ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Aspek Pendidikan Kesetaraan Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban.

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER
(Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung
Sorban)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

YULIANA WINDARINI
A220080015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

1


2

3

Abstrak

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER
(Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung
Sorban)
Yuliana Windarini, A220080015, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2013, xvii+ 123halaman
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan aspek pendidikan
kesetaraan gender dalam film Perempuan Berkalung Sorban, meliputi kesetaraan
gender dalam pendidikan, kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga,
kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat. Sumber data penelitian ini
adalah Film Perempuan Berkalung Sorban dalam format VCD, sumber data
sekunder adalah sinopsis serta literature, internet, dan penelitian-penelitian
terdahulunya yang relevan. Teknik pengumpulan data adalah telaah dokumen dan

sumber pustaka. Analisisnya menggunakan metode isi: dengan pemaparan
bersifat kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar, dialog dan alur cerita
film mengandung aspek pendidikan kesetaraan gender. Sebagai seorang
perempuan yang berusaha membagi pengalaman hidupnya kepada santri
pesantren dan merubah cara pandang orang-orang pesantren. Akhirnya karna
usaha Anissa yang begitu keras, pesantren mengalami perubahan sosial dan
Anissa juga membuka perpustakaan di pesantren. Dengan demikian aspek
pendidikan kesetaraan gender sangatlah penting karena dalam mempelajari
perbedaan laki-laki dan perempauan adalah segalanya bagi setiap manusia, oleh
sebab itu aspek pendidikan kesetaraan gender harus selalu dilakukan. Pendidikan
di sekolah yang dapat mendukung pendidikan Kesetaraan gender salah satunya
adalah pendidikan Kewarganegaraan.
Kata Kunci: Film Perempuan Berkalung Sorban, Aspek Pendidikan Kesetaraan
Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn.

4

PENDAHULUAN
Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan

Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara
kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal ini di perlukan standardisasi buku ajar
yang salah satu kriterianya adalah berwawasan gender. selain itu guru akan
menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya kesetaraan
gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang peka gender. Gender
yang merupakan pemilihan peran antara laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan sosial merupakan bagian dari budaya. Gender secara leksikon
merupakan

identitas

atau

penggolongan

gramatikal

yang

berfungsi


mengklasifikasi suatu benda pada kelompok-kelompoknya. Penggolongan ini
secara garis besar berhubungan dengan kategori feminim dan maskulin. Secara
terminologi, gender digunakan untuk menandai perbedaan segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat dengan perbedaan seksual (Illich dalam Munthali’in,
2001). Perbedaan yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah bahasa, tingkah
laku, pikiran makanan, ruang, waktu, harta milik, tabu, teknologi, media massa,
mode, pendidikan, profesi, alat-alat produksi, dan alat rumah tangga (Dzuhayatin
dalam Munthali’in, 2001). Gender dirumuskan pula sebagai perbedaan fungsi dan
peran sosial, serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi
secara sosial sehingga dapat berubah dari waktu kewaktu.
Pelaksanaan pendidikan kesetaraan gender dapat dilakukan melalui mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang memilih visi dan misi
menjunjung tinggi nilai-nilai moral positif. Sementara itu tujuan mata pelajaran
PKn tersebut, sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 dan No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:
Berfikir

secara


kritis,

rasional,

dan

kreatif

dalam

menanggapi

isu

kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama


5

dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (pasal 3).
Guru merupakan fasilitator bagi siswa dalam memahami dan menghayati
materi pelajaran. Demi menunjang terlaksananya proses pembelajaran, guru perlu
alat bantu atau media, salah satunya adalah melalui media film, sebab dalam unsur
film terkandung bermacam-macam pesan edukatif yang dapat digunakan sebagai
alternatif media pembelajaran. Melalui film peserta didik diharapkan mampu
mendapatkan pengalaman belajar yang lain dan bisa dijadikan sarana belajar
dalam memahami pesan yang terkandung adalah film terebut. Dengan bantuan
media film peserta didik diharapkan bisa melaksanakan dalam kehidupannya
sehari-hari, khususnya mengenai ajaran kesetaraan gender yang terkandung dalam
film yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban.
Film Perempuan

Berkalung Sorban garapan Hanung Bramantyo

merupakan film yang bernuansa keagamaan, sekaligus gambaran kegigihan

seorang perempuan untuk meraih keinginannya bebas dan melihat dunia luar
seperti yang menjadi cita-citanya.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, sekaligus untuk
memfokuskan pengumpulan dan analisis data, maka dirumuskan tujuan penelitian
ini sebagai berikut: untuk menggambarkan konstruksi kesetaraan gender dalam
memperoleh pendidikan pada film Perempuan Berkalung Sorban, untuk
menggambarkan konstruksi kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga pada
film Perempuan Berkalung Sorban, dan untuk menggambarkan konstruksi
kesetaraan gender dalam keseharian masyarakat pada film Perempuan Berkalung
Sorban.
LANDASAN TEORI
Gender secara lebih jelas dalam Women’s Studies Encyclopedia ditegaskan
bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan
peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Mulia dalam Marzuki, 2009).
Gender sebagai konstruksi budaya adalah kebudayaan mencangkup bahasa yang

6

amat luas, secara sederhana dipahami sebagai sistem ide milik bersama yang

dipakai untuk pedoman dalam kehidupannya (Keesing dan Suparlan dalam
Munthali’in, 2001). Gender sebagai pemilahan peran laki-laki dan perempuan
adalah Pemilahan sifat dan peran tersebut mengakibatkan terjadinya dominasi
laki-laki terhadap perempuan, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun di
dunia publik. Dalam kehidupan rumah tangga, laki-laki/suami dengan sifatnya
yang maskulin, ditempatkan oleh budaya pada posisi sebagai kepala rumah
tangga, sedang istri/perempuan sebagai orang keduanya.
Teori pemilahan laki-laki dan perempuan ialah teori dasar yang sering
digunakan dalam membedah sekaligus membenarkan perbedaan sifat, posisi, dan
peran antara laki-laki dan perempuan.
Ketidakadilan gender adalah suatu sistem yang struktural yang
menempatkan laki-laki maupun perempuan sebagai korban dari sistem tersebut
(Faqih dalam Munthali’in, 2001). Untuk memahami perbedaan gender yang
melahirkan ketidak adilan tersebut dapat dilihat melalui berbagai manifestasi dari
ketidakadilan tersebut masing-masing tidak bisa dipisah-pisahkan, saling terkait,
dan berpengaruh secara dialektis.
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan nasional (Hamkamnas), serta

kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga
meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural baik terhadap
laki-laki maupun perempuan (zaxshack, 2009).
Cakupan Kesetaraan Gender. mencakup kesetaraan peran dan posisi lakilaki dan perempuan dalam kehidupan sosial. Kesetaraan yang melahirkan keadilan
bagi laki-laki dan perempuan dalam menjalani kehidupan. Kesetaraan peran yang
dimaksud diantaranya adalah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam
memperoleh pendidikan seperti yang menjadi tema penelitian ini.

7

Awal perjuangan kesetaraan gender bisa dilacak mula munculnya
perkumpulan “Putri Mardika” yang dalam tahun 1915 mengirimkan mosi kepada
Gubernur jenderal agar supaya kaum laki-laki maupun perempuan diberlakukan
sama di muka hukum. Berdasarkan kodrat Tuhan Yang Maha Esa, manusia
diciptakan berpasang-pasangan yang terdiri atas perempuan dan laki-laki yang
saling membutuhkan sama lainnya (Suryochondro, 1984:88).
Perkembangan Kesetaraan Gender Saat Ini. Emansipasi kaum perempuan
dapat dikatakan mulai lahir ketika muncul kontroversi yang menyangkut sikap
atau perilaku dan pandangan seseorang dalam hal menghargai perempuan. Akan
terlihat dengan jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat indonesia masih

dijajah, kaum perempuan kurang dihargai oleh para penjajah yang berlaku
sewenang-wenang (Kompasiana, 2012).
Pengertian Pendidikan Kesetaraan Gender. Kesamaan kondisi bagi lakilaki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan nasional
(Hamkamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut
(Zaxshack, 2009). Jadi Pendidikan kesetaraan gender adalah persamaan dan peran
sosial dalam hal mendapatkan kesempatan, atau pengakuan yang sama atas hak
asasi manusia.
Tuntutan

Pendidikan

Kesetaraan

Gender.

Mendorong

perempuan


Indonesia untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi terlihat sangat baik.
Kenyataannya perempuan sekarang bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi
dan sejajar dengan laki-laki.
Kesetaraan Gender Dalam Kebijakan Perundang-Undangan. UU No. 7
Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Wanita dalam pelaksanaannya diatur dalam Inpres No. 9
Tahun 2000 tentang Kesetaraan Gender. Inpres tersebut berisi persamaan hak
perempuan untuk berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan (Fanani, 2012).

8

Visi, Misi, dan Tujuan PKn diharapkan mampu memberikan wawasan dan
kesadaran bernegara kepada peserta didik serta membentuk sikap dan perilaku
cinta tanah air, tertib hukum serta bertanggung jawab sehingga peserta didik dapat
menjadi warganegara yang baik.
Kurikulum PKn yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan harus
memuat tentang penanaman pendidikan kesetaraan gender. Untuk itu, dalam
mengukur muatan materi dan pelaksanaan aspek pendidikan kesetaraan gender
tidak lepas dari kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan
SKKD dan pembuatan silabus.
Muatan Kesetaraan Gender Dalam PKn. Keterkaitan materi PKn SMP
dengan kurikulum PKn yaitu dalam SK KD yang merupakan pernyataan dan
materi PKn itulah yang disampaikan dalam proses pembelajaran PKn. Karena itu
semua perangkat pembelajaran PKn, juga harus mengacu pada materi SK KD
termasuk penggunaan media pembelajaran PKn. Film Perempuan Berkalung
Sorban yang memuat pendidikan kesetaraan gender dapat dimanfaatkan untuk
media pembelajaran PKn.
Film adalah “karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi
imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang
sempurna (Ardianto dan Lukiati, 2005: 134). Film adalah “gambar hidup, juga
sering disebut movie, secara kolektif sering disebut sinema” (Ayonana, 2010).
Film berfungsi sebagai: sarana pemberdayaan masayarakat luas, pengekspresian
dan perkembangan seni, budaya, pendidikan dan hiburan, sebagai sumber
penerangan dan informasi, bagian dari komoditas ekonomi saat ini (Blogspot,
2011).
Macam-macam Film. Sejak manusia mengenal karya seni ini, dibuatlah
macam-macam film yang memiliki berbagai tema dan ide cerita. Jenis dan genre
film dibagi menjadi berbagai jenis, tergantung dengan tema dan cerita yang
diangkat. Film juga mempunyai karakteristik yaitu layar yang luas/lebar,
pengambilan gambar, konsentrasi penuh, identifikasi psikologi.

9

Media pembelajaran PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk
karakter PKn. Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus lahirnya
proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Media pembelajar PKn dapat
menggunakan berbagai jenis media, yaitu media visual, media audio video atau
media berbasis komputer (Kurniansyah, 2011).
METODE PENELITIAN
Setting cerita Film Perempuan Berkalung Sorban berlangsung di Jawa
Timur dan Yogyakarta. Sebagaimana meneliti film, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif menggunakan metode analisis isi. Menggunakan
pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini yang diutamakan adalah
kualitas analisis. Subjek penelitian adalah Film Perempuan Berkalung Sorban.
Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Analisis data menggunakan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan
kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
informasi mengenai Aspek Pendidikan Kesetaraan gender (Analisis Isi dalam
Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban) dengan hasil
sebagaimana pemaparan di bawah ini.
Deskripsi konstruksi kesetaraan gender dalam pendidikan pada film
perempuan berkalung sorban disajikan melalui sebuah keluarga yang hidup di
lingkungan pesantren dan menggambarkan seorang perempuan tegas, keras kepala
dan mandiri yang disampaikan pada dialog dan adegan tokoh Anissa, yang selalu
mengkritisi dunia laki-laki. Anissa selalu berjuang untuk mendapat haknya
sebagai seorang perempuan dan mendapatkan seorang suami yang bisa
menyanyanginya. Dalam film ini, Anissa selalu dibedakan dengan Reza dan
Wildan sebagai kakak laki-laki. Anissa menganggap ayahnya terlalu membedabedakan, Anissa selalu melawan apa yang dikatakan ayahnya. Keinginan Anissa
bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi seperti Reza dan Wildan, tetapi

10

ayahnya malah menyuruh Anissa untuk menikah dengan Samsudin anak dari
sahabat ayahnya. Akhirnya Anissa menikah dengan Samsudin dan menjadi
seorang istri. Tetapi rumah tangganya tidak bahagia, Samsudin suka mabukmabukan dan menganiaya istrinya. Setelah bercerai dengan Samsudin, Anissa
pergi ke Jogja untuk melanjutkan studinya. Kemudian Anissa menikah lagi
dengan Khudori dan mempunyai seorang anak, Dia juga menjadi seorang penulis.
Anissa berusaha keras untuk menyakinkan keluarga pesantren untuk mengajarkan
pada santri pesantren mengenai kebebasan dan hak seorang perempuan, Anissa
juga ingin membangun sebuah perpustakaan di dalam pesantren.
Deskripsi Konstruksi Kesetaraan Peran dalam Kehidupan Rumah Tangga
pada Film Perempuan Berkalung Sorban. Anissa meski dengan terpaksa akhirnya
menikah dengan Samsudin. Empat tahun sudah Anissa menjalani rumah
tangganya. Selama itu Anissa, tidak pernah bahagia dengan kehidupan rumah
tangganya, Samsudin selalu mabuk-mabukkan dan pulang malam. Karna
suaminya sering mabuk-mabukkan, Anissa sempat menyindir suaminya dan
membuat suaminya kesal. Anissa juga bertanya pada suaminya, kapan bisa
melanjutkan sekolah lagi, tapi keinginan Anissa itu di tolak Samsudin. Samsudin
menginginkan Anissa tetap dirumah, duduk manis dan nunggu suami pulang, tapi
Anissa menolak keinginan suaminya dan tetap ingin melanjutkan sekolah.
Samsudin semakin marah dan memperlakukan Anissa dengan kasar, Anissa juga
di dorong ketembok, dipukul dan diancam oleh suaminya. Esok harinya, di saat
Anissa sedang masak Samsudin minta di buatkan kopi, karna Anissa masih sibuk
masak dan kelamaan membuatkan kopi Samsudin langsung membentak Anissa,
Anissa kaget dan memecahkan gelas. Samsudin semakin marah pada Anissa dan
malah membanting-banting gelas. Kemudian di saat Anissa sedang menjemur

11

baju, Samsudin memanggil Anissa menyuruh Anissa menemaninya, tapi Anissa
menolak karna mendengar adzan berkumandang dan ingin beribadah dahulu.
Samsudin marah, lalu menarik Anissa ke kamar mandi, dipukuli dan memaksa
berhubungan suami istri. Pada suatu hari Samsudin memaksa Anissa lagi untuk
berhubungan suami istri, karna ketakutan Anissa keluar kamar dan menodongkan
gunting pada suaminya. Karna Anissa tidak tahan lagi dengan perlakuan
suaminya, Ia ingin pergi dari rumah. Tapi Samsudin menangis sambil memohon
pada Anissa agar tidak pergi dari rumah dan tidak meninggalkannya. Esok
harinya, ketika Anissa duduk merenung, tiba-tiba ada seorang perempuan yang
sedang mengandung datang mencari Samsudin dan minta pertanggung jawaban.
Anissa sangat kecewa dengan suaminya yang telah menghamili perempuan lain,
karna kecewa Anissa minta cerai pada suaminya. Tapi orang tua Samsudin tidak
setuju dengan keputusan Anissa, dengan terpaksa Anissa tidak jadi bercerai
dengan Samsudin dan mengijinkan suaminya menikah lagi. Akhirnya Anissa
tinggal serumah dengan istri kedua Samsudin. Berdasarkan gambaran di atas,
kesetaraan gender suami istri belum memadai.
Deskripsi Konstruksi Kesetaraan Gender dalam Kehidupan Keseharian
Masyarakat pada Film Perempuan Berkalung Sorban. Setelah Anissa dewasa,
Anissa di kenal sangat baik, ramah, dan pintar. Anissa di kagumi banyak orang.
Tapi dalam kehidupan di pesantren sangat membeda-bedakan laki-laki dan
perempuan. Laki-laki bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tapi perempuan
setelah lulus SMA harus menikah, menjadi ibu rumah tangga, mengurus suami
dan mengurus anak. Di lingkungan pesantren juga sangat mengutamakan
keagamaannya. Kemudian setelah Anissa lulus SMA ingin melanjutkan sekolah
yang lebih tinggi, tapi ayahnya melarang Anissa melanjutkan sekolah sebelum

12

Anissa menjadi mukrim seseorang. Tapi Anissa menolak untuk menikah, tapi
ayahnya tetap memaksa Anissa menikah dan akhirnya Anissa menuruti
permintaan ayahnya untuk menikah. Berbeda dengan kehidupan di Jogjakarta,
Anissa bisa merasakan hidup bebas dan bisa mendapatkan banyak pengalaman. Di
Jogja Anissa bisa mengenal satu sama lain, tidak ada yang saling membedakan
antara laki-laki dan perempuan. Anissa juga bisa mendapat pengalaman luas dan
menjadi seorang penulis. Sambil kuliah Anissa juga bekerja sebagai konselor di
kantor Mariam, Anissa pertama bekerja langsung mendapat client. Anissa
berusaha menyelesaikan masalah client tersebut, karna cliennya itu selalu disiksa
dan dianiaya suaminya. Dalam persidangan Anissa berhasil menyelesaikan
masalah clientnya dan clientnya sangat bahagia, karna bisa terbebas dari
suaminya. Kemudian Anissa juga berusaha melakukan perubahan di pesantren,
Anissa selalu memberikan buku-bukunya pada anak santri, agar anak santri bisa
mendapatkan pengalaman yang lebih luas dan bisa mencurahkan pendapatnya.
Anissa juga akan membuat perpustakaan modern di pesantren, agar anak santri
bisa mengenal apa arti kebebasan sesungguhnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
a. Aspek pendidikan kesetaraan gender dalam film perempuan berkalung sorban
disajikan secara jelas, baik dalam bentuk gambar maupun dialog. Secara rinci
dijadikan narasi deskripsi umum isi Film Perempuan Berkalung Surban.
b. Deskripsi konstruksi kesetaraan gender dalam pendidikan kesetaraan gender
dalam film Perempuan Berkalung Sorban tertuang dialog, gambar dan alur

13

cerita film, yaitu diantaranya melanjutkan pendidikan di Yogjakarta, upaya
perbaikan pendidikan santriwati, dukungan kesetaraan perlakuan pada
Santriwati, serta kegigihan mengupayakan kesetaraan pada Santriwati. Namun
hambatannya nampak pada larangan orang tua, untuk melanjutkan sekolah,
dipaksa menikah, pandangan stereotipe negatif pada wanita.
c. Deskripsi konstruksi kesetaraan peran dalam kehidupan rumah tangga meliputi,
kesetaraan peran dalam rumah tangga, namun juga ditampilkan kekerasan
terhadap istri dalam kehidupan rumah tangga, dan subbordinasi istri oleh
suaminya.
d. Deskripsi

konstruksi

kesetaraan

gender

dalam

kehidupan

keseharian

masyarakat digambarkan ketika perempuan bekerja di sektor publik (luar
Rumah), dan ketika perempuan menunjukkan eksistensi di sektor publik.
SARAN
1.

Kepada remaja dan mahasiswa
a. Remaja dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memahami
tentang pentingnya aspek pendidikan kesetaraan gender.
b. Mahasiswa diharapkam mampu memanfaatkan media film sebagai media
pembelajaran.
c. Menanamkan aspek pendidikan kesetaraan gender agar tidak terjadi
perselisihan atau perbedaan.

2.

Kepada orang tua
a. Orang tua hendaknya memberikan penanaman contoh kesetaraan gender
dalam keluarga, dimulai dari orang tua sendiri sehingga dapat menjadi
teladan bagi anak-anaknya.
b. Orang tua hendaknya melakukan proses seleksi terlebih dahulu, film
mana yang sesuai dan layak dijadikan sebagai media pembelajaran bagi

14

anak. Serta mendampingi anak-anak dalam melihat tayangan film di
televisi.
3.

Kepada guru PKn
Guru PKn diharapkan dapat membuka wawasan melalui media pendidikan
melalui film, agar film dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
sama bersifat positif.

4.

Kepada masyarakat
a.

Masyarakat diharapkan selalu memberi perhatian kepada generasi muda
berkaitan dengan upaya pembelajaran pendidikan kesetaraan gender dan
mengarahkan generasi muda dapat saling menghargai sesamanya.

b.

Masyarakat adalah elemen penting bagi terwujudnya suatu pendidikan
yang sehat. Masyarakat diharapkan bisa memberikan contoh yang baik
kepada orang lain mengenai aspek pendidikan kesetaraan gender melalui
film perempuan berkalung sorban.

15

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto dan Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar . Bandung:
Sembiosa Rekatama Media.
.
Http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film. Diakses pada tanggal
10 Oktober 2012 pukul 09:00.
Http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/kesetaraan-gender-diterapkan-dalampendidikan/. Diakses pada tanggal 19 November 2012 pukul 21:10.
Http://filmmoviemania14.blogspot.com/2011/12/fungsi-film.html. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2012 pukul 20:00.
Http://mainunkurniansyah.blogspot.com/2011/04/media-pembelajaranpendidikan.html. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 16:40.
Http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Marzuki,Dr.M.Ag.Kajian-AwalTentang-Teori-Teori-Gender. Diakses pada tanggal 23 November 2012
pukul 16:40.
Http://zaxshack.wordpress.com/2009/02/12/iii-faktor-kesenjangan-dibidanghukum-dan-politik/. Diakses pada tanggal 14 Januari 2012 pukul 08:15.
Http://www.kalyanamitra.or.id/2012/09/kesetaraan-gender-kondisi-perempuanyang-perlu-diwujudkan/. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul
19:30.
Munthali’in, Achmad. 2001. Bias Gender Dalam Pendidikan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
RI. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional .
Jakarta : CV.Eka Jaya.
Suryochondro, Sukanti. 1984. Potret Pergerakan Wanita Di Indonesia . Jakarta:
CV. Rajawali.