Prevalensi Trauma Gigi Anterior pada Anak Usia 6-12 Tahun di Kecamatan Medan Barat dan Medan Sunggal

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Trauma gigi adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh
tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu jaringan atau struktur gigi.
Trauma gigi anterior sering terjadi pada anak karena motorik anak belum terkoordinasi
dengan baik dan anak lebih aktif daripada orang dewasa serta penilaian tentang suatu
keadaan belum cukup baik sehingga sering terjatuh saat belajar berjalan, berlari, bermain,
dan berolahraga. Kerusakan yang terjadi pada gigi anak dapat mengganggu fungsi bicara,
pengunyahan, estetika, dan erupsi gigi tetap sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan gigi serta rahang. Kehilangan gigi secara dini terutama gigi anterior akan
menyebabkan gangguan psikologis pada anak.1 Selain itu trauma gigi permanen anterior
juga akan berdampak pada kehidupan sosial seperti anak akan malu kesekolah karena
giginya yang patah atau anak akan malas berbicara kepada teman-teman dan orang
tuanya. Hal ini juga diutarakan oleh Andreasen yang mengatakan bahwa trauma gigi
sangat besar dampak negatif terhadap kualitas hidup anak.2
Trauma gigi merupakan suatu masalah karena frekuensiyang tinggi dan sering
terjadi padausia muda ketika pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan sangat
pesat.Menurut Glendor pada tahun 2001 di Brazil sebanyak 10,5% anak terkena trauma
gigi, sedangkan tahun 2003 di Brazil sebanyak 17,3% anak terkena trauma gigi, pada

tahun 2006 di Brazil sebanyak 18,9% dan pada tahun 2007 sebanyak 20,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa insidensi trauma gigi mengalami peningkatan dari setiap tahunnya.3
Perawatan trauma gigi membutuhkan perawatan yang khusus dan membutuhkan
waktu yang lama serta pemeriksaan yang berkala. Berdasarkan penelitian banyak
orangtua yang anaknya mengalami trauma tidak langsung membawanya kedokter gigi
sehingga hal ini menyebabkan anak tidak langsung mendapatkan perawatan yang tepat.3
Klasifikasi trauma gigi dapat berdasarkan dari beberapa klasifikasi yaitu
klasifikasi Andreasen, World Health Organization (WHO), Ellis & Davey dan lainlain.Peneliti menggunakan klasifikasi Andreasen yang diadopsi oleh WHO untuk
mengidentifikasi jenis trauma gigi dikarenakan klasifikasi tersebut dapat menjelaskan

secara detail kasus trauma gigi. Klasifikasi ini meliputi kerusakan pada jaringan keras gigi
dan pulpa, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang
pendukung dan kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut.2-4
Berdasarkan penelitian dari berbagai negara frekuensi terjadi trauma gigi terus
meningkat. Data mengenai prevalensi trauma gigi di Indonesia khususnya di kota Medan
masih sangat sedikit, serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang trauma gigi, maka
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi trauma gigi
permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun di Kecamatan Medan Barat dan Medan
Sunggal.


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Umum
1. Berapakah prevalensi trauma gigi anterior pada anak usia 6-12 tahun di SD
Medan Barat dan Medan Sunggal?
2. Bagaimana etiologi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun
berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?
3. Bagaimana tindakan perawatan yang dilakukan terhadap kasus trauma gigi
yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?

Rumusan Khusus
1. Berapakah prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun
berdasarkan klasifikasi trauma gigi Andreason yang diadopsi oleh WHO di SD Medan
Barat dan Medan Sunggal?
2. Berapakah prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun
berdasarkan elemen gigi di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?
3. Berapakah prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun
berdasarkan jenis kelamin di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?
4. Berapakah prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun
berdasarkan tempat terjadi trauma di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?
5. Bagaimana etiologi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12 tahun

berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?
6. Bagaimanakah perawatan emerjensi yang dilakukan pada kasus trauma gigi
anak usia 6-12 tahun berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sunggal?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui prevalensi trauma gigi anterior pada anak usia 6-12 tahun di
SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
2. Untuk mengetahui etiologi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12
tahun berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
3. Untuk mengetahui tindakan perawatan yang dilakukan terhadap kasus trauma
gigi yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 612 tahun berdasarkan klasifikasi trauma gigi Andreason yang diadopsi oleh WHO di SD
Medan Barat dan Medan Sunggal.
2. Untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 612 tahun berdasarkan elemen gigi di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
3. Untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 612 tahun berdasarkan jenis kelamin di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
4. Untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 612 tahun berdasarkan tempat terjadi trauma di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
5. Untuk mengetahui etiologi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 6-12

tahun berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sunggal.
6. Untuk mengetahui perawatan emerjensi yang dilakukan pada kasus trauma gigi
anak usia 6-12 tahun berdasarkan usia di SD Medan Barat dan Medan Sungga.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan
penelitian selanjutnya.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung
bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.

c. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan gigi untuk merencanakan
program penyuluhan kesehatan mengenai trauma gigi pada anak-anak terkait upaya
pencegahan dan penanggulangan pendahuluan pada trauma gigi yang harus dilakukan.
d. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan anak mengenai trauma gigi
sehingga mereka lebih dapat berhati-hati saat beraktifitas dengan cara melakukan
penyuluhan.