Penilaian Teknologi Penolahan Limbah Cair dengan Metode ANP-TOPSIS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PTPN IV Kebun Pabatu awalnya berasal dari Hak Konsensi Pabatu Gunung Hataran dan Dolok Merawan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih dan dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dari BOCM pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar. Sejak awal sampai tahun 1938, Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau yang dikonversi pihak BOCM menjadi perkebunan kelapa sawit. PTPN IVKebun Pabatu berlokasi di daerah Tebing Tinggi.

Berdasarkan pada ketetapan No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq. Direktorat Jenderal Agraria melalui surat keputusan No: 19/HGU/DA/-1976 Tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI atas areal seluas 5.770,07 hektar yang terdiri atas pemeriksaan yang dilakukan oleh panitia B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari penduduk rakyat. Pada tahun 2005 dan berdasarkan keputusan Kepala BPN Nasional dalam SK No. 40/HGU/BPN/2005 luas areal Kebun Pabatu menjadi 5.754,04 Hektar.

PTPN IVKebun Pabatu mempunyai dua unit pabrik yaitu pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil) dan pabrik pengolahan minyak inti sawit (CPKO) yang terletak saling berdekatan sehingga memudahkan proses transportasi bahan baku. Bahan baku berupa tandan buah segar kelapa sawit


(2)

(TBS) diperoleh dari hasil perkebunan sendiri dan hasil perkebunan masyarakat sekitar daerah perkebunan PTPN IVKebun Pabatu.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PTPN IV Kebun Pabatu, Tebing Tinggi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crued Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dan PKO tersebut akan dijual kepada perusahaan yang membutuhkanbahan-bahan tersebut yang akan diolah lebih lanjut seperti PT. Musim Mas, PT. SAN – Belawan dan PT. PASIFIC PALMINDO.

2.3. Lokasi Perusahaan

PTPN IV Kebun Pabatu berjarak 7 km dari Kota Tebing Tinggi dan 87 km dari Kota Medan. PTPN IV Kebun Pabatu berada pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut dengan topografi bergelombang.Berdasarkan data stasiun penakar curah hujan periode s/d Juni 2013PTPN IV Kebun Pabatu memiliki curah hujan sebesar rata-rata 232 mm per tahun dan kelembapan udara 63,70%. Batas-batas Kebun Pabatu adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebing Tinggi. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Kebun Gunung Para.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Sibulan dan PTPNIV Kebun Dolok Ilir.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela dan Kebun Bandar Jambu.


(3)

5. Di tengah-tengah dan pinggir areal kebun terdapat 12 Desa/13 Kampung.

2.4. Daerah Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan suatu aktivitas atau usaha menyediakan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran dapat mempengaruhi maju mundurnya suatu perusahaan, sebab apabila pemasaran produk tersebut berjalan lancar maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Pabrik pengolahan CPO PTPN IV Kebun Pabatu dalam memasarkan produknya tidak menangani secara langsung khususnya mencari pelanggan atau konsumen. PTPN IV Kebun Pabatu mempunyai instansi khusus bagian pemasaran baik untuk kebutuhan dalam negeri (lokal) maupun ekspor.

Pelaksanaan rencana penjualan atau pemasaran produk CPO PTPN IV Kebun Pabatu dan produk lainnya berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan. Pengiriman produk dilakukan oleh pihakPTPN IV Kebun Pabatu dengan memakai jasa Perumka, dan pihak ketiga dengan menggunakan mobil tangki. Pengiriman produk dengan menggunakan jasa Perumka dan mobil tangki diikat dengan surat perjanjian.Perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap jumlah dan mutu produk yang dikirim mulai dari pabrik sampai barang yang dimaksud diterima di tempat tujuan.


(4)

2.5. Dampak Sosial, Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat

Pendirian PTPN IV Kebun Pabatu memiliki beberapa kontribusiyang cukup menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya. Kontribusi tersebut antara lain berupa dampak ekonomi, sosial, dan dampak kesehatan masyarakat yaitu:

1. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Kesempatan bekerja sebagai karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu, baik sebagai Karyawan Pelaksana maupun Karyawan Pimpinan telah diatur dan ditetapkan sepenuhnya didalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Perusahaan tetap akan memberikan prioritas utama kepada penduduk lokal didalam penerimaan karyawan serta prioritas kepada perusahaan kontraktor lokal didalam melakukan kerjasama dengan perusahaan. Selain itu hal ini juga untuk mencegah terjadinya kecemburuan sosial dan kesenjangan diantara masyarakat atau penduduk lokal yang belum bekerja di perusahaan dengan tenaga kerja dari luar daerah yang telah bekerja di perusahaan.

2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Keberadaan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu dengan kegiatan pokoknya (perkebunan dan pengolahan) telah banyak menghidupkan sentra-sentra perekonomian masyarakat yang berada disekitar perusahaan. Karyawan peusahaan telah saling berinteraksi dengan penduduk lokal dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup dan sosialnya.


(5)

3. Pemanfaatan Fasilitas Umum dan sosial

Fasilitas yang tersedia di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada disekitar perusahaan, seperti jalan, jembatan, sekolah, sarana olah raga (lapangan bola, tenis, dan badminton), gedung pertemuan, maupun sarana peribadatan (mesjid dan gereja). Hal ini adalah sebagai suatu bentuk kepedulian perusahaan, karena perusahaan menyadari bahwa sarana dan prasarana sosial di lingkungan masyarakat masih sangat minim dan masyarakat sangat membutuhkannya. Selain itu perusahaan juga memberikan kesempatan kepada para mahasiswa lokal maupun luar untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan dan penerapan teknologi di perusahaan yang nantinya akan memberikan usulan perbaikan untuk perusahaan.

4. Kesehatan Masyarakat

Keberadaan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu tidak memiliki dampak apapun terhadap penurunan kesehatan masyarakat yang berada disekitar perusahaan. Hal ini terlihat dari hasil analisa dan pengujian terhadap parameter lingkungan yang menunjukkan hasil yang telah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh pemerintah dan tidak memberikan dampak negatif baik kepada pekerja, masyarakat, maupun lingkungan hidup.

2.6. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah suatu gambaran pembagian tugas dan tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian tertentu dalam sebuah organisasi.


(6)

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, struktur organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya sebuah perusahaan. Pembagian tugas-tugas dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada struktur organisasi perusahaan, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya, dari mana ia mendapat perintah dan kepada siapa ia bertanggung jawab atas tugasnya.

Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu adalah berbentuk lini fungsional. Hubungan lini artinya, organisasi diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja yang memiliki fungsi terkhusus. Setiap personil diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Jadi setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait didalamnya.


(7)

Manajer

K.D. Tanaman

A K.D. Teknik

Asisten Afd. I Asisten Afd. II Asisten Afd IV Asisten Afd V Asisten Bengkel Umum Asisten Teknik Asisten Teknik Sipil K.D. Tanaman B Asisten Afd. III Asisten Afd. VI Asisten Afd IV Asisten Bibitan K.D. Pengolahan CPO Asisten Pengolahan PKS Pengamanan K.S. Perebusan K.S.

Penebah K.S. Kempa

K.S. Pemurnian Minyak K.S. Kualitas K.S. Bahan Jadi K.S. Bahan Baku K.D. Administrasi Asisten SDM dan Umum Keterangan : Garis Fungsional


(8)

2.7. Proses produksi

Uraian tentang proses produksi merupakan hal yang sangat mendasar bagi seorang mahasiswa teknik, mulai dari bahan baku yang digunakan dan ketersediaannya, aktivitas pengolahan bahan tersebut menjadi produk setengah jadi, sistem kontrol operasi, dan kualitas produk.

2.7.1. Standar Mutu Bahan Baku dan Produk 2.7.1.1. Standar Mutu Bahan Baku

Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas. Proses tersebut berlangsung kontinu dan cukup lama serta memerlukan kontrol yang cermat sampai menjadi minyak sawit, kernel (Inti sawit) dan hasil sampingannya. Pada dasarnya ada dua macam produk olahan utama TBS dipabrik, yaitu:

1. CPO(Crude Palm Oil) yang merupakan hasil pengolahan daging buah. 2. Kernel yang dihasilkan dari ekstraksi inti buah.

Serat, cangkang dan tandan buah kosong adalah hasil sampingan dari proses pengolahan kelapa sawit. Tandan buah kosong dapat diolah kembali dengan menggunakan incinerator menjadi bunch ash yang digunakan menjadi pupuk semantara serat dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler.

TBS yang diterima oleh pabrik telah memenuhi standar persyaratan bahan baku, yang tidak menimbulkan masalah dalam proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum mengalami pengolahan, tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara visual yang dapat dilakukan di tempat penerimaan


(9)

buah.Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba dipabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dapat dilakukan secara acak yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimun satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk.Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan.

2.7.1.2. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk CPO dan minyak inti sawit PTPN IV Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Standar Kualitas Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit

Karakteristik Batas – Batas

Kualitas Asam Lemak Bebas < 3,5% dan <4,0%

Kadar Air <0,10%

Kadar Kotoran <0,10%

Deteration Of Bleach Ability Indeks (DOBI) Min. 2,4%

Bilangan Peroksida < 5 Mek

Bilangan Anisidine < 10 Mek

Total Oksigen < 20 Mek

Kadar Fe < 3 ppm

Kadar Cu < 0,3 ppm

Bleachability < 2 R dan < 20 Y

Kadar air Maks 7 %

Kadar kotoran Maks 6 %

Inti pecah < 25 %

Inti berubah warna < 40%


(10)

2.7.2. Bahan – Bahan yang Digunakan 2.7.2.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk proses produksi yang telah distandarisasi dan akan diubah menjadi produk jadi maupun setengah jadi. PKS Kebun Pabatu menggunakan bahan baku utama yaitu TBS yang diperoleh dari beberapa kebun petani sekitar dan dari kebun milik PTPN IV Kebun Pabatu.

Tanaman kelapa sawit yang umum dikenal dapat dibedakan beberapa jenis yaitu jenis dura, pasifera, dan tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, dimana jenis dura memeliki tempurung tebal, jenis pasifera memiliki biji kecil dengan tempurung tipis, sedangkan tenera

yang merupakan hasil persilangan dura denga pasifera yang menghasilkan buah dengan tempurung tipis dan inti yang besar.

Buah sawit mempunyai ukuran kecil antara 12-18 gram/butir yang menempel pada sebuah bulir. Setiap bulir terdapat 10-18 butir yang tergantung pada kebaikan penyerbukannya. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit dipanen dalam bentuk tandan buah segar. Tanaman kelapa sawit sudah dapat menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir, artinya belum dapat diolah dalam pabrik karna masih mengandung minyak yang rendah.


(11)

2.7.2.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu memperlancar proses produksi (ikut dalam proses) tapi tidak menjadi bagian produk jadi. Adapun bahan penolong pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu yaitu sebagai berikut:

1. BWT yang digunakan untuk menetralkan PH air untuk keperluan pabrik. BWT yang digunakan ada beberapa jenis yaitu :

a. BWT 3273 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler, anti foam

(pembusaan) dan mengutamakan kualitas steam .

b. BWT 2811 berfungsi sebagai katalisator kimia untuk menghilangkan oksigen yang digunakan dalam sistem air industri lainnya.

c. BWT 2556 berfungsi sebagai inhibitor korosif, efektif menetralkan gas acid (asam).

d. BWT 8173 pulv berfungsi sebagai flocculant untuk proses pemisahan

liquid soliddan alat penyaring.

e. BWT 8507 berfungsi untuk mengatur tingkat alkalinitas pada air boiler. f. BWT 7203 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler untuk

membantu mengutamakan kualitas steam, membantu menghilangkan pembentukan karat dalam dinding sisi air.

2. Caustik soda berfungsi sebagai bahan regenerasi resin pada tangki katoda. 3. Asam sulfat berfungsi sebagai bahan regenerasi resin pada tangki anoda. 4. Tawas berfungsi sebagai penjernih air awal.


(12)

2.7.2.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses produksidimana keberadaannya dapat meningkatkan mutu produk menjadi bernilai dan merupakan bagian dalam produk akhir. Pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu hanya menghasilkan produk setengah jadi (CPO) maka PTPN IV Kebun Pabatuini tidak menggunakan bahan tambahan.

2.7.3. Uraian Proses Produksi

Di dalam suatu industri bahan baku menjadi bahan jadi diperlukan adanya proses yang tepat dan sempurna. Proses merupakan suatu ilmu penerapan yang merubah suatu tahap ke tahap berikutnya dengan reaksi yang berbeda-beda.

Proses produksi yang terjadi pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu memakai bahan baku utama adalah buah sawit yang masih segar. Proses CPO adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception Station)

Stasiun ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri.

2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)

Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik. Setelah sampai lalu ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama, untuk mengetahui berat kendaraan pada saat


(13)

berisi muatan tandan buah segar (bruto). Kedua, untuk mengetahui berat kendaraan pada keadaan kosong atau tanpa muatan (tarra).

3. Penumpukan dan Pemindahan Buah (Transfer andLoading Ramp)

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk langsung ke loading ramp

guna melakukan bongkar muatan TBS. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 13o – 50o terhadap dasar alas kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertikal (turun naik) oleh tenaga elektris.

Gambar 2.2. Stasiun Penumpukan dan Pemindahan Buah

4. Stasiun Perebusan

Tandan buah segar yang berada dalam lory rebusan diangkut dari Stasiun Penerimaan Buah dengan bantuan transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Badan lory tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm dan jarak antar lubang 5 cm. Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih mudah masuk dan dapat memasak secara


(14)

merata. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata-rata 2,5 ton/lory.

Gambar 2.3. Stasiun Perebusan

5. Stasiun Penebah

Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic feeder

dengan menggunakan hosting crane, automatic feederini berfungsi untuk menampungserta mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah (threser/stripper drum) dalam threser, buah yang masih melekat pada tandan akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan.Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah atau brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak


(15)

akan tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan.

Gambar 2.4. Stasiun Penebah

6. Stasiun Pengempaan (Screw Press)

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainnya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :

a. Pengadukan (digesting)

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebah,dialirkan ke dalam

digester peralatan ini digunakan untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada saat pegempaan.

Alat pengaduk ini sering disebut ketel aduk yag terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang,dan pemanas untuk mempersiapkan bahan


(16)

agar lebih mudah dikempa dalam screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak.

Digester yang penuh akan memperlama proses pengadukan dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak dan pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna. b. Pengempaan (pressing)

Masa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke dalam alat pengempa (screw press) yang berfungsi untuk mengempa massa adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat dan kotoran) dengan cairan minyak kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk mengambil minyak yang ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara memompa pada tekanan tertentu, tekanan kempa yang dibutuhkan 50-60 kg/cm2.

Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (doublescrew press) alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang yang didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw

dan main screw) yang berputar yang berlawan arah dengan kecepatan yang sama. Mekanisme pengempaan adalah masukya adonan ke dalam cylinder pressdan mengisi worm, volume setiap space worm berbeda, semakin


(17)

mengarah ke ujung asscrew volume semakin kecil, sehingga pepindahan massa akan menyebabkan minyak terperas.

Gambar 2.5. Stasiun Pengempaan

7. Stasiun Pemurnian Minyak

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (CPO) yang sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya. Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi.

Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.


(18)

Gambar 2.6. Stasiun Pemurnian Minyak

8. Pemisahan Pasir

Pemisahan pasir dilakukan melalui 2 tahap yaitu:

a. Sand cyclone,alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank

dengan sludge separator yang berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan peralatan kasar. Alat ini terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir secara gravitasi dengan bantuan pompa. b. Strainer,alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge

operator. Alat ini memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang jarang-jarang sehingga pasir dan lumpur akan tersaring.

9. Sludge Tank

Sludge yang berasal dari Oil Setling tank dipompakan pada Sludge Tank

dengan melalui desanderuntuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat pada sludge. Keberhasilan cairan minyak dalam Sludge Tank dipengaruhi pengoperasian desander, karena alat ini dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan secara kontinu sludge yang berasal dalam Sludge Tank

mendapatkan pemanasan dengan mengguanakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat dilengkapi dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi pembentukan emulsi kembali.


(19)

Sludge yang masuk ke dalam sludge centifuge terdiri dari bahan mudah menguap. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab dengan kadar minyak 7 - 10%. Fraksi ringan dikembalikan ke Oil Setling tank. Suhu minyak dalam sludgeseparator dipertahankan diatas 900C yang dapat dibantu dengan pemberian uap gas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke Oil Setling tank.

11. Oil tank

Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank. Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada oil purifier dan vacum dryer.

12. Oil purifier

Alat purifier ini sering disebut oil centrifuge yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang BJ > atau = 1 artinya FM dan minyak berada dalam 1 fraksi sedangkan


(20)

kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.

Gambar 2.7. Oil Purifier

13. SludgeSeparator

Kesulitan yang dialami dalam pengolahan sludge terutama dalam mekanisme peroperasian sludge separator dan pengantian nozzle maka dipikirkan cara pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge separator

dipengaruhi oleh :

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut b. Fungsi alat sludgeseparatortersebut

c. Penimbangan kapasitas alat dengan jumlah sudut gaya yang diolah 14. Pengeringan Minyak

Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka,


(21)

pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan.

Blok diagram proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 2.8. berikut.


(22)

TBS Timbangan

Sortasi

Perebusan

Penebah

Kempa

Pemurnian minyak

Sand Trap Tank

Vibro Separator

Crude Oil Tank

VCT

Oil Tank

Oil Purifier

Vacuum Dryer

Storage Tank

Pengolahan biji

Cake Breaker Conveyor

Depericarper

Nut Polishing Drum

Nut Silo

Ripple Mill

Kernel Grading Drum

LTDS

Hydrocyclone

Kernel Silo

Kernel Dryer

Kernel Storage


(23)

2.8. Stasiun Pengolahan Limbah Cair (Effluent Treatment)

Industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Adapun parameter yang digunakan dalam penanganan limbah-limbah tersebut sesuai dengan Kepmen No. KEP-51/MENLH/10/1995 seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Parameter Penanganan Limbah

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6 – 9

BOD mg/l 100

COD mg /l 350

Total Suspended Solide (TSS) mg/l 250

Amonia (N-NH3) mg/l 50

Oil/Grease mg/l 25

Sumber : PTPN IV Kebun Pabatu

Jenis limbah yang dihasilkan dari produksi PTPN IV Kebun Pabatu adalah :Raw sludgemerupakan buangan dari pengolahan di stasiun pemurnian yang di tampung di fat – fit.

a. Aluminium Sulfat dan soda ash dilarutkan kedalam air injeksi untuk menetralisir PH dan menangkap/ mengendapkan partikel lumpur dalam air dan sisa ( blow down) yang dibuang ke parit.


(24)

b. Sulfuric Acid dan caustic soda dilarutkan dan kemudian ddigunakan sebagai

regenerant untuk mengaktifkan senyawa polimer (resin) pada

Deriminimalizerplant filtrat dibuang keparit setelah melalui proses pengenceran pembilasan.

c. Aqua Chemical yang dilarutkan kedalam air ketel melalui injeksi untuk mencegah Scalling dan korosi pada pipa – pipa boiler, carry over atau foaming

pada produksi uap dimana blow down di buang keparit limbah.

d. Limbah beracun dan berbahaya berupaOil/ Grease bekas oli pelumas mesin – mesin produksi, dibersihkan bila ada yang tumpah dilantai produksi sehingga tidak mencelakai pekerja di bagian produksi dan wadah bekas bahan kimia dibuang / ditimbun di dalam tanah

Sistem pengendalian limbah cair dengan pada PTPN IV Kebun Pabatumenggunakan beberapa kolam untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). Metode ini lebih menguntungkan, hasil limbah dimanfaatkan menjadi pupuk. Fungsi dari Waste Treatment adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). Sedangkan limbah padat berupa fiber dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan tandan kosong dibawa ke masing – masing afdeling untuk digunakan sebagai pupuk kompos. Adapun dalam pelaksanaannya pada saat proses pengolahan berlangsung ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan yaitu :


(25)

a. Kolam limbah : pada tahap ini dilakukan pengukuran tonase dari limbah yang di isikan kekolam pengasaman

b. Kolam pengasaman : tahapan ini melakukan pengecekan perbandingan campuran dari limbah dan recycle solidanaerobic sekaligus menentukan lamanya penyimpanan di kolam pengasaman.

c. Kolam anaerobic : tahapan ini melakukan pengukuran tonase dari limbah yang di isikan sekaligus mengukur ketinggiannya dengan alat ukur solid. d. Kolam pengendapan anaerobic : tahapan ini mengukur tonase cairan limbah

padat yang didaur ulang ke kolam pengasaman dan cairan anaerobic ke kolam fakultativ. Selanjutnya melakukan pengukuran tinggi dengan alat pengukur solid sekaligus menentukan lamanya penyimpanan dikolam pengendapan.

e. Kolam fakultativ : tahapan ini menghitung tonase padatan anaerobic yang dipompakan ke kolam pengasaman atau dibuang ke land application.


(1)

kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.

Gambar 2.7. Oil Purifier

13. SludgeSeparator

Kesulitan yang dialami dalam pengolahan sludge terutama dalam mekanisme peroperasian sludge separator dan pengantian nozzle maka dipikirkan cara pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge separator

dipengaruhi oleh :

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut b. Fungsi alat sludgeseparatortersebut

c. Penimbangan kapasitas alat dengan jumlah sudut gaya yang diolah 14. Pengeringan Minyak

Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus.


(2)

pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan.

Blok diagram proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 2.8. berikut.


(3)

TBS Timbangan Sortasi Perebusan Penebah Kempa Pemurnian minyak

Sand Trap Tank

Vibro Separator

Crude Oil Tank

VCT Oil Tank Oil Purifier Vacuum Dryer Storage Tank Pengolahan biji Cake Breaker Conveyor Depericarper Nut Polishing Drum Nut Silo Ripple Mill Kernel Grading Drum LTDS Hydrocyclone Kernel Silo Kernel Dryer Kernel Storage


(4)

2.8. Stasiun Pengolahan Limbah Cair (Effluent Treatment)

Industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Adapun parameter yang digunakan dalam penanganan limbah-limbah tersebut sesuai dengan Kepmen No. KEP-51/MENLH/10/1995 seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Parameter Penanganan Limbah

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6 – 9

BOD mg/l 100

COD mg /l 350

Total Suspended Solide (TSS) mg/l 250

Amonia (N-NH3) mg/l 50

Oil/Grease mg/l 25

Sumber : PTPN IV Kebun Pabatu

Jenis limbah yang dihasilkan dari produksi PTPN IV Kebun Pabatu adalah :Raw sludgemerupakan buangan dari pengolahan di stasiun pemurnian yang di tampung di fat – fit.

a. Aluminium Sulfat dan soda ash dilarutkan kedalam air injeksi untuk menetralisir PH dan menangkap/ mengendapkan partikel lumpur dalam air dan sisa ( blow down) yang dibuang ke parit.


(5)

b. Sulfuric Acid dan caustic soda dilarutkan dan kemudian ddigunakan sebagai

regenerant untuk mengaktifkan senyawa polimer (resin) pada

Deriminimalizerplant filtrat dibuang keparit setelah melalui proses pengenceran pembilasan.

c. Aqua Chemical yang dilarutkan kedalam air ketel melalui injeksi untuk mencegah Scalling dan korosi pada pipa – pipa boiler, carry over atau foaming

pada produksi uap dimana blow down di buang keparit limbah.

d. Limbah beracun dan berbahaya berupaOil/ Grease bekas oli pelumas mesin – mesin produksi, dibersihkan bila ada yang tumpah dilantai produksi sehingga tidak mencelakai pekerja di bagian produksi dan wadah bekas bahan kimia dibuang / ditimbun di dalam tanah

Sistem pengendalian limbah cair dengan pada PTPN IV Kebun Pabatumenggunakan beberapa kolam untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). Metode ini lebih menguntungkan, hasil limbah dimanfaatkan menjadi pupuk. Fungsi dari Waste Treatment adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). Sedangkan limbah padat berupa fiber dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan tandan kosong dibawa ke masing – masing afdeling untuk digunakan sebagai pupuk kompos. Adapun dalam pelaksanaannya pada saat proses pengolahan berlangsung ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan yaitu :


(6)

a. Kolam limbah : pada tahap ini dilakukan pengukuran tonase dari limbah yang di isikan kekolam pengasaman

b. Kolam pengasaman : tahapan ini melakukan pengecekan perbandingan campuran dari limbah dan recycle solidanaerobic sekaligus menentukan lamanya penyimpanan di kolam pengasaman.

c. Kolam anaerobic : tahapan ini melakukan pengukuran tonase dari limbah yang di isikan sekaligus mengukur ketinggiannya dengan alat ukur solid. d. Kolam pengendapan anaerobic : tahapan ini mengukur tonase cairan limbah

padat yang didaur ulang ke kolam pengasaman dan cairan anaerobic ke kolam fakultativ. Selanjutnya melakukan pengukuran tinggi dengan alat pengukur solid sekaligus menentukan lamanya penyimpanan dikolam pengendapan.

e. Kolam fakultativ : tahapan ini menghitung tonase padatan anaerobic yang dipompakan ke kolam pengasaman atau dibuang ke land application.