usia
lanjutfungsi sel beta lebih terganggu, terutama yang menderita DM terkontrol
dengan DM yang tidak terkontrol.27,29,30
Berdasarkan Kadar Gula Darah sewaktu ( Tabel 5.2) dari penelitian ini
ditemukan bahwa sebanyak 27 orang (81,8%) dengan KGD sewaktu > 200mg/dl,
4 orang (12,1%) dengan KGD sewaktu 140 - >200 mg/dl dan 2 orang (6,1%)
dengan KGD sewaktu < 140 mg/dl.Menurut penelitian Hiwot di Ethiopia Timur
Laut KGD terbanyak >228 mg/dl sebesar 14,3%.32

Universitas Sumatera Utara

22

Berdasarkan Rontgen Paru ( Tabel 5.3) dari penelitian ini ditemukan
bahwa sebanyak 16 orang penderita dengan infiltrat pada kedua paru ( 48,5%), 13
orang penderita dengan infiltrat pada paru kanan (39,4%) dan 4 orang penderita
dengan infiltrat pada paru kiri (12,1%). Hal ini sesuai kepustakaan yang ada yaitu
terdapat adanya infiltrat, kavitas, efusi pleura.6Keterlibatan paru bilateral sebesar
50%, 33% berkaitan efusi pleura, dan 17% terdapat kavitas.31
Berdasarkan hasil penelitian di atas ( Tabel 5.4)dimana menggunakan uji
Fisher’s exact didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara hasil
pemeriksaan KGD Sewaktu dengan rontgen paru pada sampel (p = 0,184). Hal ini
sesuai dengan penelitianNasution, bahwa tidak ada hubungan antara KGD
Sewaktu dengan Rontgen Paru.27Pada penelitian Alladin et.al juga mengatakan
bahwa diabetes melitus tidak berpengaruh signifikan terhadap manifestasi klinis
pada tuberkulosis.33
Kelemahan dari penelitian ini adalah sampel yang diperoleh sedikit (33
orang) karena penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Tipe A, dimana pasien
DM dengan TB Paru yang berkunjung ke Rumah Sakit ini merupakan pasien –
pasien rujukan dari Rumah Sakit tipe B, C dan fasilitas layanan kesehatan primer
lainnya. Sehingga data hasil pemeriksaan KGD Sewaktu dengan Rontgen Paru
pasien – pasien ini tidak memiliki kelengkapan dikarenakan data tersebut berada
di Rumah Sakit ataupun fasilitas layanan kesehatan primer asal rujukan. Selain
itu, beberapa pasien yang ada tidak dapat dimasukkan sebagai sampel penelitian
karena tidak memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Keterbatasan penelitian ini yaitu sampelnya yang sedikit (33 orang). Hal ini
dikarenakan oleh beberapa hal yaitu karena tidak lengkapnya data rekam medik
hardcopy atau softcopy. Selain itu karena tidak mencantumkan pasien dengan
penyakit primer terlebih dahulu, Diabetes Melitus atau Tuberkulosis Paru.
Keterbatasan lainnya yaitutidak mencantumkan bagian paru mana yang terkena
dengan pengklasifikasian menurut zona.

Universitas Sumatera Utara

23

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas maka disimpulkan :
1) Tidak dijumpai hubungan antara KGD Sewaktu dengan Rontgen TB
Paru pada penderita DM disertai TB Paru.
2) Penderita DM dengan TB Paru dijumpai lebih banyak pada laki-laki
(69,7%) daripada perempuan (30,3%) dan Penderita DM dengan TB
Paru dijumpai lebih banyak pada usia 51-60 tahun sebanyak 12 orang
(36,4%).
3) Dijumpai KGD sewaktu > 200mg/dl pada penderita DM dengan TB
Paru sebanyak 27 orang (81,8%).
4) Dijumpai Lesi paru paling banyak pada kedua paru sebanyak 16 orang
(48,5%).

6.2

Saran
1) Kepada RSUP H. Adam Malik Medan sebaiknya data rekam medis
yang tercantum dari softcopy secara computerized, dapat juga
diperoleh datanya dari hardcopy secara lengkap.
2) Kepada RSUP H. Adam Malik Medan untuk mencantumkan di rekam
medik penyakit primer terlebih dahulu yaitu Diabetes Melitus atau
Tuberkulosis Paru.
3) Kepada RSUP H. Adam Malik Medan supaya melengkapi rekam
medik terutama pada bagian radiologi untuk mencantumkan bagian
paru yang terkena dengan klasifikasi menurut zona, tidak hanya
mencantumkan paru kiri, paru kanan atau kedua paru saja.

Universitas Sumatera Utara