1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SIDAMANIK, KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA OL H MARULI PURBA NIM: 090707022

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Simalungun memiliki alat musik yang bentuk penyajiannya dimainkan secara ansambel dan dimainkan secara tunggal/ solo instrument. Alat musik yang bentuk penyajiannya dimainkan secara ansambel yaitu gonrang

1 sidua-dua 2 dan gonrang sipitu-pitu . Gonrang sidua-dua dapat diiringi dengan alat musik sarunei bolon, sarunei buluh, tulila, sulim, ogung, mongmong, dan

sitalasayak . Sedangkan gonrang sipitu-pitu dapat diiringi dengan alat musik sarunei bolon, ogung baggal, mongmong etek , dan sitalasayak. Ansambel ini dimainkan dalam upacara adat Simalungun, baik upacara suka cita (malas ni

uhur 3 ) maupun upacara duka cita (pusok ni uhur) . Sedangkan alat musik yang dimainkan secara tunggal/ solo instrument antara lain sordam, saligung, sulim,

tulila, sarune, garattung, arbab , dan husapi. Alat musik tunggal ini pada

1 Gonrang sidua-dua t erdiri dari dua buah gendang, m asing-m asing gendang m em punyai dua buah kulit m em bran yait u pada bagian at as dan pada bagian baw ah gendang. Cara

m em ainkan gonrang ini dipalu dengan alat pem ukul at au stik dan t erkadang dipukul dengan t elapak t angan kanan dan t angan kiri.

2 Gonrang sipit u-pit u adalah seperangkat tujuh buah gendang yang dim ainkan dengan dipalu dengan alat pem ukul at au st ik

3 Upacara adat pada suku Sim alungun dibagi at as dua bagian yait u upacara adat di kala suka yang disebut malas ni uhur sepert i kelahiran, perkawinan, dan m em asuki rum ah baru, dan

upacara di kala duka yang disebut mandingguri sepert i kemat ian lanjut usia (t idak sem ua acara kem atian diiringi musik tradisional, hanya bila yang m eninggal t ersebut sudah lanjut usia/ sayur mat ua ). Dalam m enggunakan gonrang sipit u-pitu dan gonrang sidua-dua tidak ada unsur kekhususan t ert ent u, dan sem ua masyarakat Sim alungun berhak m enggunakan gonrang sipitu- pitu dan gonrang sidua-dua baik pada upacara kem at ian m aupun pada upacara m alas ni uhur. Akan t et api bila m enggunakan gonrang sipitu-pit u pada acara umum (bukan kem atian) hanya m enyert akan enam buah gonrang, sedangkan pada upacara kem at ian m enggunakan t ujuh buah gendang. Hal ini berdasarkan kepercayaan animism e suku Sim alungun.

umumnya digunakan sebagai alat hiburan seperti pada saat menggembala kerbau, menjaga padi di ladang, dan hiburan pemuda-pemuda di malam hari.

Di antara alat musik tunggal tersebut, husapi merupakan salah satu alat musik yang keberadaannya sudah lama dikenal oleh masyarakat Simalungun. Menurut sejarahnya, alat musik husapi ini sudah lama dikenal di daerah Simalungun semenjak dari kerajaan Nagur yaitu sekitar abad ke-X sesudah

Masehi 4 . Alat musik husapi juga dikenal di etnis Sumatera Utara lainnya dengan nama yang agak sedikit berbeda. Pada masyarakat karo disebut dengan kulcapi

dan pada masyarakat Toba disebut hasapi. Alat musik husapi disebut juga boat lute , disebabkan karena bentuknya seperti boat (kapal) dan memiliki dua buah senar yang dipetik. Alat musik husapi ini juga diklasifikasikan ke dalam alat

musik chordophone 5 karena suaranya berasal dari senar. Beberapa pendapat mengklaim bahwa nenek moyang alat musik ini berasal dari alat musik kordofon

dari India yang disebut kechapi vina 6 (William P. Malm) .

Di dalam sistem pelarasan (tuning) husapi dalam tradisi Simalungun telah memiliki ukuran tersendiri, senar satu adalah nada sol dan senar dua adalah nada

4 Dari buku sejarah mengenai daerah Sim alungun didapat catat an bahw a daerah Sim alungun dulunya adalah bent uk kerajaan yang dimulai dari kerajaan pert am a yait u kerajaan

Nagur yang kem udian pecah m enjadi kerajaan M aropat (empat kerajaan) dan t erakhir kerajaan Napit u (t ujuh kerajaan). Dalam buku The Sim alungunese Tradit ional M usical Inst rum ent , Taralam syah Saragih (dalam sem inar kebudayaan Sim alungun, t ahun 1967) m engat akan bahw a alat m usik suku Sim alungun sudah lam a ada yang di dalam nya gondrang, ogung, sarunei, sordam , husapi, arbab, dsb. Lebih lanjut Tarlam syah m engem ukakan bahw a alat-alat m usik t ersebut dan t ari sudah digunakan dalam upacara religi sem asa kerajaan Nagur mengingat suku Sim alungun pada m asa lalu menganut paham anim ism e.

5 Chordophone adalah jenis alat m usik yang sum ber get arnya adalah chord at au senar/ daw ai/ kaw at / t ali.

6 William P. M alm dalam Kebudayaan M usik Pasifik, Tim ur Tengah, dan Asia yang dialihbahasakan oleh M uhamm ad Takari m enyat akan bahwa nenek m oyang alat m usik lut e pet ik

berasal dari India yang disebut kechapi vina. M alm mengambil hubungan yang kom pleks dari alat m usik kudyapi dari Filipina.

do. Sistem pelarasan dalam alat musik ini tergantung dari perasaan si pemain walaupun dalam kenyataan yang penulis temukan bahwa interval nada antara

senar dua dengan senar satu adalah kwint murni 7 dilihat dari kebudayaan musik barat, tetapi tidak memiliki ukuran standard menurut kebudayaan musik barat.

Sistem pelarasan tergantung dari nilai rasa musikal si pemain. Dalam hal ini maksudnya adalah pada saat melaras husapi yaitu dengan cara mengambil nada patokan dari senar dua kemudian melarasnya ke senar satu (kwint) tanpa menggunakan ukuran/ patokan yang baku.

Husapi pada masyarakat Simalungun memiliki kelebihan tersendiri dalam peranannya untuk kegiatan musikalnya yaitu untuk mengiringi doding (lagu tradisional). Husapi digunakan untuk menceritakan sekaligus mengenang kisah perjalanan hidup huda sitajur yang dibawakan dalam bentuk lagu yang disebut

lagu parenjak-enjak ni huda sitajur 8 . Proses penyajiannya dibawakan dengan membayangkan bagaimana saat-saat terakhir hidup huda sitajur sehingga tampak

jelas isi dari cerita yang dibawakan. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk

7 Kwint m urni adalah int erval nada yang berjarak 3 ½ laras dari nada dasar. 8 Adapun sejarah parenjak-enjak ni huda sit ajur m enurut w aw ancara dengan inform an

pada t anggal 15 Sept em ber 2012, “ raja Sim alungun m emiliki dua orang anak yait u raja M anik Hasian dan raja Siat t ar. M ereka berdua sudah m emiliki daerah kerajaan m asing-m asing (sekarang daerah Siant ar dan daerah Sidam anik). Pada saat it u raja M anik Hasian m em punyai kuda yang t erkenal dengan kegesit an dan kehebat annya yang berasal dari desa Sit ajur. Tim bullah sikap iri raja Siat t ar unt uk memiliki kuda t ersebut tet api raja M anik Hasian t idak m au memberikannya. Kem udian raja Siat t ar m engajak raja M anik Hasian unt uk berperang dengan t em pat yang sudah dit ent ukan oleh raja Siat t ar. Tiba hari peperangannya, M anik Hasian pun mem persiapkan kudanya (huda sit ajur) di kandangnya. Set elah raja M anik Hasian dan kudanya sudah siap, bergegaslah dia ke t em pat yang sudah ditent ukan oeh raja Siat t ar. Ternyat a raja Siat t ar sudah m enggunakan t atik perang dengan bersem bunyi di balik sem ak-sem ak sekit arnya. Set ibanya raja M anik Hasian di t epat yang sudah dijanjikan olehn saudaranya raja Siat t ar, t ernyat a lokasi t ersebut kosong. Dan langsunglah raja Siat t ar m enyergap raja M anik Hasian yang sedang lengah dan m enancapkan ujung t om bak ke bagian punggung raja M anik Hasian dan m enem bus leher kuda sit ajur, sehingga raja M anik Hasian dan kudanya it u t erjat uh. Sekaratlah raja M anik Hasian dengan kudanya yang berakhir di kem at ian.” pada t anggal 15 Sept em ber 2012, “ raja Sim alungun m emiliki dua orang anak yait u raja M anik Hasian dan raja Siat t ar. M ereka berdua sudah m emiliki daerah kerajaan m asing-m asing (sekarang daerah Siant ar dan daerah Sidam anik). Pada saat it u raja M anik Hasian m em punyai kuda yang t erkenal dengan kegesit an dan kehebat annya yang berasal dari desa Sit ajur. Tim bullah sikap iri raja Siat t ar unt uk memiliki kuda t ersebut tet api raja M anik Hasian t idak m au memberikannya. Kem udian raja Siat t ar m engajak raja M anik Hasian unt uk berperang dengan t em pat yang sudah dit ent ukan oleh raja Siat t ar. Tiba hari peperangannya, M anik Hasian pun mem persiapkan kudanya (huda sit ajur) di kandangnya. Set elah raja M anik Hasian dan kudanya sudah siap, bergegaslah dia ke t em pat yang sudah ditent ukan oeh raja Siat t ar. Ternyat a raja Siat t ar sudah m enggunakan t atik perang dengan bersem bunyi di balik sem ak-sem ak sekit arnya. Set ibanya raja M anik Hasian di t epat yang sudah dijanjikan olehn saudaranya raja Siat t ar, t ernyat a lokasi t ersebut kosong. Dan langsunglah raja Siat t ar m enyergap raja M anik Hasian yang sedang lengah dan m enancapkan ujung t om bak ke bagian punggung raja M anik Hasian dan m enem bus leher kuda sit ajur, sehingga raja M anik Hasian dan kudanya it u t erjat uh. Sekaratlah raja M anik Hasian dengan kudanya yang berakhir di kem at ian.”

Husapi ini saat dimainkan dapat menghasilkan bunyi atau nada yang menjadi ciri khas musik Simalungun yang mereka sebut dengan inggou 9 . Inggou adalah

gaya atau style musik Simalungun.. Istilah ini dikenal juga dalam musik Melayu yang disebut dengan cengkok, grenek dan patah lagu, sedangkan pada masyarakat Karo disebut dengan rengget. Di dalam hal struktur musiknya, penulis melihat ada beberapa frasa yang digunakan untuk menyesuaikannya dengan lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang dibawakan. Setiap frasa dalam penyajiannya menggunakan melodi dan tempo yang berbeda, dan setiap perubahan pada melodi dan tempo yang disajikan akan mendeskripsikan tahapan cerita yang berbeda. Setiap melodi yang dimainkan akan menjelaskan setiap kondisi yang terjadi pada cerita lagu tersebut. Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa teknik permainan husapi nya maupun struktur musik yang digunakan dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini bertujuan untuk dapat membayangkan bagaimana isi cerita pada lagu tersebut.

Proses belajar husapi pada masyarakat Simalungun dilakukan dengan tradisi lisan. Tradisi lisan adalah sebuah tradisi yang proses belajarnya dengan cara

9 Inggou merupakan ist ilah dalam bahasa Sim alungun yang digunakan unt uk m endefinisikan t eknik perm ainan husapi yang mem berikan bunyi m elodi khas Sim alungun.

sehingga dalam m aringgou ket ika m em ainkan husapi dapat m enunjukkan sebuah identit as m asyarakat Sim alungun yang m em iliki m usikal seperti it u.

melihat, mendengar, menghapal , dan meniru. Dengan cara menghapal sebuah melodi lagu yang dimainkan atau menyanyikannya kemudian memainkannnya ke dalam alat musik husapi. Semakin sering mendengar lagunya dan semakin menghafal melodinya, maka secara otomatis dapat memainkannya dalam alat musik husapi.

Orang yang memainkan husapi disebut parhusapi 10 . Dalam kesempatan kali ini terkait pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur, saya berhubungan langsung

dengan seorang musisi yang memiliki kebudayaan tersebut yaitu Arisden Purba. Arisden Purba adalah salah satu parhusapi yang cukup diakui di daerahnya. Penulis mengetahui keberadaan Bapak Arisden Purba setelah melihat jurnal yang membahas tentang program Revitalisasi Musik Simalungun. Program tersebut bertujuan untuk melestarikan kembali musik tradisional yang keberadaanya sudah jarang ditampilkan terutama bagi kaum muda melalui proses regenerasi pemain musik. Di dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Bapak Arisden Purba berperan sebagai tenaga pengajar musik tradisional Simalungun.

Sejauh pengamatan penulis, pemain husapi Simalungun sudah jarang ditemukan apalagi yang mengetahui lagu parenjak-enjak ni huda sitajur dan penulis baru berhasil menemui Bapak Arisden Purba yang dapat memainkan lagu tersebut. Hal ini mungkin disebabkan berkurangnya minat masyarakat memainkan alat musik husapi dan mungkin tidak adanya suatu sistem yang efektif untuk mempelajari musik tradisi Simalungun. Di samping itu bapak Arisden

10 Kat a “ par” dalam hal ini menjadi aw alan pada kat a “ husapi” yang m enunjukkan orang yang m em ainkan. Berlaku juga unt uk alat m usik yang lain, cont oh parsulim, parsarune,

pargonrang , dll.

Purba menegaskan bahwa belum ia temui rekan seprofesinya yang dapat memainkan lagu parenjak-enjak ni huda sitajur seperti yang dimainkannya. Dan beliau juga mengaku bahwa hanya beliaulah yang mengetahui bagaimana teknik

permainan lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini di daerahnya 11 . Menurut pengalaman Bapak Arisden Purba, beliau sering memainkan husapi dengan

membawakan lagu parenjak-enjak ni huda sitajur setelah pulang bekerja dari ladang untuk hiburan pribadi. Di dalam upacara adat juga ia juga pernah membawakan secara solo lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini meskipun makna pembawaan lagu ini hanya hiburan saja. Dan pada saat itu, lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini hanya sebuah lagu permintaan dari pihak yang mengadakan upacara adat tersebut.

Pada masa kini alat musik modern sudah menjalar dalam kebudayaan tradisional masyarakat Simalungun. Melihat peranan peralatan musik modern yang semakin berkembang juga seperti keyboard, drum, dan saxophone membuat peranan alat musik tradisional semakin terdesak terutama alat musik yang dimainkan secara tunggal seperti husapi Simalungun ini. Apabila alat musik tradisional bisa dilenyapkan oleh alat musik modern, maka tidak kecil kemungkinan lagu tradisional sebagai ciri khas Simalungun ini pun bisa ikut lenyap. Alasan ini jugalah yang mendorong penulis untuk membahas tentang teknik permainan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini. Selain itu secara etnis penulis juga adalah suku Simalungun, dan sudah menjadi tanggung

11 Waw ancara dengan inform an penulis yait u Arisden Purba.

jawab saya sebagai salah satu masyarakat di dalamnya untuk tetap menjaga nilai- nilai budayanya.

Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat apa yang terjadi di dalam lagu parenjak-enjak ni huda sitajur baik itu teknik permainan dalam membawakan lagu ini ataupun melodi yang digunakan untuk membawakan lagu ini. Sehingga saya melihat masalah yang menjadi sasaran penelitian, yaitu apakah bunyi melodi atau teknik permainan husapi yang dimainkan dalam lagu tersebut berhubungan dengan emosi-emosi khusus, melambangkan suatu bentuk aktivitas budaya, ataupun suatu bentuk tanda-tanda tertentu?

Teknik permainan husapi (parenjak-enjak ni huda sitajur) sangat menarik untuk dikaji oleh disiplin etnomusikologi, sebagaimana yang telah penulis pelajari selama kuliah. Salah satu kajian utama dalam etnomusikologi adalah kajian musik dilihat dari segi aspek fisik musiknya, sebagaimana didefinisikan oleh

Mantle Hood bahwa lahan penelitian dari aspek fisik musik etnis itu sendiri 12 . Berkaitan dengan pembahasan ini, penulis akan membahas tentang teknik

permainan husapi dan struktur musik yang ada pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang penulis teliti.

Dari beberapa latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “TEKNIK

12 Dalam Dikt at Perkuliahan Et nom usikologi oleh A.M . Susilo Pradoko m enegaskan bahw a aspek fisik yang dim aksud sebagai salah sat u kajian ut am a et nom usikologi adalah

m em pelajari, mengkaji, dan m eneliti sisi m at eri m usiknya itu sendiri. Dari sisi aspek m usik it u sendiri dapat dikaji t ent ang hal-hal yang merupakan sifat -sifat dasar dan proses terjadinya suat u m usik secara t eknik. Dalam hal ini dapat mengkaji tent ang ciri-ciri yang m endasari m at eri m usik yang sedang dikaji yang dapat m eliput i t eknik pem buat an inst rum en, t eknik perm ainan inst rum en, kom posisi at au analisa tent ang st rukt ur m usik, sert a gayanya (st yle).

PERMAINAN DAN STRUKTUR MUSIK HUSAPI SIMALUNGUN PADA LAGU PARENJAK-ENJAK NI HUDA SITAJUR YANG DISAJIKAN OLEH ARISDEN PURBA DI HUTA MANIK SARIBU SAIT BUTTU KEC. PAMATANG SIDAMANIK KAB. SIMALUNGUN”

1.2 Pokok Permasalahan

Tulisan ini akan membahas tentang permainan husapi pada masyarakat Simalungun yang disajikan oleh Arisden Purba pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur . Dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka permasalahan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana teknik permainan husapi Simalungun pada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur yang disajikan oleh Arisden Purba ?

2. Bagaimana struktur musik dalam permainan husapi pada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik permainan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur yang disajikan oleh Arisden Purba.

2. Untuk menganalisis struktur musik dalam permainan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Sebagai perbendaharaan dan dokumentasi musik Simalungun.

2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya di kemudian hari.

3. Sebagai bahan motivasi kepada pembaca terkhusus bagi masyarakat Simalungun untuk melestarikan musik tradisional.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Untuk memberikan pemahaman tentang tulisan ini maka penulis menguraikan kerangka konsep sebagai landasan berpikir dalam penulisan. Tulisan ini berisi suatu kajian tentang teknik permainan husapi Simalungun pada lagu parenjak- enjak ni huda sitajur yang disajikan oleh Arisden Purba.

“Teknik” adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan “permainan” adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa Indonesia 2008). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah bagaimana cara memainkan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur, termasuk di “Teknik” adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan “permainan” adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa Indonesia 2008). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah bagaimana cara memainkan husapi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur, termasuk di

“Struktur” merupakan sesuatu yang disusun dengan pola tertentu dan dengan menggunakan unsur tertentu. Struktur di sini maksudnya struktur musik yang menjelaskan bagaimana pembawaan melodi untuk menggambarkan susunan isi cerita lagu parenjak-enjak ni huda sitajur. Sehingga struktur musik dalam hal ini akan mengamati setiap frasa yang dimainkan dalam lagu tersebut, bagaimana melodi yang dimainkan ataupun bagaimana tempo yang dimainkan di setiap frasanya.

Husapi diklasifikasikan sebagai alat musik chordophone yang sumber suaranya berasal dari senar yang digetarkan. Sesuai dengan bentuknya, husapi merupakan alat musik lutes yang memiliki badan seperti boat (kapal), sehingga disebut juga boat lutes. Berdasarkan karakteristiknya, husapi ini tergolong fretless karena tidak terdapat pemisah pada papan jari (fret).

Lagu yang dimainkan adalah lagu tradisional Simalungun yang dimainkan dengan alat musik husapi dan yang menjadi pokok pembahasannya adalah lagu parenjak-enjak ni huda sitajur . Lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah salah satu nyanyian yang gaya menyanyikannya seperti orang yang bercerita. Adapun lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini merupakan sejarah yang menceritakan bagaimana kisah perjalanan hidup seekor kuda (yang dulu dipakai oleh raja Manik Hasian) dari mulai perang antara raja Siattar dengan raja Manik Hasian sampai Lagu yang dimainkan adalah lagu tradisional Simalungun yang dimainkan dengan alat musik husapi dan yang menjadi pokok pembahasannya adalah lagu parenjak-enjak ni huda sitajur . Lagu parenjak-enjak ni huda sitajur adalah salah satu nyanyian yang gaya menyanyikannya seperti orang yang bercerita. Adapun lagu parenjak-enjak ni huda sitajur ini merupakan sejarah yang menceritakan bagaimana kisah perjalanan hidup seekor kuda (yang dulu dipakai oleh raja Manik Hasian) dari mulai perang antara raja Siattar dengan raja Manik Hasian sampai

Adapun penyaji yang penulis maksud yang memainkan lagu parenjak- enjak ni huda sitajur ini adalah Arisden Purba. Beliau berumur 60 tahun dan tinggal di Jl. Besar Manik Saribu, Simp. Tower Nagori Sait Buttu, Kecamatan Sidamanik. Bapak Arisden Purba pernah berperan sebagai tenaga pengajar dalam revitalisasi budaya terkhusus dalam budaya Simalungun.

1.4.2 Teori

Secara umum, proses belajar musik tradisional merupakan oral tradition (tradisi lisan), begitu juga lagu parenjak-enjak ni huda sianjur yang merupakan musik tradisional Simalungun. George List dalam “Discussion of K.P. Wachsman’s paper,” Journal of the Folkore Institue mengatakan: Apa yang dimaksud dengan ‘musik tradisional’ ? Musik tradisional adalah musik yang mempunyai dua ciri: musik tersebut diwariskan dan disajikan dengan hapalan bukan dengan menggunakan tulisan, dan musik tersebut selalu ‘hidup’, di mana Secara umum, proses belajar musik tradisional merupakan oral tradition (tradisi lisan), begitu juga lagu parenjak-enjak ni huda sianjur yang merupakan musik tradisional Simalungun. George List dalam “Discussion of K.P. Wachsman’s paper,” Journal of the Folkore Institue mengatakan: Apa yang dimaksud dengan ‘musik tradisional’ ? Musik tradisional adalah musik yang mempunyai dua ciri: musik tersebut diwariskan dan disajikan dengan hapalan bukan dengan menggunakan tulisan, dan musik tersebut selalu ‘hidup’, di mana

Mantle Hood juga memberikan sebuah pemahaman untuk mempermudah penulis dalam meneliti melalui pendapatnya,

“the concept of bimusicality as a way of scholary presentation of the music of other cultures, and active performance and even composition idiom of another culture as a way of learning the essentials of its musical style and behavior.”

Dengan pendapat yang dikemukakan Hood akan menekankan pada pengajaran dalam hal praktik bagi jenis pertunjukan yang diteliti oleh penulis. Dalam hal ini bimusicality adalah agar peneliti mempelajari dan memainkan musik dari kebudayaan yang sedang diteliti. Begitu juga yang sedang penulis terapkan untuk mempelajari husapi kepada bapak Arisden Purba (kebudayaan yang diteliti) dengan cara oral tradition. Ini adalah sebuah metode yang cukup bermanfaat bagi penulis untuk membantu dalam membahas permasalahan. Dengan pemahaman ini Dengan pendapat yang dikemukakan Hood akan menekankan pada pengajaran dalam hal praktik bagi jenis pertunjukan yang diteliti oleh penulis. Dalam hal ini bimusicality adalah agar peneliti mempelajari dan memainkan musik dari kebudayaan yang sedang diteliti. Begitu juga yang sedang penulis terapkan untuk mempelajari husapi kepada bapak Arisden Purba (kebudayaan yang diteliti) dengan cara oral tradition. Ini adalah sebuah metode yang cukup bermanfaat bagi penulis untuk membantu dalam membahas permasalahan. Dengan pemahaman ini

Khusus untuk menganalisis teknik permainan husapi yang dilakukan oleh Bapak Arisden Purba, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut Ihromi (1987) teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan di dalam disiplin antropologi. Pada dasarnya teori ini menitikberatkan kepada pandangan dan aktivitas yang dilakukan oleh informan yang dilatarbelakangi budaya tertentu. Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan husapi, dengan peristilahan atau terminologi khas Simalungun yang digunakan oleh Bapak Arisden Purba, seperti: mamiltik, teknik tak, inggou, dan lainnya. Selain itu tentu peneliti harus mengkaji lebih jauh apa makna-makna di sebalik permainan husapi ini, baik itu makna perlambangan, makna budaya, makna harmoni sosial, dan lain- lain.

Husapi merupakan alat musik yang berperan sebagai melodi, dan nada- nada yang digunakan pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur menggunakan nada-nada yang ada pada sistem tangga nada barat. Jadi dalam tulisan ini, penulis menggunakan teori yang sesuai dengan disiplin ilmu etnomusikologi. Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, pendekatan yang sering dipakai untuk transkripsi adalah transkripsi deskriptif. Transkripsi deskriptif adalah transkripsi yang dilakukan dengan cara menuliskan, mencatat ciri-ciri dan detail-detail yang Husapi merupakan alat musik yang berperan sebagai melodi, dan nada- nada yang digunakan pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur menggunakan nada-nada yang ada pada sistem tangga nada barat. Jadi dalam tulisan ini, penulis menggunakan teori yang sesuai dengan disiplin ilmu etnomusikologi. Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, pendekatan yang sering dipakai untuk transkripsi adalah transkripsi deskriptif. Transkripsi deskriptif adalah transkripsi yang dilakukan dengan cara menuliskan, mencatat ciri-ciri dan detail-detail yang

Untuk menganalisis melodi pada lagu parenjak-enjak ni huda sitajur, penulis menggunakan pendekatan analisis yang dikemukakan oleh Bruno Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology (1964), bahwa untuk menganalisis seluruh bentuk musikal dilakukan analisis terhadap tangga nada, melodi, ritem, warna suara, dinamik, dan tempo.

1.5 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap bahan tulisan ini, penulis melakukan beberapa tahapan kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, pengumpulan data di lapangan, bimbingan secara formal ataupun nonformal dengan dosen pembimbing dan juga mahasiswa etnomusikologi, dan kerja laboratorium. Pada dasarnya studi kepustakaan, studi lapangan, dan bimbingan terus dikerjakan secara bersamaan hingga penulis mulai mengerjakan tulisan ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Dalam melakukan penelitian terhadap objek ini, penulis melakukan studi kepustakaan agar mendapatkan bahan-bahan yang mendukung tulisan ini. Selain Dalam melakukan penelitian terhadap objek ini, penulis melakukan studi kepustakaan agar mendapatkan bahan-bahan yang mendukung tulisan ini. Selain

Beberapa bahan tertulis yang penting yang penulis gunakan sebagai sumber adalah:

1. Department of Education and Culture Directorate General of Culture North Sumatera Government Museum, “The Simalungunese Traditional Musical Instruments”. Tulisan ini membahas tentang alat- alat musik yang ada pada masyarakat Simalungun dengan spesifikasi yang membahas tentang organologi alat musiknya dan juga peranannya bagi masyarakat Simalungun.

2. Skripsi Daniel Limbong yang berjudul “Deskripsi Analitis Gaya Permainan Hasapi Sarikawan Sihotang dalam Konteks Tradisi Gondang Hasapi”. Skripsi sarjana ini menjelaskan tentang teknik permainan hasapi seorang musisi Batak Toba yang bernama Sarikawan Sihotang secara khusus dalam permainannya dalam gondang hasapi (ansambel musik) dalam bentuk teknik pengayaan si pemain dalam memainkan sebuah komposisi.

3. Bruno Nettl, “Theory and Method in Ethnomusicology”. Tulisan ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu kajian etnomusikologi, metode dalam etnomusikologi, teori dalam 3. Bruno Nettl, “Theory and Method in Ethnomusicology”. Tulisan ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu kajian etnomusikologi, metode dalam etnomusikologi, teori dalam

4. Diktat perkuliahan Etnomusikologi oleh A.M. Susilo Pradoko, Msi. Diktat ini menjelaskan tentang pembahasan tentang etnomusikologi baik itu dari materi kajian etnomusikologi maupun pendekatan- pendekatan yang digunakan di dalamnya.

Selain itu penulis juga mendapat informasi dari informan penulis bapak Arisden Purba dan juga musisi Simalungun seperti Badu Purba yang memiliki pengetahuan mengenai musik Simalungun. Djasa Tarigan sebagai musisi Karo juga turut serta dalam memberikan informasi terhadap tulisan ini.

1.5.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lapangan meliputi observasi, wawancara, merekam bahan-bahan musikal yang akan dianalisis, dan mengambil foto. Penulis memulai penelitian ini pada bulan September 2012, dengan melakukan observasi yang meliputi peninjauan dan pengamatan lokasi penelitian serta melihat pertunjukan seni itu (lagu parenjak-enjak ni huda sitajur) secara langsung.

Untuk mengumpulkan data yang selengkapnya penulis melakukan wawancara, baik dengan informan kunci Bapak Arisden Purba, maupun dengan Untuk mengumpulkan data yang selengkapnya penulis melakukan wawancara, baik dengan informan kunci Bapak Arisden Purba, maupun dengan

Dalam melakukan wawancara, penulis sebelumnya sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang berhubungan seputar tulisan ini, penulis mencatat dan merekam semua hal yang dibicarakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Penulis juga merekam dan mengambil foto dokumentasi pertunjukan seni (husapi parenjak-enjak ni huda sitajur) yang disajikan informan. Dengan demikian penulis dapat memperhatikan dan melengkapi data-data yang diperlukan dalam tulisan ini.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Seluruh data yang diperoleh di lapangan akan diolah dalam kerja laboratorium, yaitu melakukan transkripsi musik dan menganalisis bahasan melodi lagu, sehingga dapat melihat gambaran melodi yang digunakan pada lagu yang menjadi bahasan tulisan ini. Untuk mentranskripsikan lagu ini, penulis akan Seluruh data yang diperoleh di lapangan akan diolah dalam kerja laboratorium, yaitu melakukan transkripsi musik dan menganalisis bahasan melodi lagu, sehingga dapat melihat gambaran melodi yang digunakan pada lagu yang menjadi bahasan tulisan ini. Untuk mentranskripsikan lagu ini, penulis akan

Dalam kerja laboratorium ini, penulis juga akan memisahkan data-data agar tidak terjadi masalah dalam pengerjaannya. Data-data yang penulis anggap sudah cocok akan disimpan terlebih dahulu, apabila masih ada data yang penulis dapatkan di lapangan, akan penulis cari nantinya di penelitian selanjutnya. Data- data yang sudah dipisahkan akan disesuaikan dengan keperluannya.

BAB II DESKRIPSI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab II ini merupakan gambaran umum bagian dari wilayah objek penelitian penulis. Namun wilayah dalam hal ini bukan hanya lokasi penelitian yang terfokus terhadap objek penelitian saja. Penulis dalam bab ini akan lebih terfokus terhadap gambaran masyarakat Simalungun pada umumnya karena mengingat pokok permasalahan tulisan merupakan suatu cerita rakyat atau foklor pada masyarakat Simalungun dulunya. Untuk itu sebagai dasar dari tulisan ini, penulis akan menerangkan bagaimana masyarakat Simalungun pada umumnya dengan didukung lokasi penelitian yang berada di Sidamanik pada khususnya.

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam tulisan ini berada di rumah informan penulis yaitu bapak Arisden Purba yang berada di Huta Manik Saribu, Nagori Sait Buttu, kecamatan Pamatang Sidamanik, kabupaten Simalungun. Menurut data yang didapat dari Kantor Lurah Nagori Sait Buttu, secara geografis Nagori Sait Buttu terletak terletak antara 02,58 ° LU – 80,05 ° BT. Adapun luas wilayah Nagori Sait

Buttu adalah ± 1347 Ha, atau sekitar 30 % bagian dari luas kecamatan Pematang Sidamanaik yaitu 13.465 Ha.

Adapun batas-batas wilayah Nagori Sait Buttu adalah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan Nagori Sarimattim yang meliputi perkebunan PTPN IV Kebun Toba Sari.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagori Bandar Manik.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean.

4. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Dolok Pardamaean.

Sedangkan Huta Manik Saribu merupakan salah satu huta dari tujuh huta yang berada di wilayah Nagori Sait Buttu. Wilayah Huta Manik Saribu berkisar ± 203 Ha atau sekitar 15% dari wilayah Nagori Sait Buttu. Berikut ini daftar luas tanah yang terdapat di desa Nagori Sait Buttu:

NO

HUTA

LUAS (Ha)

1. Afdeling D. Toba Sari

2. Afdeling B. Toba Sari

3. Manik Saribu

4. Manik Huluan

5. Gunung Mulia

6. Sait Buttu

7. Garbus

JUMLAH

1347 Ha

2.2 Kependudukan dan Sistem Bahasa

Asal usul kependudukan masyarakat Simalungun banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek dan juga berbagai pendapat atau teori yang berbeda untuk memberikan pembuktian terhadap kebenarannya. Sama halnya dengan kebudayaan tradisi Simalungun di zaman kerajaannya yang memiliki seribu cerita

dengan beragam versi dan mitos. Hanya ada beberapa data tertulis 13 yang menjelaskan marga-marga pada masyarakat Simalungun, dan itupun kebanyakan

mencakup sejarah keturunan-keturunan raja saja.

Sistem kependudukan dan bahasa merupakan suatu bentuk sinkronisasi untuk membentuk suatu sistem kemasyarakatan. Bahasa berperan sebagai media komunikasi antar penduduk yang tinggal di daerah tersebut sesuai dengan tradisi yang berlaku.

2.2.1 Kependudukan

Masyarakat yang mendiami desa Nagori Sait Buttu Saribu merupakan masyarakat yang heterogen karena terdiri dari berbagai suku yang di dalamnya seperti Simalungun, Toba, Jawa, Minangkabau, dan Cina. Keberagaman suku ini tidak menjadi perbedaan di dalam masyarakat untuk melakukan segala tindak aktivitas yang ada masyarakatnya. Seperti dari hasil wawancara dengan informan

13 Ada beberapa naskah kuno yang m enerangkan m asa lam pau m asayarakat Sim alungun yang m asih ada hingga sekarang, misalnya Part ikian Tuan Bandar Harapan, Partikian M alasari yang

m enjelaskan asal-usul m arga Purba Tam bak yang m enurunkan raja Silou. Pust aka Parpadan na Bolag adalah t ulisan yang m enerangkan kehidupan tradisioanal Sim alungun pada zam an Nagur m enjelaskan asal-usul m arga Purba Tam bak yang m enurunkan raja Silou. Pust aka Parpadan na Bolag adalah t ulisan yang m enerangkan kehidupan tradisioanal Sim alungun pada zam an Nagur

Menurut keterangan Jasasman Purba selaku kepala desa di daerah setempat menyatakan bahwa adanya keragaman suku di daerah tersebut disebabkan oleh tradisi sodduk hela yang diberlakukan dalam norma masyarakat tersebut. Sodduk hela merupakan sebuah tradisi dimana seorang menantu dari pihak laki-laki dari luar daerh tersebut tinggal dengan mertu perempuan yang bertempt inggal tetap di daerah itu juga. Sebagai contoh, ada seorang pria yang bersuku batak Toba yang berasal dari daerah Tapanuli yang ingin menikahi seorang wanita di daerah Sait Buttu Sribu. Setelah dilaksankannya acara pernikahan, si pria dan wanita tersebut bertempat tinggal di drumah si pihak perempuan yang mungkin disebabkan oleh beberapa alasan seperti kekurangan ekonomi ataupun juga karena keinginan oleh pihak perempuan. Secara langsung hal ini menjadi alasan adanyaa suku lain di daerah tersebut dengan berlanjutnya keturunan marga Toba di daerah tersebut. Tidak hanya itu saja yang menjadi alasan keberagaaman suku ini, karena masih banyak kemungkinan yang lain seperti perdagangan, pertanian, pemerintahan lokal yang dapat melingkupi system kemasyarakatan di daerah tersebut.

Banyak argumen-argumen yang menerangkan tentang kesejarahan suku Simalungun ini, baik itu data secara lisan maupun tulisan. Kebanyakan masyrakt Simalungun itu sendiri yang menjelaskan secara lisan dengan memberikan suatu cerita kesejarahan tentang Simalungun. Adapun menurut beberapa ahli menyatakan bahwa orang Simalungun termasuk rumpun Proto Melayu yang

berasal dari Hindia Belakang 14 . Keberadaan masyaraakat Simalungun itu sendiri merupakan identitas sebagai penduduknya dengan keturunan empat marga induk

yaitu Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Ditegaskan lagi oleh M.D Purba bahwa keempat marga tersebut merupakan marga asli Simalungun. Dengan beberapa bentuk literatur-literatur yang menjelaskan bagaimana pada masa kerajaan dulu sudah menggunakan keempat marga tersebut. Adapun marga- marga di luar keempat marga tersebut yang mengaku sebagai suku Simalungun merupakan suatu bentuk asimilasi dan hasil integrasi dengan marga yang ada pada masyrakat Simalungun dengan mengikuti tradisi norma-nornma tertentu.

Banyaknya asumsi-asumsi yang dituturkan oleh para ahli tentang bagaimana sistem kependudukan pada masyarakat Simalungun justru menimbulkan banyak misteri dengan seluk-beluk kesejarahaannya yang rumit. Apalagi melihat asumsi zaman dulu mengenai raja-raja Simalungun yang

14 Dalam buku bert ajuk Prasejarah Kepulauan Indonesia yang sudah diterjem ahkan karangan Pet er Bellw ood menerangkan m asukny suku-suku ke bagian Negara Indonesia m enurut

penelit innya t erdiri dari du geelom bang, yait u rum pun Proto M elayu dan Deutro M elayu. Prot o M elayu yait u m asuknya suku-suku bangsa M ongol-Kukaus (Aust renesia) m elalui daerh Cina Selat an dengan proses m igrasi dan kem udia m asuk m elaui Indo Cina (Hindia Belakang) t erus m enuju Sem enanjung M alk dan akhirnya berdiam di spanjang pant ai Tim ur Sum atera. M enururut pendapat nya bahw a kem ungkina n m asuknya ke daerh Sim alungun m elalui pantai Tim ur dengn melew at i daerah Aceh hingga menepti daerah Sim lungun sekarang. Deut ro M elayu yait u migrasi yang m asuk ke daerah nusant ara yang hingga m asuk ke pedalam an. M ereka pada um um nya berkebudayaan t inggi.

menduduki daerahnya dengan system di luar akal pikiran manusia sekarang.. Adanya aspek-aspek yang mempengaruhi system kependudukan masyaarakat Simalungun dulunya juga turut membantu perkembangan yang terjadi di dalam masyarakatnya.

2.2.2 Bahasa

Sistem kemasyarakatan dalam suatu daerah tentu didasari oleh bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat di dalamnya. Hal ini dapat dilihat bagaimana system komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dalam melakukan akivitasnya. Begitu juga yang dijelaskan oleh Arisden Purba terkait lokasi penelitian penulis bahwa keragaman suku yang berada di daerah tersebut menggunakan bahasa Simalungun untuk komunikasi sehari-harinya. Hal tersebut juga yang menyebabkan ada asumsi untuk setiap orang yang tinggal di daerah tersebut sudah dianggap sebagai suku Simaalungun.

Di desa Nagori Sait Buttu Saribu itu sendiri dengan keberagaman suku tetap menggunakan system tradisi Simalungun seperti aktivitas kebudayaan yang dilaksanakan di daerah tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Huta Manik Saribu menggunakan bahasa Simalungun, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka menggunakan bahasa di luar masyarakat Simalungun. Selama proses penelitian penulis di rumahnya, penulis kurang fasih menggunakan bahasa setempat dan terkadang penulis menggunakan bahasa batak,Toba dan hal itu membantu karena beliau juga bisa menggunakan bahasa

batak Toba juga. Ada dua asumsi yang menyebabkan hal ini terjadi yang dapat dilihat dari eksternal dan internal. Dengan didukung oleh teori Shin Nakagawa yang menyatakan bahwa adanya pengaruh terhadap suatu kebudayaan yang didasari oleh factor yang datang dari dalam dan juga dari luar. Pengaruh yang datang dari dalam maksudnya adalah pengaruh yang disebabkan oleh masyarakat yang di dalam itu sendiri, di mana yang menjadi objek yang mempengaruhi adalah manusia yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Sebagai contoh bahwa tidak semua masyarakat Simalungun yang ada di dalamnya menikah dengan orang Simalungun juga, pasti ada kemungkinan menikah dengan orang di luar Simalungun, apalagi mengingat beragamnya suku di dalamnya. Untuk itu tidak menutup kemungkinan masyarakat asli di daerah tersebut mengetahui bahasa di luar bahasa tradisinya. Sedangkan pengaruh dari luar maksudnya bahwa dengan melihat letak geografis daerah tersebut yang dikelilingi oleh daerah suku batak Toba, sehingga kemungkinan besar masyarakat Simalungun di derah tersebut mengerti akan bahasa btak Toba tersebut. Hal ini sering juga disebut dengan kebudayaan yang “bertetangga”, di mana ada suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang berdekatan.

Di samping itu, suku Simalungun memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa suku-suku lainnya, walaupun menurut pendapat orang bahwa bahasa Simalungun ini seperti bahasa batak Toba juga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh P. Voorhoeve selaku pejabat pemerintah di Simalungun sejak tahun 1937 mengungkapkan bahwa bahasa Simalungun merupakan bahasa austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta dan banyak mempengaruhi bahasa-bahasa Di samping itu, suku Simalungun memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa suku-suku lainnya, walaupun menurut pendapat orang bahwa bahasa Simalungun ini seperti bahasa batak Toba juga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh P. Voorhoeve selaku pejabat pemerintah di Simalungun sejak tahun 1937 mengungkapkan bahwa bahasa Simalungun merupakan bahasa austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta dan banyak mempengaruhi bahasa-bahasa

Dalam buku Tole Den Timorlan den Das Evangelium (2003:16-19) dijelaskan bahwa bahasa Simalungun dikenal ragam jenis pemakaian bahasa menurut penggunaannya,

1. Bahasa Tingkatan Bahasa tingkatan adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain, di mana dalam hal ini bahasa yang digunakan memiliki posisi sendiri untuk disampaikan kepada orang lain. Orang yang dimaksud dalam komunikasi ini dilihat dari bentuk strata yang digunakan dalam sistem tradisi masyarakat Simalungun. Bahasa tingkatan dalam masyarakat Simalungun yaitu:

 Bahasa Simalungun yang digunakan khusus untuk raja maupun keluarga kerajaan seperti paramba (hamba), dongan (baginda), modom (mangkat), dll.

 Bahasa Simalungun yang digunakan dengan melihat tingkatan usia, dimana dalam hal ini bahasa yang digunakan juga melihat bagaimana menggunakan bahasa komunikasi dengan posisi usia, bahasa yang digunakan dengan usianya lebih muda, usianya lebih tua, usianya sebaya, dan bahkan juga melihat tingkatannya dalam  Bahasa Simalungun yang digunakan dengan melihat tingkatan usia, dimana dalam hal ini bahasa yang digunakan juga melihat bagaimana menggunakan bahasa komunikasi dengan posisi usia, bahasa yang digunakan dengan usianya lebih muda, usianya lebih tua, usianya sebaya, dan bahkan juga melihat tingkatannya dalam

2. Bahasa Simbol Bahasa simbol merupakan bahasa yang digunakan sebagai media untuk mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan medium ataupun benda- benda dengan tujuan untuk menyampaika maksud-maksud tertentu. Bahasa yang digunakan dalam hal ini bukan semata-mata dengan menggunakan olahan kata yang diucap dari mulut secara langsung, melainkan menunjukkan suatu pergerakan, mimik, dan bahkan suatu benda yang pada umumnya masyarakat tersebut sudah mengerti arti dan maksudnya. Misalnya dalam permainan onja-onja di mana seorang pemuda memakai benang merah untuk menyatakan maksud bahwa sampai mati akan teap berjuang untuk mendapatkan cinta gadis idamannya.

3. Bahasa Simalungun Ratap Tangis Bahasa Simalungun ratap tangis merupakan bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih dalam bentuk sebuah ratapan tangis dan pada umumnya bahasa ini sering dipakai ketika ada yang meninggal dunia sesuai dengan hubungan kekerabatannya. Bahasa ini sering juga disebut 3. Bahasa Simalungun Ratap Tangis Bahasa Simalungun ratap tangis merupakan bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih dalam bentuk sebuah ratapan tangis dan pada umumnya bahasa ini sering dipakai ketika ada yang meninggal dunia sesuai dengan hubungan kekerabatannya. Bahasa ini sering juga disebut

4. Bahasa Simalungun Kasar Bahasa Simalungun kasar ini sebenarnya merupakan suatu bentuk penyampaian bahasa yang berbeda dengan penggunaan bahasa yang lainnya. Bahasa ini sering juga disebut sebagai sait ni hata yaitu karena bahasa ini digunakan ketika seseorang sedang marah ataupun sedang menghina seseorang, dan pada umumnya bahasa ini digunakan karena sedang tersinggung oleh sesuatu. Misalnya kata panjamah (tangan) bahasa kassarnya tipput, mulut (babah) bahasa kasarnya tursik, dan masih banyak lagi.

5. Bahasa datu Bahasa datu adalah bahasa yang digunakan oleh dukun dengan menggunakan bahasa tabas-tabas yang merupakan campuran dari berbagai bahasa dengan maksud-maksud tertentu seperti untuk mengobati orang, mencelakai orang, dan untuk persyaratan ritual tertentu. Bahasa yang digunakan oleh datu ini bukan secara umum diketahui oleh masyarakat Simalungun karena hanya sebagian orang yang terpilih untuk menjadi seorang datu.

Dengan demikian perbedaan penyampaian suatu bahasa akan memberikan makna yang berbeda dan disesuaikan kondisi, waktu, dan tempat tertentu. Adanya bahasa yang berbeda dalam suatu komunitas seperti di desa huta Manik Saribu Dengan demikian perbedaan penyampaian suatu bahasa akan memberikan makna yang berbeda dan disesuaikan kondisi, waktu, dan tempat tertentu. Adanya bahasa yang berbeda dalam suatu komunitas seperti di desa huta Manik Saribu

2.3 Kesenian

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian sangat dekat dengan kebudayaan suatu masyarakat, dan hal ini juga dapat digunakan sebagai identitas diri suatu masyarakat dimana keberadaan suatu bentuk kesenian menjadi pengenal diri dalam wujud ciri dan karakter yang terdapat dalam kesenian tersebut yang disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat tersebut. Penulis memberikan gambaran berdasarkan tulisan ini yang berbicara tentang foklor dalam konsep musikal. Dalam hal ini foklor memberikan peran tertentu untuk masyarakatnya bahwa sebuah cerita dapat menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut.

Kesenian merupakan suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan di mana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakatnya dan biasanya berwujud benda-benda deskriptif yang dihasilkan oleh manusia (Koentjaraningrat, 1980:395:397). Kesenian pada masyarakat Simalungun beragam dengan pengkategorian jenis kesenian yang Kesenian merupakan suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan di mana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakatnya dan biasanya berwujud benda-benda deskriptif yang dihasilkan oleh manusia (Koentjaraningrat, 1980:395:397). Kesenian pada masyarakat Simalungun beragam dengan pengkategorian jenis kesenian yang

2.3.1 Seni Musik ( Gual)