Ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah

(1)

KETIDAKADILAN

GENDER

PADA

PEREMPUAN

DALAM

NOVEL

PEREMPUAN

BERKALUNG

SORBAN

DAN

GENI

JORA

SERTA

IMPLIKASINYA

TERHADAP

PEMBELAJARAN

SASTRA

DI

SEKOLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

IlaNurlaila

109013000041

PENDIDIKAN

BAHASA

DAN

SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAN

KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ILA NURLAILA, 109013000041, ―Ketidakadilan Gender Pada Perempuan dalam novelPerempuanBerkalungSorban danGeniJora Serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah‖. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Rosida Erowati, M. Hum.

Gender merupakan konsep kultural yang dibangun oleh masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan adanya kesulitan pergerakan bagi perempuan untuk menembus perubahan pandangan terhadap gender karena hal ini dibangun oleh sekelompok masyarakat. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana struktur yang membangun novel Perempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy? 2) Bagaimana ketidakadilan pada perempuan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidakadilan pada perempuan dalam novelPerempuanBerkalungSorban danGeniJora. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Subjek penelitian ini adalah ketidakadilan terhadap perempuan dalam novelPerempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora, dan sebagai objek penelitian adalah novel PerempuanBerkalung Sorban dan Geni Jora. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penentuan unit analysis, pencatatan data dan analisis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tampak ketidakadilan gender yang terjadi pada perempuan dalam novel ―PerempuanBerkalungSorban‖ dan ―GeniJora‖ meliputi lima aspek, yaitu, . 1) Marginalisasi terhadap perempuan. 2) Subordinasi terhadap perempuan. 3) Stereotip terhadap perempuan. 4)Violence (kekerasan) yang terjadi pada perempuan. 5) Beban kerja terhadap perempuan. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh tokoh utama dan nilai-nilai yang terkandung dalam kedua novel tersebut dapat dijadikan pembelajaran sastra.

Kata Kunci: Ketidakadilan, Gender, Perempuan


(6)

ABSTRACT

ILA NURLAILA, 109013000041, " Gender Inequalities toward Women in

―Perempuan Berkalung Sorban‖ and ―Geni Jora‖ novel and its Implications for Literature Learning at School". Indonesian Language and Literature Departement, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor: Rosida Erowati, M.Hum.

Gender is a cultural concept which is built by the society. This caused movement difficulty to break gender point of view because this concept is built by certain society. Mirroring that concept, this research focuses on problem; 1) how is the structure ofPerempuanBerkalungSorban by Abidah El Khalieqy novel is? 2) how does the author face the gender inequalities inPerempuanBerkalungSorban andGeniJora novel by Abidah El Khalieqy? The aim of this study is to know the

author’s attitude of inequitable gender inPerempuanBerkalungSorban andGeni

Jora novel.

The method used in this study is content analysis method. The subject of this study, gender inequalities toward women of thePerempuanBerkalunSorban and GeniJora novel by Abidah El Khalieqy, and as the object research isPerempuan BerkalungSorban andGeniJora novel. Data collection in this study using the method of determining the unit of analysis, data recording, and analysis.

Based on the research, gender inequalities toward women includes five aspects: 1) The marginalization toward women. 2) The subordinate toward women. 3) The stereotype toward women. 4) The violence toward women. 5) The force labor toward women. These atittudes showed by main character a moral values inside both novel. These attitudes are valued for literature.

Keyword: Inequalities, Gender, Women


(7)

KATAPENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga diberikan kemudahan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―Ketidakadilan Gender dalam NovelPerempuanBerkalungSorban danGeniJora Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah‖. Solawat Serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, dan kesejahteraan semoga selalu menyertai keluarga Beliau, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya yang mengarapkan syafa’at darinya.

Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak nasihat, saran, bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’I, MA., P.h.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini; 2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z. A., M. Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan Ilmu, bimbingan, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini;

3. Rosida Erowati, M. Hum., selaku dosen Pembimbing skripsi yang telah sedia meluangkan waktunya, sabar dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmunya kepada penulis. Hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

4. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dosen FITK yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjadi mahasiswi di Jurusan


(8)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta. Ilmu yang Bapak dan Ibu berikan sangat bermanfaat bagi penulis;

5. Dra. Siti Sahara selaku dosen penasihat Akademi yang memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

6. Ucapan teristimewa ditujukan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Drs. Zaenal Abidin S. Pd. I. dan Komariyah A.Z. S.Pd. I. yang telah merawat, membimbing, dan tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ucapan teristimewa juga ditujukan kepada kakak terbaik penulis, Eva

Rifa’atul Mahmudah, S. Pd. yang selalu memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, yaitu Dessy Triwulansari Sudrajat, S. Pd., Dian Ahati Mulyani, AMG., Puri Restiana Dewi, S.IP., Riska Rosiana Sularno, AMGK., Ratu Dewi Fauziah, Amd. Kep., Qaulfillah Medina Nurdin, Emma Purnama Sari S. Pd., Wulan Alfitiana S. Pd., Nurul Mardiah S. Pd., Irina Widya Ningsih S. Pd., Nuraida Marliani Sari S. Pd.. Terimakasih atas semua dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan selama ini, kalian adalah sahabat terbaik penulis. 9. Teman-teman penulis, Harmella S. Pd., Ummul Kulsum S. Pd., Ina

Rofiatul Husna S. Pd., Inayah, Anis Novita S. Pd., Santi Novianti S. Pd., Helrahmi Yusman S. Th. Q., Siti Nurfitriani, S. Pd., Slamet Yahya Sri Abdullah S. Pd. I., Mutia Mutmainah S. Pd., Rhani Az-Zhara, Sonya Maryana.

10. Teman-teman satu perjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sasra Indonesia angkatan 2009 khususnya kelas A yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

Semoga semua bantuan doa, motivasi, serta bimbingan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Selain itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak agar dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Jakarta, 2 Mei 2014

Ila Nurlaila


(10)

DAFTARISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT………. ii

KATAPENGANTAR... iii

DAFTARISI... vi

BABIPENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Metodologi Penelitian ... 6

A. BABIILANDASANTEORI... 9

A. Hakikat Gender ... 9

B. Hakikat Novel ... 12

C. Unsur Intrinsik Novel... 13

D. Hakikat Pembelajaran Sastra... 19

E. Penelitian yang Relevan ... 23

BABIIIBIOGRAFI PENGARANG ... 27

B. Biografi Abidah El Khalieqy... 27

1. Abidah dan Kultur Pesantren ... 30

2. Konsep Dasar Pembuatan NovelPerempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora ... 31

C. Sinopsis Perempuan Berkalung Sorban... 33

D. SinopsisGeni Jora ... 34

BABIVHASILANALISIS... 37

A. Unsur IntrinsikPerempuan Berkalung Sorban... 37

1. Tema ... 37


(11)

2. Tokoh dan Penokohan ... 38

3. Alur ... 45

4. Latar ... 49

5. Sudut Pandang ... 53

B. StrukturGeni Jora ... 54

1. Tema ... 55

2. Tokoh dan Penokohan ... 56

3. Alur ... 66

4. Latar ... 68

5. Sudut Pandang ... 71

C. Analisis Ketidakadilan Gender Pada Perempuan yang Terdapat dalam NovelPerempuan Berkalung Sorban danGeni Jora ... 72

1. Marginalisasi Terhadap Perempuan ... 74

2. Subordinasi Terhadap Perempuan ... 80

3. Stereotip Terhadap Perempuan... 83

4. Kekerasan Terhadap Perempuan ... 87

5. Beban Kerja Terhadap Perempuan ... 92

D. Implikasi terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah ... 97

BABVPENUTUP... 100

A.Simpulan... 100

B.Saran... 102

DAFTARPUSTAKA... 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran1:RPP Lampiran2:Materi

PROFILPENULIS


(12)

1

BABI PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Selama berabad-abad manusia telah membuat gambaran tentang perempuan dengan cara pandang yang ambigu. Perempuan dipuja sekaligus direndahkan. Ia dianggap sebagai keindahan bagaikan bunga yang baru saja mekar, lalu kemudian dicampakkan begitu saja setelah layu. Tubuh perempuan identik dengan pesona dan kesenangan, tetapi dalam waktu yang bersamaan ia dieksploitasi demi hasrat dan keuntungan. Masyarakat muslim memuji perempuan, dalam hadis yang mengatakan bahwa ―Surga di bawah kaki ibu‖ dan pada saat lain, ketika ia menjadi seorang istri, ia harus tunduk sepenuhnya kepada suami, tak boleh keluar rumah sepanjang suami tak mengijinkan. Dalam pandangan masyarakat yang kolot perempuan selalu dianggap nomor dua dibanding laki-laki. Perempuan hanyalah makhluk lemah yang tidak berdaya, yang bisanya hanya menangis. Perempuan tugasnya hanyalah memasak di dapur, mengurus anak, melayani suami dan patuh terhadap suami. Perempuan dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki. Perempuan juga tidak harus memperoleh pendidikan yang tinggi, cukup mampu baca tulis saja.

Banyak perempuan yang rela menerima kodratnya dan menjalani keadaan hidup dengan pasrah mengabdi pada kaum laki-laki. Namun, tidak sedikit pula perempuan yang merasakan ketidakadilan pada dirinya dan ingin terlepas dari anggapan bahwa perempuan itu makhluk lemah yang tidak bisa apa-apa. Anggapan terhadap perbedaan gender inilah yang pada akhirnya akan menimbulkan ketidakadilan gender. Perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang tidak menimbulkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi masalah adalah ternyata


(13)

2

perbedaan gender ini telah menimbulkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan utamanya terhadap kaum perempuan.1

Islam sebagai agama, pada hakikatnya terlihat pada aspek nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Salah satu bentuk elaborasi dari nilai-nilai kemanusiaan itu adalah pengakuan tulus terhadap kesamaan dan kesatuan manusia.2 Islam menghapuskan sekat-sekat diskriminasi dan subordinasi. Atas dasar keadilan dan kesetaraan semua dipersaudarakan dalam Islam.3 Namun kenyataannya posisi perempuan masih dalam posisi subordinasi dari laki-laki. Dipinggirkan, dan mendapat diskriminasi dalam berbagai kesempatan dan dalam berbagai sektor kehidupan.

Dalam aspek pendidikan perempuan merupakan salah satu pihak yang paling sedikit tersentuh dalam pembaharuan pemikiran Islam. Hal ini terbukti menurut intelektual Palestina D. Ghada Karni sebagaimana dikutip oleh Faridi yang mengatakan bahwa di sektor pendidikan perempuan jauh ketinggalan, baik dari tingkat kebutaaksaraan terlebih partisipasinya pada lembaga pendidikan formal. Dalam kebutaaksaraan kondisi Somalia merupakan Negara terparah karena 80 persen perempuan buta huruf, di Irak dan Libia, tingkat kebutaaksaraan mencapai 51 persen, di Kwait 33 persen.4 Dari data tersebut terlihat bahwa pada kenyataan dalam dunia pendidikan perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki.

Dalam lingkungan keluarga perempuan sering mendapat kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain seperti suami. Jumlah kekerasan yang terjadi pada perempuan di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Data kekerasan yang terjadi pada perempuan di Indonesia adalah sebagai berikut: pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus kekerasan pada

1Riant Nugroho, Gender dan Stratedi Pengarus-Utamaannya di Indonesia, (Yogyakarta,

PustakaPelajar,2008),h.9

2Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, (Yogyakarta, Kibar Press,

2006),h.3-4

3Ibid.,h.10

4 Asnal Mala, Perspektif Gender dalam Pendidikan Pesantren,

https://groups.yahoo.com/neo/groups/IslamProgresif/conversations/topics/370 diunduh pada 27 Maret2014,pukul15.45WIB.


(14)

3

perempuan, tahun 2002 sebanyak 5.163 kasus, tahun 2003 sebanyak 7.787 kasus, tahun 2004 sebanyak 14.040 kasus, tahun 2005 sebanyak 20.391 kasus, tahun 2006 sebanyak 22.512 kasus, dan pada tahun 2007 sebanyak 25.522 kasus.5 Dilihat dari data tersebut, kekerasan yang terjadi pada perempuan terus meningkat setiap tahunnya.

Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan yang terjadi pada perempuan, Abidah El Khalieqy mengajak pembaca untuk mengetahui secara lebih detail permasalahan yang sering terjadi pada perempuan terkait dengan ketidakadilan gender yang biasa dialami perempuan. Penggambaran Abidah tentang sosok perempuan Islam berbeda dengan sosok perempuan Islam yang biasa diceritakan pada novel-novel yang bernuansa Islam lainnya sepertiAyat-ayatCinta danKetikaCintaBertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Dalam karyanya, Abidah menunjukkan sosok perempuan yang sangat berani untuk menuntut kebebasan dari patriarki dan juga mengkritisi dunia laki-laki yang tergambarkan pada novelnya yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban (2001) dan Geni Jora (2003). PerempuanBerkalungSorban merupakan novel yang pernah mendapatkan protes dan menjadi kontroversi di kalangan masyarakat. Dua tahun kemudian Abidah menulis novel yang berjudulGeniJora.GeniJora merupakan novel Abidah yang mendapatkan juara kedua dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Permasalahan yang cukup kompleks mengenai kedudukan wanita dalam Islam, keluarga dan masyarakat juga terlihat dalam novel Perempuan Berkalung Sorban. Sebagai karya yang berbicara mengenai agama dan moral,PerempuanBerkalungSorban danGeniJora merupakan salah satu yang dianjurkan untuk dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah bertugas memberikan pembelajaran moral, agama, dan sosial kepada para siswanya. Pembelajaran

5NinikRahayu,PenghapusanUndang-UndangNo.23tahun2004.TentangPenghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pidana/653-

undang-undang-no-23-tahun-2004-tentang-penghapusan-kekerasan-dalam-rumah-tangga-uu- pkdrt.html.diunduhpadatanggal10Januari2014pukul07.50


(15)

4

ini bisa dilakukan dengan memberikan pembinaan melalui karya sastra. Pada hakikatnya,PerempuanBerkalungSorban danGeniJora merupakan buku yang berisi cerita yang baik dan menarik yang turut memberikan pengaruh dan peranan yang sangat penting dalam pembentukan watak, prilaku, dan kepribadian anak. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat skripsi yang berjudul“KetidakadilanGenderPadaPerempuandalamNovel Perempuan Berkalung Sorban dan Novel Geni Jora serta Implikasinya terhadapPembelajaranSastradiSMA”

B. IdentifiksiMasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Secara keseluruhanPerempuanBerkalungSorban danGeniJora karya Abidah El Khalieqy sangat menarik untuk dikaji, sehingga perlunya pemahaman lebih mendalam mengenai novel tersebut.

2. PerempuanBerkalungSorban danGeniJora karya Abidah El Khalieqy menggambarkan perjuangan perempuan untuk mendapatkan kebebasan dari budaya patriarki. Oleh karena itu, hampir semua bagian mengungkapkan perjuangan perempuan untuk bebas dari budaya patriarki.

3. PerempuanBerkalungSorban danGeniJora karya Abidah El Khalieqy relevan dengan dunia pendidikan, sehingga dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.

C. BatasanMasalah

Batasan masalah ini diharapkan agar pembahasan dalam penelitian tidak meluas. Adapun pembatasan masalahdalam penelitian ini yaitu, analisis ketidakadilan gender pada perempuan yang terdapat dalam novelPerempuan BerkalungSorban danGeniJora karya Abidah El Khalieqy.


(16)

5

D. RumusanMasalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah, perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana struktur yang membangun novel Perempuan Berkalung Sorban danGeniJora Karya Abidah El Khalieqy?

2. Bagaimana ketidakadilan gender pada perempuan dalam novelPerempuan BerkalungSorban danGeniJora Karya Abidah El Khalieqy?

E. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur novelPerempuanBerkalungSorban danGeni Jora karya Abidah El Khalieqy

2. Mendeskripsikan ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel PerempuanBerkalungSorban danGeniJora Karya Abidah El Khalieqy

F. ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembacanya. Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi pembaca umum, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia, dan juga diharapkan dapat mempermudah pemahaman makna novel dan dunia pemikiran yang melatarbelakanginya.

b. Bagi pendidik, diharapkan dapat menggunakan penelitian ini sebagai Implikasi di dunia pendidikan.


(17)

6

G. MetodologiPenelitian

1.TempatdanWaktuPenelitian

Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan September 2013 sampai April 2014. Penelitian ini tidak terkait dengan tempat tertentu karena bersifat kepustakaan.

2.MetodePenelitian

Metode penelitian adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat. Metode penelitian berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.6 Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis isi (content analysis) yang sering kali digunakan untuk mengkaji pesan-pesan. Metode analisis ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dokumen yang dimaksudkan di sini adalah novel Perempuan Berkalung Sorban (PBS) dan Geni Jora (GJ) karya Abidah El Khalieqy. Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivis (seperti makna jamak dari pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola. Pendekatan ini juga menggunakan strategi penelitian seperti naratif. Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data.7 Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Ini dikarenakan penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan- temuannya tidak diperoleh dari hasil statistik atau bentuk hitungan.

6Nyoman,KuthaRatna,Teori,Metode,danTeknikPenelitianSastra,(Yogyakarta:Pustaka

Pelajar,2007),h.34.

7Emzir,MetodePenelitianPendidikanKuantitafdanKualitatif,(Jakarta,PTRajaTrafindo


(18)

7

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.8

3. SubjekdanObjekPenelitian

Subjek dan objek penelitian adalah tempat memperoleh data. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian data adalah ketidakadilan gender dalam novel PBS dan GJ karya Abidah El-Khalieqy. Sedangkan objek yang digunakan pada penelitian ini adalah novel PBS dan novel GJ karya Abidah El Kahlieqy.

4. TeknikPengumpulanData

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menyimak novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy secara cermat dan teliti. Setelah itu peneliti mencatat data-data yang yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam novel GJ yaitu: 1. Membaca cermat novel GJ dan novel PBS karya Abidah El Khalieqy, 2. Mencatat kalimat yang menggambarkan adanya ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel GJ karya dan PBS Abidah El Khalieqy, 3. Menganalisis ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel GJ dan novel PBS karya Abidah El Khalieqy.

5. TeknikAnalisisData

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang memberikan perhatian terhdap data alamiah, data yang berhubungan dengan

8LexyJMoelong,MetodelogiPenelitianKualitatif,(Bandung:RemajaRusdakarya.2001),


(19)

8

konteks keberadaannya.9 Sesuai dengan namanya yaitu metode kualitatif, memperlihatkan nilai-nilai dan sumber datanya merupakan karya, naskah, dan penelitiannya sebagai data formal adalah kata, kalimat, dan wacana.

Dalam pendekatan kualitatif semua permasalahan yang ada dalam sastra dapat dianalisis dengan sebaik-baiknya. Terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif, diantaranya:

a. Latar alamiah (natural setting) sebagai sumber data, dan peneliti merupakan instrument kunci, maksudnya dalam penelitian kualitatif berasumsi bahwa perilaku manusia secara signifikan dipengaruhi oleh latar situasi dan budaya di mana perilaku itu muncul.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang berarti data terurai dalam bentuk data-data atau gambar-gambar, bukn dalam bentuk angka-angka. c. Lebih mengutamakan proses bukan hasil. Dalam hal ini analisis data

cenderung induktif. Dalam penelitian ini, peneliti mengkontruksi konsep secara lebih jelas di tengah kegiatan penelitian setelah mengumpulkan berbagai data fenomena dan memeriksa bagian-bagiannya.

d. Makna merupakan sesuatu yang esensial bagi pendekatan kualitatif. Dengan demikian peneliti akan memberikan makna terhadap fenomena yang ditelitinya.10

Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif karena sesuai dengan objek yang akan diteliti.

9Nyoman,KuthaRatna.,op.cit.h.47


(20)

9

BABII

LANDASANTEORI

A. HakikatGender

Gender adalah berbagai atribut dan tingkah laku yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki dan dibentuk oleh budaya.1 Dalam Womens Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik mental emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat.2 Oakley dalam Riant Nugroho mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun pada kebudayaan manusia. Gender merupakan behavioral defferences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Caplan dalam Riant Nugroho mengemukakan bahwabehavioraldefferences (perbedaan perilaku) antara perempuan dan laki-laki bukanlah sekedar biologis, namun melalui proses sosial dan kultural. Sementara itu, Kantor Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dalam Riant Nugraha mengartikan bahwa gender adalah peran-peran sosial yang dikontruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan agar peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan oleh keduanya (laki- laki dan perempuan).3

1EdrianaNoerdin,PotretKemiskinanPerempuan.(Jakarta, WomenResearchInstitute,2006)

h.1

2SitiMusdahMulya,op.cit.h.55 3RiantNugroho,op.cit.,h.3


(21)

10

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah pembeda antara perempuan dengan laki-laki baik itu mengenai hak, kewajiban, tanggung jawab, dan peran yang dapat dibentuk dan diubah oleh kultur budaya, tradisi, pemahaman agama, dan status sosial masyarakat setempat. Gender yang berlaku dalam suatu masyarakat ditentukan oleh pandangan masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) merupakan ketentuan Tuhan yang mutlak sedangkan gender terwujud dari ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh manusia bukan oleh Tuhan.

1. Perbedaan Gender

Genderdifferences (perbedaan gender) sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang tidak menimbulkan gender inequalities (ketidakadilan gender). Namun, yang menjadi masalah adalah ternyata perbedaan gender ini telah menimbulkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan utamanya terhadap kaum perempuan.

Di masyarakat, laki-laki selalu digambarkan dengan sifat-sifat maskulin, seperti perkasa, berani, rasional, keras dan tegar. Sebaliknya perempuan digambarkan dengan sifat-sifat feminis, seperti lembut, pemalu, penakut, emosional, rapuh dan penyayang.4 Feminisitas dan maskulinitas ini telah dianggap sebagai kodrat yang sudah tertanamkan dari lahir.

2. Ketidakadilan Gender

Genderinequalities (ketidakadilan gender) merupakan sistem dan struktur di mana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut dengan demikian agar dapat memahami perbedaan yang menyebabkan


(22)

11

ketidakadilan, maka dapat dilihat dari berbagai manifestasinya, yaitu sebagai berikut:5

a. Marginalisasi

Bentuk marginalisasi yang biasa terjadi pada perempuan adalah yang disebabkan olehgenderdefferences (perbedaan gender).Genderdefferences sebagai akibat dari beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu, serta marginalisme dari proses marginalisasi kaum perempuan. Bentuk marginalisasi terhadap kaum perempuan dapat terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur, dan bahkan negara.

b. Subordinasi

Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap kaum perempuan, sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan itu emosional atau irasional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin merupakan bentuk dari subordinasi yang dimaksud.

c. Stereotip

Pelebelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis kelamin tertentu, secara umum dinamakan stereotip. Akibat dari stereotip ini biasanya timbul diskriminasi dan berbagai ketidakadilan. Salah satu bentuk stereotip ini adalah bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali stereotip yang terjadi di masyarakat yang dilekatkan kepada umumnya kaum perempuan, sehingga berakibat menyulitkan, membatasi, memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan.

d. Violence

Violence (kekerasan) merupakanassoult (invasi) atau serangan terhadap fisik maupun intregitas mental psikologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan sebagai akibat dari perbedaan


(23)

12

gender.Violence terhadap perempuan banyak sekali terjadi karena stereotip gender. Gender violence pada dasarnya disebabkan karena ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Violence yang disebabkan oleh bias gender ini disebutgender—relaliteviolence.

e. Beban Kerja

Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih berat dibanding kaum laki-laki. Kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.6

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan gender yang terwujud dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan beban kerja pada umumnya telah terjadi pada berbagai kalangan masyarakat. Semua perwujudan ketidakadilan gender ini saling terkait satu sama lain. Perwujudan ketidakadlinan gender itu tersosialisasikan kepada perempuan dan laki-laki dan pada akhirnya laki-laki dan perempuan menjadi terbiasa dan menganggap bahwa peran gender itu merupakan suatu kodrat yang harus dijalani.

B. HakikatNovel

Kata novel berasal dari kata latinnovellas yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian.7 Pengertian novel menurut Sudjiman adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian

6RiantNugroho,op.cit.,h.9.


(24)

13

peristiwa dan latar secara tersusun.8 Sedangkan menurut Wellek dan Warren, novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang ditulis dalam bahasa yang agung dan

dipindah, menggambarkan apa yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi.9

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra fiksi yang di dalamnya memaparkan pengalaman pengarang dengan mencantumkan tokoh, watak, latar, sudut pandang, alur, tema, amanat, dan lain- lain.

C. UnsurIntrinsikNovel

Novel memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur- unsur yang dapat didiskusikan. Salah satunya adalah unsur intrinsik novel. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur ini secara faktual dijumpai pembaca pada saat membaca karya sastra. Kepaduan antara unsur intrinsik inilah yang membuat suatu novel dapat terwujud.

Unsur intrinsik novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar dan sudut pandang.

1. Tema

Pembahasan mengenai makna yang terdapat di dalam sebuah karya sastra (novel) merupakan pembahasan mengenai tema. Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra.10 Tema berarti kandungan umum dari isi yang ada di dalam karya sastra tersebut atau juga disebut dengan ide dari cerita yang dimaksud.

8PanutiSudjiman,MemahamiCeritaRekaan,(Jakarta:PustakaJaya,1998),h.53

9ReneWellekdanAustinWarren,TeoriKesusastraan,(Jakarta:PTGramediaPustakaUtama,

1993),h.282.


(25)

14

Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin berasal dari bahasa latin yang berarti ―tempatmeletakkansuatuperangkat‖. Disebut demikian karena tema adalahideyangmendasariceritasehinggaberperananjugasebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.11

Staton dalam Nurgiantoro mengartikan tema sebagai ―makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana‖.12

Karena sastra adalah refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan bisa bermacam-macam. Tema bisa berupa permasalahan moral etika, sosial, agama, budaya yang berhubungan erat dengan kehidupan. 2. Alur (Plot)

Menurut Abrams dalam Wahyudi Siswanto alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.13 Selain itu, alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga. Dan demikian selanjutnya hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadinya peristiwa pertama.14

Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu peristiwa. Aminudin dalam Wahyudi Siswanto membedakan tahapan- tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang

11Aminuddin,PengantarApresiasiSastra,(Bandung:SinarBaruAlgesindo,2002),h.91. 12Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press,2009),h.70

13WahyudiSiswanto,PengantarTeoriSastra,(Jakarta:PTGrasindo,2008),h.159.

14Yakob Sumarjo dan Saini KM, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1986), h.


(26)

15

dikenalkan dari tokoh ini misalnya, nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama. Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur rekaan atau drama yang mengembangkan tikaian. Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca. Leraian adalah bagian struktur alur yang sesudah tercapai klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian. Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita atau drama. Dalam tahap ini semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan; rahasia dibuka.15

Berdasarkan beberapa pendapat tentang alur yang telah dikemukakan di atas alur merupakan rangkaian peristiwa yang di dalamnya terdapat pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan akhirnya cerita itu mencapai penyelesaian bagaimana cerita itu dapat terselesaikan.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan adalah salah satu unsur yang terpenting dalam suatu cerita. Kehadiran tokoh ikut menentukan apakah ia mempunyai peran baik atau buruk, yaitu sebagai tokoh yang dipuja atau dipuji (protagonis) atau sebagai tokoh yang menghalangi tujuan tokoh protagonis (antagonis).

Di dalam sebuah karya fiksi, istilah tokoh merujuk pada pelaku yang ada dalam cerita tersebut. Istilah tokoh dalam sebuah cerita, menunjuk pada penempatan atau pelukisan gambaran tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu. Tokoh cerita adalah orang orang yang ditampilkan dalam karya sastra yang sifatnya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang


(27)

16

diekspresikan dalam ucapan dan tindakan.16 Dari penjelasan Abrams tersebut, sudah jelas bahwa pengertian ―Tokoh‖ mengacu pada orangnya (pelaku cerita).

Istilah penokohan mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengertian tokoh. Nurgiyantoro mengatakan bahwa penokohan menyangkut masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas bagi pembaca.17 Dengan demikian Nurgiyantoro berpendapat bahwa penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh, cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:18 a. Tokoh protagonis

Altenberhand dan Lewis dalam Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bahwa tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang berpendirian pada norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.

b. Tokoh antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Biasanya berbanding terbalik dengan tokoh protagonis secara langsung maupun tidak langsung.

16M.H. Abrams, A Glosaary Literary Terms, (New York: Holt, Rinehart and Winston,

1981),h.20.

17BurhanNuriyantoro.Op.cit.,h.166. 18Ibid.,h.178.


(28)

17

4. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.19Nurgiyantoro mengatakan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas yang sangat penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu, yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.20 Rusnaya mengatakan bahwa latar berfungsi untuk menunjukkan tempat kejadian dan untuk memberikan kemiripan kenyataan dalam hal menimbulkan kesungguhan.21 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu atau suasana yang memperjelas kondisi peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah karya sastra.

Stanton dalam Nurgiyantoro mengelompokan latar bersama dengan tokoh dan plot ke dalam fakta (cerita), sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajenasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Ketiga hal inilah yang secara kongkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab-akibat dan itu perlu pijakan, di mana dan kapan.‖22

Secara garis besar, latar dalam fisik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis latar, diantaranya adalah:

a. Latar tempat

Gambaran tentang peristiwa atau cerita dalam fiksi terjadi. Gambaran latar tempat itu ada yang sangat luas ada pula yang sangat sempit. Tempat itu bisa terdiri atas negara, kota, kampung atau desa, pelosok, pantai, hutan, rumah, kapal laut, mobil, kereta, di udara, di darat.

19PanutiSudjiman,MemahamiCeritaRekaan,(Jakarta:PustakaJaya,1991), h.30. 20BurhanNurgiyantoro,op.cit.,h.217.

21YusRusyana,MetodePengajaranSastra,(Bandung:GunungLarang,1982),h.48. 22BurhanNurgiyantoro,op.cit.,h.216.


(29)

18

b. Latar waktu

Unsur yang menggambarkan kapan, masa dan saat tertentu terjadinya peristiwa dalam karya fiksi itu. Faktor waktu ini ada hubungannya dengan tempat, gambaran suatu tempat pada waktu, masa, zaman, atau musim tertentu. Latar waktu mempunyai kaitan erat dengan sejarah. Latar waktu juga bisa dihubungkan dengan yang berlaku setiap hari, yaitu malam, siang, tengah hari, pagi, sore dan lain sebagainya.23

Adapun fungsi latar adalah memberikan informasi sebagaimana adanya, selain itu latar berfungsi sebagai pemerjelas konflik, pemerjelas tokoh, dan adanya latar juga berfungsi sebagai simbol yang menunjukkan keadaan atau jati diri tokoh. Menurut Panuti Sudjiman latar berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh.24

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar merupakan landasan berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar memberikan landasan berpijak secara konkret dan jelas. Hal itu akan memberikan kesan realis kepada pembaca, bahwa cerita yang dikisahkan seolah-olah ada dan sungguh-sungguh terjadi.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.25 Sudut pandang (point of view) dapat dipahami sebagai cara sebuah cerita dikisahkan. Menurut Robert Stanton dalam Adib Sofia dan Sugihastuti mengartikan sudut pandang sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya memiliki hasil yang sangat memadai.26

23Tuloli.TeoriFiksi.(Gorontalo,BMTNurulJannah.2000),h.155 24Sudjiman,op.cit.,h.46.

25Kosasih,Dasar-dasarKeterampilanBersastra,(Bandung:YramaWidya,2012),h.69. 26Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam


(30)

19

Secara garis besar sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

Pada sudut pandang yang menggunakan orang pertama, pengarang memakai istilah ―aku‖ dalam ceritanya, ia menjadi tokoh utama. Dalam hal ini narator ikut terlibat dalam cerita. Narator masuk ke dalam cerita menjadi tokoh ―aku‖, yaitu tokoh yang menceritakan kesadaran dirinya sendiri, serta segala peristiwa atau tindakan yang diketahui, didengar, dilihat, dialami, dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain, kepada pembaca. Pembaca hanya menerima apa yang diceritakan oleh tokoh aku.

Adapun sudut pandang orang ketiga, narator menjadi seorang yang berada di luar cerita. Pengarang menampilkan tokoh-tokoh dengan menyebutkan nama, atau menggunakan kata ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya tokoh utama, terus menerus tersebut, dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini akan memudahkan pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

Dilihat dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menentukan posisinya dalam suatu karyanya sastra. Dan caranya pun bermacam-macam, hal tersebut disesuaikan dengan penceritaan dan peristiwa yang akan diciptakan oleh pengarang.

D. HakikatPembelajaranSastra

Materi atau bahan pelajaran merupakan salah satu komponen penting selain komponen pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran bisa disebut interaktif edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk satu tujuan tertentu, setidaknya tercapai tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan


(31)

20

pembelajaran.27 Pelajaran-pelajaran yang dirancang tentunya memiliki peranan yang sangat penting bagi terlaksananya tujuan pendidikan. Tujuan dari pembelajaran tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotorik. Ada banyak materi pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah pembelajaran sastra. Kaitannya dengan pembelajaran, sastra memiliki konstribusi yang sangat besar dalam dunia pendidikan khususnya bagi pembelajaran sastra di sekolah. Sebagaimana yang disebutkan dalam kurikulum 1994 dan Garis-garis Besar Program Pengajaran bahasa Indonesian tentang pembelajaran sastra tertera bahwa pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

Berdasarkan pedoman tersebut, jelas sekali bahwa pembelajaran sastra memiliki tujuan yang jelas, secara tidak langsung melalui pembelajaran sastra. Peserta didik dituntut untuk mengapresiasikan karya sastra yang dibaca dan dipelajarinya. Mengapresiasi berarti menilai dan memaknai dari karya sastra itu sendiri, mengungkapkan nilai dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Oemarjati mengungkapkan bahwa:

Mengapresiasikan sastra berarti menanggapi sastra dengan kemampuan afektif yang disatu pihat peka terhadap nilai-nilai yang dikandung sastra yang bersangkutan baik yang tersurat maupun tersirat dan kerangka tematik yang mendasarinya. Di lain pihak kepekaan tanggapan tersebut berupaya memahami pola tata nilai yang diperolehnya dari bacaan di dalam proporsi yang sesuai dengan konteks persoalan. Dengan demikian pembelajaran di sekolah dilakukan dengan metode yang tepat mengacu kepada kemampuan afektif siswa, sehingga menjadi apresiatif.28

27 Iskandarwassid, dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:

RemajaRosdakarya,2008),h.202.

28Boen,SOemarjati,PembinaanApresiasiSastradalamProsesBelajar-Mengajardalam

Bambang Kaswanti Purwa (ed), ―Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa: Pembahasan Pembelajaran‖,


(32)

21

Karya sastra mengandung unsur pendidikan dan pengajaran. Pengajaran tersebut berkaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah yang mempunyai intruksional khusus bagi pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2004, yaitu 1) Agar peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan kemampuan berbahasa; 2) peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektuan manusia Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karya sastra yang baik selalu mengandung sesuatu yang patut direnungkan. Hasil perenungan itu pada akhirnya dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dan menumbuhkan semacam emosi dan dorongan positif terhadap perkembangan pengetahuan manusia itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Horace bahwa fungsi karya sastra sebagaidulce etutile, yaitu sebagai penghibur sekaligus berguna.29 Pengertian ini menunjukan bahwa fungsi karya sastra bukan hanya untuk mengibur, tetapi juga karya sastra dapat mengajarkan sesuatu yang berguna.

Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa melatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit kemampuan menyimak, berbicara, dan menulis yang saling berhubungan satu sama lain.

Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman, atu lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih kemampuan bicara dengan ikut berperan dalam suatu lakon drama. Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau pun prosa cerita, dan karena sastra itu

29

Achadiati Ikram, dkk, ―Sejarah Kebudayaan Indonesia Bahasa, Sastra, dan Aksara‖,


(33)

22

menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasilnya sebagai latihan keterampilan menulis.30

Dengan demikian, kehadiran sastra dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Karena dengan pembelajaran sastra siswa dapat menemukan fakta-fakta yang berisikan pengetahuan. Fakta-fakta yang ditemukan itu dapat berupa nilai-nilai kemanusiaan seperti, nilai moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religius. Bahkan dapat lebih dari itu, dengan pembelajaran sastra, siswa dapat melatih kemampuan dalam menganalisis dan merealisasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat afektif, dan yang bersifat sosial.31 Dalam pelaksanaan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan kemampuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Sesuai dengan amanat Kurikulum 2004, pembelajaran sastra hendaknya digunakan peserta didik sebagai salah satu kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai peserta didik melalui pengalaman belajar. Dalam kurikulum 2004 kecakapan hidup ini disebut sebagai Standar Kompetensi Lintas Kurikulum. Kecakapan hidup dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis. Kelima jenis kecakapan itu adalah:

1. Kecakapan mengenal diri (selfawarenesses) atau kecakapan personal 2. Kecakapan berpikir rasional (thinkingskill)

3. Kecakapan sosial (socialskill)

4. Kecakapan akademik (academicskill) 5. Kecakapan vokasional (cocasionalskill)32

30B.Rahmanto,MetodePengajaranSastra,(Yogyakarta:Kanisius,2000),CetVIII,h.17. 31Ibid.,h.19.


(34)

23

Mengacu pada amanat kurikulum di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra memiliki peranan yang sangat besar terhadap pembentukan siswa, karena dengan pembelajaran sastra siswa dituntut mengapresiasikan nilai- nilai yang terkandung dalam karya sastra yang telah dipelajarinya. Dan nilai-nilai kemanusiaan tersebut ditanamkan dalam diri siswa sehingga dapat mempengaruhi daya imajinasi, pola pikir, emosional, kreatifitas, dan intelektual siswa.

Banyak jenis karya sastra yang dapat diapresiasikan oleh siswa untuk pembelajara, salah satunya adalah novel. Novel biasanya sering dipilih untuk diapresiasi karena novel adalah jenis karya sastra yang menceritakan kehidupan seorang manusia. Dalam novel terdapat konflik permasalahan yang terkadang terjadi pula dalam kehidupan nyata yang menjadikan cerita itu tidak terlihat monoton. Cerita itu disampaikan oleh penulis dengan menggunakan bahasa yang sehari-hari. Selain itu dalam sebuah novel juga biasanya terdapat nila-nilai kemanusiaan yang bisa direnungkan pada kehidupan sehari-hari. Begitulah sastra dengan hasil karyanya, dapat memberikan sisi positif bagi kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan.

E. PenelitianyangRelevan

Penelitian yang relevan berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Penulis melakukan tinjauan di internet dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini penulis tidak menemuka judul skripsi yang sama dengan yang penulis kaji. Pada bagian ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pertama skripsi dengan judul ‖Kehidupan Pesantren dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy Kajian Sosiologi Sastra‖. Penelitian ini dilakukan oleh Ana Fitria Vivi Suhartina mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret pada tahun 2011. Penelitian dibatasi pada kehidupan pesantren yang ada dalam novel Geni Jora karya Abidah El Kalieqy.


(35)

24

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Aspek sosial budaya pesantren dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy yaitu: (a) Kedudukan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora , (b) Kedudukan Kyai sebagai Pembawa Nilai Sosial Budaya dalam Novel Geni Jora , (c) Masjid dan Masyarakat Pesantren dalam Novel Geni Jora , (d) Santri, Kyai, dan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora (2) Tanggapan pembaca terhadap novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy adalah selain menceritakan tentang feminisme, novel ini juga banyak mengandung nilai- nilai agama khususnya agama islam karena dalam novel ini settingnya ada di Pesantren.

Persamaan penelitian Ana Fitria Vivi Suhartina dengan penelitian ini terletak pada pengarang yang sama dari objek yang dikaji, yaitu Abidah El Khaieqy. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajian dan objek kajiannya. Peneliti Ana Fitria Vivi Suhartina mengkaji tentang kehidupan pesantren yang ada dalam novelGeniJora. Sedangkan di sini penulis mengkaji tentang ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel Perempuan BerkalungSorban danGeniJora.

Kedua, skripsi dengan judul ‖Novel Menebus Impian Karya Abidah El Khalieqy Kajian Feminisme dan Nilai Pendidikan‖. Penelitian ini dilakukan oleh Primasari Wahyuni mahasiswi Universitas Sebelas Maret pada tahun 2011. Penelitian dibatasi pada nilai pendidikan yang ada dalam novel Menembus Impian karya Abidah El Khalieqy. Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) eksistensi perempuan dalam novel Menebus Impian yang meliputi: (a) kebebasan memilih bagi perempuan (kebebasan memilih pasangan hidup, memilih pekerjaan, menentukan pendidikan, dan menentukan nasibnya sendiri); dan (b) perlawanan perempuan; (2) pokok-pokok pikiran feminisme, meliputi: (a) kekerasan yang dialami perempuan (kekerasan fisik, seksual, kekerasan psikis, dan kekerasan ekonomi); (b) kemandirian tokoh perempuan; (c) tokoh profeminis dan kontra feminis; (d) analisis feminisme liberal dalam novel; (3) keadaan sosial masyarakat yang terdapat dalam novel; dan (4) nilai-nilai pendidikan dalam


(36)

25

novel Menebus Impian antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, dan nilai budaya/adat. Hasil penelitian ini merupakan model kajian secara feminisme yang dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran apresiasi sastra, khususnya apresiasi prosa fiksi.

Persamaan penelitian Primasari Wahyuni dengan penelitian ini terletak pada pengarang yang sama dari objek yang dikaji, yaitu Abidah El Khaieqy. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajian dan objek kajiannya. Peneliti Ngismatul Marfuah meneliti nilai pendidikan yang ada dalam novel Menembus Impian. Sedangkan di sini penulis mengkaji tentang ketidakadilan gender pada perempuan dalam novelPerempuanBerkalungSorban danGeniJora.

Ketiga, skripsi dengan judul ―Aspek Sosial dalam novel Menembus Impian Karya Abidah El Khalieqy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA‖. Penelitian ini dilakukan oleh Ngismatul Marfuah mahasiswi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo pada tahun 2013. Penelitian dibatasi pada aspek sosial yang ada dalam novel Menembus Impian karya Abidah El Khalieqy. Hasil penelitian ini adalah: (1) aspek-aspek sosial dalam novel Menebus Impian karya Abidah El Khalieqy, meliputi (a) aspek cinta kasih terdiri dari cinta kasih antara Nur Kemalajati kepada Emak, cinta kasih Emak kepada Nur Kemalajati, dan cinta kasih Nur Kemalajati kepada Dian Septiaji, (b) aspek agama ditunjukkan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah agama, (c) aspek ekonomi ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkat perekonomian, (d) aspek pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non-formal. (2) hubungan aspek-aspek sosial dalam novel Menebus Impian antara lain: (a) hubungan aspek cinta kasih dengan aspek pendidikan, (b) aspek cinta kasih dengan ekonomi, (c) aspek ekonomi dengan aspek pendidikan. (3) novel Menebus Impian karya Abidah El Khalieqy dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

Persamaan penelitian Ngismatul Marfuah dengan penelitian ini terletak pada pengarang yang sama dari objek yang dikaji, yaitu Abidah El Khaieqy.


(37)

26

Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajian dan objek kajiannya. Peneliti Ngismatul Marfuah meneliti aspek sosial yang ada dalam novel Menembus Impian. Sedangkan di sini penulis mengkaji tentang ketidakadilan gender pada perempuan dalam novelPerempuanBerkalungSorban danGeniJora.


(38)

27

BABIII

BIOGRAFIPENULIS,SINOPSISPEREMPUANBERKALUNGSORBAN

DANGENIJORA

A. BiografiAbidahEl-Khalieqy

Abidah Al-Khalieqy lahir Jombang, Jawa Timur 1 Maret 1965 dan dikenal sebagai perempuan penyair kontemporer Indonesia. Setamat Madrasah Ibtidaiyah, melanjutkan sekolah selama 6 tahun di Pondok Pesantren PERSIS, Bangil, Pasuruan, SMA Muhammadiyah, Jakarta Utara, Madrasah Aliyah Negeri, Klaten, dan Fakultas Syari’ah (Hukum) IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pembina Seni dan Sastra pada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pendiri Sudi Apresiasi Sastra (SAS) Yogyakarta tahun 1987, Pengurus Lingkar Penyair Yogyakarta (1987-1990).1

Di pesantren Persis, ia mulai menulis puisi dan cerpen dengan nama Idasmara Prameswari, Ida Arek Ronopati, atau Ida Bani Kadir. Memperoleh ijazah persamaan dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah Klaten, dan menjadi juara Penulisan Puisi Remaja Se-Jawa Tengah (1984). Alumni Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga ini menulis tesis ―Komoditas Nilai Fisik Perempuan dalam Perspektif Hukum Islam‖ (1989). Pernah aktif dalam Forum Pengadilan Puisi Yogyakarta (1986-1988). Kelompok Diskusi Perempuan Internasional (KDPI) Yogyakarta, 1988-1990). Menjadi peserta dalam pertemuan APWLD (Asian PacificForumonWomen,LawandDevelopment, 1989).2

1AbidahElKhalieqy,GeniJora,(Bandung:Qanita,2009),h.270. 2AbidahElKhalieqy,MikrajOdyssey,(Bandung:Qanita,2009),h.163.


(39)

28

Karya-karya kesustraannya diikutkan dalam berbagai buku antologi bersama seperti: ASEANO:AnAntologyofPoemsSoutheastAsia (1996), Cyber Album Indonesia – Australia (1998), Force Majeure (2007), Rainbow: Indonesian Womens Poet (2008), Word Without Borders (2009), E-books LibraryForDiffabel (2007) dan lebih dari 15 buku sastra lainnya.3

Sebagian karya-karya kesusastraannya terhimpun dalam antalogi Ibuku Laut Berkobar (1998) dan Percintaan dan Kemabukan. Sedangkan puisi-puisinya tentang perempuan dan aborsi diterjemahkan oleh Geo Fax dan dirilis dalam bentukCyberalbum. Selain tertuang dalam dua antologi di atas, serta novel Atas Singgasana, karya-karya Abidah juga terdapat dalam ASEANO :Anthologyof PoemsShoutEastAsia, Antologi-antologi dan leksikon sastra modern Indonesia.

Karya-karyanya banyak juga dipublikasikan melalui media massa baik lokal maupun nasional. Sebagai seorang penyair yang kreatif pada 1994 hingga 2000, Abidah diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk membaca karya puisinya di Taman Ismail Marzuki dan membacakan puisi-puisinya di sekretariat ASEAN. Selain membaca puisi-puisinya juga menjadi pembicara pada Forum Penyair Abad 21 di TIM, menjadi pembicara dalam Program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (2000).

Abidah tercatat pernah mewakili Indonesia dalam ASEAN Writer’s ConferenceWorkshopPoetry di Manila Pilipina pada tahun 1995 dan menjadi pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) pada tahun 1997. Selain itu, Abidah pun pernah mendapat penghargaan Seni di bidang Sastra dari Pemerintah DIY.

Abidah juga pernah mengikuti Konferensi Perempuan Islam se-Asia Pasifik dan Timur-Tengah pada tahun 1999, International Literary Festival


(40)

29

Biennale pada tahun 2007,JakartaInternationalLitelaryFestival pada tahun 2008,AcehInternationalLitelaryFestival pada tahun 2009.

Berikut ini merupakan buku-buku karya Abidah El Khalieqy yang sudah diterbitkan:

1. IbukuLautBerkobar (1997) 2. MenariDiAtasGunting (2001)

3. PerempuanBerkalungSorban (2001, Sudah difilmkan dan dicetak lebih dari 50.000 ex)

4. Atas Singgasana (2002, menjadi bacaan di SMA seluruh Indonesia, dan dicetak oleh Diknas Lebih dari 30.000 ex.)

5. Geni Jora (2004, juara kedua dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta)

6. MahabbahRindu (2007) 7. Nirzona (2008)

8. MikrajOdyssey (2009)

9. MenembusImpian (2010, sudah difilmkan) 10.Lampuki (2011), dan

11.Mataraisa (2012)

Abidah juga dikenal sebagai sosok aktivis dalam berbagai kegiatan diskusi, menjelajah kota-kota, mesjid-mesjid dan situs-situs kuno di Timur Tengah, Damaskus, Marrakesh, Casablanca, Tangier, El-Shareque, Amman, puing-puing kota Iran. Selain sebagai aktivis, Abidah juga dikenal sebagai sosok yang menyenangi alunan musik. Bahkan Abidah sangat hafal lagu-lagu Arab, Suriah dan Maroko dari El-Arabi Serghini, Omar Metioui, Jorge Rozemblum, Majida al- Roumi, Mayada el Hennawi sampai Rasheed Thaha.


(41)

30

1. AbidahdanKulturPesantren.

Sejak kecil Abidah hidup di tengah keluarga santri. Kognisi sosial kaum santrilah yang membentuk kepribadian dan pemikirannya. Abidah adalah salah satu produk masyarakat santri yang bersentuhan dengan dunia modern. Jombang, kota kelahirannya di mana ia melalui masa kecilnya adalah salah satu pusat pesantren besar di Indonesia, yang tertua adalah Pesantren Gedang, yang didirikan oleh kakek Kyai Hasyim Asy’ari, kemudian Pesantren Tambak Beras, Sambong, Sukopuro, Paculgung, Watugajah dan masih ada sekitar 15 lebih pesantren kecil yang di wilayah Jombang.

Masyarakat santri adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai ciri unik dan khusus. Mereka mempunyai sebuah tradisi intelektual yang diwarisi dari generasi ke generasi. (Sachiko:2000). Tradisi tersebut dipelihara dan dikembangkan di pondok-pondok pesantren, yakni tradisi keilmuwan keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab salaf yang amat kuat mereka pegang. Istilah-istilah seperti NU, Bahtsul Masail, Kyai, Gus, mazhab Syafi’i, Tareqat, Manaqib,Dhiba’, Sholawat, Tahfidz Qur’an, Rebana, adalah istilah-istilah yang diasosioriskan pada masyarakat unik ini. Tokoh–tokoh seperti Gus Dur, Gus Mus, Emha, Nurkholis Majid, hampir semua masyarakat Indonesia tahu bahwa mereka berasal dari dan tergolong sebagai kaum santri. Kantong-kantong wilayah santri yang terkenal adalah Banten-Jawa Barat, Sarang-Rembang-Lasem-Jateng Jateng, Lirboyo-Kediri, Tebu Ireng-Tambak Beras-Jombang, Tremas-Pacitan Jatim. Tetapi saat ini hampir di seluruh pelosok pulau Jawa terdapat pondok pesantren baik kecil maupun besar. Hal ini tak lepas dari perjuangan tokoh-tokoh santri dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran pesantren.

Kultur pesantren adalah kultur yang khas. Cliffort Geertz menggambarkan bahwa santri adalah bagian dari masyarakat Jawa sebagaimana pernyataannya: ―Santri mewakili sikap menitik beratkan pada


(42)

31

segi-segi Islam dalam sinkretisme, pada umumnya berhubungan dengan unsur pedagang dan petani. Abangan mewakili sikap yang menitik beratkan segi-segi sinkretisme Jawa yang menyeluruh, secara luas berhubungan dengan unsur-unsur mistik kerakyatan. Dan priyayi menitik beratkan pada segi-segi Hinduisme dan berhubungan dengan unsur-unsur birokrasi.‖

Karena pada umumnya pusat-pusat pesantren ada di daerah pedesaan, kehidupan sehari-hari kaum santri lebih akrab dengan kehidupan masyarakat desa dari pada kota, kehidupan mereka yang sebenarnya kurang terekspos ke luar wilayah mereka. Tetapi ketika perkembangan zaman semakin pesat, benturan-benturan dengan dunia luar mulai mereka rasakan. Bahkan kini pun banyak pesantren-pesantren besar eksis di tengah-tengah masyarakat kota.4

2. KonsepDasarPembuatanNovelPerempuanBerkalungSorbandanGeni Jora

Menurut Abidah persoalan perempuan itu tidak lekang oleh zaman. Sejak Adam sampai Muhammad, sejak zaman Muhammad sampai sekarang, persoalan perempuan dengan berbagai macam sisinya masih saja aktual untuk dibicarakan. Itu sebabnya perempuan disebut-sebut dalam Al-Quran dan Hadist sebagai bagian dari masalah kehidupan dunia selain kekuasaan dan harta. Dalam sejarahnya sampai kini, persoalan perempuan timbul lebih disebabkan oleh sumber-sumber tiranik yang bergerak melalui sistem patriarki. Oleh pikiran dan konstruksi budaya kaum lelaki.5

Bagi Abidah sebagai penulis, yang menjadi konsep dasar pembuatan novelPerempuanBerkalungSorban adalah sebagai pengingat dan motivasi bagi kaum laki-laki dan perempuan, khususnya kaum muslimah untuk

4Fatichatus Sarifah, Biografi Abidah El Khalieqy, Artikel diakses di

http://www.solopos.com/2012/07/06/abidah-el-khalieqy-menulis-adalah-panggilan-hidup-199603 pada tanggal26Agustus2013,pukul07.08WIB

5SitiRizkiaKamilah,Skripsi,AnalisisIsiPesanDakwahPadaNovelPerempuanBerkalung


(43)

32

melakukan perubahan sosial dan budaya yang didasarkan pada prinsip- prinsip kemanusiaan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan YME. Sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat merandahkan bahkan menindas sesamanya. Selain itu juga sebagai penyemangat bagi kaum perempuan agar bisa lebih berani mengkritisi terhadap ajaran-ajaran Islam (khususnya hadits-hadits misoginis) yang disalahgunakan atau dijadikan alasan untuk merendahkan kaum perempuan. Maka untuk dapat melakukan itu perempuan harus memiliki pengetahuan yang memadai, dan membangun sikap yang mandiri.

Hampir di setiap tulisannya, Abidah sebagai pengarang novel selalu menggambarkan sosok perempuan yang kuat, cerdas, dan pandai. Hal ini merupakan sebuah harapan dari Abidah agar menjadi inspirasi bagi pembacanya, terutama bagi generasi perempuan saat ini dan masa yang akan datang. Dan itu merupakan bagian yang penting dari proses kreasi hasil karyanya.

Secara ideal perempuan menginginkan keadilan sosial dan persamaan pada segala aspek kehidupannya, seperti dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Tapi itu semua seakan sulit terwujud karena pada kenyataannya masih banyak keluarga muslim yang melihat perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurut Abidah kondisi perempuan di Indonesia masih sangat termarginalkan. Abidah ingin mencari akar permasalahannya dan ia beritakan ke publik melalui novel. Walaupun selama ini permasalahan perempuan sudah banyak ditulis, mulai dari masalah penderitaan mereka sampai keterpinggiran mereka. Tetapi Abidah merasa perlu membahas bagaimana solusi ke depannya untuk menyikapi kondisi tersebut. Oleh karena itu lahirlah novel Perempuan Berkalung Sorban danGeniJora sebagai media dari pemberdayaan perempuan.


(44)

33

B. SinopsisPerempuanBerkalungSorban

Seorang gadis kecil bernama Anisa hidup di lingkungan pesantren sebagai putri seorang kiai. Anisa adalah anak yang lincah dan cerdas, namun posisinya sebagai perempuan menjadikannya tidak bebas berkreasi. Anisa selalu merasa keluarganya dan adat sangat tidak adil. Ia dilarang berkuda, berbicara saat makan, berpendapat, dan bergurau bersama, sementara kedua kakak laki-lakinya diizinkan melakukan hal tersebut. Ia juga harus rajin belajar dan bangun pagi, sementara kakaknya boleh bermalas-malasan sesuka hati, semua itu hanya karena ia seorang perempuan. Anisa tidak pernah tinggal diam atas prlakuan itu, ia selalu berontak. Anisa mempunyai seorang saudara sekaligus sebagai satu- satunya sahabat yang selalu memahaminya, Lek Khudori, begitu panggil Anisa. Namun, kedekatan mereka harus terenggang ketika Khudori harus melanjutkan studinya ke Kairo, dan hanya suratlah penyambung bisu hubungan keduanya.

Setelah lulus sekolah dasar, Anisa dipaksa menikah dengan putra seorang kiyai, dialah Samsudin. Samsudin selalu melakukan kekerasan dalam rumah tangga, selalu membentak, memukul, memaksa, bahkan dalam berhubungan suami-istri Samssudin sering meminta yang tidak wajar. Suatu ketika, Anisa didatangi seorang janda yang tengah hamil tua, dia mengaku bahwa anak tersebut adalah buah hatinya bersama Samsudin. Kemudian Anisa harus bersedia dipoligami. Merasa senasib mendapat perlakuan kurang baik dari Syamsudin, Anisa dan mbak Kalsum, si istri muda, sepakat untuk saling bantu. Mbak Kalsum juga sering belajar mengaji pada Anisa.

Di sisi lain, kembalinya Khudori dari Kairo mengembalikan harapan Anisa untuk memerdekakan diri pula. Dengan ditemani Khudori, Anisa berani menceritakan semua kejadian yang ia alami selama berumah tangga dengan Syamsudin. Kemudian, keluarga Anisa melakukan musyawarah dengan keluarga Syamsudin untuk perceraian mereka. Perceraian itupun terjadi, Anisa merasa sangat lega. Namun, Anisa dan Khudori kembali resah ketika cinta mereka yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu itu tidak mendapat restu dari orang tua


(45)

34

Anisa. Mereka kemudian melanjutkan hidup masing-masing sambil menunggu masa idah Anisa dan restu dari orang tuanya.

Anisa melanjutkan studinya, ia kuliah di Yogjakarta. Di sana ia mengikuti organisasi yang mengurusi hak-hak perempuan. Ia juga aktif dalam duni tulis- menulis. Di tengah-tengah kesibukan yang ia nikmati, Khudori kembali datang dan meminangnya. Kali ini Khudori sudah mendapat restu dari orang tua Nisa. Mereka pun menikah. Kehidupan rumah tangga mereka sangat damai. Khudori sering membantu Anisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Walaupun kadang terjadi masalah, keduanya bisa mengatasi itu dengan baik. Kebahagiaan mereka bertambah lengkap setelah cukup lama menunggu dengan sabar untuk mendaptkan momongan. Anisa melahirkan seorang bayi yang kemudian diberi nama Mahbub yang berarti cinta kasih.

Suatu hari Anisa dan Khudori menghadiri sebuah undangan pernikahan teman lamanya di kampung kelahirannya. Di situ, mereka bertemu kembali dengan Syamsudin. Dari matanya, nampak kebencian dan keirian Syamsudin pada Khudori. Kemudian Syamsudin meninggalkan tempat itu. Tak jauh dari pertemuan itu, Anisa mendapat kabar bahwa Khudori mengalami kecelakaan dan tidak dapat diselamatkan lagi. Tuduhan Anisa selalu mengarah pada satu nama: Syamsudin. Namun, bagaimanapun juga ia tak punya bukti yang nyata. Akhirnya ia harus menjalani hidup ini tanpa Khudori dan membesarkan Mahbub seorang diri.

C. SinopsisGeniJora

Nama tokoh utama cerita ini adalah Kejora. Kejora merupakan seorang perempuan yang cerdas, selalu ranking satu di kelas. Ia pun merupakan perempuan mandiri dengan cita-cita tinggi yaitu mendobrak dominasi laki- laki. Untuk seorang anak dari seorang ayah yang tunduk patuh pada ajaran-ajaran Islam, agak aneh juga ia dinamai Kejora. Kakak perempuannya bernama Bianglala. Kedua saudara lelaki mereka bahkan bernama Samudra dan Prahara.


(46)

35

Kejora terlahir dari seorang ibu berstatus istri kedua, Kejora beserta ketiga saudaranya tumbuh di dalam rumah besar dengan tiga dinding tinggi tebal mengurung mereka seperti sebuah harem, hanya bagian pintu pagar saja yang agak terbuka memperlihatkan dunia luar. Ibu tirinya, istri pertama ayahnya, tinggal di dalam harem itu juga.

Rumahnya dengan rumah mereka beradu punggung, hanya dipisahkan oleh sebuah halaman seluas lapangan bulutangkis. Kejora kecil hanya dibolehkan ke luar halaman untuk sekolah dan les bahasa Arab. Sementara, adik lelakinya, Prahara, boleh bermain sepuasnya di luar rumah dari pagi hingga petang. Ini membuat Kejora kesal karena merasa dibeda-bedakan.

Ketika Kejora dan Lola (nama panggilan Bianglala) menginjak remaja, mereka menyukai pemuda yang berada di sebelah rumah. Setiap pagi, kedua gadis cilik itu memanjat pohon yang banyak tumbuh di halaman rumah mereka, demi mengintip pemuda tetangga keturunan Arab bernama Ali Baidawi alias Alec Baldwin, jogging. Memanjat pohon dan mengintip Alec Baldwin adalah bentuk perlawanan terhadap perlakuan diskriminasi orang tua mereka.

Rumah tangga orang tuanya benar-benar sebuah lembaga patriarkhi yang memberi tempat utama bagi lelaki. Sementara perempuan seperti dirinya, ibunya, ibu tirinya, dan Lola, hanya berada di urutan kedua. Selalu ke dua, meski ia jauh lebih cerdas dari adik lelakinya itu. Neneknya, oleh sebab lama berada di bawah dominasi para lelaki, akhirnya justru menjadi salah satu agen patriarkhi di rumah tersebut. Kesemua ini membuat Kejora tumbuh dengan sebuah "dendam" di hati. Dendam kepada penguasaan para lelaki.

Selanjutnya, Kejora, oleh ayahnya, disekolahkan ke pesantren paling top di kotanya. Di pesantren ini, para santrinya dididik dengan aturan dan disiplin keras berdasarkan syariat Islam dan diajarkan pula ilmu pengetahuan umum lainnya, tidak semata-mata pelajaran agama saja. Dari sini, kelak diharapkan akan lahir perempuan-perempuan muslim cerdas dengan pengetahuan dan ilmu yang tak kalah hebat dibanding mereka yang jebolan sekolah umum. Kejora mewakili


(47)

36

gambaran seorang santri ideal tersebut. Ia yang berpikiran moderat kerap kali mendebat para ustadznya terutama untuk hal-hal yang dirasa mengganggu logikanya.

Dalam pesantren ini ia menemukan kejanggalan-kejanggan seperti ada persaingan akademis yang berbuah kecemburuan, ada geng-gengan yang saling bermusuhan, sampai dengan skandal asmara sejenis alias lesbianisme. Tak terhindarkan memang, mengingat sehari-hari yang mereka temui dan gauli adalah kaum sejenis. Sudah tentu, lesbian merupakan sesuatu yang haram di pesantren tersebut dan pelakunya pasti diganjar hukuman rotan.

Setelah menyelesaikan sekolahnya di pesantren, Kejora melanjutkan kuliahnya di Damaskus dengan mendapatkan beasiswa dari pesantrennya dulu. Di sana Kejora bertemu dengan Zakky yang tak lain adalah putra dari pemilik pesantren tempat ia bersekolah. Dan pada akhirnya ia menjalin kasih dengan Zakky. Zakky yang merupakanplayboy terkadang membuat Kejora cemburu sampai pada akhirnya Kejora yang tak tahan lagi melihat tingkah Zakky yang menyukai Lola, memutuskan untuk mengencani Asaav sahabat Zakky untuk membalaskan rasa sakit hatinya itu. Zakky yang tidak terima dengan tindakan yang akan dilakukan Kejora pun pada Akhirnya berjanji bahwa akan menjadikan Kejora sebagai satu-satunya wanita di sisi Zakky.


(48)

37

BAB

IV

HASIL

ANALISIS

A. UnsurIntrinsikNovelPerempuanBerkalungSorban

Analisis unsur intrinsik dalam novel PBS berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar (tempat, waktu, sosial), dan sudut pandang. Unsur-unsur tersebut didapat dari data atau fakta yang ada dalam novel PBS karya Abidah El Khalieqy melalui pembacaan yang cermat dan berulang.

A. Tema

Tema dari novel PBS adalah pembebasan seorang perempuan dari budaya patriarki yang selama ini memasungnya. Tema tersebut tergambar jelas dari perjalanan hidup Annisa untuk memperoleh kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Penggambaran tokoh Annisa dalam novel PBS ini dibuat untuk mengembangkan gagasan kesetaraan gender. Hampir seluruh bab dalam novel PBS ini membahas tentang usaha tokoh utama Annisa untuk mendapatkan keadilan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel PBS sebagai berikut: ―….. Selembutembun pagiyangmenetesdarilangitbiru.Mengisijadwaldankewajibanhari- hariku untuk tetap melangkah, memerdekakan kaumku yang masih saja lemah.Agarmerekaselaluhadirdanmengalirditengahzaman.Membawa kemudi.Panjimatahari.‖(PBS.h.241)

Kutipan tersebut menjelaskan tekad kuat Annisa untuk tetap

memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang selama ini termarginalkan. Bukan hal yang mudah bagi Annisa untuk mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan. Annisa harus menghadapi berbagai macam rintangan. Salah satunya adalah orang tua Annisa yang masih menjunjung tinggi nilai patriarki. Pada akhirnya ia mendapatkan apa yang selama ini ia cari yaitu


(49)

38

kesetaraan yang ia dapatkan ketika menikah dengan Khudhori yang sangat mendukung akan kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan.

B. TokohdanPenokohan

Tokoh merupakan pelaku yang ada dalam sebuah cerita. Penokohan dalam novel PBS dapat diketahui melalui perbuatan, kebiasaan, dialog yang dilakukan oleh tokoh tersebut. Penokohan dapat berubah-ubah sesuai dengan kedalaman cerita tersebut. Perubahan itu terjadi dari jahat menjadi baik atau tokoh baik yang tetap baik. Dengan demikian tokoh dan penokohan tersebut dapat dikenali oleh pembaca.

Nurgiyantoro membedakan tokoh ke dalam beberapa kriteria.1 Dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tokoh Protagonis

Berikut ini merupakan tokoh protagonis yang ada dalam novel PBS karya Abidah El Khalieqy:

1) Annisa

Annisa merupakan tokoh utama dalam novel ini. Tokoh Annisa memiliki porsi penceritaan yang banyak tentang kehidupannya, Annisa juga berperan sebagai pencerita sehingga ia selalu muncul mulai dari awal hingga akhir cerita. Annisa digambarkan secara analitik oleh pengarang sebagai anak dari seorang Kiai yang mempunyai pondok pesantren khusus perempuan di daerahnya. Hal ini dapat dibuktikan dalam kitipan berikut: ‖……Pondok Pesantren Putri yang didirikan oleh Bapakku, Kiai Haji Hanan Abdul Malik, memiliki cita-cita dan harapan untuk mendidik dan menjadikan remaja putri agar menjadikaummuslimmahyang berguna….‖(PBS.h.53)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pengarang membuat tokoh utama yang seorang anak dari tokoh terpandang di desanya, yang


(50)

39

menjunjung nilai-nilai patriarki. Melalui penggambaran kondisi keluarga Annisa yang disampaikan pengarang secara analitik telah memberikan gambaran terhadap pembaca bahwa Annisa dibesarkan dalam lingkungan yang menekankan nilai-nilai patriarki.

Annisa merupakan tokoh perempuan yang diciptakan oleh pengarang sebagai pelopor perbaikan derajat perempuan, khususnya dalam lingkungan pesantren salaf. Annisa berusaha membebaskan diri dari cara pandang orang-orang yang memandang sesuatu hanya dari jenis kelamin. Annisa digambarkan sebagai sosok yang memiliki tekad kuat dan pantang menyerah. Tekad tersebut ia implementasikan ketika ia sedang tersudutkan. Seperti pada kutipan berikut: ―Apa pun yang terjadi, aku harus bisa, aku mesti belajar naik kuda, aku akan tetap belajar naik kuda,naikkuda.‖(PBS.h.35)

Secara dramatik, pengarang memunculkan penokohan Annisa sebagai sosok yang kritis, ini terbukti dengan rasa ingintahuannya yang sanggat tinggi terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Ia selalu mempertanyakan tentang perbedaan perlakuan yang didapatkannya. Selain itu Annisa juga digambarkan secara

dramatik sebagai orang yang sangat menyukai ilmu pengetahuan. Annisa juga memiliki sifat pasrah, sifat pasrah ini

ditunjukkan ketika Annisa dijodohkan dengan Samsudin. Ia tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya untuk menikah, padahal saat itu ia masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Tetapi sifat pasrah yang ditujukkan Annisa ini bertentangan dengan sifatnya yang berontak. Dari awal cerita pengarang menggambarkan Annisa secara dramatik sebagai sosok yang sering berontak dan melanggar aturan yang dibuat ayahnya.

Selama hidup dengan Samsudin, Annisa sama sekali tidak pernah bercerita tentang kekerasan yang selalu diterimanya dari


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Profil

Penulis

IlaNurlaila,lahirdiPandeglang,pada02Juni 1991inibiasadisapaIla.Iaadalahanakkeduadari duabersaudara.Iamenuntaskanpendidikandasardi SD Negeri 2 Pandeglang, kemudian melanjutkan pendidikannyadiSMPNegeri1Pandeglang.Setelah itu,iamelanjutkanpendidikannyadiSMANegeri1 Pandeglang. SetelahlulusSMApadatahun2009,ia memilih melanjutkan pendidikannya di Universitas IslamNegeriSyarifHidayatullahJakarta,FakultasIlmuTarbiyahdanKeguruan denganpilihanjurusanPendidikanBahasadanSastraIndonesia.

Penulissangatmenyukaiseni,khususnyadalamseniperan.Itulahyang menjadi alasan mengapa ia masuk menjadi anggota UKM Teater Syahid. Ia tercatat pernah menjadi sutradara pementasan drama Buku Wajah karya Irina WidiaNingsih(2012) danjugapernahmenjadipengajardiBinusInternational School.