ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

 

Disusun Oleh :

Rima Dewi Anggraini

0812010047/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”

JAWA TIMUR

2012


(2)

Disusun Oleh :

Rima Dewi Anggraini

0812010047/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 20 April 2012

Pembimbing

Utama

Tim

Penguji

Ketua

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM

NIP.

196309241989031001

NIP.

196309241989031001

Sekretaris

Dra.

Ec.

Nuruni

Ika,

MM

Anggota

Dra.

Ec.

Mei

Retno

A.,

MSi

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM

NIP. 196309241989031001


(3)

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Segala-galanya, yang telah memberikan petunjuk. Dengan

memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas, rahmat, dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh

Rasio CAMEL terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Bursa

Efek Indonesia’’.

 

 

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa

Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran,

nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti sehingga peneliti

bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.


(4)

bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak dan Ibu serta semua keluarga khususnya Moch. Noer Hudha yang

telah memberikan dukungan, dan penulis menyampaikan terima kasih

banyak atas doa dan dukungan baik secara spiritual maupun materiil yang

tidak mungkin penulis uraikan dengan kata-kata.

6.

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi

ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan

kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surabaya,

April 2012


(5)

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Pengertian Bank... 13

2.2.2 Jenis-jenis Bank ... 14

2.2.3. Kinerja Perusahaan ... 18

2.2.3.1 Pengertian Kinerja Perusahaan ... 18

2.2.3.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan ... 19

2.2.3.3 Penilaian Kinerja Perusahaan ... 20


(6)

2.2.4.3 Manfaat Laporan Keuangan ... 26

2.2.4.4 Komponen Laporan Keuangan ... 28

2.2.4.5 Keterbatasan Laporan Keuangan ... 30

2.2.5. Analisa Rasio Keuangan... 31

2.2.6. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ... 33

2.2.7. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas (ROA) ... 37

2.2.7.1 Pengaruh Capital terhadap ROA ... 39

2.2.7.2 Pengaruh Asset terhadap ROA ... 40

2.2.7.3 Pengaruh Management terhadap ROA ... 41

2.2.7.4 Pengaruh Earning terhadap ROA ... 41

2.2.7.5 Pengaruh Liquidity terhadap ROA ... 42

2.3. Kerangka Konseptual ... 44

2.4. Hipotesis... 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 46

3.1.1.Variabel Terikat ... 46

3.1.2 Variabel Bebas... 47

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 49

3.2.1. Populasi ... 49

3.2.2. Sampel ... 50


(7)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotisis ... 52

3.4.1. Regresi Linear Berganda ... 52

3.4.2. Uji Hipotesis ... 52

3.4.2.1 Uji F ... 52

3.4.2.2 Uji T ... 53

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah Singkat Perbankan Indonesia... 57

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

4.2.1 ROA (Y) ... 61

4.2.2 Capital... 63

4.2.3 Asset ... 64

4.2.4 Management ... 66

4.2.5 Earning ... 67

4.2.6 Liquidity ... 69

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 70

4.3.1 Uji Normalitas ... 70

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 72

4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 78


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 93

5.2

Saran... 94


(9)

Tabel 4.1 ROA (Y) Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ...

62

Tabel 4.2 CAR (X1)

Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ...

63

Tabel4. 3 APYD (X2)

Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ...

65

Tabel 4.4 NPM (X3)

Perusahaan Perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia..

66

Tabel 4.5 NIM (

X4

) Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

... . 68

Tabel 4.6 LDR (

X5

) Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia….

69

Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 71

Tabel 4.8. Hasil Uji Multikoliniearitas ... 73

Tabel 4.9. Nonparametric Correlations... . 75

Tabel 4.10. Statistik Deskriptif ... . 79

Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 79

Tabel 4.12. Nilai Koefisiensi Determinansi (R-square/R

2

)... 81

Tabel 4.13. Uji f Analisis Regresi ………... 82


(10)

   


(11)

Oleh :

Rima Dewi Anggraini

Abstraksi

Sektor perbankan dianggap sebagai roda penggerak perekonomian suatu

negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan, bank melayani

kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua

sistem perekonomian. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan

moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan

yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya sistem

perbankan yang sehat maka akan mendorong perekonomian negara. Sehat atau

tidaknya suatu bank tidak terlepas dari kinerja bank itu sendiri. Tujuan Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui yang mempengaruhi ROA pada perusahaan perbankan

yang terdaftar di BEI.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di

BEI. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yaitu bahwa pengambilan sampel dilakukan atas dasar tujuan

tertentu, maka jumlah sampel perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria

sebanyak 6 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2007-2009 yang diambil

dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis

regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel CAR mempunyai pengaruh

Positif signifikan terhadap ROA, APYD mempunyai pengaruh Negatif signifikan

terhadap ROA, NPM mempunyai pengaruh Positif signifikan terhadap ROA, NIM

mempunyai pengaruh Negatif signifikan terhadap ROA dan LDR mempunyai

pengaruh negatif Tidak signifikan terhadap ROA.


(12)

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan.

Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2000).

Sektor perbankan dianggap sebagai roda penggerak perekonomian suatu negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Bank juga


(13)

mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya sistem perbankan yang sehat maka akan mendorong perekonomian negara. Sehat atau tidaknya suatu bank tidak terlepas dari kinerja bank itu sendiri.

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu dengan standar Bank Indonesia (Selamet Riyadi : 2006). Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2000).

Untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan perbankan. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya menggunakan beberapa aspek


(14)

penilaian yaitu capital, assets quality, management, earning, liquidity. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio-rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, Profitabilitas merupakan indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi atau kinerja yang dicapai oleh perusahaan perbankan. Return on Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang di milikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilkinya. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat


(15)

memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. (Dendawijaya : 2005)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain,

capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, missal kredit yang diberikan (Dendawijaya : 2005). Hubungan antara CAR dan ROA suatu bank adalah positif, dimana jika CAR suatu bank meningkat maka ROA akan meningkat juga. Standar besarnya CAR adalah sebesar 8%. Tahun 2007 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar, dan Tahun 2004 Bank Indonesia menentukan presentase Giro Wajib Minimum (GWM) yang disesuaikan dengan besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK). Modal bank merupakan alat pendorong kegiatan operasional bank. Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp. 80 M


(16)

pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp. 100 M pada akhir tahun 2010.

Sebagaimana yang umumnya terjadi pada perusahaan yang sudah Go Public maka kenaikan dan penurunan Return On Asset tersebut sangatlah sulit untuk diprediksi, seperti halnya yang terjadi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dimana ada beberapa perusahaan yang mengalami penurunan Return On Asset dikarenakan oleh beberapa factor. Perusahaan Perbankan tersebut adalah PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk, PT. Bank Argoniaga Tbk, PT Bank Bumi Artha Tbk, PT Bank Capital Indonesia Tbk, PT Bank Ekonomi Raharja Tbk, PT Bank Himpunan Saudara Tbk, PT Bank ICB Bumiputera Tbk, PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Bank Kesawan Tbk, PT Bank Mayapada Tbk, PT Bank Mutiara Tbk, PT Bank Nusantara Parayangan Tbk, PT Bank Pundi Indonesia Tbk, PT Bank Swadesi Tbk, PT Bank Victoria Internasional Tbk, PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.


(17)

Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia maka pihak bank perlu mengingkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan yang sehat dan efisien, berikut hasil perhitungan Return On Assets Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.1 : Hasil perhitungan Return On Assets Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Periode Tahun (%) No Nama Perusahaan Perbankan

2007  2008  2009 

Bank Central Asia, Tbk 2,94 3,14 3,17Bank Mandiri, Tbk 1,98 2,25 2,74Bank Negara Indonesia, Tbk 0,81 0,96 1,51Bank OCBC NISP, Tbk 1,21 1,33 1,65Bank Artha Graha Internasional, Tbk 0,28 0,31 0,42Bank Ekonomi Raharja, Tbk 1,78 2,10 2,30

Sumber : Indonesian Capital Market Directories (Diolah)

Dilihat dari perkembangan Return On Asset perhitungan di atas yang dimiliki oleh bank-bank umum sangat menggembirakan. Karena Bank Indonesia mendorong industri perbankan nasional menjaga tingkat kesehatannya dan memperkokoh struktur usahanya guna meningkatkan daya saing untuk masa yang akan datang sesuai dengan deregulasi perbankan tahun 1998, serta maraknya bisnis perbankan akhir-akhir ini menandakan bahwa kinerja perbankan di Indonesia mulai membaik dan cenderung meningkat (Bisnis Indonesia) .

Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu


(18)

manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak terkecuali perbankan.

Berdasarkan ketentuan perundang – undangan tentang perbankan. Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat kesehatan Bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan surat edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu CAMEL (1)

Capital, merupakan rasio kecukupan permodalan. (2) Assets Quality,

merupakan rasio kualitas aktiva. (3) Management, digunakan untuk menilai kualitas manajemen. (4)Earning, merupakan rasio rentabilitas bank. (5) Liquidity, merupakan rasio likuiditas bank.. Karena laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan keuangan menempati posisi dominant sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.

Dalam kamus perbankan ( Institut Bankir Indonesia 1999 ) CAMEL adalah aspek yang berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang berpengaruh juga terhadap kondisi suatu kesehatan bank. CAMEL merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank.


(19)

Penelitian rasio tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya, Merkusiwati (2007) CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001. Erna (2010), melakukan penelitian dengan variabel CAR, NIM, KAP, LDR, BOPO dan ROA terhadap perubahan laba. Hasil yang didapat hanya rasio LDR yang memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Linna (2008), melakukan penelitian dengan variabel CAMELS terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang didapat secara bersama-sama variabel tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan, secara parsial hanya variabel ROA dan LDR yang tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “ Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI ”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh Rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.

Permasalahan yang akan di teliti adalah :

1. Apakah rasio Capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan?

2. Apakah rasio Asset berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan?

3. Apakah rasio Management berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan?

4. Apakah rasio Earning berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan?

5. Apakah rasio Liquidity berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan?

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio Capital terhadap Kinerja keuangan Perusahaan Perbankan.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio Asset terhadap Kinerja keuangan Perusahaan Perbankan.


(21)

3. Untuk mengetahui pengaruh rasio Management terhadap Kinerja keuangan Perusahaan Perbankan.

4. Untuk mengetahui pengaruh rasio Earning terhadap Kinerja keuangan Perusahaan Perbankan.

5. Untuk mengetahui pengaruh rasio Liquidity terhadap Kinerja keuangan Perusahaan Perbankan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penganalisaan tentang kinerja keuangan perbankan.

b. Bagi Akademis / Lembaga

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan dan wawasan terhadap penilaian kinerja keuangan perbankan dengan menggunakan rasio CAMEL dan memberikan pengetahuan perbankan khususnya mengenai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.

c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan untuk memberikan pertimbangan pada calon investor untuk mrenilai kelayakannya sehingga investasi yang dilakukan pada dunia perbankan memperoleh manfaat yang diinginkan.


(22)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Merkusiwati ( 2007 )

Melakukan penelitian dengan Judul “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan”. Variabel independennya adalah CAR, RORA, NPM, ROA, OEOI, CML, LDR, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja perusahaan (ROA). Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda untuk variabel bebas yang lebih dari satu.Berdasarkan hasil penelitian pada 17 bank dengan tahun dasar 1997-2001 maka diperoleh kesimpulan bahwa: CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001.


(23)

2. Prasetyo (2006)

Telah melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada bank yang diukur dengan pertumbuhan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek capital meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek aset meliputi NPL (Net Peforming Loans), aspek earning meliputi NIM (Net Interest

Margin) dan BOPO (Biaya Operasional pada pendapatan Operasional)

dan aspek liquidity meliputi LDR (Loan to Deposit Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). Hasil menunjukkan bahwa secara parsial LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan (dilihat dari pertumbuhan laba). Secara parsial CAR, NPL, BOPO, NIM berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Secara simultan CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR, GWM berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.


(24)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank

Menurut Undang – undang No. 10 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1998 mendefinisikan Bank sebagai “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak ”.

“ Menurut Kasmir ( 2004 : 8 ) secara sederhana Bank di artikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa – jasa bank lainnya.”

Sedangkan Menurut Dendawijaya ( 2003 : 25 ), “ Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediaries ), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana ( Idle fund / Surplus unit ) kepada pihak yang membutuhkan dana atau yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.”

Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa fungsi bank sebagai “ financial intermediary ” dengan usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :

1. Menghimpun dana ( funding ) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau


(25)

berinvestasi bagi masyarakat. Bank memberikan surat atau lembar kertas dalam bentuk : a. Giro b. Deposito Berjangka c. Tabungan 2. Menyalurkan dana ke masyarakat, dalam hal ini bank memberi

pinjaman ( kredit ) kepada masyarakat. Dengan kata lain Bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan.

3. Memberika Jasa- jasa bank lainnya seperti pengiriman uang ( Transfer ), penagihan surat berharga yang berasal dari dalam kota ( Kliring ), Penagihan surat – surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri ( Inkaso ), Letter of credit. ( Kasmir, 2000 : 12 )

2.2.2. Jenis – Jenis Bank

1. Dilihat dari segi Fungsinya

Menurut Undang- Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdri dari : ( Kasmir, 2004 : 18 – 20 )

a) Bank Umum

Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.


(26)

b) Bank Perkreditan Rakyat ( BPR )

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya BPR ( Bank Perkreditan Rakyat ) tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa - jasa perbankan yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika di bandingkan dengan kegiatan atau jasa Bank Umum.

2. Dilihat dari segi Kepemilikannya

Jenis bank berdasarkan kepemilikan dapat dilihat dari akte pendirian dan penugasan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah : ( Kasmir, 2004 : 20 – 22 ) a. Bank Milik Pemerintah ( BUMN )

Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya milik pemerintah ndonesia, sehingga seluruh keuntungan bank di mliki oleh pemerintah pula.

Contoh : BNI 46, BRI, BTN, Bank Mandiri b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendirian bank ini juga dimiliki oleh pihak swasta nasional.


(27)

Contoh : BCA, Bank Danamon, Lippo Bank, Bank Mega, Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Permata.

c. Bank Milik Koperasi

Bank yang kepemilikan saham – sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

Contoh : Bank Bukopin d. Bank Milik Asing

Bank yang kepemilikan sahamnya 100% oleh pihak asing ( luar negeri ) di Indonesia.

Contoh : ABN Amro Bank, American Express Bank, City Bank, Hongkong Bank, Standard Chartered Bank

e. Bank Milik Campuran

Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.

Contoh : Inter Pasific Bank, Mitsubishi Buana Bank.

3. Dilihat dari segi cara menentukan harga

Di Indonesia mulanya hanya ada satu kelompok, namun hadirnya bank syariah sejak tahun 1990 jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, terbagi dalam dua kelompok : ( Kasmir, 2004 : 23 – 25 )


(28)

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu :

i. Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.

ii. Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional ( barat ) menggunakan atau menetapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal atau presentase tertentu. Sistem pengenaan bunga ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah islam

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Sedangkan penentuan biaya – biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasar Prinsip Syariah juga sesuai dengan syariah Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip Syariah Islam dasar hukumnya adalah Al- Qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan Prinsip Syariah mengharamkan


(29)

penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah bunga adalah Riba.

2.2.3. Kinerja Perusahaan 2.2.3.1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi

financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini

merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal – hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya ( Kasmir, 2000 : 259 ). Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data non keuangan lain.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.


(30)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005).

2.2.3.2. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Mulyadi ( 2001 : 416 ), Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

a) Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum.

b) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan seperti : promosi, transfer, dan pemberhentian.

c) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan criteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.


(31)

2.2.3.3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu : ( Mulyadi, 2001 : 434-435)

a) Ukuran kriteria tunggal ( Single Criterium )

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. b) Ukuran kriteria beragam ( Multiple Criterium )

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.

c) Ukuran kriteria gabungan ( Composite Criterium )

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam pengukuran kinerja.

Kinerja suatu bank, biasanya tercermin dalam laporan keuangannya. Untuk menganalisisnya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Macam Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan

menjadi empat jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu : ( Muhammad, 2005 : 258 )


(32)

1) Rasio Likuiditas

Adalah untuk ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuditas terdiri dari : Current

Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.

2) Rasio Aktivitas

Adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkakn sumber dana yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari : Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account

Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.

3) Rasio Biaya

Adalah menunjukkan tingkat efsiensi kinerja operasional bank. Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rasio biaya atau BOPO ( Biaya Operasional Pendapatan Operasional ).

4) Rasio Profitabilitas

Adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Profitablitas terdiri dari Gross


(33)

2.2.3.4. Kinerja Profitabilitas ( ROA )

Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis kinerja keuangan perusahaan perbankan adalah dengan menggunakan Rasio Profitabilitas berupa Return on Assets ( ROA ).

Pengembalian atas Aktiva ( Return on Assets ) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan menajeril efisiensi overall ( Kasmir, 2000:281 ). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki ( Yuliani, 2007 ). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan ( Hanafi dan Halim, 2000:85 ). ROA yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari distribusi bagi hasil. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti kinerja profitablitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya maka perusahaan akan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti mengalami penurunan tingkat laba.

Return on Assets (ROA) atau yang disebut juga Return on Invesment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan income


(34)

terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return on Assets (ROA) adalah sebagai berikut (Kasmir, 2000:280) :

2.2.4. Laporan Keuangan 2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Kasmir ( 2008 : 7 ) Dalam pengertian yang sederhana, Laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondsi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan perusahaan pada tanggal tertentu ( untuk neraca ) dan periode tertentu ( untuk laporan laba rugi ). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, enam bulan, untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali.

2.2.4.2. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh


(35)

pemakainya untuk memprediksi perusahaan. Para pemakai dari laporan keuangan meliputi :

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok – kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.


(36)

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktifitas perusahaan. Mereka juga membutuhkna informasi untuk mengatur aktifitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang di


(37)

pekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan ( tren ) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktifitasnya.

2.2.4.3. Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan dan manfaat utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tersebut akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan yang diambilnya. Agar tujuan laporan keuangan tersebut dapat dicapai, maka laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut :

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Dan informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai.


(38)

b. Relevan

Maksudnya adalah informasi laporan keuangan perusahaan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

c. Keandalan

Informasi laporan keuangan harus memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk megidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


(39)

2.2.4.4. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008: 8-9), Komponen Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :

a) Neraca

Merupakan laporan yang menunjukan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu.

b) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam periode tertentu. Artinya, Laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.

c) Laporan perubahan modal

Menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.


(40)

d) Laporan catatan atas laporan keuangan

Merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan nformasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas lapporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.

e) Laporan arus kas

Merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar diperusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.

Lengkap tidaknya penyajian laporan keuangan tergantung dari kondisi perusahaan dan keinginan pihak manajemen untuk menyajikannya. Disamping itu juga tergantung dari kebutuhan dan tujuan perusahaan dalam memenuhi kepentingan pihak-pihak lainnya. Dari laporan keuangan akan tergambar kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat memudahkan manajemen dalalm menilai kinerja manajemen perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi


(41)

patokan atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan kebjakan yang telah digariskan.

2.2.4.5. Keterbatasan Laporan Keuangan

Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata – mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain : 1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang

telah lampau.

2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata – mata dari laporan keuangan saja.

3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya di pilih alternative yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi

sesuai substansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya ( formalitas ).

5. Disusun dengan menggunakan istilah –istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.


(42)

6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 7. Hanya melaporkan informasi yang material.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam mengukur sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar bank.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.2.5. Analisa Rasio Keuangan

Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Menurut Riyanto (2001:329), Rasio Keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.

Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan di banding teknik analisa lainnya. Keunggulan (Harahap, 1998:298) tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.


(43)

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam menggisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time

series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah delam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah (Harahap, 1998:298-299) :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

3. Jika data untuk mengitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(44)

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.6. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, Perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap di percaya oleh nasabahnya. ( Kasmir, 2004 : 21 )

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku ( Susilo, 2000 : 22 ). Pentingnya tingkat kesehatan ini untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang untuk


(45)

meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban – kewajibannya.

Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar dan melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja (2004 : 34 ), pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan bank, sehingga bisa diharapkan terwujudnya bank aman dan sehat, serat mendukung terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap sehat atau tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity.

Komponen – komponen CAMEL sebagai variabel pengukur kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut :

1) Capital (Permodalan)

Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank


(46)

tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya ( Merkusiwati, 2007 ).

Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut :

2) Assets Quality (Kualitas Asset)

Kualitas Aktiva Produktif atau sering disebut dengan assets quality adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. (Dendawijaya, 2003).

Sedangkan menurut ( Gandapraja. 2004 : 34 ) Kualitas Aktiva Produktif ( KAP ) untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan real dari asset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank.

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut :

3) Management (Manajemen)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen manajemen umum,


(47)

ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia dan pihak lainnya. Aspek manajemen pada penelitian ini diproksikan dengan NPM (Net Profit Margin). Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba (Merkusiwati, 2007).

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut :

 

4) Earnings (Rentabilitas)

Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan. Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal.

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010):


(48)

5) Liquidity (Likuiditas)

Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010):

 

2.2.7. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas (ROA)

Investor merupakan hal terpenting sebagai fungsi pemberian dana kepada perusahaan. Tetapi para investor akan mengambil keputusan tertentu untuk berinvestasi dengan pertimbangan-pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang mungkin diambil investor adalah mengenai kondisi kinerja perusahaan.


(49)

Kinerja perusahaan dapat diukur melalui tingkat profitabilitas untuk menunjukkan tingkat efektifitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Menurut Kasmir ( 2000: 259 ), Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Menurut Merkusiwati (2007), laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan akuntansi menempati posisi dominan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Kinerja yang berkaitan dengan laba perusahaan atau proftabilitas dapat dinilai dengan rasio ROA ( Return On Assets ).

Sedangkan CAMEL merupakan salah satu teknik analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan rasio. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan opeasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku ( Susilo, 2000:22 ). Dengan tingkat kesehatan bank dapat diketahui seberapa baik atau buruknya kinerja bank.

Kinerja profitabilitas yang dapat dihitung dengan rasio ROA ini menurut Yuliani (2007), Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalalm kondisi bermasalah semakin kecil. Maka bank dapat dikatakan sehat apabila tingkat profitabilitasnya tidak mengalami penurunan dan berangsur


(50)

meningkat karena dengan itu dapat menandakan bahwa usaha operasional bank berjalan baik.

Dengan kata lain, ketika kinerja bank itu baik maka tingkat kesehatan bank tersebut akan mengikuti keadaan yang sehat. Sehingga Bank yang memiliki kinerja dengan tingkat kesehatan yang baik akan mampu melakukan kegiatan operasional hingga memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, dan investor menanamkan investasi.

Dalam melihat kesehatan bank untuk menilai kinerjanya ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan rasio tingkat kesehatan atau rasio CAMEL. Dalam penelitian ini menggunakan rasio CAMEL, dimana terdiri dari Capital, Asset Quality, Earning, dan

Liquidity.

2.2.7.1. Pengaruh Rasio Capital terhadap ROA

Capital diukur dengan CAR ( Capital Adequnce Rasio ) merupakan alat untuk mengukur permodalan. Permodalan dilihat dari bagaimana perusahaan untuk menghasilkan sumber dana. Menurut Kasmir ( 2000:45 ), Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian perolehan dana tersebut untuk membiayai operasinya. Sehingga pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula laba yang akan diterima perusahaan sehingga berpengaruh terhadap Pengembalian atas Aktiva (ROA) dalam


(51)

kemampuan memperoleh laba. Bank dengan CAR tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko apabila bank tersebut dilikuidasi. Dengan kondisi modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya yang banyak pula yang nantinya akan meningkatkan keuntungan bank sebagai tujuan dari perusahaan.

Sedangkan CAR yang diteliti Yuliani (2007) menemukan bahwa CAR mempunyai hubungan dengan kinerja profitabilitas ROA.

2.2.7.2. Pengaruh Rasio Asset terhadap ROA

Asset Quality atau kualitas asset diukur dengan rasio Aktiva

Produktif yang Diklasifikasikan (APYD). Rasio APYD digunakan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal (Kusumo,2008). Kualitas Aktifa Produktif merupakan rasio antara Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva produktif. Menurut Setiawan (2009), APYD sendiri adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang dihitung khusus sedangkan Aktiva Produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing yang menghasilkan keuntungan. Setiawan (2009) juga mengatakan bahwa semakin tinggi rasio ini semakin baik kualitas aktiva produktif bank. Apabila kualitas asset produktif baik maka akan dapat menekan APYD serta akan memperbesar produktivitas


(52)

operasi yang artinya akan memperbesar pendapatan, sehingga laba dihasilkan semakin bertambah. Laba yang bertambah juga akan mempengaruhi pengembalian asset yang baik yang artinya kinerja profitabilitas pun tinggi.

2.2.7.3. Pengaruh Rasio Management terhadap ROA

Management diukur dengan rasio Net Profit Margin ( NPM ).

Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba (Merkusiwati, 2007). NPM menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan bank yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih (net income) ditinjau dari sudut operating incomenya. NPM mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain.

Semakin besar rasio NPM menunjukkan bahwa semakin besar kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank juga mengalami peningkatan., demikian sebaliknya (Zahara et. al., 2008).


(53)

2.2.7.4. Pengaruh Rasio Earning terhadap ROA

Earning atau profitabilitas bank di ukur dengan rasio Net Interest Margin, NIM (Net Interest Margin) digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio NIM yang semakin besar menunjukkan indikasi meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank.

Peningkatan pendapatan bunga tersebut dapat meningkatkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga menjadi indikator peningkatan kinerja perusahaan tersebut.

Semakin besar NIM semakin besar pula profitabilitas bank sehingga NIM berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahman (2009) dan Erna (2010) NIM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik (Almilia dan Herdinigtyas, 2005).

2.2.7.5. Pengaruh Rasio Liquidity terhadap ROA

Liquidity di hitung dengan rasio LDR sebagai ukuran untuk


(54)

yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:116). Dengan rendahnya kemampuan likuiditas bank maka akan berdampak pada turunnya kepercayaan konsumen atau nasabah pada perusahaan bank tersebut, yang akhirnya dana yang diserap dari masyarakat akan berkurang. Dana yang berkurang dapat membuat perusahaan dalam membiayai produk jasa akan terganggu sehingga secara otomatis keuntungan (profitabilitas) bank akan berkurang. Dengan laba yang berkurang maka dapat diprediksikan Return On Asset akan mengalami penurunan. Sebaliknya LDR yang rendah menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Kemudian dari aspek profitabilitas, LDR yang tinggi akan membawa perusahaan ke tingkat profitabilitas tinggi. LDR yang tinggi, berarti bank tersebut telah menjalankan fungsinya dengan maksimal yaitu menyalurkan dananya kepada masyarakat. Maka dengan keadaan LDR yang tinggi, tingkat profitabilitas bank juga akan baik, yang dapat menggambarkan tingginya keuntungan yang diperoleh bank tersebut. Maka hal tersebut yang akan mempengaruhi Return On Asset perusahaan. Penelitian mengenai Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang dilakukan oleh Budi Ponco (2006)

memperlihatkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan


(55)

penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

2.3 Kerangka Konseptual

Capital (X1)

Asset (X2)

Liquidity (X5)

ROA (Y) Management

(X3)

Earning (X4)


(56)

2.4 Hipotesis

1. Diduga capital mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan secara parsial.

2. Diduga assets mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan secara parsial.

3. Diduga management mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan secara parsial. 4. Diduga earning mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan secara parsial.

5. Diduga liquidity mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan secara parsial. .


(57)

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menerangkan variabel – variabel yang dipergunakan dalam penelitian dan pengukuran variabel - variabel penellitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman yang ada.

a. Variabel terikat ( Y )

Variabel terikat ( Dependent Variabel ) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Perusahaan perbankan di BEI.

Proksi Kinerja Keuangan bank yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan besarnya Return On Assets (ROA). Return On Assets adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut ( Kasmir, 2000) :


(58)

b. Variabel bebas ( x )

Variabel bebas ( Independent Variabel ) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat, variabel bebas ( x ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (X1), APYD (X2), NPM (X3), NIM (X4), LDR (X5) :

1. Capital Adequency Ratio (X1)

Capital Adequency Ratio adalah rasio yang memperlihatkkan

seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber dibank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain. (Dendawijaya,2004:122)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

2. Asset Produktif Yang Diklasifikasikan (X2)

Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva produktif.

APYD merupakan aktiva tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan Total Aktiva Produktif


(59)

merupakan total dari penanaman dana Bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (Dendawijaya, 2003)

3. Net Profit Margin (X3)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Merkusiwati, 2007) :

4. Net Interest Margin (X4)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010).


(60)

5. Loan to Deposit Ratio (X5)

LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010):

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

 

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.( Sumarsono,


(61)

Populasi dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan perbankan yang menggunakan laporan keuangan lengkap dan dipublikasikan pada Bursa Efek Indonesia sampai sekarang sebanyak 29 Perusahaan Perbankan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah

sampel harus merupakan representasi dari populasi. ( Sumarsono,2004:44 )

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Terdapat 6 sampel dalam penelitian ini. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel antara lain :

1. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan secara berturut – turut dari tahun 2007 sampai dengan 2009, baik secara fisik maupun melalui website www.idx.co.id

2. Memiliki data ICMD dan Laporan keuangan yang lengkap terkait dengan variabel – variabel yang di gunakan dalam penelitian.

3. Memiliki Tren Return On Asset yang cenderung meningkat.

Terdapat 6 sampel yang dijadikan objek penelitian perusahaan perbankan tahun 2007 sampai dengan 2009, yaitu :

1. Bank Central Asia 2. Bank Mandiri


(62)

3. Bank Negara Indonesia 4. Bank OCBC NISP

5. Bank Artha Graha Internasional 6. Bank Ekonomi Raharja

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diolah pihak Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan serta struktur organisasi dan data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Yang terdiri dari enam bank dengan periode waktu tiga tahun.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan kualitas aktiva produktif yang diambil dari Index Capital Market Directory dan Bursa Efek Indonesia.

3.3.3. Pengumpulan Data

Dalam usaha mengumpulkan data yang diperlukan guna melakukan penelitian maka dilakukan dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian beberapa buku dengan mencatat dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.


(63)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini dugunakan teknik analisis dalam bentuk regresi linier berganda dengan lima variabel bebas dan satu variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+ ei Keterangan :

Y = Return On Assets (ROA)

a = Konstanta

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2 = Asset Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) X3 = Net Profoit Margin (NPM)

X4 = Net Interest Margin (NIM) X5 = Loan Deposit Ratio (LDR)

β1…β4 = Koefisien regresi variabel X1 sampai dengan X2 ei = Standard error of Estimation


(64)

Prosedur pengujian yang dilakukan untuk masing – masing uji hipotesis antara lain sebagai berikut :

a. Uji F

Untuk mengetahui kesesuaian atau kecocokan model terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F, dengan prosedur sebagai berikut :

1) Kriteria hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, (X1, X2, X3, X4, X5 secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap Y)

Ha : β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4≠β5 ≠ 0, (X1, X2, X3, X4, X5 secara bersama – sama berpengaruh terhadap Y)

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.

3) Dengan F hitung sebesar : F hitung = R2 / (K-1) (1-R2) / (n-k)

(Anonim,2011 : L-22) Keterangan :

F = hasil perhitungan R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel n = jumlah sampel b. Uji t


(65)

Uji t digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial variabel X1,X2,X3,X4,X5 terhadap Y.

1) Kriteria hipotesis

H0 : βj = 0, ( X1,X2,X3,X4,X5 secara parsial tidak pengaruh terhadap Y )

H0 : βj ≠ 0, ( X1,X2,X3,X4,X5 secara parsial terdapat pengaruh terhadap Y )

Dimana : j = 1,2,3,4,5

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.

3) Dengan t hitung sebesar : T hitung = Bj

Se(bj)

( Anonim, 2011:L-21 ) Keterangan :

t = nilai t hasil perhitungan

bj = koefisien regresi variabel bebas se(bj) = standar error koefisien regresi


(66)

H0 diterima jika - ttabel ≤thitung≤thitung

H0 ditolak jika thitung <-ttabel atau thitung > ttabel

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Dalam uji asumsi klasik ini terdapat tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu uji autokolerasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas.

a. Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi ini menurut Santoso (2000:216) adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Deteksi adanya autokorelasi menurut Santoso (2000:219) adalah : - Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

- Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelsi. - Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negative.


(67)

Tujuan uji Multikolineritas menurut Santoso (2000:202) adalah menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolineritas (Multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi diantara variabel independent.

Deteksi adanya Multikolineritas menurut Santoso (2000:206) adalah:

- Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1.

- Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1. c. Heterokedastisitas

Tujuan uji Heterokedastisitas menurut Santoso (2000:208) adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas adalah dengan uji rank spearman yaitu membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Deteksi adanya Heterokedastisitas adalah :

- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heterokedastisitas. - Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari Heterokedastisitas.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perbankan

Sejarah dikenalnya asal mula kegiatan perbankan dimulai dari jasa

penukaran uang. Oleh karena itu, bank dikenal sebagai tempat menukar

uang atau sebagai meja tempat menukar uang. Dalam sejarah para

pedagang dari berbagai kerajaan melakukan transaksi dengan menukarkan

uang, di mana penukaran uang di lakukan antar mata uang kerajaan yang

satu dengan mata uang kerajaan lain. Kegiatan penukaran uang ini

sekarang dikenal dengan perdagangan valuta asing (money changer).

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan

bertambah lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang

ini kegiatan simpanan. Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan

kegiatan peminjaman uang, yaitu dengan cara uang yang semula disimpan

masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang

membutuhkannya.

Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin

meningkat dan beragam, peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan

oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di Negara maju maupun


(69)

Negara berkembang. Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin

pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan,

maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin mendominasi

perkembangan ekonomi dan bisnis suatu Negara. Bahkan, akivitas dan

keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu Negara dalam

bidang ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran apabila perbankan suatu

Negara hancur, maka akan mengakibatkan kehancuran perekonomian

Negara yang bersangkutan seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998

dan 1999.

Sejarah perbankan yang dikenal oleh dunia berawal dari dataran

benua Eropa mulai dari zaman Babylonia yang kemudian dilanjutkan ke

zaman Yunani kuno dan Romawi. Bank-bank yang sudah terkenal pada

saat itu di benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian

menyusul Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320.

Perkembangan perbankan di dataran Inggris baru dimulai pada abad ke-16.

Namun, karena Inggris yang begitu aktif mencari daerah penjajahan,

perkembangan perbankan pun ikut dibawa kenegara jajahannya seperti

Benua Amerika, Afrika, dan Asia yang memang sudah dikenal pada saat

itu memegang peran penting dalam bidang perdagangan.

Dalam perjalanan, perkembangan perbankan di Indonesia tidak

terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah Hndia

Belandalah yang memperkenalkan dunia perbankan kepada masyarakat


(70)

Indonesia. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda terdapat beberapa

bank yang memegang peranan penting seperti :

a. De Algemenevolks Crediet Bank

b. De Escompto Bank NV

c. De Post Paar Bank

d. De Javasche NV

e. dsb.

Disamping bank-bank yang dimiliki oleh Pemerntah Hindia

Belanda terdapat pula bank-bank yang dimiliki warga pribumi, china,

jepang, dan eropa lainnya, antara lain :

a. Bank Abuan Saudagar

b. Batavia Bank

c. Bank Nasional Indonesia

d. NV bank Boemi

e. The Bank of China

f. dsb.

Dizaman kemerdekaan perkembangan perbankan di Indonesia

betambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank milik Belanda


(71)

Indonesia sehingga menambah deretan bank yang memang sudah ada

sebelumnya, Bank-bank dizaman awal kemerdekaan antara lain :

a. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di

Solo

b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946.

Bank ini berasal dari De Algemenevolk Crediet Bank atau

syomin Ginko.


(72)

4.2

Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan dengan

mengambil data untuk menghitung profitabilitas, capital, asset,

managemen, earning dan likuidity pada tahun 2007 sampai dengan tahun

2009. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan

dan laporan laba rugi setiap tahunnya yang diterbitkan oleh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.

Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik

kesimpulan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

4.2.1 ROA (Y) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Pengembalian atas Aktiva ( Return on Assets ) digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan

menajeril efisiensi overall ( Kasmir, 2000:281 ). Return on Assets (ROA)

atau yang disebut juga Return on Invesment (ROI) diperoleh dengan cara

membandingkan income terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return on

Assets (ROA) adalah sebagai berikut (Kasmir, 2000:280) :


(73)

Tabel 4.1 : ROA (Y) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2007-2009

ROA

No

Nama Perusahaan Perbankan

2007 2008 2009

1 Bank Central Asia, Tbk

2,94

3,14

3,17

2 Bank Mandiri, Tbk

1,98

2,25

2,74

3 Bank Negara Indonesia, Tbk

0,81

0,96

1,51

4 Bank OCBC NISP, Tbk

1,21

1,33

1,65

5 Bank Artha Graha Internasional, Tbk

0,28

0,31

0,42

6 Bank

Ekonomi

Raharja,

Tbk

1,78

2,10

2,30

Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah)

Dari tabel diatas diketahui bahwa besarnya Return On Asset pada

Bank Central Asia Tbk pada tahun 2007 mencatat 2,94%, pada tahun 2008

mengalami kenaikan menjadi 3,14%, dan kemudian pada tahun 2009

mengalami kenaikan menjadi 3,17%. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2007

mencatat 1,98% dan kemudian sampai dengan tahun 2009 terus

mengalami kenaikan menjadi 2,74%. Bank Negara Indonesia Tbk pada

tahun 2007 mencatat 0,81%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan

menjadi 0,96 dan kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi

1,51%. Bank OCBC NISP Tbk pada tahun 2007 mencatat 1,21% dan

kemudian sampai dengan tahun 2009 terus mengalami kenaikan menjadi

1,65%. Bank Artha Graha Internasional Tbk pada tahun 2007 mencatat

0,28%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,31% dan

kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,42%. Bank Ekonomi

Raharja Tbk pada tahun 2007 mencatat 1,78% dan kemudian sampai

dengan tahun 2009 terus mengalami kenaikan menjadi 2,30%.


(74)

4.2.2 Capital (X1) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Capital Adequency Ratio adalah rasio yang memperlihatkkan

seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan,

surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber dibank,

seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain.

(Dendawijaya,2004:122)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Capital (X1) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

CAR

No Nama

Perusahaan

2007

2008 2009

1

Bank Central Asia

10,11

13,86

15,95

2

Bank Mandiri

21,55

19,24

22,59

3

Bank Negara Indonesia

9,26

13,22

14,84

4

Bank OCBC NISP

17,47

25,33

24,93

5

Bank Artha Graha Internasional

7,81

9,47

10,69

6

Bank Ekonomi Raharja

8,59

11,73

8,97

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas diketahui bahwa besarnya Capital pada Bank

Central Asia Tbk pada tahun 2007 mencatat 10,11%, tahun 2008

mengalami kenaikan menjadi 13,86% dan pada tahun 2008 mengalami


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara Rasio CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD), Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Kinerja Keuangan Return On Asset (ROA) yang terdaftar di BEI.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga kinerja bank (ROA) juga meningkat.

2. Berdasarkan hasil penilitian menunjukkan bahwa semakin besar KAP menunjukkan menurunkan kinerja Bank yang akhirnya tidak bisa menekan APYD serta memperkecil total aktiva produktif yang akan


(2)

94

menurunkan pendapatan, sehingga laba (ROA) yang dihasilkan semakin berkurang.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar rasio NPM menunjukkan bahwa semakin besar kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank (ROA) juga mengalami peningkatan.

4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun NIM meningkat tetapi pendapatan bunga yang diperoleh kecil maka tidak terjadi peningkatan terhadap laba perusahaan yang akan menurunkan kinerja bank.

5. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi LDR maka semakin tinggi probabilitas dari sebuah bank mengalami kebangkrutan atau menurunnya kinerja.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan tersebut antara lain :

1. Bahwa kinerja perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara menerapkan Manajemen Risiko secara konsisten dan konsekwen dan tetap menjaga Loan Deposit Ratio (LDR) kurang dari 10%. Di karenakan apabila kredit yang diberikan semakin besar maka pendapatan bunga kredit jg akan meningkat dan akibatnya akan meningkatkan laba perusahaan


(3)

95

yang bersangkutan. Tetapi apabila kredit yang diberikan besar namun pendapatan bunga kredit menurun akibatnya akan menurunkan laba perusahaan yang bersangkutan. Sehingga manajemen bank harus menjaga LDR agar rendah dengan cara lebih hati-hati dalam memberikan kredit dan mengelola dana pihak ketiga.

2. Untuk Bank Asing dengan CAR yang terus meningkat dan faktor lain yang fluktuatif maka bank dapat melakukan ekspansi kredit, selain itu dengan CAR yang meningkat maka kepercayaan masyarakat pada bank tersebut akan terus bertambah sehingga dapat menghimpun dana dari masyarakat atau dana dari pihak ketiga. Untuk bank nasional, dengan CAR yang mengalami fluktuasi maka dilakukan konsolidasi manajemen sampai CAR menjadi stabil sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat. Untuk bank campuran dapat mempertahankan ekspansi kredit yang diberikan mengingat CAR yang meningkat dengan didukung oleh nilai LDR yang juga meningkat, namun harus memaksimalkan kinerjanya sehingga ROA bisa lebih meningkat.

3. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan rasio keuangan perusahaan yang berbeda, yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini karena masih terdapat rasio keuangan lain yang mungkin juga bepengaruh terhadap Kinerja keuangan (ROA).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, 2004, Manajemen Perbankan : Teknik Analsis Kinerja Keuangan Bank, UMM Press.

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtiyas 2005, “Analisa rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2.

Anita Febryani dan Rahardian Zulfadin. 2003, “Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7 Nomor 4.

Anonim, 2011, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Manajemen, FE UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor.

Gandapraja, Permadi, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 1998, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(5)

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kusumo, Yunanto Adi, 2008, “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007)”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol II. No. 1.

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, 2007,”Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan”, Buletin Studi Ekonomi, Volume 12 Nomor 1.

Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonosia, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, UPP STIE – YKPN, Yogyakarta.

Rindy Nurhafisa, Dharma Tintri E.s,. “Effect On Quality Of Earning Ratio CAMEL(Case Study of Registered Commercial Banks in Indonesia Stock Exchange)”. Jurnal Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id

Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametik, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

______Surat Edaran Bank Indonesia. 2010. Kredir Perbankan. Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010, Lampiran 14. www.bi.go.id

Susilo, Sri Y., 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat. Jakarta.


(6)

Wild, John J., 2005, Analisis Laporan Keuangan Jilid 1, Salemba Empat. Jakarta.

Yuliani, 2007, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabiltas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No. 10.